LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN TAPIN

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SAMPANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sampang

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Wr. Wb.

LAPORAN STUDI EHRA POKJA SANITASI KABUPATEN WAY KANAN

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BANJARMASIN

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA TERNATE TAHUN 2014

Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) PPSP Kabupaten Pohuwato.

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

( ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT ) KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN

KATA PENGANTAR. Bontang, November 2011 TIM STUDI EHRA KOTA BONTANG. Laporan Studi EHRA Kota Bontang

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BALANGAN

KATA PENGANTAR. Bantaeng, 7 Desember 2016 Pokja AMPL/Sanitasi Kabupaten Bantaeng Ketua, ABDUL WAHAB, SE, M.Si Sekretaris Daerah

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KLATEN

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA SABANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kota Sabang

BAB 5 BUKU PUTIH SANITASI 2013

1.2 Maksud. 1.3 Tujuan dan Manfaat. 1.4 Pelaksana Studi EHRA

LAPORAN AKHIR STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan TAHUN 2015 KABUPATEN NGAWI

LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015

KATA PENGANTAR LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN BANGGAI 2014

LAPORAN. PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL/SANITASI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kabupaten/kota karena:

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KAPUAS. Kelompok Kerja Sanitasi/Pokja AMPL Kabupaten Kapuas

Pasir Pengaraian, Mei Bupati Rokan Hulu. H. Achmad, M.Si

LAPORAN STUDI EHRA(Environmental Health Risk Assessment)

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON

DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GRAFIK... 6 DAFTAR FOTO

Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA PALANGKA RAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS KESEHATAN Jalan Jemursari No. 197 SURABAYA 60243

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Tahun 2013

Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013 KATA PENGANTAR

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan)

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

LAMPIRAN I HASIL KAJIAN ASPEK NON TEKNIS DAN LEMBAR KERJA AREA BERISIKO

Profil Sanitasi Wilayah

LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT) KABUPATEN KAPUAS HULU TAHUN 2013 BAB 1 PENDAHULUAN

EHRA. Laporan. Studi. Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu. Environmental Health Risk Assessment Study. Pokja Sanitasi Kabupaten Mukomuko

Tabel Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2014Kota Padangsidimpuan. Kecamatan Kluster. PSP.Tenggara 3. PSP.

Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan)

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Environmental Health Risk Assessment (EHRA) \ Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan

ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SUMENEP

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1

BAB. V Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Jembrana

DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL KABUPATEN ROTE NDAO

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN WONOSOBO

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA)

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN STUDI EHRA BANJARBARU

3.1 TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK TABEL 3.1 TUJUAN, SASARAN DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK

PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) TAHUN (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN SAMBAS

LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT)

KATA PENGANTAR. Cimahi, 2015 Ketua Pokja AMPL Kota Cimahi (...)

5.1. Area Beresiko Sanitasi

Laporan Pelaksanaan dan Hasil STUDI EHRA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Toraja Utara RINGKASAN EKSEKUTIF

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 3 HASIL STUDI EHRA TAHUN 2013 KABUPATEN MOJOKERTO 3.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN

Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan. Perencanaan menyeluruh pengelolaan sistem air limbah skala Kota.

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah

5.1 Gambaran Umum Monitoring dan Evaluasi

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI

Bab 2: Kerangka Pengembangan Sanitasi

1. KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) SEKTOR AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2016

BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

3.1. KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA/RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Lampiran 1: Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Berisiko

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014

RISALAH RAPAT Menindaklanjuti Hasil Rapat POKJA Sanitasi

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

Tabel Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2012 Kota Yogyakarta. Sumber: Laporan Studi EHRA Kota Yogyakarta, 2012

Transkripsi:

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN TAPIN Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Tapin Kabupaten/ Kota Tapin Bulan Mei 2012 LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 0

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL... 3 DAFTAR GRAFIK... 15 DAFTAR FOTO I. PENDAHULUAN... 17 II. METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA 2011... 18 2.1. Penentuan Target Area Survey... 19 2.2. Penentuan Jumlah/Besar Responden... 27 2.3. Penentuan Desa/Kelurahan Area Survei... 27 2.4. Penentuan RW/RT Dan Responden Di Lokasi Survei... 29 III. HASIL STUDI EHRA 2011 KABUPATEN/ KOTA...... Error! Bookmark not defined. 3.1. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga... 30 3.2. Pembuangan Air Limbah Domestik... 33 3.3. Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir... 47 3.4. Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga... 56 3.5 Perilaku Higiene... 59 3.6 Kejadian Penyakit Diare... 64 IV. PENUTUP... 66 LAMPIRAN... 67 LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 1

KATA PENGANTAR Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan merupakan salah satu dari beberapa studi primer yang harus dilakukan oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi/AMPL Kabupaten/Kota untuk menyusun buku Pemetaan Kondisi Sanitasi (Buku Putih Sanitasi) dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) berdasarkan pendekatan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Secara substansi, hasil Studi EHRA memberi data ilmiah dan factual tentang ketersediaan layanan sanitasi di tingkat rumah tangga dalam skala kabupaten/kota Sub sektor sanitasi yang menjadi obyek studi meliputi limbah cair domestik, limbah padat/sampah dan drainase lingkungan, serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) termasuk praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Muatan pertanyaan dalam kuesioner dan lembar pengamatan telah diarahkan sesuai dengan lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Pengorganisasian pertanyaan dalam kuesioner dan lembar pengamatan berikut penomorannya dibuat sedemikian rupa sehingga mempermudah pelaksanaan survei, entri maupun analisa data hasil studinya. Perangkat Studi EHRA juga telah dilengkapi dengan perangkat lunak (software) yang terdiri atas: 1. Perangkat lunak khusus untuk entri data dalam format Epi Info, 2. Perangkat lunak converter dari format Epi Info ke format yang bisa dibaca oleh SPSS 3. Perangkat lunak syntax SPSS untuk cleaning data dan pemprosesan data hingga menghasilkan berbagai table hasil pengamatan termasuk beberapa table analisis Crosstab. Perangkat lunak entri data menggunakan Epi Info versi MS-DOS (bukan versi MS-Windows). Hal ini untuk menjamin konsistensi pemasukan data oleh operator. Dengan demikian hasil entri data akan memiliki tingkat kesalahan yang seminim mungkin. Berdasarkan metoda pelaksanaan studi EHRA, sebelum menentukan jumlah sampel, Pokja Sanitasi/AMPL Kabupaten/Kota harus melakukan klastering desa/kelurahan berdasarkan 4 kriteria, yaitu kepadatan penduduk, angka kemiskinan, dinilai sering mengalami banjir dan dilalui sungai yang berpotensi digunakan untuk sarana sanitasi. Penarikan sampel studi EHRA dibuat lebih fleksibel disesuai dengan ketersediaan anggaran. Namun demikian ada batasan minimum tertentu yang harus tetap dipenuhi sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian ilmiah dengan tingkat kepercayaan 95%. Akhirnya kami berharap, laporan hasil kegiatan studi EHRA ini, dapat dipergunakan dengan sebaik baiknya didalam pembuatan BUKU PUTIH SANITASI, Pokja Sanitasi Program PPSP Kabupaten Tapin. Semoga bermanfaat, TIM STUDI EHRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TAPIN, LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 2

RINGKASAN EKSEKUTIF Dibuat yang lengkap karena akan dicopy paste untuk buku putih Bab 3.1 Grafik Layanan Pengangkutan Sampah (skala kabupaten) Tidak memadai 67% Memadai 33% Grafik Pengolahan Sampah Setempat (skala kabupaten) 89.1% 10.9% Tidak diolah Ya, diolah LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 3

Grafik Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (skala kabupaten) Dibuang ke Lainnya, 2.1% lahan kosong, 4.6% Dikumpulkan, dibuang ke TPS, 5.5% Dibuang ke sungai, 22.1% Dibuang ke dalam lubang, 3.9% Dibakar, 61.8 % Grafik Jumlah keluarga yang memilliki jamban (skala kabupaten) 87.5% 12.5% Tidak ada jamban Ya, ada jamban LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 4

Grafik Saluran Akhir Pembuangan Tinja (skala kabupaten) Cubluk/lobang tanah, 5.5% Sungai/danau, 25.9% Kolam/sawah, 0.5% Tidak tahu, 0.4% Tangki septik, 67% Grafik Sudah berapa lama tangki septik ini dibuat/dibangun? (skala kabupaten) Lebih 5-10 thn, 29.1% Lebih 10 thn, 17.3% 1-5 thn, 39.2% Tidak tahu, 5.1% 0-12 bulan, 9.3% LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 5

Grafik Kapan tangki septik terakhir dikosongkan? (skala kabupaten) 0-12 bulan, 0% Tidak tahu, 0% 1-5 thn, 11.5% Lebih 5-10 thn, 0% Lebih 10 thn, 0% Tidak pernah, 88.5% Grafik Kemana lumpur tinja dibuang pada saat tangki septik dikosongkan? (kabupaten) Ke sungai,, 21.9% Tidak tahu, 50% Dikubur di hal., 6.3% Dikubur di tanah, 3.1% Lainnya, 18.8% LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 6

Grafik Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik (skala kabupaten) Aman, 0% Tidak, aman, 10 0% Grafik Pencemaran karena SPAL (skala kabupaten) Ya, aman, 35.4% Tidak aman, 64.6% LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 7

Grafik Kualitas Tangki Septic Suspek Aman dan Tidak Aman (skala kabupaten) Suspek aman, 67.5% Tidak aman, 32.5% Grafik Perilaku BABS (skala kabupaten) Tidak, 24.5% Ya, BABS, 75.5% LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 8

