BAB 5 PENEKANAN PENYAKIT IN PLANTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan

BAB 6 KOLONISASI RIZOSFER

Tabel 1 Persentase penghambatan koloni dan filtrat isolat Streptomyces terhadap pertumbuhan S. rolfsii Isolat Streptomyces spp.

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

TINJAUAN PUSTAKA Rizobakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman (PGPR) Enzim ACC Deaminase dan Etilen

BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Isolasi dan Uji Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Gambar 1 Tanaman uji hasil meriklon (A) anggrek Phalaenopsis, (B) bunga Phalaenopsis yang berwarna putih

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

HASIL. Pengaruh Seduhan Kompos terhadap Pertumbuhan Koloni S. rolfsii secara In Vitro A B C

II. MATERI DAN METODE

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi pertanian, khususnya dalam pengendalian penyakit tanaman di

III. BAHAN DAN METODE A.

III. BAHAN DAN METODE. Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great

PENGARUH Trichoderma viride dan Pseudomonas fluorescens TERHADAP PERTUMBUHAN Phytophthora palmivora Butl. PADA BERBAGAI MEDIA TUMBUH.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kedelai menjadi tanaman terpenting ketiga setelah padi dan jagung

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei

BAB I PENDAHULUAN. Colletotrichum capsici dan Fusarium oxysporum merupakan fungi

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Metode Penelitian Perbanyakan Propagul Agens Antagonis Perbanyakan Massal Bahan Pembawa Biopestisida

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyiapan Tanaman Uji Pemeliharaan dan Penyiapan Suspensi Bakteri Endofit dan PGPR

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAHAN. bulan Juli diremajakan. pertumbuhan. Gambar 4

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Penelitian Metode Penelitian Isolasi dan Identifikasi Cendawan Patogen

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berpotensi sebagai komoditas agribisnis yang dibudidayakan hampir di seluruh

III. BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun PT NTF (Nusantara Tropical Farm) Way

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar

Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Sebagian besar produk perkebunan utama diekspor ke negara-negara lain. Ekspor. teh dan kakao (Kementerian Pertanian, 2015).

III. BAHAN DAN METODE

Yulin Lestari 1) Rasti Saraswati 2) Chaerani 2)

BAB I PENDAHULUAN. jumlah spesies jamur patogen tanaman telah mencapai lebih dari

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L.) adalah tanaman perkebunan yang bernilai ekonomi

I. PENDAHULUAN. seluruh dunia dan tergolong spesies dengan keragaman genetis yang besar.

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Layu Fusarium Pada Pisang

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Isolasi Cendawan Rizosfer

III. BAHAN DAN METODE. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Febuari hingga April 2015.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Benih adalah ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh jamur patogen Fusarium sp.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

EKSPLORASI Pseudomonad fluorescens DARI PERAKARAN GULMA PUTRI MALU (Mimosa invisa)

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Trichoderma spp. ENDOFIT AMPUH SEBAGAI AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang menghasilkan salah satu komoditas unggulan di Indonesia yaitu

BAHAN DAN METODE. Bahan

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. mengalami peningkatan. Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan produksi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Magniliophyta, subdivisi: Angiospermae, kelas: Liliopsida, ordo: Asparagales, famili:

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan ini dilaksanakan di rumah plastik, dan Laboratorium Produksi

UJI PATOGENISITAS Fusarium moniliforme SHELDON PADA JAGUNG ABSTRAK

III. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu

BAB III METODE PENELITIAN. Mikrobiologi Tanah dan Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Kacang- kacangan dan Umbiumbian

LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Isolasi Bakteri Endofit dari Batang dan Akar Tanaman Dara metode Radu & Kqueen (2002) yang dimodifikasi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan

III. METODE PENELITIAN

PENGARUH KANDUNGAN PASIR PADA MEDIA SEMAI TERHADAP PENYAKIT REBAH KECAMBAH (Sclerotium rolfsii Sacc) PADA PERSEMAIAN TANAMAN CABAI

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Inokulasi Penyebab Busuk Lunak Karakterisasi Bakteri Penyebab Busuk Lunak Uji Gram

BAB 2 IDENTIFIKASI DAN SELEKSI KARAKTER BIOKONTROL ISOLAT BAKTERI DARI RIZOSFER TANAMAN KEDELAI

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

WASPADA PENYAKIT Rhizoctonia!!

