BAB I PENDAHULUAN. empat masa yaitu: masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja dan masa lanjut usia.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial

UU 13/1998, KESEJAHTERAAN LANJUT USIA. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 13 TAHUN 1998 (13/1998) Tanggal: 30 NOPEMBER 1998 (JAKARTA)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION ON PSYCHOTROPIC SUBSTANCES 1971 (KONVENSI PSIKOTROPIKA 1971)

BAB I PENDAHULUAN. Masalah mengenai kependudukan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1979 TENTANG KESEJAHTERAAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG PENJELASAN ATAS UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT

para1). BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT

I. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali

Peneliti, Win Hally Sulubere. Universitas Sumatera Utara

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 03 / HUK / 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. makan dengan ciri makanannya. Pola makan ini dipengaruhi oleh beberapa hal,

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli

PP 43/1998, UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilandasi oleh tujuan untuk penciptaan keadilan dan kemampuan bagi

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia populasi lanjut usia juga mengalami peningkatan (Tanaya, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di

BAB I PENDAHULUAN. PMKS secara umum dan secara khusus menangani PMKS anak antara lain, anak

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PELAYANAN SOSIAL TERHADAP BALITA TERLANTAR DI UPT PELAYANAN SOSIAL ASUHAN BALITA SIDOARJO DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TIMUR

K bi b j i a j ka k n n K h K u h s u us u Lans n ia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan

BUPATI BANYUWANGI SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1979 TENTANG KESEJAHTERAAN ANAK DENGANRAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDENREPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990 TENTANG AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. 1.1 Latar Belakang Organisasi Dharma Wanita Persatuan

STANDAR PELAYANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI LANJUT USIA OLEH UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) PANTI ASUHAN BUDI LUHUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

PEDOMAN PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan-pelayanan sosial personal yang tergolong sebagai pelayanan

BAB III KONDISI OBJEKTIF PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR LUBUKLINGGAU. A. Latar Belakang Sejarah Berdirinya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu unsur sosial yang paling awal mendapat dampak dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan

Pendidikan Pancasila PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA. Ari Sulistyanto, S. Sos., M. I. Kom. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada permulaan hidup perubahan itu kearah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi dan sebagainya. Setiap orang dianggap mampu untuk menjaga

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AGAMA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA

Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia, 2014 (ribu orang)

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal (Sarwono, 2002). Sejak awal pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 8 TAHUN 2004 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL,PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEREMPUAN

INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

Pancasila Sebagai Dasar Negara (dalam hubungannya dengan Pembukaan UUD 1945)

BAB I PENDAHULUAN. Penyandang cacat tubuh pada dasarnya sama dengan manusia normal lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyandang cacat tubuh atau disabilitas tubuh merupakan bagian yang tidak

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 2 TAHUN 2004 SERI D NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial masyarakat yang memiliki harkat dan martabat, dimana setiap

KARAKTERISTIK PENDUDUK LANJUT USIA DI PROPINSI SUMATERA UTARA TAHUN Ir. ERNA MUTIARA. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. bersiap-siap mengakses dan menangani klien-klien lansia. Terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian

RANCANGAN PENJELASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan

C. Peran Tokoh Perumus UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan professional dan

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 3 TAHUN 1994

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan manusia saat ini menjadi hal yang sangat kompleks dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1979

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang menyerang seperti typhoid fever. Typhoid fever ( typhus abdominalis, enteric fever ) adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalangunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang kejahatan semakin berkembang sesuai dengan

SKRIPSI. Oleh : MEIDINAR RAGIL PAWENING NPM :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