Grafik BAB di ruang terbuka (lahan di rumah atau diluar rumah) (skala kabupaten) Ada tapi tidak Perempuan jelas, 13.9% Lainnya, 1.3% tua, 5.0% Laki2 tua, 4.3% Perempuan dewasa, 9.1% Laik2 dewasa, 9.5% Anak laki2 umur 5-12 th, 9.3% Anak perempuan umur 5-12 th, 7.0% Remaja Remaja laki2, 4.5% Perempuan, 2.9% Grafik Jumlah KK yang memiliki saluran pengelolaan air limbah (skala kabupaten) Ya, ada SPAL, 70% Tidak ada SPAL, 30% LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 9

Grafik Lokasi genangan di sekitar lingkungan rumah (skala kabupaten) dekat penampungan, 6.5% Di dekat KM/WC, 29% Lainnya, 11.8% Halaman rumah, 44.1% Di dekat dapur, 35.5% Grafik Penyebab terjadinya genangan air (skala kabupaten) Tidak Air limbah tahu, 6.5% lainnya, 1.1% Hujan, 53.8% Air limbah KM, 46.2% Air limbah dapur, 49.5% LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 10

Grafik Sumber air untuk minum, masak dan mencuci peralatan (skala kabupaten) lainnya, 16.8% hidran/kran umum PDAM, 4.3% sumur bor/pompa tangan mesin, 12.0% air ledeng PDAM berfungsi, 47.5% sumur bor/pompa tangan, 6.3% sumur gali yg tidak terlindungi, 3.2% sumur gali yg terlindungi, 14.1% Grafik Sumber air untuk minum dan untuk memasak (skala kabupaten) Air dari sungai Mata air terlindungi Air sumur gali tdk terlindungi Air sumur gali terlindungi Air sumur pompa tangan Air kran umum - PDAM/PROYEK Air hidran umum - PDAM Air Ledeng dari PDAM Air isi ulang Air botol kemasan 13.8% 12.0% 1.3% 1.1% 3.2% 2.3% 14.1% 8.8% 17.0% 16.3% 2.3% 2.1% 2.1% 3.2% 1.4% 18.8% 0.2% 4.3% 45.4% 44.6% masak minum 0% 10% 20% 30% 40% 50% LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 11

Grafik Pola pemanfaatan sabun dalam kehidupan sehari-hari (skala kabupaten) Lainnya, 1.3% Mencuci pakaian, 95.0% Mandi, 99.1% Mencuci peralatan, 96.8% Memandikan anak, 51.5% Mencuci tangan anak, 37.5% Menceboki pantat anak, 36.6% Mencuci tangan sendiri, 60.3% Grafik Ada-tidaknya masalah sampah di lingkungan rumah (skala kabupaten) Menyumbat saluran drainase 3% Banyak nyamuk 32% Bau busuk yang menggangu 3% Banyak hewan di tumpukan sampah 3% Ada anak-anak yang bermain di sekitarnya 9% Lainnya 2% Banyak sampah berserakan 18% Banyak lalat di tumpukan sampah 10% Banyak tikus berkeliaran 20% LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 12

Grafik Anggota keluarga yang pernah terkena diare (skala kabupaten) Dewasa perempuan, 40.4 % Dewasa lakilaki, 18.7% Anak2 balita, 30.8% Remaja perempuan, 8.1% Anak2 non Remaja laki2, 4% balita, 8.6% LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 13

DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko tahun 2012... 10 Tabel 2.2. Hasil klastering desa/ kelurahan di Kabupaten Tapin tahun 2012... 10 Tabel 2.3. Desa/Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2011 Kabupaten/ Kota Tapin... 11 Tabel 2.4. Kecamatan Terpilih Untuk Survei EHRA 2011 Kabupaten/ Kota Tapin... 11 Tabel 2.5. Jumlah desa yang diindentifikasi sering terjadi banjir... 142 Tabel 2.6. Distribusi desa per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRAError! Bookmark not defined.2 Tabel 2.7. Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko... 13 Tabel 2.8. Hasil klastering desa/ kelurahan di Kabupaten Tapin... 14 Tabel 2.9. Kecamatan Dan Desa/Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2011 Kabupaten Tapin... 17 Tabel 2.10. Rekapitulasi Hasil Kluster... 17 Tabel 3.1. Lokasi genangan di sekitar lingkungan rumah... Tabel 3.2. Penyebab terjadinya genangan air... Tabel 3.3. Jumlah desa yang diindentifikasi sering terjadi banjir... Tabel 3.4. Hasil wawancara mengenai keberadaan saluran drainase lingkungan,... LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 14

DAFTAR GRAFIK Grafik 2.1. Distribusi desa per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRAError! Bookmark not defined. Grafik 3.1. Layanan Pengangkutan Sampah (skala kabupaten)... Grafik 3.2.a. Pengolahan Sampah Setempat (per kluster)... Grafik 3.2.b. Pengolahan Sampah Setempat (skala kabupaten)... Grafik 3.3.a. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (per kluster)... Grafik 3.3.b. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (skala kabupaten)... Grafik 3.4. Pemilahan Sampah Rumah Tangga (per kluster) Grafik 3.5. Jenis sampah yang dipilah (per kluster) Grafik 3.6.a. Jumlah keluarga yang memilliki jamban (per kluster) Grafik 3.6.b. Jumlah keluarga yang memilliki jamban (skala kabupaten) Grafik 3.7.a. Saluran Akhir Pembuangan Tinja (per kluster) Grafik 3.7.b. Saluran Akhir Pembuangan Tinja (skala kabupaten) Grafik 3.8.a. Sudah berapa lama tangki septik ini dibuat/dibangun? (per kluster) Grafik 3.8.b. Sudah berapa lama tangki septik ini dibuat/dibangun? (skala kabupaten) Grafik 3.9.a. Kapan tangki septik terakhir dikosongkan? (per kluster) Grafik 3.9.b. Kapan tangki septik terakhir dikosongkan? (skala kabupaten) Grafik 3.10.a. Kemana lumpur tinja dibuang pada saat tangki septik dikosongkan? (per kluster) Grafik 3.10.b. Kemana lumpur tinja dibuang pada saat tangki septik dikosongkan? (kabupaten) Grafik 3.11.a. Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik (per kluster) Grafik 3.11.b. Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik (skala kabupaten) Grafik 3.12.a. Pencemaran karena SPAL (per kluster) Grafik 3.12.b. Pencemaran karena SPAL (skala kabupaten) Grafik 3.13.a. Kualitas Tangki Septic Suspek Aman dan Tidak Aman (per kluster) Grafik 3.13.b. Kualitas Tangki Septic Suspek Aman dan Tidak Aman (skala kabupaten) Grafik 3.14. Anak balita yang masih terbiasa buang air besar selain di jamban (per kluster) Grafik 3.15. Kebiasaan Ibu pada saat membuang tinja anak (per kluster) Grafik 3.16.. Praktek Pengurasan Tangki Septic Grafik 3.17.a. Perilaku BABS (per kluster) Grafik 3.17.b. Perilaku BABS (skala kabupaten) Grafik 3.18. BAB di ruang terbuka (lahan di rumah atau diluar rumah) (skala kabupaten) Grafik 3.19.a. Jumlah KK yang memiliki saluran pengelolaan air limbah (per kluster) Grafik 3.19.b. Jumlah KK yang memiliki saluran pengelolaan air limbah (skala kabupaten) Grafik 3.20.a. Lokasi genangan di sekitar lingkungan rumah (per kluster) Grafik 3.20.b Lokasi genangan di sekitar lingkungan rumah (skala kabupaten) Grafik 3.21.a. Penyebab terjadinya genangan air (per kluster) Grafik 3.21.b Penyebab terjadinya genangan air (skala kabupaten) Grafik 3.22. Hasil pengamatan, apakah halaman rumah ada genangan air? Grafik 3.23. Hasil pengamatan, apakah halaman bersih dari benda penyebab air tergenang? Grafik 3.24. Hasil pengamatan, apakah anda dapat melihat saluran air hujan dekat rumah? Grafik 3.25. Hasil pengamatan, apakah air di saluran dapat mengalir? Grafik 3.26. Hasil pengamatan, apakah saluran air bersih dari sampah? Grafik 3.27. Sumber air untuk minum, masak dan mencuci peralatan. Grafik 3.28. Bagaimana cara Ibu mengolah air untuk diminum? Grafik 3.29. Apakah pernah kesulitan mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari? Grafik 3.30. Sumber air untuk minum dan untuk memasak LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 15

Grafik 3.31. Praktek cuci tangan pakai sabun (CTPS) pada 5 + 1 waktu penting. Grafik 3.32. Ketersediaan sarana CTPS di jamban Grafik 3.33. Pola pemanfaatan sabun dalam kehidupan sehari-hari Grafik 3.34. Kebiasaan Masyarakat Memanfaatkan Sampah Sebagai Kompos Grafik 3.35. Ada-tidaknya masalah sampah di lingkungan rumah Grafik 3.36.a. Anggota keluarga yang pernah terkena diare (per kluster) Grafik 3.36.b. Anggota keluarga yang pernah terkena diare (skala kabupaten) LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 16

I. PENDAHULUAN Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten/kota sampai ke kelurahan. Kabupaten/Kota dipandang perlu melakukan Studi EHRA karena: 1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat 2. Data terkait dengan sanitasi terbatas di mana data umumnya tidak bisa dipecah sampai tingkat kelurahan/desa dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda 3. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa 4. EHRA menggabungkan informasi yang selama ini menjadi indikator sektor-sektor pemerintahan secara eksklusif 5. EHRA secara tidak langsung memberi amunisi bagi stakeholders dan warga di tingkat kelurahan/desa untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama warga atau stakeholders kelurahan/desa Adapun tujuan dan manfaat dari studi EHRA adalah: 1. Untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan 2. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi 3. Memberikan pemahaman yang sama dalam menyiapkan anggota tim survey yang handal 4. menyediakan salah satu bahan utama penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten Tapin Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Tapin Selanjutnya, data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tapin dan juga menjadi masukan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi Kabupaten. LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 17