BAB 3 BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

UJI HAYATI MIKORIZA Glomus fasciculatum TERHADAP PATOGEN Sclerotium rolfsii PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L. var.

III. BAHAN DAN METODE. Perkebunan Fakultas Pertanian, Unila dari Bulan Desember 2014 sampai Maret

Lampiran 2 Pengaruh kombinasi varietas, aplikasi mulsa, serta aplikasi PGPR terhadap insidensi penyakit busuk pangkal

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Isolasi Aktinomiset

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi penyakit busuk pangkal batang (Ganodermaspp.) Spesies : Ganoderma spp. (Alexopolus and Mims, 1996).

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam

komersial, pupuk SP 36, pupuk KCl, NaCl, Mannitol, K 2 HPO 4, MgSO 4.7H 2 O,

BAB IX PEMBAHASAN UMUM

Transkripsi:

65 BAB 5 PENEKANAN PENYAKIT IN PLANTA Pendahuluan Penyakit tanaman terjadi ketika tanaman yang rentan dan patogen penyebab penyakit bertemu pada lingkungan yang mendukung (Sulivan 2004). Jika salah satu dari tiga kondisi ini tidak bertemu maka tidak akan terjadi penyakit. Biokontrol penyakit tanaman melibatkan penggunaan organisme untuk mengurangi penyakit. Ada dua tipe penekanan penyakit yaitu khusus dan umum. Penekanan penyakit bersifat khusus berasal dari satu mikrob yang bersifat antagonis terhadap patogen tanaman tertentu. Sebagai contoh adalah satu agen biokontrol diaplikasikan ke tanah dengan tujuan khusus mengurangi kejadian penyakit tertentu. Penekanan penyakit bersifat umum adalah hasil dari keragaman populasi mikrob yang tinggi yang menciptakan kondisi tidak mendukung untuk berkembangnya penyakit tanaman. Sebagai contoh adalah tanah yang secara alami menekan penyakit (disease suppresive soil) atau pada kompos. Mekanisme yang berperan dalam penekanan penyakit oleh agen biokontrol dapat berupa antagonisme, kompetisi nutrisi, kompetisi kolonisasi akar atau induksi resistensi sistemik (Sullivan 2004). Cendawan patogen tular tanah ada di dalam tanah selama waktu yang singkat atau waktu yang lama dan bertahan pada sisa-sisa tanaman atau sebagai bentuk dorman sampai eksudat akar mencapainya dan membuatnya tumbuh (Dickinson 2003). Cendawan patogen tular tanah menghindari kompetisi dengan mikroorganisme lain dengan mempenetrasi akar tanaman. Cendawan patogen mendapatkan nutrisi dari jaringan tanaman yang masih hidup dengan mengubah nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan cendawan patogen itu sendiri sehingga mengurangi kebugaran dan produksi tanaman (Parbery 1996). Penyakit tanaman yang disebabkan oleh cendawan patogen yang berada di matrik tanah dan sisa-sisa bahan organik yang ada dipermukaan tanah disebut penyakit tular tanah (soilborne disease). Tanaman yang diinfeksi oleh cendawan patogen tular tanah menunjukkan gejala busuk kecambah (seedling dumping-off), kerusakan kotiledon dan hipokotil, busuk akar, layu dan terjadinya penghambatan