N OMOR 13 TAHUN 20 14

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lingkaran kehidupan manusia dilihat dari penggolongan umur terdiri dari empat masa yaitu: masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja dan masa lanjut usia. Khususnya bagi mereka yang tergolong dalam lanjut usia mempunyai pemahaman yang dapat dilihat dari beberapa aspek. Misalnya aspek fisik ditandai dengan umur yang tergolong tua dan kondisi tubuh yang lemah dibandingkan dengan masa kanakkanak atau dewasa. Proses penuaan ditandai dengan tahapan menurunnya kemampuan mempertahankan homeostasis tubuh dan penurunan fungsi fisiologis yang beragam pada berbagai sistem. Terpaut dengan waktu yang menjurus pada proses degeneratif yang berakhir dengan kematian. Gejala umum dari penuaan yaitu menurunnya kemampuan tubuh dan mudah terserang penyakit. Misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan dan sebagainya. Beberapa tahun lalu muncul dua ilmu spesialisasi baru yaitu gerontologi dan geriartry. Gerontologi merupakan suatu cabang ilmu spesialisasi yang mempelajari tentang proses menjadi tua dan masalah yang dihadapi lanjut usia. Berdasarkan gerontologi lanjut usia terbagi dalam dua golongan yaitu young old yang berumur 65-74 tahun, old-old yang berumur di atas 75 tahun. Dilihat dari segi kesehatan terbagi dua kelompok yaitu; pertama, kelompok yang sehat dan tidak sakit-sakitan (well old); kedua, kelompok yang menderita penyakit dan memerlukan pertolongan medis psikiatris (sick old). Sedangkan dalam dunia kedokteran berkembang spesialisasi geriartry yang memperhatikan lanjut usia dari aspek medis atau fisik, aspek kejiwaan atau psikiatris, sosial dan ekonomi (Setiabudhi, 1995: 22-23).

Usia lanjut merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dielakkan dan berpengaruh pada kehidupan fisik, mental, sosial dan spiritual. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Pengertian Lanjut Usia adalah orang, baik pria maupun wanita yang telah berumur 60 tahun ke atas. Kadang-kadang dalam kehidupan usia lanjut ada yang merasa sejahtera (well being) dan masih ada yang tidak sejahtera. Rasa sejahtera berkaitan dengan taraf kesehatan jiwa dan pemenuhan kebutuhan spiritual lanjut usia (Departemen Sosial RI, 2002b). Sebelum orang memasuki dalam kategori lanjut usia terjadi masa transisi karena perubahan-perubahan pada tubuh yang menyertai proses penuaan, merosotnya kondisi fisik dan kematian. Perasaan ini akan semakin memuncak manakala yang bersangkutan sering sakit-sakitan, kehilangan orang atau kawan yang dicintainya. Kemunduran dalam berbagai aspek kehidupan menimbulkan sikap menyerah pada keadaan yang pasif dan menunggu nasib. Di Indonesia ditinjau dari aspek hukum pernah diterbitkan pertama kali peraturan perundang-undangan tentang lanjut usia yaitu Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan Penghidupan Orang Jompo. Peraturan tersebut diikuti dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri Sosial RI Nomor HUK. 3-1-50/107 Tahun 1971 tentang Pemberian Bantuan Penghidupan Orang Jompo. Ada pun pengertian orang jompo tertulis dalam Pasal 1 ayat (1) yang berbumyi: Seorang dapat dinyatakan sebagai orang jompo setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun. Peraturan tersebut dijadikan sebagai acuan untuk Pegawai Negeri Sipil yang akan memasuki usia pensiun, sehingga ia harus berhenti dari pekerjaannya. Sejak itu pula yang bersangkutan tergolong sebagai lanjut usia. Kemudian di kalangan

masyarakat pembatasan usia kerja tersebut dijadikan sebagai batasan untuk menggolongkan seseorang sebagai lanjut usia. Setelah lebih tiga dasawarsa, peraturan perundang-undangan tersebut diganti dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Khususnya dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi: Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Kemudian diterbitkan peraturan pendukung yang lebih rendah sebagai pelaksanaan undang-undang tersebut berupa keputusan Menteri Sosial RI, meskipun demikian belum ada pengaruh yang berarti dalam pelaksanaannya, misalnya usia pensiun masih tetap 55 tahun. Sebagai tambahan dalam peraturan tersebut terdapat tiga pokok keputusan yakni; pertama, lanjut usia dikelompokkan menjadi dua yaitu lanjut usia potensial dan lanjut usia tidak potensial; kedua, adanya perbedaan jenis pelayanan sosial yang dilakukan; ketiga, adanya hukum pidana bagi yang tidak melakukan pelayanan sosial terhadap lanjut usia. Sebagian masyarakat ada yang menyatakan, bahwa orang yang mengalami lanjut usia mendapat berkah dan rahmat dari Tuhan karena diberi umur panjang mengalami seluruh lingkaran kehidupan dengan berbagai kenikmatan yang diperolehnya. Oleh karena itu, banyak lanjut usia secara terus menerus mendekatkan diri kepada Tuhan dengan harapan semua yang telah diperolehnya dapat berguna bagi dirinya dan orang lain. Pengalaman hidupnya menjadi contoh bagi generasi penerus atau generasi muda dalam memanfaatkan hidup ini secara baik dan bijaksana. Sebagian lagi dikaitkan berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama makin terpenuhinya kebutuhan rohani dan jasmani serta pemenuhan gizi. Hasil yang dirasakan yaitu bertambahnya usia harapan hidup, sehingga menambah