II. METODOLOGI DAN LANGKAH EHRA 2011 EHRA adalah studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview) dan 2) pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah Enumerator yang dipilih secara kolaboratif oleh Pokja AMPL dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tapin. Sementara Sanitarian bertugas menjadi Supervisor selama pelaksanaan survey. Sebelum turun ke lapangan, para sanitarian dan enumerator diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator selama 2 (dua) hari berturut-turut. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan; pemahaman tentang instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator; uji coba lapangan; dan diskusi perbaikan instrumen. Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Unit sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT di semua RW dalam setiap Desa/Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survey. Jumlah sampel RT per Desa/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per desa/kelurahan adalah 40 responden. Yang menjadi responden adalah Bapak (Kepala Rumah Tangga) atau Ibu atau anak yang sudah menikah, dan berumur antara 18 s/d 60 tahun. Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 30-45 menit. Panduan diuji kembali dalam hari kedua pelatihan enumerator dengan try out ke lapangan. Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh sanitarian sehingga responden memahami betul hak-haknya dan memutuskan keikutsertaan dengan sukarela dan sadar. Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tapin. Sebelum melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Tim Fasilitator yang telah terlatih dari PIU Advokasi dan Pemberdayaan. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada struktur kuesioner dan perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah untuk uji konsistensi yakni program EPI Info dan SPSS. Untuk quality control, tim spot check mendatangi 5% rumah yang telah disurvei. Tim spot check secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 18

kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri dire-check kembali oleh tim Pokja AMPL. Sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali. Kegiatan Studi EHRA memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan tidak hanya bisa dilaksanakan oleh Pokja Kabupaten/Kota semata. Agar efektif, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota diharapkan bisa mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh. Adapun susunan Tim EHRA sebagai berikut: 1. Penanggungjawab : Pokja Kabupaten Tapin 2. Koordinator Survey : Anggota Pokja dari Unsur Dinas Kesehatan 3. Anggota : BAPPEDA,dan Pokja dari Unsur Dinas Kesehatan 4. Koordinator wilayah/kecamatan : Kepala Puskesmas 5. Supervisor : Sanitarian Puskesmas 6. Tim Entry data : Bag.Pengolahan Data,Bappeda dan Dinas Kesehatan 7. Tim Analisis data : Pokja Kabupaten Tapin 8. Enumerator : Kader aktif kelurahan (PKK, Posyandu, KB, dll) 2.1. Penentuan Target Area Survey Metoda penentuan target area survey dilakukan secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan Klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah Probability Sampling dimana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sementara metoda sampling yang digunakan adalah Cluster Random Sampling. Teknik ini sangat cocok digunakan di Kabupaten Tapin mengingat area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan. LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 19

Penetapan klaster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP sebagai berikut: 1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kabupaten/ kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan/ desa. 2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan/ desa. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut: ( Pra-KS + KS-1) Angka kemiskinan = ---------------------------------- X 100% KK 3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat 4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut. Berdasarkan kriteria di atas, klastering wilayah Kabupaten/ Kota... menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada Tabel 2.. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area berisiko Kabupaten Tapin. LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 20

Tabel 2.1. Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko tahun 2012 Tabel 2.2. Hasil klastering desa/ kelurahan di Kabupaten Tapin tahun 2012 LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 21

Tabel 2.3. Desa/Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2011 Kabupaten/ Kota Tapin Tabel 2.4. Kecamatan Terpilih Untuk Survei EHRA 2011 Kabupaten/ Kota Tapin LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 22

Tabel 2.5. Jumlah desa yang diindentifikasi sering terjadi banjir... 14 Tabel 2.6. Distribusi desa per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRAError! Bookmark not defined. KLASTER KLASTER 0 KLASTER 1 KLASTER 2 KLASTER 3 KLASTER 4 JUMLAH DESA/KELURAHAN JUMLAH DESA/KEL. YANG DISURVEY 21 49 28 17 18 1 1 4 3 5 JUMLAH RESPONDEN 40 40 160 120 200 LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 23

Tabel 2.7. Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko Katagori Klaster Klaster 0 Kriteria Wilayah desa/kelurahan yang tidak memenuhi sama sekali kriteria indikasi lingkungan berisiko. Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan berisiko Klastering wilayah di Kabupaten Tapin menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada Tabel 2.. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Tabel 2.8. Hasil klastering desa/ kelurahan di Kabupaten Tapin LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 24

LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 25

Misalkan hasil klastering wilayah desa/kelurahan di Kabupaten Tapin yang terdiri atas 133 desa/kelurahan menghasilkan distribusi sebagai berikut: 1) klaster 0 sebanyak 3 %, maka Distribusi Desanya 4 2) klaster 1 sebanyak 35%, Maka Distribusi Desanya 47 3) klaster 2 sebanyak 38%, Maka Distribusi Desanya 51 4) klaster 3 sebanyak 21%, dan Distribusi Desanya 28 5) dan klaster 4 sebanyak 3 %, Maka Distribusi Desanya 4 Untuk lebih jelasnya distribusi desa kedalam klaster tersebut dapat dilihat pada Error! Reference source not found. 60 50 1 40 30 4 20 1 49 3 5 28 10 21 17 18 0 KLASTER 0 KLASTER 1 KLASTER 2 KLASTER 3 KLASTER 4 JML. DESA/KEL. YG DISURVEY 1 1 4 3 5 JML. DESA/KELURAHAN 21 49 28 17 18 LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 26

2.2. Penentuan Jumlah/Besar Responden Jumlah sampel untuk tiap kelurahan/desa diambil sebesar 40 responden. Sementara itu jumlah sampel RT per Kelurahan/Desa minimal 8 RT yang dipilih secara random dan mewakili semua RT yang ada dalam Kelurahan/Desa tersebut. Jumlah responden per Kelurahan/Desa minimal 40 rumah tangga harus tersebar secara proporsional di 8 RT terpilih dan pemilihan responden juga secara random, sehingga akan ada minimal 5 responden per RT Berdasarkan kaidah statistik, untuk menentukan jumlah sampel minimum dalam skala kabupaten/kota digunakan Rumus Slovin sebagai berikut: Dimana: n adalah jumlah sampel N adalah jumlah populasi d adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir 5% (d = 0,05) Asumsi tingkat kepercayaan 95%, karena menggunakan α=0,05, sehingga diperoleh nilai Z=1,96 yang kemudian dibulatkan menjadi Z=2. Dengan jumlah populasi rumah tangga sebanyak 38497 KK maka jumlah sampel minimum yang harus dipenuhi adalah sebanyak 396. Namun demikian untuk keperluan keterwakilan desa/ kelurahan berdasarkan hasil klastering, Pokja Sanitasi Kabupaten Tapin metetapkan jumlah desa / kelurahan yang akan dijadikan target area survey sebanyak 14 desa sehingga jumlah sampel yang harus diambil sebanyak 14 desa X 40 = 560 responden. 2.3. Penentuan Desa/Kelurahan Area Survei Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin di atas maka selanjutnya ditentukan lokasi studi EHRA dengan cara memilih sebanyak 14. desa/ kelurahan secara random. Hasil pemilihan ke- 14 desa/ kelurahan tersebut disajikan pada Tabel sebagai berikut: LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 27

Tabel 2.9. Kecamatan Dan Desa/Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2011 Kabupaten Tapin No Klaster Kecamatan Desa/Kel Terpilih Jumlah Dusun Jumlah RT Jml RT terpilih Jumlah Responden 1 4 CLU Margasari Ilir Pariok - 6 8 6 8 40 kk 40 kk PK.Hilir, 6 6 40 kk 2 3 Tapin Tengah Bungur Sei.Bahalang Bungur Baru - 4 5 4 5 40 kk 40 kk Bungur Lama 4 4 40 kk Rangda Malingkung 13 8 40 kk 3 2 Tapin Utara Kupang - 17 8 40 kk Perintis Raya 4 4 40 kk Tangkawang Baru 3 3 40 kk 4 1 Bakarangan Gadung karamat - 4 4 40 kk Bakarangan 5 5 40 kk 5 0 Salam Babaris Suato Baru Suaro Lama - 5 4 5 4 40 kk 40 kk Tabel 2.10. Rekapitulasi Hasil Kluster KLUSTER KECAMATAN KECAMATAN TERPILIH DESA / KELURAHAN DESA / KELURAHAN TERPILIH 0 2 1 21 1 1 3 1 49 1 2 3 1 28 4 3 3 2 17 3 4 1 1 18 5 TOTAL 12 6 133 14 RESPONDEN 40 40 160 120 200 560 LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 28

2.4. Penentuan RW/RT Dan Responden Di Lokasi Survei Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah RT. Karena itu, data RT per RW per kelurahan mestilah dikumpulkan sebelum memilih RT. Jumlah RT per kelurahan adalah 8 (delapan) RT. Untuk menentukan RT terpilih, silahkan ikuti panduan berikut. Urutkan RT per RW per kelurahan. Tentukan Angka Interval (AI). Untuk menentukan AI, perlu diketahui jumlah total RT total dan jumlah yang akan diambil. Jumlah total RT kelurahan : X. Jumlah RT yang akan diambil : Y Maka angka interval (AI) = jumlah total RT kelurahan / jumlah RT yang diambil. AI = X/Y (dibulatkan) misal pembulatan ke atas menghasilkan Z, maka AI = Z Untuk menentukan RT pertama, kocoklah atau ambilah secara acak angka antara 1 Z (angka random). Sebagai contoh, angka random (R#1) yang diperoleh adalah 3. Untuk memilih RT berikutnya adalah 3 + Z=... dst. Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling), hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri. Tahapannya adalah sbb. Pergi ke RT terpilih. Minta daftar rumah tangga atau bila tidak tersedia, buat daftar rumah tangga berdasarkan pengamatan keliling dan wawancara dengan penduduk langsung. Bagi jumlah rumah tangga (misal 25) dengan jumlah sampel minimal yang akan diambil, misal 5 (lima) diperoleh Angka Interval (AI) = 25/5 = 5 Ambil/kocok angka secara random antara 1 AI untuk menentukan Angka Mulai (AM), contoh dibawah misal angka mulai 2 Menentukan rumah selanjutnya adalah 2 + AI, 2 + 5 = 7 dst. LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 29