66 pertumbuhan. Gejala busuk akar ialah akar lateral tanaman yang terinfeksi nampak kecoklatan sampai kehitaman dan terlihat cortical decay or vascular discoloration. Akar lateral mungkin dapat mati dan akar sekunder tidak berkembang. Jika busuk akar menjadi parah, tanaman yang terinfeksi dapat mengalami gejala pada bagian batang dan daun (foliar), seperti kerdil, klorosis pada bagian tepi daun atau seluruh daun, layu dan gugur daun. Cendawan patogen tular tanah utama yang berpengaruh terhadap praktek pertanian adalah Fusarium, Phytophthora, Pythium dan Rhizoctonia (Sullivan 2004). S. rolfsii menyerang tanaman pada bagian akar, batang, daun atau buah. Infeksi biasanya terjadi hanya pada bagian tanaman yang kontak dengan tanah. Sclerotium menyebabkan busuk pada pangkal batang. Hifa dapat langsung menyerang jaringan tanaman karena menghasilkan enzim selulolitik, pektinolitik dan asam oksalat. Rhizoctonia menyebabkan penyakit busuk akar, busuk kecambah dan busuk batang. Fusarium menyebabkan penyakit layu, sedikit lebih jarang busuk kecambah. Tujuan Penelitian 1. Menentukan patogenisitas cendawan patogen tular tanah Sclerotium rolfsii, Fusarium oxysporum dan Rhizoctonia solani terhadap tanaman kedelai. 2. Menentukan penekanan penyakit oleh isolat Pseudomonas sp. CRB penghasil senyawa anticendawan terhadap cendawan patogen tular tanah S. rolfsii, F. oxysporum atau R. solani in planta. Bahan dan Metode Uji patogenisitas cendawan patogen terhadap tanaman kedelai. Uji patogenisitas dilakukan untuk mengkonfirmasi kapasitas atau kemampuan suatu patogen untuk menimbulkan suatu penyakit. Patogenisitas cendawan tular tanah S. rolfsii, F. oxysporum atau R. solani diuji dalam tabung reaksi (diameter 4 cm, tinggi 20 cm), di dalamnya, benih kedelai (kultivar Slamet, Balai Biogen, Bogor) ditanam di atas agar-agar air, dilanjutkan dengan inokulasi cendawan seperti dijelaskan oleh Elliot (2005) dengan sedikit modifikasi. Inokulum cendawan

67 dipersiapkan dengan menumbuhkan tiap-tiap cendawan patogen pada biji jagung pecah yang telah disterilkan. Benih kedelai yang telah disterilisasi permukaannya, dikecambahkan di atas kertas lembab. Setelah akarnya muncul, dipindahkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 3% agar-agar air. Untuk setiap cendawan yang diujikan, potongan kecil biji jagung pecah yang telah ditumbuhi cendawan ditempatkan di samping benih yang telah berkecambah. Sebagai kontrol, kecambah yang tumbuh tidak diinokulasi dengan cendawan patogen. Perkembangan terjadinya busuk akar diamati selama 1 minggu. Penyiapan inokulum cendawan. Inokulum cendawan patogen disiapkan dengan menumbuhkan 1 cm bulatan cendawan yang aktif tumbuh di dalam 100 ml medium Potato Dextrose Broth (Himedia, India) yang telah ditambahkan antibiotik rifampisin 50 µg/ml. Kultur ini dikocok di atas shaker dengan kecepatan rendah selama 1 minggu. Miselium dipanen dengan cara disaring, dicuci dengan akuades steril dua kali, ditimbang dan dihomogenkan dengan blender pada kecepatan rendah (Büttner et al. 2004; Carling & Summer 1992). Jumlah inokulum (cfu/ml) ditentukan dengan seri pengenceran kemudian ditumbuhkan dengan cara disebar pada agar cawan. Setelah 3 hari koloni yang muncul dihitung. Tanah yang digunakan untuk uji penekanan penyakit diinokulasi dengan miselium cendawan patogen ini hingga mencapai 10 3 cfu/g tanah. Perlakuan benih. Kultur bakteri yang digunakan untuk perlakuan benih ditumbuhkan dengan cara digoreskan di medium King B padat di cawan Petri. Setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang, cawan digenangi dengan NaCl 0.85%. Sel-sel dilepaskan dari medium dan dipindahkan ke tabung sentrifus, dicuci sebanyak dua kali dengan cara disentrifugasi untuk menghilangkan sisa metabolit. Pelet bakteri dicampur dengan 0.5% carboxylmethylcellulose (CMC) (BDH, England), selanjutnya digunakan untuk melapisi benih kedelai. Tata cara perlakuan benih ini mengikuti Bonsal et al. (1997) dan Huang et al. (2004). Dalam prosedur ini, satu cawan bakteri dan 4.5 ml CMC digunakan untuk melapisi 4 gram benih yang telah disteril permukaannya. Konsentrasi bakteri 10 7 -