umur seseorang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan ilmuan yang dapat melakukan perekayasaan untuk memperpanjang usia. Abad ini sudah ada ahli yang dapat merekayasa penampilan dengan cara operasi kulit, penyuntikan hormon dan terapi medis lainnya. Ada yang senang dengan menggunakan ramuan tradisional supaya tetap awet muda. Termasuk ada yang percaya, hanya dengan memakan sayuran atau vegetarian dapat memperlambat proses penuaan. Tugas Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Panti Asuhan Budi Luhur Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Tengah sebagai instansi pemerintah untuk melakukan pelayanan social bagi lanjut usia. Adapun tujuan yang akan dicapai yaitu; meningkatkan taraf kesejahteraan sosial dan melembaganya lanjut usia dalam kehidupan bangsa agar dapat menjalin hari tuanya dalam suasana aman, tenteram dan sejahtera lahir dan batin. Kebijakan teknis secara umum yang dilaksanakan dengan; meningkatkan dan memperkuat peran keluarga dalam masyarakat; membangun dan mengembangkan sistem jaminan dan perlindungan sosial bagi lanjut usia; meningkatkan dan memperluas aksesibilitas bagi kesejahteraan sosial lanjut usia; meningkatkan dan memantapkan peran kelembagaan lanjut usia bagi peningkatan kualitas pelayanan sosial lanjut usia. Sebagai upaya mencapai kebijakan tersebut, maka ditempuh berbagai kegiatan pokok pelayanan sosial lanjut usia antara lain; pelayanan sosial lanjut usia dalam panti dan luar panti; pembinaan dan pemberdayaan lembaga atau organisasi sosial yang peduli terhadap lanjut usia; meningkatkan partisipasi masyarakat dan dunia usaha bagi kesejahteraan lanjut usia; serta melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap berbagai kegiatan pelayanan sosial lanjut usia.

Dilihat dari karakteristik lanjut usia (Departemen Sosial; 1999: 46-47; 2000 2-3) dapat dibagi lagi menjadi tiga kategori yaitu lanjut usia tidak terlantar, lanjut usia terlantar dan lanjut usia rawan terlantar. Lanjut usia yang tidak terlantar artinya mendapat pelayanan yang memadai, baik dari lingkungan keluarga maupun dari lingkungan masyarakat. Pelayanan dan perhatian yang diperoleh memenuhi ketentuan sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan masing-masing. Khususnya lanjut usia terlantar adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih yang karena faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara rohani dan jasmani maupun sosial. Kelompok inilah yang menjadi perhatian UPTD Panti Asuhan Budi Luhur untuk dilakukan pelayanan sosial dalam panti dan luar panti. Ciri-cirinya lanjut usia terlantar : 1. Usia 60 tahun ke atas (laki-laki atau perempuan), pendidikan tamat SD atau kurang; 2. Makan hanya dua kali sehari atau kurang, hanya mampu makan makanan berprotein rendah kurang dari empat kali dalam seminggu; 3. Pakaian yang dimiliki kurang empat potong; 4. Jika sakit tidak mampu berobat ke fasilitas kesehatan, ada atau tidak ada keluarga atau sanak saudara atau orang lain yang mau dan mampu mengurusnya. Lanjut usia yang hanya memenuhi satu kriteria digolongkan dalam kategori tidak terlantar. Lanjut usia yang memenuhi dua kriteria digolongkan rawan terlantar. Berdasarkan data tersedia, tahun 2000 jumlah lanjut usia di Propinsi Aceh terlantar sebanyak 134.304 orang dan lanjut usia rawan terlantar berjumlah 182. 800 orang. Namun kenyataannya, pelayanan terhadap lanjut usia masih memerlukan