3.1. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Gambaran Umum Pada saat ini pengelolaan sampah di Kota Rantau dikelola oleh Dinas Tata Kota dan Kebersihan Kabupaten Tapin dengan pengelolaan sampah, dilakukan dengan melalui proses sebagai berikut : a) Proses Pengumpulan Sampah Proses pengumpulan sampah dilakukan baik secara individual maupun secara komunal melalui bak-bak penampungan yang disediakan di setiap unit lingkungan perumahan maupun pada unit kegiatan komersial dan perkantoran. Proses pengumpulan sampah ini dapat dilakukan dengan sistem door to door dengan menggunakan gerobak sampah yang selanjutnya dikumpulkan di bak-bak penampungan yang pelaksanaanya dapat dilakukan oleh masing-masing unit lingkungan. b) Proses Pengangkutan Sampah ke TPS / TPA Proses pengangkutan sampah dilakukan dari bak-bak penampungan ke Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) atau transfer depo. Selanjutnya diangkut dengan menggunakan truck / dump truck menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA). c) Peningkatan kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempat yang telah disediakan harus dilakukan secara reguler. Grafik 3.1. Layanan Pengangkutan Sampah (skala kabupaten) Tidak memadai 67% Memadai 33% Ket : Layanan pengangkutan sampah di kab. Tapin tidak memadai dengan prosentase 67%, hal ini yang mengakibatkan masih banyaknya tumpukan sampah di kab. Tapin yang belum terangkut. LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 30

Grafik 3.2.a. Pengolahan Sampah Setempat (per kluster) Kluster 4 13% 87% Kluster 3 2.5% 97.5% Kluster 2 Kluster 1 15.6% 15% 84.4% 85% Ya, diolah Tidak diolah Kluster 0 2.5% 97.5% 0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0%100.0%120.0% Grafik 3.2.b. Pengolahan Sampah Setempat (skala kabupaten) 89.1% 10.9% Tidak diolah Ya, diolah Ket : Masyarakat masih belum memanfaatkan sampah seperti kompos seperti terlihat dalam grafik yang mencapai 89,1% sampah tidak diolah, pada tingkat kluster sampah telah diolah di semua wilayah dengan prosentase yang rendah. LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 31

INDEKS RESIKO Grafik 3.3.a. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (per kluster) 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% Dibuang ke lahan kosong Klaste r 0 Klaste r 1 11% 11% Klaste Klaste r 2 r 3 Grafik 3.3.b. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (skala kabupaten) Klaste r 4 5% 0% 6% 3% 5% Dibuang ke sungai 0% 0% 19% 18% 37% Dibuang ke dalam lubang 8% 0% 7% 1% 4% Dibakar 88% 98% 56% 64% 53% Dikumpulkan,dibuang TPS Dibuang ke Lainnya, 2.1% lahan kosong, 4.6% 8% 5% 19% 6% 7% 18% 3% 88% 98% 37% 5% 56% 64% 4% 53% 0% 0% 11% 11% 0% Dikumpulkan, dibuang ke TPS, 5.5% Dibuang ke sungai, 22.1% Dibuang ke dalam lubang, 3.9% Dibakar, 61.8 % Ket : Masyarakat masih banyak yang membakar sampah dengan prosentase 61,8% (skala kabupaten), yang di buang ke sungai juga cukup banyak 22,1%. Hanya sebagian kecil dari kluster 2 dan kluster 3 yang dikumpulkan dan di buang ke TPS yakni 11% Tidak sesuai ketentuan UU 18/2008: dibakar & dibuang ke sungai LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 32

JUMLAH YANG MEMILAH (n) INDEKS RESIKO Grafik 3.4. Pemilahan Sampah Rumah Tangga (per kluster) 120% 100% 80% 60% 40% 100% 88% 85% 98% 87% 20% 0% 13% 15% 3% 13% Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 Melakukan pemilahan sampah Tidak melakukan pemilahan sampah Grafik 3.5. Jenis sampah yang dipilah (per kluster) 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Kluster 0 21 3 Kluster 1 4 3 11 18 22 Kluster 2 1 Kluster 3 25 4 25 10 5 Kluster 4 Lainnya Besi/logam Kertas/kardus Gelas/kaca Plastik Sampah organik Ket : Relative sedikit dari warga Tapin yang memilah sampah yang nantinya dapat digunakan untuk komoditas industry rumah tangga. Kecuali kluster 0 di tiap kluster yang disurvey telah melakukan pemilahan sampah walaupun dengan prosentase kecil. Barang-barang yang dipilah dari tumpukan sampah sebagian besar besi logam, kaca, maupun sampah organik. Lainnya berupa sampah plastik dan sebagian kecil kardus Perlunya program 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) bagi masyarakat kab. Tapin sebagai bagian dalam menangani sampah rumah tangga. LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 33

3.2. Pembuangan Air Limbah Domestik Gambaran Umum Sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal, maka garis besar perhitungan perencanaan pengelolaan air limbah sampai 5 dan 10 tahun mendatang di Kabupaten Tapin adalah sebagai berikut : a) Daerah Perkotaan 1. Satu MCK umum untuk setiap 250.000 penduduk. Dengan jumlah pendududk perkotaan tahun 2009 diperkirakan 23.073 jiwa berarti hanya diperlukan 1 unit MCK umum. Dan tahun 2030 diperkirakan penduduknya 27.707 jiwa berarti belum diperlukan penambahan unit MCK umum, masih cukup 1 unit. 2. Satu truk tinja @ 3 m 3 untuk setiap 10.000 KK. Dengan jumlah penduduk tahun 2009 diperkirakan 23.073 jiwa dan 1 KK terdiri dari 4 jiwa, maka total terdapat 5.768 KK, sehingga jumlah truk tinja yang diperlukan cukup1 unit. Tahun 2030 proyeksi jumlah penduduk menjadi sebesar 27.707 jiwa. Dengan jumlah anggota per KK 4 orang, maka diperkirakan jumlahnya menjadi 6.927 KK sehingga belum memerlukan tambahan truk tinja, masih cukup 1 unit. Kecuali bila diperlukan penggantian atau ada hasil perhitungan perencanaan rinci. 3. Satu modul IPLT untuk setiap 100.000 jiwa. Dengan perkiraan jumlah penduduk perkotaan tahun sebesar 23.703, maka cukup dibangun 1 modul IPLT. Sedangan untuk tahun 2030 dengan jumlah penduduk sebesar 27.707 jiwa belum diperlukan tambahan modul IPLT, masih cukup dengan 1 yang ada kecuali sudah ada perhitungan perencanaan rinci. b) Daerah Perdesaan 1. Setiap 1 truk tinja @ 4 m 3 untuk melayani 2 tanki septik setiap hari. Pengosongan lumpur tinja setiap 5 tahun sekali 2. Setiap unit IPLT sistem kolam kapasitas 50 m 3 /hari, untuk 120.000 jiwa. Dengan jumlah penduduk perdesaan tahun 2009 diperkiran 142.527 jiwa, maka diperlukan 1 unit IPLT. Sedangkan untuk tahun 2030 dengan jumlah penduduk sebesar 159.876 jiwa, 1 unit IPLT masih dapat dianggap mencukupi Rencana pengelolaan air limbah di Wilayah Kabupaten Tapin adalah sebagai berikut : 1. Mengembangkan sistem setempat yang diarahkan pada sistem publik bagi wilayah yang tidak terlayani saluran air limbah terpusat. Saat ini tidak semua wilayah di Kabupaten Tapin terlayani oleh sistem terpusat. Wilayah yang tidak terlayani sistem terpusat menggunakan sistem individu, berupa cubluk atau tanki septik. Untuk daerah yang padat, sistem individu ini sebenarnya tidak memenuhi syarat kesehatan. Oleh karena itu di daerah-daerah yang belum terlayani sistem terpusat, akan dikembangkan sistem setempat, namun sistem ini sudah didesain agar dapat disambungkan satu dengan yang lain, sehingga dapat membentuk sistem terpusat di masa yang akan datang. 2. Pengelolaan penanganan limbah cair dari kegiatan industri, rumah sakit, hotel, dan restoran. Kegiatan industri dan rumah sakit umumnya menghasilkan limbah berbahaya, yang seharusnya diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air, sedangkan kegiatan hotel dan restoran umumnya tidak menghasilkan limbah berbahaya, namun secara kuantitas limbah yang dihasilkan cukup besar, sehingga diharapkan agar hotel dan restoran mempunyai system pengelolaan limbah tersendiri. LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 34

Grafik 3.6.a. Jumlah keluarga yang memilliki jamban (per kluster) Kluster 4 33.5% 66.5% Kluster 3 25% 75% Kluster 2 Kluster 1 0% 26.9% 73.1% 100% Ya, ada jamban Tidak ada jamban Kluster 0 12.5% 87.5% 0.0% 50.0% 100.0% 150.0% Grafik 3.6.b. Jumlah keluarga yang memilliki jamban (skala kabupaten) 87.5% 12.5% Tidak ada jamban Ya, ada jamban Ket : Sebagian besar masyarakat kab. Tapin telah mempunyai jamban pribadi dengan nilai prosentase 87,5%, bahkan di wilayah kluster 1 kepemilikan jamban pribadi sudah mencapai 100%. Sementara untuk kluster 2, 3, dan 4 warga yang belum mempunyai jamban pribadi rata-rata di bawah 35% LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 35