68 10 8 sel/ml dan jumlah sel pada biji adalah 10 6 sel/biji. Benih yang digunakan untuk kontrol hanya dilapisi dengan CMC. Uji penekanan penyakit in planta. Penekanan penyakit Pseudomonas sp. CRB terhadap cendawan patogen dapat dibuktikan dengan adanya ketahanan tanaman terhadap terjadinya penyakit setelah dilakukan infestasi cendawan patogen tular tanah S. rolfsii, F. oxysporum atau R. solani. Tanaman yang sakit karena cendawan patogen tular tanah menunjukkan gejala: busuk kecambah, kerusakan kotiledon, kerusakan hipokotil, kerusakan tunas daun, busuk pada pangkal batang sehingga menyebabkan layu tanaman, busuk akar atau terjadi penghambatan pertumbuhan tanaman. Tanaman yang tidak menunjukkan gejala sakit karena cendawan patogen tular tanah dinyatakan sebagai tanaman yang sehat. Tanah percobaan. Tanah utisol, pasir bangunan, dan kompos dengan perbandingan 2:1:1 digunakan dalam percobaan ini. Pada percobaan tanah steril, tanah disterilisasikan dalam dua hari berturut-turut, masing-masing selama 1 jam pada suhu 121ºC. Pada percobaan tanah non steril, tanah tidak disterilkan. Selanjutnya, tanah dicampur dengan inokulum cendawan sehingga mencapai jumlah 10 3 cfu/g tanah. Duapuluh empat benih kedelai, masing-masing ditanam sedalam 1 cm di dalam nampan pembibitan yang telah diberi tanah yang telah diinfestasi cendawan dan disiram dua kali sehari menggunakan akuades steril. Percobaan dilakukan di rumah kaca pada suhu sekitar 28-32ºC, masing-masing percobaan dilakukan dua ulangan. Penekanan penyakit dievaluasi setelah satu minggu kecambah muncul dengan menghitung jumlah tanaman yang sehat. Penekanan penyakit ditentukan berdasarkan persamaan yang dijelaskan oleh Wiyono (2003): DS(%) = ((X C + )/(C - C + )) x 100%. X= jumlah tanaman sehat pada tanah yang diinfestasi cendawan patogen; C - = jumlah tanaman sehat pada tanah yang tidak diinfestasi cendawan; C + = jumlah tanaman sehat pada benih yang tidak dilapisi bakteri pada tanah yang diinfestasi cendawan patogen.

69 Hasil Patogenisitas cendawan Asai patogenitas cendawan dilakukan untuk konfirmasi, tetap menjaga dan atau menghindari kehilangan sifat patogen cendawan patogen tular tanah terhadap tanaman kedelai. Asai patogenisitas cendawan menggunakan metode water agar menunjukkan bahwa kecambah kedelai rentan terhadap cendawan patogen S. rolfsii, F. oxysporum dan R. solani. Busuk akar pada tanaman kedelai terjadi setelah 3-4 hari terinfeksi cendawan patogen (Gambar 18). (A) (B) (C) (D) Gambar 18 Busuk akar tanaman kedelai yang disebabkan oleh cendawan patogen di tabung reaksi dengan medium agar-agar air. Sclerotium rolfsii (A), Fusarium oxysporum (B), Rhizoctonia solani (C), kontrol tanpa infeksi cendawan patogen (D). Infestasi cendawan patogen tular tanah sebanyak 10 3 cfu/g tanah dapat menimbulkan penyakit pada kecambah tanaman kedelai. Tanaman yang diinfeksi oleh cendawan patogen tular tanah menunjukkan gejala busuk kecambah,

