Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) SUMBER : SUARA KARYA, 22 Januari 1979 Sutradara Wim Umboh sehat kembali tapi masih berobat jalan Wim Umboh, sutradara film terkenal sejak tanggal 15 Januari 1979, sudah kembali ke rumahnya, setelah dua minggu dirawat di RS Husada, Jakarta, karena penyakitnya yang diderita secara tiba-tiba di Solo. Nampaknya, kesehatan Wim makin membaik. Ia sudah bisa jalan-jalan, bahkan ketika dihubungi Suara Karya lewat telepon, Wim sendiri yang menerima. Nada suaranya besar dan bicaranya satu-satu. Sabtu sore, SK sempat bertemu Wim dirumahnya. Nampak wajah Wim tidak pucat. Ia mengenakan kemeja kaos lengan pendek coklat, celana pendek putih dan sandal kulit. Ia menerima SK di ruang tamunya, tidak lebih dari 15 menit. Ditengah-tengah pembicaraan, Sri seorang karyawannya muncul mengingatkan, Om Wim, Om belum boleh duduk terlalu lama. Kan masih harus istirahat di tempat tidur. Wim sendiri saja ketika bertemu SK. Bahkan ia sempat masuk memanggil pelayan untuk menghidangkan minuman. Paula Kemana Om, Tanya SK. Jemput Suster kata Wim. Ia menerangkan, sekarang masih dalam status berobat jalan. Karena itu, sejak ia pulang Paula Rumokoy, isterinya, setiap sore menjemput suster yang merawat Wim. Maunya Wim berbicara banyak. Lebih-lebih ketika membicarakan filmnya yang terakhir Pengemis dan Tukang Becak, seolah-olah Wim lupa keadaannya. Pandangan matanya terlihat mendadak begitu cerah Wim menjadi serius. Tidak seperti ketika ditanyakan penyakit apa yang sebenarnya diderita.
Banyak penyakit Wim Umboh kembali dari RS Husada, Jakarta, tanggal 15 Januari yang lalu. Setelah dirawat di rumah sakit tersebut sejak tanggal 30 Desember 1978. karena Wim jatuh sakit mendadak tanggal 26 Desember lalu, di tengah-tengah kesibukannya menyutradarai film Pengemis dan Tukang Becak di Solo. Menurut pengakuannya, Wim menderita banyak penyakit. Tetapi ia tidak menyebutkan jenis penyakitnya itu. Macam-macam yang saya derita, tetapi kata dokter yang jelas sakit lever, ucapnya hampir tidak terdengar, karena pelannya. Selama dalam perawatan karena sakit itu, berat badan Wim berkurang 9 kg. Dulunya 86 kg dan ketika terakhir ditimbang susut tinggal 77 kg. Wim juga mengutarakan kehendaknya, bahwa setelah kondisinya benar benar pulih, dia tidak akan bekerja seperti yang selama ini ia lakukan. Ia akan ingat waktu dan akan menjaga badan sebaik-baiknya. Tentang filmnya yang tertunda, penyelesaiannya akan diserahkan kepada asistennya bersama kameramen Lukman Hakim Nain. Hingga saat ini Pengemis dan Tukang Becak sudah selesai sekitar 80%. Sisanya akan diselesaikan di Surabaya dan sedikit di Solo. Dari yang 15% itu, banyak adegan yang diambil di luar ruangan dari pada yang didalam. Dari seluruh film wim Umboh, Pengemis dan Tukang Becak, termasuk film yang banyak menghabiskan bahan baku. Menurut Budi, sampai sekarang sudah menghabiskan 119 buah ken. Diperkirakan, untuk sisanya akan menghabiskan 25 ken lagi. Disebutkan, film Wim yang lain Tokoh misalnya, hanya menghabiskan film-film 122 ken. Sedangkan yang masih harus diselesaikan, justru tengah-tengah cerita film. Dilarang merokok Budi Sutiono yang asistennya Wim maupun Sri Lestari yang sudah sejak film Tokoh sampai film yang terakhir ini selalu bertindak sebagai script girl (bertugas untuk mencatat langkah shooting film yang telah dilakukan), mengatakan Wim Umboh kalau kerja memang tidak mengenal waktu. 24 jam, perhari, kata Sri mengira-ngira cara kerja Wim. Yang namanya sarapan pagi, mungkin sangat jarang bahkan tidak pernah Wim Umboh lakukan. Demikian yang dilihat Sri yang sudah lebih dari 7 kali mengikuti produksi film Wim. Sedangkan yang namanya mengisap rokok, hampir bersamaan Budi dan Sri mengutarakan, bahwa Wim perokok yang hebat. Seharinya Wim paling tidak menghabiskan 7 bungkus rokok putih, buatan luar negeri. Bahkan, demikian Sri sebelum berangkat shooting di Solo, Wim pernah sehari semalam tidak pernah tidur. Pagi sampai jam 1 malam sibuk mengedit film Pengemis dan Tukang Becak, yang sudah jadi dan jam itu juga dilanjutkan memutarnya di salah satu gedung bioskop di Jakarta. Padahal jam 04.00 akan dilakukan shooting lanjutan. Wim sekarang oleh dokter yang menanganinya, dianjurkan untuk istirahat total. Harus menjalani banyak pantangan, tidak boleh makan ini, itu dan dilarang merokok sama sekali. Demikian juga untuk sementara dia harus mau menjauhkan diri dari kesibukan-kesibukan membuat film, sampai kondisinya
benar-benar pulih. Untuk saat ini Wim katanya taat mengikuti anjuran-anjuran itu. Tetapi, kadang-kadang ia nongol di tengah-tengah karyawannya yang sedang sibuk menggarap, memeriksa dan menyusun film yang ruangannya di sebelah ruang tamunya. Akibatnya Wim harus selalu menerima, teguran dari mereka. Supaya Wim istirahat saja. Kalau tidak dilarang sih, maunya Om Wim ikut menangani Sri menjelaskan. Seakan-akan Wim lupa bahwa ia masih perlu istirahat dan masih dalam perawatan dokter. Seperti pengakuannya sendiri, kondisi Wim Umboh saat ini makin membaik. Walaupun begitu ia masih harus menjalani perawatan secara obat jalan. Karena itu, ketika SK kerumahnya di bilangan Blok A, Jakarta selatan, tidak dapat bertemu dengan isterinya. Paula Rumokoy sedang menjemput suster yang merawat Wim Umboh, dalam rangka pengobatannya. Berdasarkan catatan yang diperoleh, Wim Umboh dilahirkan di Wautlinci Kabupaten Minahasa Sulut pada tanggal 21 3 1933, film Pengemis dan Tulang Becak merupakan karyanya yang ke 23. sedangkan film pertamanya Bintang Kecil, film hitam putih di tahun 1963.