INDEKS RESIKO Grafik 3.7.a. Saluran Akhir Pembuangan Tinja (per kluster) 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% 2.5% 7.5% 1% 12.5% 11.7% 0% 32.5% 8.1% 55.5% 65% Kluster 0 92.5% 75.6% 86.7% Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Grafik 3.7.b. Saluran Akhir Pembuangan Tinja (skala kabupaten) 0.5% 43.5% Kluster 4 Tidak tahu 2.5% 0% 1% 0% 0% Kolam/sawah 0% 0% 1.3% 0% 0.5% Sungai/danau 0% 0% 12.5% 11.7% 55.5% Cubluk/lobang tanah 32.5% 7.5% 8.1% 0.8% 0.5% Tangki septik 65% 92.5% 75.6% 86.7% 43.5% Cubluk/lobang tanah, 5.5% Sungai/danau, 25.9% Kolam/sawah, 0.5% Tidak tahu, 0.4% Tangki septik, 67% Ket : Tangki septik merupakan pilihan warga sebagai saluran akhir pembuangan tinja dengan prosentase 67% skala kabupaten, sementara warga yang masih membuang tinja ke sungai cukup besar yakni 25,9%. Wilayah kluster 4 lebih dari 50% warganya masih membuang ke sungai, sedangkan kluster 0 dan kluster 1 tingkat pembuangan tinja ke sungai sudah 0%. Sekalipun banyak warga yang menggunakan tangki septic tapi belum bisa dipastikan apakah tangki septic tersebut sesuai standart pemerintah. LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 36

INDEKS RESIKO Grafik 3.8.a. Sudah berapa lama tangki septik ini dibuat/dibangun? (per kluster) 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 3.8% 2.7% 9.1% 6.7% 4.8% 1.1% 19.5% 30.8% 29.7% 33.1% 33.7% 32.2% 38.5% 22.3% 56.8% 27.3% 48.1% 37.9% 26.9% 8.1% 8.3% 6.7% 9.2% kluster 0 kluster 1 kluster 2 kluster 3 kluster 4 Tidak tahu 3.8% 2.7% 9.1% 4.8% 1.1% Lebih 10 thn 0% 2.7% 33.1% 6.7% 19.5% Lebih 5-10 thn 30.8% 29.7% 22.3% 33.7% 32.2% 1-5 thn 38.5% 56.8% 27.3% 48.1% 37.9% 0-12 bulan 26.9% 8.1% 8.3% 6.7% 9.2% Grafik 3.8.b. Sudah berapa lama tangki septik ini dibuat/dibangun? (skala kabupaten) Lebih 5-10 thn, 29.1% Lebih 10 thn, 17.3% 1-5 thn, 39.2% Tidak tahu, 5.1% 0-12 bulan, 9.3% Ket : Dari hasil survey 39,2% prosentase warga tapin memiliki tangki septic berumur 1-5 thn, 29,1% warga dengan tangki septic 5-10 thn, 9,3% warga dengan tangki septic yang lebih baru 0-12 bulan, tetapi cukup banyak warga dengan tangki septic lebih dari 10 thn sebesar 17,3%, dan sisanya menjawab tidak tahu. LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 37

INDEKS RESIKO Grafik 3.9.a. Kapan tangki septik terakhir dikosongkan? (per kluster) 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 88.5% 2.7% 3.3% 2.9% 3.4% 97.3% 84.3% 94.2% 96.6% 11.5% 2.5% 1.7% 7.4% 1.9% 1% kluster 0 kluster 1 kluster 2 kluster 3 kluster 4 Tidak tahu 0% 2.7% 3.3% 2.9% 3.4% Tidak pernah 88.5% 97.3% 84.3% 94.2% 96.6% Lebih 10 thn 0% 0% 1.7% 0% 0% Lebih 5-10 thn 0% 0% 2.5% 1% 0% 1-5 thn 11.5% 0% 7.4% 1.9% 0% 0-12 bulan 0% 0% 0.8% 0% 0% Grafik 3.9.b. Kapan tangki septik terakhir dikosongkan? (skala kabupaten) 0-12 bulan, 0% Tidak tahu, 0% 1-5 thn, 11.5% Lebih 5-10 thn, 0% Lebih 10 thn, 0% Tidak pernah, 88.5% LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 38

INDEKS RESIKO Grafik 3.10.a. Kemana lumpur tinja dibuang pada saat tangki septik dikosongkan? (per kluster) 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 100% 100% 26.3% 26.3% 5.3% 10.5% 31.6% 66.7% 16.7% 16.7% kluster 0 kluster 1 kluster 2 kluster 3 kluster 4 Tidak tahu 100% 100% 26.3% 66.7% 100% Lainnya 0% 0% 26.3% 16.7% 0% Dikubur di tanah 0% 0% 5.3% 0% 0% Dikubur di hal. 0% 0% 10.5% 0% 0% Ke sungai, 0% 0% 31.6% 16.7% 0% Grafik 3.10.b. Kemana lumpur tinja dibuang pada saat tangki septik dikosongkan? (kabupaten) 100% Ke sungai,, 21.9% Tidak tahu, 50% Dikubur di hal., 6.3% Dikubur di tanah, 3.1% Lainnya, 18.8% LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 39

Grafik 3.11.a. Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik (per kluster) 120% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 80% 60% 40% Tidak, aman Aman 20% 0% 0% 0% 0% 0% 0% kluster 0 kluster 1 kluster 2 kluster 3 kluster 4 Grafik 3.11.b. Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik (skala kabupaten) Aman, 0% Tidak, aman, 10 0% LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 40

Grafik 3.12.a. Pencemaran karena SPAL (per kluster) 90% 80% 70% 60% 72.5% 55% 64.4% 62.5% 81.5% 50% 40% 30% 20% 27.5% 45% 35.6% 37.5% 18.5% Tidak aman Ya, aman 10% 0% kluster 0 kluster 1 kluster 2 kluster 3 kluster 4 Grafik 3.12.b. Pencemaran karena SPAL (skala kabupaten) Ya, aman, 35.4% Tidak aman, 64.6% LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 41

Grafik 3.13.a. Kualitas Tangki Septic Suspek Aman dan Tidak Aman (per kluster) 90% 80% 80% 77% 70% 67.5% 56.9% 61.7% 60% 50% 43.1% 38.3% Tidak aman 40% 32.5% Suspek aman 30% 23% 20% 20% 10% 0% Kluster 0 Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Kluster 4 Grafik 3.13.b. Kualitas Tangki Septic Suspek Aman dan Tidak Aman (skala kabupaten) Suspek aman, 67.5% Tidak aman, 32.5% Ket : Kualitas tangki septic di kab. Tapin kategori menurut hasil survey menunjukkan suspek aman yang berarti tidak mencemari lingkungan sekitar Prosentase untuk skala kabupaten suspek aman 67,5%, begitu juga prosentase per kluster di semua wilayah yang disurvey menunjukkan tanki septic kategori suspek aman bagi lingkungan. Meskipun begitu keberadaan tangki septic tersebut belum tentu dikatakan aman sepenuhnya, terhadap resiko terjadinya pencemaran lingkungan sekitarnya,ini dikarenakan bentuk dan teknik pengurasan tangki septic tersebut,kemungkinan belum sesuai dengan apa yang diharapkan, untuk jelasnya kita lihat tabel Praktek Pengurasan Tangki Septik dari hasil wawancara dengan responden ( Lihat Tabel 3.10.a ). LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 42

INDEKS RESIKO INDEKS RESIKO Praktek pembuangan kotoran anak balita di rumah responden yang di rumahnya ada balita, Kondisi aman dan tidak aman dilihat dari praktik pembuangan kotoran balita antara lain praktik pembuangan yang aman yang mencakup : Grafik 3.14. Anak balita yang masih terbiasa buang air besar selain di jamban (per kluster) 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% 5.0% 2.5% 7.5% 12.5% 12.5% 17.5% 30% 7.5% 5.8% 10.5% 25% 40% 24.5% 70% 67.5% 40% 58.3% 52.5% Kluster 0 Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Kluster 4 Ya, sering 5.0% 0% 12.5% 1.8% 12.5% Ya, kadang2 7.5% 2.5% 7.5% 5.8% 10.5% Tidak biasa 17.5% 30% 40% 25% 24.5% Tidak tahu 70% 67.5% 40% 58.3% 52.5% Grafik 3.15. Kebiasaan Ibu pada saat membuang tinja anak (per kluster) 120.0% 100.0% 80.0% 60.0% 40.0% 20.0% 0.0% 67.5% 70% 57.5% 57.5% 61.5% 32.5% 2.5% 8.1% 9.2% 6.7% 22% 30% 30% 26.7% 16.5% Kluster 0 Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Kluster 4 Tidak tahu 67.5% 70% 57.5% 57.5% 61.5% Ke sungai/got 0% 0% 8.1% 9.2% 22% Ke kebun/jalan 0% 0% 0.6% 0% 0% Ke tempat sampah 0% 0% 2.5% 6.7% 0% Ke WC/Jamban 32.5% 30% 30% 26.7% 16.5% Ket : Dari grafik 3.9. sebagian responden tidak terbiasa membawa balita BAB di kebun, walaupun jawaban tidak tahu dari responden lebih mendominasi, hanya sebagian kecil dari ke lima kluster yang menjawab sering BAB di kebun. Dari grafik 3.10. tinja anak banyak yang di buang ke WC / jamban, sekalipun sama halnya dengan grafik 3.14 sebagian besar responden menjawab tidak tahu, beberapa di antara ke lima kluster masih membuang tinja balita ke sungai dan tempat sampah. LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 43