70 kerusakan kotiledon, kerusakan hipokotil, kerusakan tunas daun, busuk pada pangkal batang yang menyebabkan layu pada tanaman, busuk akar atau penghambatan pertumbuhan. Gejala tanaman yang sakit karena infeksi cendawan patogen tular tanah ditunjukkan pada Gambar 19. (1) (2) (3) (4) (5) (6) Gambar 19 Gejala penyakit karena cendawan patogen tular tanah: busuk kecambah karena R. solani (1), karena S. rolfsii (2); kerusakan kotiledon dan hipokotil karena R. solani (3) karena S. rolfsii (4) dan kerusakan kotiledon karena F. oxysporum (5-6).

71 (7) (8) (9a) (9b) (10) Gambar 19 (lanjutan) Gejala penyakit karena cendawan patogen tular tanah: kerusakan kotiledon dan tunas daun karena F. oxysporum (7), karena R. solani (8); busuk pada pangkal batang yang menyebabkan layu karena S. rolfsii (9a, 9b, 10).

72 (11) (12) Gambar 19 (lanjutan) Gejala penyakit karena cendawan patogen tular tanah: beberapa tanaman yang mengalami infeksi cendawan yang berlanjut menunjukkan gejala penghambatan pertumbuhan (stunted) di antara tanaman yang sehat (11). Tanaman sehat, tidak menunjukkan adanya gejala penyakit (12).

73 (1) (2) (3) (4) A (1) (2) (3) (4) B (1) tanaman sehat, (2) tanaman bergejala pada perlakuan cendawan patogen dan perlakuan benih dengan Pseudomonas sp. CRB (3) tanaman sehat pada kontrol negatif (tanpa perlakuan cendawan patogen dan tanpa perlakuan benih) (4) tanaman bergejala pada kontrol positif (perlakuan cendawan patogen tanpa perlakuan benih Gambar 19 (lanjutan) Tanaman sehat; tanaman yang bergejala busuk akar dan penghambatan pertumbuhan saat tanaman dicabut dari tanahnya, pada perlakuan asai penekanan penyakit, kecambah kedelai umur 7 hari. A. Tanah steril; B. Tanah non steril.

74 Penekanan penyakit Perlakuan benih (seed coating) dengan Pseudomonas sp. CRB menunjukkan penekanan penyakit yang disebabkan cendawan tular tanah sekitar 14.3-100% pada tanah steril dan 5.2-52.6% pada tanah non steril yang secara artifisial diinfestasi dengan inokulum cendawan patogen sebanyak 10 3 cfu/g tanah (Tabel 14). Aktivitas penekanan penyakit yang berbeda ditunjukkan oleh Pseudomonas sp. CRB pada tanah steril dan tanah non steril. Pada tanah steril, Pseudomonas sp. CRB menunjukkan penekanan penyakit yang lebih tinggi dibandingkan pada tanah non steril. Tanaman dengan gejala penyakit karena patogen tular tanah lebih banyak terjadi pada tanah non steril dibandingkan dengan tanah steril. Pada tanah non steril, meskipun sebagian besar isolat menunjukkan penurunan persentase penekanan penyakit, beberapa isolat menunjukkan persentase penekanan penyakit yang masih cukup baik yaitu CRB-102 terhadap S. rolfsii, CRB-16, CRB-44, CRB-86 terhadap F. oxysporum, CRB-3 dan CRB-109 terhadap R. solani (Tabel 14). Pembahasan Respon tanaman kedelai terhadap serangan cendawan patogen tular tanah dapat diamati pada tahap perkecambahan, ketika benih baru berkecambah dalam bentuk busuk kecambah dan atau busuk akar dan saat tanaman masih muda dalam bentuk busuk akar, busuk kotiledon, busuk hipokotil, busuk pada pangkal batang yang mengakibatkan layu. Infeksi cendawan patogen yang terus-menerus berkembang pada kecambah kedelai akan menyebabkan penghambatan pertumbuhan, menjadi kekuningan pada bagian foliar dan kemudian layu. Beberapa gejala penyakit cendawan tular tanah telah teramati dalam penelitian ini. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa infestasi tanah dengan miselium cendawan patogen yang dihomogenkan dengan blender sebagai sumber inokulum dapat menghasilkan inokulasi yang homogen pada tanah yang digunakan. Pada tanah steril, kemampuan antibiosis masing-masing isolat Pseudomonas sp. CRB melawan cendawan patogen dibuktikan tanpa ada mikrob lain. Sementara, pada tanah non steril dibuktikan dengan keberadaan mikrob lain yang telah ada di tanah.