waktu dan pengembangan yang lebih baik dalam menanggulangi permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah dan masyarakat (Dinas Sosial; Prov NAD). Sehubungan dari data tersebut, kondisi tersebut dipengaruhi perubahan administrasi pemerintahan. Penerapan otonomi daerah yang dimulai tahun 2001 telah menyebabkan peralihan wewenang pengelolaan panti sosial lanjut usia. Semula terdapat 46 panti sosial lanjut usia yang secara langsung dikelola Departemen Sosial, tetapi sekarang tinggal dua yang masih dikelola dan masih menggunakan dana yang bersumber dari APBN. Sebagian besar diserahkan dan dikelola pemerintah daerah provinsi yang menggunakan dana yang bersumber dari APBD. Di Indonesia, perhatian terhadap lanjut usia memiliki nilai sejarah. Peringatan Hari Lanjut Usia Nasional ditetapakan tiap tanggal 29 Mei. Pada tanggal 29 Mei 1945 dalam sidang pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) telah mempercayakan Bapak Dr. KRT Radjiman Widiodiningrat (almarhum). Seorang anggota yang paling tua untuk memimpin sidang pertama. Berdasarkan pengalaman dan pandangan yang luas, maka dalam kata pembukaannya mengemukakan perlunya dasar filosofi Negara Indonesia. Saat itulah timbul ide falsafah bangsa Indonesia adalah Pancasila. Peristiwa ini dianggap penting yang merupakan pencerminan kepribadian yang luhur. Kearifan ini dapat dijadikan suri tauladan bagi segenap generasi penerus, sehingga perlu diperingati secara nasional (Departemen Sosial;1996). Perhatian terhadap lanjut usia secara nasional dan internasional sudah dimulai secara sosial budaya yang ditunjukkan seluruh suku bangsa di Indonesia. Pengesahan secara nasional dimulai dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan Penghidupan Orang Jompo. Kemudian ditindaklanjuti

dengan Surat Keputusan Menteri Sosial RI Nomor HUK 3-1-50/107 Tahun 1971 tentang Pemberian Bantuan Penghidupan Orang Jompo. Peraturan tersebut diperbaharui tahun 1998 dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Sebelumnya sudah diterbitkan Surat Keputusan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Nomor 15/KEP/Menko/IX/1994 tentang Panitia Nasional Pelembagaan Lanjut Usia dalam Kehidupan Bangsa. Berikutnya terbit Surat Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 10/HUK/1998 tentang Lembaga Kesejahteraan Lanjut Usia. Makin dipertegas lagi melalui Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 2004 tentang Komisi Nasional Lanjut Usia. Secara internasional berawal dari resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor 45/206 Tahun 1991, tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Lanjut Usia Internasional (International Day for the Elderly) yang merupakan bentuk perhatian dunia terhadap penduduk lanjut usia. Penetapan ini berdasarkan Vienna Plan for Action on Aging tahun 1982 yang memuat kesepakatan mengajak bangsa-bangsa lain yang belum melaksanakan agar menetapkan hari bagi lanjut usia. Dilandasi kenyataan di seluruh dunia terjadi peningkatan jumlah penduduk lanjut usia yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, terutama di negara-negara berkembang (Departemen Sosial RI, 2004a:32). Setelah berawal dari resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor 45/206 Tahun 1991, peningkatan partisipasi terhadap lanjut usia yaitu dengan muncul ajakan dalam suatu pertemuan ESCAP tahun 1998 di Macau yang mendukung perlu kemudahan atau aksesibilitas untuk memenuhi kebutuhan lanjut usia. Dukungan peningkatan kesejahteraan lanjut usia dalam memberikan kemudahan telah