Grafik 3.16.. Praktek Pengurasan Tangki Septic 120% 100% 80% 60% 40% 100% 100% 26% 21% 67% 100% Tidak tahu Dikosongkan sendiri Membayar tukang 20% 0% Ket : 53% 17% 17% Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 Dari grafik 3.10.a. diatas terlihat bahwa didalam prakteknya masyarakat di Kabupaten Tapin Hampir semua Kluster menjawab Tidak Tahu tentang praktek pengurasan tangki septic tersebut ( 100% dari hampir semua Kluster menjawab tidak tahu ), dan itu dari versi Kuesioner dan aplikasi di sistem Analisa EHRA bisa dikatakan tidak pernah terjadi yang namanya praktek pengurasan tangki septic tersebut lebih dari 5 tahun, adapun yang sudah melakukan praktek pengurasan dilakukan sendiri, yaitu klaster 2,53% dan klaster 3, 17 % dan juga dengan membayar tukang yaitu 21 % di klaster 2 serta 17% pada klaster 3, ini pun belum jelas kemana sisa dari limbah kotoran yang ada ditangki septic tersebut dibuang. Dari grafik 3.10.a. tersebut diatas maka akan berpengaruh terhadap hasil jawaban responden dan data tentang Perilaku Buang Air Besar Sembarangan diwilayah Kabupaten Tapin ( Lihat Grafik Perilaku BABS grafik 3.11.a dan 3.11.b ), yang mana Praktek Pengurasan dan pemakaian tangki septik yang tidak memenuhi standar maka dapat dikatakan merupakan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan menurut versi dari program PPSP, meskipun mempunyai Jamban Pribadi dan Sarana Tangki Septic. LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 44

Grafik 3.17.a. Perilaku BABS (per kluster) Kluster 4 21.0% 79.0% Kluster 3 24.2% 75.8% Kluster 2 Kluster 1 31.3% 27.5% 68.8% 72.5% Ya, BABS Tidak Kluster 0 12.5% 87.5% 0% 20% 40% 60% 80% 100% Grafik 3.17.b. Perilaku BABS (skala kabupaten) Tidak, 24.5% Ya, BABS, 75.5% Ket : Perilaku BABS baik ditinjau per kluster maupun skala kabupaten tergolong tinggi yaitu sebesar 75,5% yang buang air besar sembarangan sisanya 24,5% tidak BABS Dari pengamatan per kluster, prosentase tertinggi di wilayah kluster 0 sebesar 87,5%, kluster 4 sebesar 79%, kluster 3 sebesar 75,8%, kluster 1 sebesar 72,5%, sementara kluster 2 yang paling rendah masih diangka 68,8%. Dari pengamatan dapat disimpulkan perlunya kesadaran masyarakat untuk lebih memahami Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS) dengan tidak buang air besar sembarangan. Dan juga masalah perilaku BABS ini juga diengaruhi oleh Sarana Jamban Pribadi dan tangki septic yang tidak terpelihara dan terawat dengan baik, terutama praktek pengurasan tangki septic yang tidak tepat, jadi bukan Cuma BABS disembarang tempat.(lihat grafik 3.10.a ttg Praktek Pengurasan Tangki Septic). LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 45

Grafik 3.18. BAB di ruang terbuka (lahan di rumah atau diluar rumah) (skala kabupaten) Ket : Perempuan Ada tapi tidak jelas, 13.9% Lainnya, 1.3% tua, 5.0% Laki2 tua, 4.3% Perempuan dewasa, 9.1% Laik2 dewasa, 9.5% Anak laki2 umur 5-12 th, 9.3% Anak perempuan umur 5-12 th, 7.0% Remaja Remaja laki2, 4.5% Perempuan, 2.9% Dari grafik di atas dapat di simpulkan bahwa orang dewasa baik laki2 maupun perempuan masih sering BAB di tempat terbuka bahkan prosentasenya lebih besar di banding usia remaja. Prosentase yang cukup besar juga berasal dari anak laki2 usia 5-12 thn, dan adapula yang mengatakan ada tapi tidak jelas 13,9% Disiplin dalam berperilaku perlu ditanamkan semenjak anak usia dini Grafik 3.19.a. Jumlah KK yang memiliki saluran pengelolaan air limbah (per kluster) 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 70% 30% 62.5% 37.5% 74.7% 25.3% 50% 50% 53.5% 46.5% Kluster 0 Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Kluster 4 Ya, ada SPAL Tidak ada SPAL LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 46

Grafik 3.19.b. Jumlah KK yang memiliki saluran pengelolaan air limbah (skala kabupaten) Ya, ada SPAL, 70% Tidak ada SPAL, 30% Ket : 70% dari responden menyatakan bahwa mereka memiliki saluran pembuangan air limbah. Hal yang sama juga dapat di lihat untuk survey per kluster yang sebagian besar dari responden di lima kluster telah memiliki SPAL. Hal tersebut menunjukkan tingkat kepedulian warga Tapin akan sanitasi yang sehat cukup tinggi yang tentunya perlu dukungan dari pemerintah daerah setempat. LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 47

3.3. Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir Gambaran Umum Saluran drainase sangat penting sekali peranannya dalam pembangunan pertanian di daerah rawa walaupun biayanya sangat mahal. Terbangunnya saluran drainase yang menyeluruh dan terpadu di rawa potensial Kabupaten Tapin merupakan dasar dalam merekomendasikan pengembangan pertanian lahan basah di wilayah Kabupaten Tapin di masa mendatang. Saluran drainase sangat berfungsi untuk memperlancar keluar masuknya air (tata air) yang akan mengaliri lahan pertanian dan diperlukan untuk menghindari terlalu tingginya genangan dan luapan air pasang surut serta banjir musiman yang akan mengganggu proses pertumbuhan tanaman dan pada gilirannya mempengaruhi perkembangan pertanian pada umumnya. Dengan demikian diperlukan sekali adanya penambahan saluran drainase baru yang direncanakan dan dibangun dengan tepat serta dilakukan dengan hati-hati agar terhindar kemungkinan tersingkapnya lapisan pirit di tanah yang akan menyebabkan kondisi tanahnya menjadi berbahaya/beracun bagi tanaman. Dalam rangka mengendalikan genangan air di waktu musim hujan dan banjir musiman, di wilayah Kabupaten Tapin telah dibangun saluran drainase. Fungsi saluran drainase akan berkurang dengan berjalannya waktu. Hal ini disebabkan pendangkalan saluran dan tumbuhnya gulma di saluran akan mempercepat pendangkalan. drainase yang direncanakan merupakan saluran terbuka yang berfungsi untuk menampung aliran permukaan. Jaringan drainase terbagi atas jaringan primer, jaringan sekunder dan jaringan tersier. a) Jaringan Primer Jaringan primer berfungsi untuk menampung aliran permukaan dengan daerah tangkapan yang luas. Jaringan primer merupakan drainase alam yaitu aliran sungai dan anak sungai. Kabupaten Tapin ditinjau dari Daerah Aliran Sungai (DAS) termasuk DAS Barito, sub DAS Nagara dan sub-sub DAS Tapin semua anak sungainya. b) Jaringan Sekunder dan Tersier Saluran sekunder adalah saluran drainase buatan yang berfungsi untuk menampung aliran air permukaan yang berasal dari jaringan tersier dan mengalirkannya ke jaringan primer. Saluran tersier adalah saluran drainase buatan yang berfungsi menampung aliran air permukaan dari suatu kawasan seperti kawasan permukiman, kawasan pertokoan, kawasan industri kemudian mengalirkannya ke jaringan sekunder. c) Sistem drainase lokal Saluran dan bangunan pelengkap yang melayani sebagian wilayah perkotaan d) Sistem drainase utama Saluran dan bangunan pelengkap yang melayani seluruh wilayah perkotaan LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 48

INDEKS RESIKO Tabel 3.1. Lokasi genangan di sekitar lingkungan rumah Grafik 3.20.a. Lokasi genangan di sekitar lingkungan rumah (per kluster) 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 7.4% 7.4% 66.7% 63% 11.1% Kluster 0 54.5% 18.2% 9.1% 9.1% 36.4% Kluster 1 16.7% 41.7% Kluster 2 3.4% 13.8% 89.7% Kluster 3 14.3% 78.6% 21.4% Kluster 4 Lainnya 7.4% 54.5% 16.7% 3.4% 0% 50% dekat penampungan 7.4% 18.2% 0% 0% 14.3% Di dekat KM/WC 66.7% 9.1% 0% 3.4% 50% Di dekat dapur 63% 9.1% 0% 13.8% 78.6% Halaman rumah 11.1% 36.4% 41.7% 89.7% 21.4% LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 49

Grafik 3.20.b Lokasi genangan di sekitar lingkungan rumah (skala kabupaten) dekat penampungan, 6.5% Di dekat KM/WC, 29% Lainnya, 11.8% Halaman rumah, 44.1% Di dekat dapur, 35.5% Ket : Lokasi genangan di kab. Tapin banyak terdapat di halaman rumah yang mencapai 44,1%, kemudian di dekat dapur 35,5% selanjutnya di dekat KM/WC 29% Lokasi per kluster genangan lebih variatif, di kluster 1,2, dan 3 genangan air banyak terdapat di halaman rumah, untuk kluster 0 dan 4 selain di dekat dapur, juga banyak terdapat di dekat KM/WC dan sebagian kecil responden dari lima kluster menjawab di dekat bak penampungan Belum ada penataan drainase lingkungan permukiman berpotensi menimbulkan penyakit akibat genangan air Tabel 3.2. Penyebab terjadinya genangan air LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 50

INDEKS RESIKO Grafik 3.21.a. Penyebab terjadinya genangan air (per kluster) 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 3.7% 29.6% 66.7% 70.4% 18.2% 81.8% 25% 16.7% 16.7% 3.4% 79.3% 57.1% 62.1% 57.1% 16.7% 55.2% 42.9% Kluster 0 Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Kluster 4 Tidak tahu 3.7% 18.2% 25% 0% 0% Air limbah lainnya 0% 0% 0% 3.4% 0% Hujan 29.6% 81.8% 16.7% 79.3% 57.1% Air limbah dapur 66.7% 0% 16.7% 62.1% 57.1% Air limbah KM 70.4% 0% 16.7% 55.2% 42.9% Grafik 3.21.b Penyebab terjadinya genangan air (skala kabupaten) Tidak Air limbah tahu, 6.5% lainnya, 1.1% Hujan, 53.8% Air limbah KM, 46.2% Air limbah dapur, 49.5% Ket : Air hujan merupakan penyebab utama genangan air baik untuk skala kab. Tapin 53,8%, air limbah dapur maupun KM/WC menjadi penyebab berikutnya dengan prosentase 49,5% dan 46,2%, sisanya menjawab tidak tahu Untuk kluster 0 genangan air banyak diakibatkan oleh limbah KM/WC 70,4%, sementara penyebab yang relative seimbang antara air hujan dan limbah dapur terdapat di kluster 4 dengan nilai 57,1% LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 51