Tabel 14 Penekanan penyakit oleh Pseudomonas sp. CRB pada tanaman kedelai umur 1 minggu yang ditumbuhkan pada tanah steril dan tanah non steril, yang diinfestasi dengan cendawan patogen Sclerotium rolfsii, Fusarium oxysporum atau Rhizoctonia solani 10 3 cfu/g tanah secara buatan. Tanah Steril Tanah Non Steril Perlakuan Jumlah tanaman bergejala Jumlah tanaman sehat Penekanan penyakit (%) Jumlah tanaman bergejala Jumlah tanaman sehat Penekanan penyakit (%) S. rolfsii + CRB-80 4 20 60.0 12 12 25.0 S. rolfsii + CRB-102 8 16 20.0 13 11 31.2 S. rolfsii 10 14 16 8 Kontrol (tanpa patogen) - 24-24 F. oxysporum + CRB-16 2 22 66.6 9 15 52.6 F. oxysporum + CRB-17-24 100.0 16 8 15.7 F. oxysporum + CRB-44 1 23 83.3 9 15 52.6 F. oxysporum + CRB-86 5 19 16.7 10 14 47.3 F. oxysporum 6 18 19 5 Kontrol (tanpa patogen) - 24-24 R. solani + CRB-3 7 17-12 12 36.8 R. solani + CRB-31 5 19 28.5 16 8 15.7 R. solani + CRB-75 6 18 14.3 14 10 26.3 R. solani + CRB-102 1 23 85.7 17 7 10.5 R. solani + CRB-109 1 23 85.7 13 11 31.5 R. solani + CRB-112 3 21 57.1 18 6 5.2 R. solani 7 17 19 5 Kontrol (tanpa patogen) - 24-24 75