dibicarakan dalam pertemuan The Second World Assembly on Ageing (SWAA) tahun 2002 di Madrid, Spanyol.(Jayaputra, 2005-27). Penanganan masalah kesejahteraan sosial lanjut usia melalui sistem panti adalah dimana asuhan diberikan kepada para lanjut usia yang sangat terlantar atau pun dikarenakan keadaan keluarga yang sudah tidak sanggup lagi untuk menghidupi para lanjut usia yang mereka miliki. Asuhan dalam panti adalah sebagai pengganti dari keluarga lajut usia sehingga para lanjut usia merasa lebih terjamin hidup. Dimana pelayanan yang diberikan berupa penyediaan fasilitas-fasilitas, pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, bimbingan rohani serta keterampilan dimana diharapkan para lanjut usia tersebut mengembangkan kegiatan mereka dimasa tua mereka secara optimal. Dari pengertian kesejahteraan lanjut usia tersebut pada dasarnya selalu berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan yang bersifat rohaniah melalui keluarga sendiri maupun asuhan khususnya. Misalnya kesempatan memperoleh ketenagan rohani dimasa tua serta sosialisasi pada umumnya. Kemudian pemenuhan kebutuhan jasmaniah seperti kesehatan dan kebutuhan fisik lainnya serta santunan atau peningkatan kemampuan berfungsi sosial bagi lanjut usia yang mengalami masalah sosial. Dalam hal ini keluarga adalah orang yang pertama bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan lanjut usia. Akan tetapi tidak semua keluarga dapat menjalankan peranannya. Oleh sebab itu, untuk menyelamatkan lanjut usia terlantar, maka ditempuh dengan jalan memasukkan lanjut usia terlantar tersebut ke Panti Asuhan atau Panti Jompo, agar mereka dapat menjalankan sisa hidup mereka tanpa dirasai beban hidup. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa Panti Jompo berfungsi dalam membantu, merawat dan membina lanjut usia.

1.2 Perumusan Masalah Perumusan Masalah adalah langkah yang penting untuk membatasi masalah yang akan diteliti. Masalah adalah bagian pokok dari kegiatan penelitian (Arikunto, 1992:47). Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dirumuskan suatu masalah yaitu bagaimanakah pemberian pelayanan sosial yang baik oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Panti Asuhan Budi Luhur Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Tengah terhadap lanjut usia. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pelayanan kesejahteraan sosial yang diberikan oleh Dinas Sosial Transmigrasi dan Tenaga Kerja oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Panti Asuhan Budi Luhur kepada lanjut usia, khususnya bagi lanjut usia terlantar. 2. Untuk mengetahui bagaimana standar pelayanan sosial bagi lanjut usia yang dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Panti Asuhan Budi Luhur Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi kabupaten Aceh Tengah. 1.3.2 Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis, melatih diri dalam mengembangkan pemahaman kemampuan berfikir penulis melalui penulisan karya ilmiah tentang pelayanan sosial bagi lanjut usia di (UPTD) Panti Asuhan Budi Luhur Kabupaten Aceh Tengah dengan menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama kuliah di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Secara praktis, sebagai bahan masukan bagi UPTD Panti Asuhan Budi Luhur Kabupaten Aceh Tengah untuk menjadikan Panti ini yang terbaik dalam pembinaan lanjut usia. Secara khusus, pemerintah, maupun pihak-pihak luar secara umum melalui intervensi pelayanan sosial terhadap lanjut usia. 3. Secara Akademis, dapat menjadi masukkan bagi pengembangan Ilmu Kesejahteraan Sosial secara nyata melalui bentuk-bentuk pelayanan sosial, baik dalam lembaga-lembaga tertentu maupun dalam masyarakat luas. 1.4 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri atas: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan tentang pengertian lanjut usia, pelayanan sosial, model pelayanan sosial lanjut usia, kebijakan dan strategi pelayanan sosial lanjut usia, kerangka berpikir, defenisi konsep dan defenisi operasional. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik analisa data. BAB IV : DESKRIPSI DAN LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan gambaran tentang lokasi penelitian secara umum dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : ANALISA DATA Bab ini berisi tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian beserta analisanya. BAB VI : PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian serta saran yang bermanfaat.