Ulasan topografi wilayah Kab. Tapin Topografi yang relatif datar/rata terutama pada bagian Tengah dan Barat. Kondisi topografi yang sebagian besar merupakan dataran rendah dan sedikit berbukit sampai pegunungan mengkondisikan Wilayah Kabupaten Tapin rawan terhadap bencana banjir. Kawasan rawan banjir di Wilayah Kabupaten Tapin terdapat 2 (dua) jenis yaitu daerah rawan tergenang air musiman dan daerah tergenang sepanjang tahun. Adapun daerah rawan tergenang musiman terjadi di wilayah Kecamatan Candilaras Utara, Candilaras Selatan, Tapin Tangah, Tapin Selatan dan sebagian kecil Wilayah Kecamatan Binuang. Sedangkan wilayah yang berpotensi banjir dengan wilayah tergenang sepanjang tahun merupakan daerah rawa yaitu di Kecamatan Candilaras Utara dan Kecamatan Candilaras Selatan. Tabel 3.3. Jumlah desa yang diindentifikasi sering terjadi banjir Jumlah Jumlah Kelurahan/Desa No. Kecamatan Kelurahan/Desa Sering Banjir 1 Tapin Utara 16 2 2 Tapin Selatan 10 7 3 Tapin Tengah 17 4 4 Lokpaikat 9 2 5 Bakarangan 12-6 Piani 8-7 Binuang 10 2 8 Hatungun 8-9 Salam Baris 6 2 10 Bungur 12 2 11 Candi Laras Selatan 12-12 Candi Laras Utara 13 13 Jumlah 133 34 Tabel 3.4. Hasil wawancara mengenai keberadaan saluran drainase lingkungan, No Wawancara % Kluster 0 1 2 3 4 1 2 3 4 Apakah di rumah mempunyai sarana pengolahan air limbah selain tinja? Apakah rumah yang ditempati saat ini atau lingkungan sekitar rumah pernah terkena banjir? Apakah banjir biasa terjadi secara rutin? Terakhir kali banjir terjadi, apakah air memasuki rumah Ibu? Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 52

5 6 7 Pada saat terakhir kali banjir, berapa tinggi air yang masuk ke dalam rumah Ibu? Pada saat terakhir kali banjir, apakah kamar mandi dan WC/jamban juga terendam banjir? Pada saat terakhir kali banjir, berapa lama air banjir akan mengering? Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 53

Hasil pengamatan mengenai kondisi drainase lingkungan Grafik 3.22. Hasil pengamatan, apakah halaman rumah ada genangan air? 100% 90% 80% 32.5% 70% 60% 50% 40% 30% 67.5% 72.5% 92.5% 75.8% 93% Tidak ada genangan Ya, ada genangan 20% 10% 0% 27.5% 7.5% 24.2% 7% Kluster 0 Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Kluster 4 Ket : Dari hasil pengamatan hanya wilayah di kluster 0 yang genangan air cukup tinggi yakni sebesar 67,5%, di empat kluster lainnya prosentase genangan air di bawah 30% Grafik 3.23. Hasil pengamatan, apakah halaman bersih dari benda penyebab air tergenang? 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 19.4% 15.8% 3.5% 100% 100% 80.6% 84.2% 96.5% Kluster 0 Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Kluster 4 Ya, halaman bersih dari benda Tidak, halaman penuh dengan benda LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 54

INDEKS RESIKO Grafik 3.24. Hasil pengamatan, apakah anda dapat melihat saluran air hujan dekat rumah? 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 30% 48.3% 65% 2.5% 65% 63% 5% 0% 67.5% 1.3% 1% 46.7% 35% 33.8% 36% Kluster 0 Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Kluster 4 Tidak, tidak terlihat Ya, tertutup, tidak terlihat Ya, terbuka Ket : Dari grafik pengamatan 3.17 didapat bahwa hampir semua kluster dengan halaman yang terbebas dari benda yang menyebabkan genangan air, hanya sebagian kecil dari kluster 2,3, dan 4 yang terlihat bahwa halaman penuh dengan benda Grafik 3.18 memperlihatkan saluran air hujan banyak yang tidak terlihat atau sebagian besar responden tanpa saluran air hujan, sementara responden dengan saluran terbuka banyak terdapat di kluster 1 dan kluster 3 Grafik 3.25. Hasil pengamatan, apakah air di saluran dapat mengalir? 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 50% 15% 38.8% 48.3% 60.5% 1.7% 2.5% 20% 85% 45.6% 2.5% 2.5% 47.5% 12.5% 27.5% 11.9% 24.5% 3.8% Kluster 0 Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Kluster 4 Tidak ada saluran 50% 15% 38.8% 48.3% 60.5% Saluran kering 20% 0% 45.6% 2.5% 2.5% Tidak 2.5% 0% 11.9% 1.7% 12.5% Ya 27.5% 85% 3.8% 47.5% 24.5% LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 55

INDEKS RESIKO Grafik 3.26. Hasil pengamatan, apakah saluran air bersih dari sampah? 22.5% 5% Kluster 0 Kluster 1 9.4% 3.1% 5% Kluster 2 Kluster 3 3% 10% 22.5% 5.5% Kluster 4 Tidak ada saluran 50% 10% 39.4% 46.7% 59% Tidak bersih, saluran kering 7.5% 5% 43.1% 5% 3% Tidak bersih, saluran tersumbat Tidak bersih, air dapat mengalir 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 50% 7.5% 15% 10% 5% 47.5% 37.5% 39.4% 46.7% 43.1% 5% 6.7% 41.7% 59% 15% 0% 9.4% 0% 10% 22.5% 47.5% 3.1% 6.7% 22.5% Ya, hampir selalu bersih 5% 37.5% 5% 41.7% 5.5% Ket : Ke lima kluster yang di amati sebagian tanpa saluran dengan prosentase yang cukup tinggi, ke lima kluster juga terdapat saluran yang dapat mengalir dengan nilai yang bervariatif. Sebagian kecil dari hasil pengamatan terdapat saluran tetapi air tidak mengalir, dan untuk kluster 2 dan kluster 0 sebagian saluran telah mengering. Di tiap kluster sebagian saluran terdapat sampah dimana diantaranya menghambat aliran air dan hasil pengamatan juga menyebutkan di tiap kluster banyak yang tidak memiliki saluran air. Terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi sampah, limbah domestik dan aliran air di saluran / drainase. LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 56

a. Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga Gambaran Umum A. Cakupan pelayanan air bersih Kab. Tapin eksisting saat kini baru mencapai ±39%. Data Kabupaten Tapin Dalam Angka Tahun 2007, menunjukkan produksi air minum PDAM Kab. Tapin mencapai 3.487.490 m 3 per tahun. Kuantitas air minum yang berhasil didistribusikan oleh PDAM adalah sebesar 2.700.612 m 3, sedang yang terjual sebesar 2.233.337 m 3 untuk 9.044 pelanggan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa angka kehilangan air pada tahun berjalan sementara ini dapat disimpulkan sebesar 36%. B. Dari total pelanggan, 312 pelanggan dari KU, 8.409 pelanggan dari golongan bukan niaga, 319 pelanggan dari Non Umum (a.l. Kantor Pemerintah dan Bangunan Sosial), dan 4 pelanggan Niaga Besar. Terdapat 72 desa yang sudah tecakup pela yanan air minum dan 59 desa yang belum tercakup pelayanan air minum perpipaan, namun tercatat sudah memiliki sumber air bersih perdesaan bukan perpipaan maupun swadaya. Kelengkapan serta akurasi data akses terhadap sumber daya air yang layak minum masih perlu dikonfirmasi, didata ulang dan menjadi bagian dari studi ketersediaan air baku yang sedang berjalan. C. Prakiraan kebutuhan air minum ditetapkan berdasar jumlah penduduk eksisting serta proyeksinya pada tahun rencana. Hasil identifikasi terhadap kondisi pelayanan eksisting dan pendalaman terhadap RTRW dan VISI-MISI Daerah menjadi dasar penetapan konsumsi air minum penduduk serta kebijakan perbandingan tingkat pelayanan sektor niaga-industri pada setiap tahun proyeksi. D. Dengan menggunakan standar kebutuhan air minum sebesar 120 liter /orang/hari, maka air minum minimal yang harus disediakan pada akhir perencanaan (tahun 2030) adalah sebesar 220,866 liter/detik. Pada saat ini kapasitas produksi PDAM baru mencapai 157,5 liter/detik berarti hingga tahun 2030 diperlukan tambahan kapasitas untuk memenuhi kebutuhan air bersih pada tahun-tahun yang akan datang agar kebutuhan akan air bersih dapat ditangani yaitu dengan cara mencari sumber-sumber air bersih untuk mendukung agar pembangunan di Wilayah Kabupaten Tapin dapat berkembang dengan baik. E. Meningkatkan cakupan wilayah pelayanan distribusi air minum Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) untuk seluruh Wilayah Kabupaten Tapin. Prioritas utama sebaiknya di kelurahan-kelurahan yang mempunyai kepadatan > 100 jiwa. Upaya peningkatan cakupan pelayanan ini akan dilaksanakan secara bertahap, hingga akhirnya pada tahun 2030 seluruh penduduk yang ada di Wilayah Kabupaten Tapin sudah dapat dilayani oleh sistem publik, dengan tetap memperhatikan kecukupan kuantitas dan persyaratan kualitas. Upaya pengembangan sistem publik ini dapat pula dilakukan dengan bekerjasama dengan pihak swasta dan masyarakat. LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 57