76 Antibiosis Pseudomonas sp. CRB terhadap cendawan patogen tular tanah ditunjukkan dalam asai penekanan penyakit in planta. Dalam asai penekanan penyakit ini, Pseudomonas sp. CRB hampir semuanya dapat mengurangi jumlah tanaman dengan gejala penyakit cendawan tular tanah, sehingga memberikan persentase penekanan penyakit yang tinggi pada isolat tertentu baik pada tanah steril maupun tanah non steril. Pada tanah steril, isolat penghasil siderofor, Pseudomonas sp. CRB-16, CRB-17 dan CRB-44 memperlihatkan penghambatan terhadap F. oxysporum yang lebih besar dibandingkan dengan isolat Pseudomonas sp. CRB-86 yang tidak menghasilkan siderofor. Hal ini mengindikasikan bahwa penekanan penyakit terjadi karena antagonisme dengan produksi senyawa anticendawan juga karena siderofor bakteri yang dapat berperan dalam induksi resistensi sistemik tanamam. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa siderofor berperan dalam penekanan penyakit tanaman melalui mekanisme induksi resistensi sistemik (Press et al. 2001; Bakker et al. 2007; van Loon et al. 2008). Pseudomonas sp. CRB-3 tidak menunjukkan penekanan penyakit yang disebabkan oleh R. solani in planta meskipun menunjukkan penghambatan pertumbuhan di cawan Petri. Tanaman kedelai yang diberikan perlakuan benih dengan Pseudomonas sp. CRB-3 tidak tumbuh baik karena busuk kecambah, perakarannya busuk, kotiledon dan hipokotil rusak dan menjadi kerdil oleh infeksi R. solani yang sangat parah karena tingginya tingkat inokulum di dalam tanah. Hal ini dimungkinkan juga dapat terjadi karena CRB-3 tidak berada di perakaran dengan baik, sehingga tidak bisa memberikan sifat-sifat biokontrolnya. Oleh karenanya, akan lebih baik jika kemampuan kolonisasi akar perlu dipertimbangkan dalam hal ini. Pada tanah non steril, penekanan penyakit oleh Pseudomonas sp CRB pada umumnya menjadi berkurang. Pseudomonas sp. CRB-17 menunjukkan penekanan penyakit terendah (15.7%) pada tanah non steril terhadap F. oxysporum dan sebaliknya yaitu penekanan penyakit tertinggi (100%) pada tanah steril. Hasil ini sebenarnya tidak begitu mengejutkan karena sering terjadi pada beberapa penelitian yang menggunakan tanah steril dan tanah non steril sebelumnya (Scheuerell et al. 2005; Shishido et al. 2005). Beberapa isolat Pseudomonas CRB yang lain juga mengalami penurunan penekanan penyakit, di

77 antaranya CRB-80 terhadap S. rolfsii; CRB-16 dan CRB-44 terhadap F. oxysporum; CRB-31, CRB-102, CRB-109 dan CRB-112 terhadap R. solani. Pada saat mengintroduksikan bakteri antagonis sebagai kultur murni, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah adaptasinya, pertumbuhannya di dalam tanah dan juga aktivitasnya. Jika suatu antagonis kehilangan aktivitasnya di dalam tanah atau tidak dapat tumbuh dengan baik karena substrat yang tidak tersedia atau tumbuh tapi hanya sedikit saja maka pengaruh yang menguntungkan sebagai bakteri antagonis menjadi kecil atau tidak terekspresi sama sekali. Pseudomonas sp. CRB-3 diperkirakan hanya dapat menghasilkan penekanan penyakit jika ada dalam komunitas. Jika berada sendiri, sebagai satu spesies tunggal tidak dapat memberikan penekanan penyakit. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan menghasilkan senyawa anticendawan dan menekan penyakit dipengaruhi oleh keberadaan mikrob yang lain. Penekanan penyakit yang tidak konsisten yang ditunjukkan bakteri antagonis pada tanah steril dan non steril berhubungan dengan faktor keberadaan mikrob tanah yang telah berada sebelumnya pada tanah non steril (Kerry & Bourne 1996). Hal ini mempengaruhi interaksi dengan mikrob non-target, kolonisasi oleh bakteri antagonis dan tingkat populasi target patogennya sehingga mempengaruhi kemampuan penekanan penyakit oleh bakteri yang diinokulasikan. Bakteri Pseudomonas sp. CRB pada tanah non steril diperkirakan menghadapai kompetisi nutrisi atau mikrohabitat dengan mikrob lain, mengalami predasi oleh protozoa (Hossain & Alexander, 1984) atau lisis karena bakteriofage (Keel et al. 2002; Janowitz 2004) sehingga jumlahnya berkurang dan mempengaruhi kemampuannya dalam memberikan penekanan penyakit pada kecambah tanaman kedelai. Meskipun terjadi pengurangan penekanan penyakit pada tanah non steril, beberapa Pseudomonas sp. yaitu CRB-16, CRB-44, CRB-86, CRB-102 dan CRB- 109 masih dapat menunjukkan penekanan penyakit yang cukup tinggi yaitu lebih dari 30%. Lebih jauh lagi, Pseudomonas sp. CRB-16 dan CRB-44 menunjukkan penekanan penyakit sampai di atas 50%. Hasil ini merupakan hasil yang cukup baik. Penelitian lain juga menjelaskan tentang hasil yang bervariasi dalam penekanan penyakit. Boer et al. (2003) menyatakan bahwa penekanan Fusarium