INDEKS RESIKO Grafik 3.27. Sumber air untuk minum, masak dan mencuci peralatan. lainnya, 16.8% hidran/kran umum PDAM, 4.3% sumur bor/pompa tangan mesin, 12.0% air ledeng PDAM berfungsi, 47.5% sumur bor/pompa tangan, 6.3% sumur gali yg tidak terlindungi, 3.2% sumur gali yg terlindungi, 14.1% Grafik 3.28. Bagaimana cara Ibu mengolah air untuk diminum? 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 1.3% 100% 100% 97.3% 10.1% 15.2% 73.7% 16.3% 83.7% kluster 0 kluster 1 kluster 2 kluster 3 kluster 4 Lainnya 0% 0% 0.7% 10.1% 0.0% Menggunakan filter keramik 0% 0% 0.7% 1.0% 0.0% Ditambahkan kaporit 0% 0% 1.3% 15.2% 16.3% Direbus 100% 100% 97.3% 73.7% 83.7% Ket : Warga Tapin banyak menggunakan air ledeng PDAM sebagai sumber air untuk masak, minum, dan mencuci pakaian, selain itu sumber air yang banyak di manfaatkan dari sumur gali dan sumur bor. Kepedulian warga tapin untuk menjaga kesehatan keluarga cukup tinggi terbukti dengan merebus air sebelum di konsumsi, selain itu mereka menggunakan filter keramik dalam mengolah air untuk minum. LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 58

INDEKS RESIKO Grafik 3.29. Apakah pernah kesulitan mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari? 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 2.5% 10% 7.5% 77.5% 2.5% 7.5% 87.5% 20% 11.7% 54.4% 25.6% kluster 0 kluster 1 kluster 2 kluster 3 kluster 4 Tidak tahu 2.5% 0% 0% 0% 0% Lebih dari seminggu 2.5% 2.5% 0% 0% 0% Seminggu 0% 0% 0% 0.8% 0% Satu sampai beberapa hari 10% 2.5% 20% 11.7% 0% Beberapa jam saja 7.5% 7.5% 54.4% 30.8% 27.0% Tidak pernah 77.5% 87.5% 25.6% 56.7% 73.0% Grafik 3.30. Sumber air untuk minum dan untuk memasak 30.8% 56.7% 27.0% 73.0% Air dari sungai Mata air terlindungi Air sumur gali tdk terlindungi Air sumur gali terlindungi Air sumur pompa tangan Air kran umum - PDAM/PROYEK Air hidran umum - PDAM Air Ledeng dari PDAM Air isi ulang Air botol kemasan 13.8% 12.0% 1.3% 1.1% 3.2% 2.3% 14.1% 8.8% 17.0% 16.3% 2.3% 2.1% 2.1% 3.2% 1.4% 18.8% 0.2% 4.3% 45.4% 44.6% masak minum 0% 10% 20% 30% 40% 50% Ket : Secara umum warga kab. Tapin tidak mengalami kesulitan dalam mendapatkan air bersih, walaupun di beberapa kluster pernah mengalami kesulitan tapi sebagian besar hanya beberapa jam saja dan ada pula yang lebih dari satu hari tetapi nilai prosentasenya kecil. PDAM merupakan pilihan utama warga sebagai sumber air untuk minum dan memasak, begitu juga air sumur pompa dan gali. Pilihan berikutnya air isi ulang yang saat ini banyak di temui di sekitar permukiman warga. Sementara lebih dari 12% warga masih menggunakan air sungai untuk minum dan masak dimana tingkat pencemaran air sungai di kab. Tapin cukup tinggi. Perlunya kampanye untuk tidak BAB sembarangan di tengah masyarakat guna menjaga sumber air yang nantinya aman untuk dikonsumsi. LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 59

3.5 Perilaku Higiene Tujuan Diketahuinya program/ proyek/ layanan yang telah dilakukan terkait pemberdayaan masyarakat, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan promosi higiene dengan pelibatan jender dan kemiskinan, oleh : 1. Dinas-dinas, program dan layanan yang ada 2. L SM lok al 3. Kelurahan, kecamatan dan kelompok masyarakat 4. Sektor swasta (formal maupun informal). Deskripsi Survei Pemberdayaan Masyarakat, Jender, dan Kemiskinan (PMJK), promosi higiene dan sanitasi sekolah diperlukan untuk menilai partisipasi masyarakat dengan pelibatan peran jender dan kemiskinan dalam pengelolaan sistem sanitasi baik dalam skala kabupaten/kota maupun nasional serta prospek pengembangannya di masa depan. Survei PMJK, promosi higiene dan sanitasi sekolah mengidentifikasikan Program/Proyek/Layanan Berbasis Masyarakat yang telah dilakukan oleh Kabupaten/Kota, LSM, CBO (Community-based Organization) dan masyarakat untuk subsektor air limbah domestik, persampahan, drainase lingkungan, promosi higiene, dan sanitasi sekolah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran semua anggota keluarga dan masyarakat, sehingga keluarga dan masyarakat itu dapat menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat, dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Oleh karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta diperjuangakan oleh semua pihak secara keseluruhan (totalitas). Program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi dan perilaku sehat bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Community Empowerment). Program ini selalu dihubungkan dengan kegiatan promosi higiene pada masyarakat. Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, sesuai dengan tatanan yang ada. Program PHBS meliputi 5 tatanan yaitu (a) Rumah Tangga, (b) Sekolah, (c) Tempat Kerja, (d) Sarana Kesehatan dan (e) Tempat Tempat Umum (TTU). Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang biasa hidup, bekerja, bermain, berinteraksi dan lain-lain. Program sanitasi sekolah merupakan salah satu tatanan yang terintegrasi dengan PHBS. Program PPSP hanya akan fokus pada tatanan rumah tangga dan tatanan sekolah (sanitasi sekolah) LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 60

Grafik 3.31. Praktek cuci tangan pakai sabun (CTPS) pada 5 + 1 waktu penting. kluster 4 32.5% 67.5% kluster 3 20% 80% kluster 2 kluster 1 3.8% 40% 60% 96.3% Ya Tidak kluster 0 5% 95% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% Grafik 3.32. Ketersediaan sarana CTPS di jamban 120.0% 100.0% 97.5% 90% 96.9% 95.8% 85.5% 80.0% 60.0% 40.0% Tidak tersedia Ya, tersedia 20.0% 0.0% 14.5% 10% 2.5% 3.1% 4.2% kluster 0 kluster 1 kluster 2 kluster 3 kluster 4 Ket : Sebagian besar warga belum melakukan cuci tangan pakai sabun (CPTS) dalam kehidupan sehari-hari. Terutama di wilayah kluster 0, 2, dan 3 yang mencapai lebih dari 80%. Untuk kluster 1 dan 4 warga yang CPTS telah mencapai lebih dari 32,5% Begitu juga sarana CPTS di jamban maupun dekat jamban belum banyak warga di tiap kluster yang menyediakan sarana tersebut. Perlunya kesadaran masyarakat bahwa upaya menjaga kesehatan kesehatan dapat dilakukan dengan hal-hal kecil seperti cuci tangan pakai sabun. LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 61

Grafik 3.33. Pola pemanfaatan sabun dalam kehidupan sehari-hari Lainnya, 1.3% Mencuci pakaian, 95.0% Mandi, 99.1% Mencuci peralatan, 96.8% Memandikan anak, 51.5% Ket : Mencuci tangan anak, 37.5% Menceboki pantat anak, 36.6% Mencuci tangan sendiri, 60.3% Seperti kondisi masyarakat pada umumnya, warga Tapin juga menggunakan sabun dalam kehidupan sehari-hari terutama pada saat mencuci pakaian, mandi, dan mencuci tangan. Grafik 3.34. Kebiasaan Masyarakat Memanfaatkan Sampah Sebagai Kompos 120.0% 100.0% 80.0% 60.0% 40.0% 97.5% 92.5% 99.4% 99.2% 100% Tidak dimanfaatkan Ya, dimanfaatkan 20.0% 0.0% 2.5% 7.5% 0.6% 0.8% kluster 0 kluster 1 kluster 2 kluster 3 kluster 4 Ket : Salah satu cara untuk menangulangi sampah di permukiman adalah dengan mengolah sampah menjadi kompos atau lainnya. Tetapi sebagian warga belum memanfaatkan sampah yang diharapkan selain mengatasi masalah persampahan juga dapat meningkatkan perekonomian keluarga. Reduce, Reuse, dan Recycle. Sebuah pendekatan untuk mengurangi timbulan sampah melalui : mengurangi, menggunakan kembali, serta mendaur ulang sampah LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 62

Grafik 3.35. Ada-tidaknya masalah sampah di lingkungan rumah Menyumbat saluran drainase 3% Banyak nyamuk 32% Bau busuk yang menggangu 3% Banyak hewan di tumpukan sampah 3% Ada anak-anak yang bermain di sekitarnya 9% Lainnya 2% Banyak sampah berserakan 18% Banyak lalat di tumpukan sampah 10% Banyak tikus berkeliaran 20% Ket : Dari Grafik 3.1. yang menunjukkan sampah di kab. Tapin 67% belum terangkut secara memadai terbukti menimbulkan dampak yang buruk bagi warga (grafik 3.35). Responden di lima kluster yang disurvey mengeluhkan masalah akibat tumpukan sampah seperti nyamuk, tikus, bau busuk yang menganggu dan masih banyak lagi. Tumpukan sampah yang belum terangkut berpotensi menimbulkan penyakit bagi warga sekitar Perlunya dukungan dari pemerintah daerah setempat dalam menanggulangi dampak negative dari tumpukan sampah. LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 63