78 tipe liar oleh Pseudomonas putida WCS-358 dan induksi resistensi sistemik oleh P. putida RE8 menunjukkan penekanan penyakit 30% untuk perlakuan masingmasing galur, tetapi bertambah menjadi sekitar 50% ketika WCS-358 dan RE8 digabung bersama di dalam tanah. Sebagai gambaran perbandingan pengendalian penyakit dengan fungisida kimia, penelitian Mueller et al. (2002) menjelaskan bahwa ketika kejadian penyakit busuk batang karena Sclerotinia tinggi (>25%), tidak terjadi pengendalian penyakit yang konsisten yang teramati dengan fungisida benomyl atau thiophanate methyl. Akan tetapi, pada kondisi kejadian penyakit yang rendah (<1%), sistem penyemprotan yang dapat menembus kanopi dapat mengurangi kejadian penyakit busuk batang karena Sclerotinia dengan nilai rerata 50%. Penelitian tersebut dilakukan di daerah Illinois, Indiana, Ohio dan Wisconsin, Amereka Serikat, antara tahun 1995-2000. Penekanan penyakit yang ditunjukkan oleh Pseudomonas sp. CRB memberikan keyakinan bahwa isolat-isolat tersebut berperan dalam penekanan penyakit in planta. Mereka dapat mengurangi jumlah tanaman yang bergejala sakit karena cendawan patogen tular tanah dan memberikan persentase penekanan penyakit yang cukup tinggi pada beberapa isolat tertentu. Pseudomonas sp. Asli terhadap tanah atau tanaman tertentu seperti Pseudomonas sp. CRB diperkirakan dapat berperan penting dalam penekanan penyakit ketika diinokulasikan kembali ke rizosfer tanaman kedelai. Oleh karenanya, isolat-isolat tersebut memberikan harapan untuk dikembangkan sebagai agen biokontrol terhadap cendawan patogen tular tanah untuk melindungi tanaman kedelai, terutama pada saat pertumbuhan awal. Simpulan 1. Cendawan patogen tular tanah S. rolfsii, F. oxysporum, dan R. solani bersifat patogen terhadap tanaman kedelai dengan menunjukkan gejala penyakit busuk akar dalam tabung reaksi dan menunjukkan gejala-gejala penyakit karena cendawan tular tanah in planta. 2. Perlakuan benih dengan Pseudomonas sp. CRB dapat menekan penyakit yang disebabkan oleh cendawan patogen tular tanah S. rolfsii, F. oxysporum atau R. solani sebesar 14.3-100% pada tanah steril dan 5.2-

79 52.6% pada tanah non steril. Penekan penyakit oleh Pseudomonas sp. CRB diperkirakan dapat melalui antibiosis terhadap cendawan patogen dan menginduksi mekanisme pertahanan tanaman melawan patogen. 3. Hampir semua dari sebelas isolat Pseudomonas sp. CRB, kecuali CRB-3 pada tanah non steril menunjukkan penekanan penyakit baik pada tanah steril maupun tanah non steril. Isolat-isolat terbaik yang menunjukkan penekanan penyakit yang cukup tinggi, lebih dari 30% pada tanah non steril yaitu Pseudomonas sp. CRB-102 terhadap S. rolfsii; CRB-16, CRB-44 dan CRB-86 terhadap F. oxysporum; dan CRB-109 terhadap R. solani paling berpotensi sebagai agen biokontrol terhadap cendawan patogen tular tanah.