BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kabupaten Purbalingga (Kajian Semantik) ini berbeda dengan penelitian-penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASSAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. penelitian mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang berjudul

BAB II LANDASAN TEORI. Prasetya, NIM , tahun 2010 dengan judul Konsep Penamaan Rumah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI. pada bidang semantik yang mengkaji tentang nama diri. Perbedaannya dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Makna Referensial Pemakaian Nama Panggilan Mahasiswa Kos di

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman. Abstrak

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB VII TATARAN LINGUISTIK(4) SEMANTIK

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK. meskipun sifat kehadirannya pada tiap tataran itu tidak sama.

BAB 1 PENDAHULUAN. kata, baik berbentuk gramatikal maupun leksikal. Bahasa yang digunakan seharihari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adapun Penelitian tentang makna kata dalam Al-Qur an sudah pernah diteliti

BAB II KAJIAN TEORI. teori makna yang dimiliki seseorang pengguna bahasa telah memadai dan cukup.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi dalam bertukar pendapat. Bahasa dapat diartikan

BAHASA INDONESIA KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

BAB I PENDAHULUAN. atau label terhadap benda atau peristiwa yang ada di sekelilingnya karena terlalu

BAB II KAJIAN TEORI. manusia atau kelompok (Kridalaksana, 2001:1993). Makna kata merupakan bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retno Eko Wulandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa

BAB II LANDASAN TEORI. Kata dan Frasa Bahasa Asing dalam Iklan Elektronik pada Surat Kabar Suara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori dalam penelitian ini perlu dibicarakan secara terinci.

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Silfi Pitriyanti, 2014 Penggunaan Abreviasi Pada Ranah Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB II LANDASAN TEORI. masyarakat untuk tujuan komunikasi (Sudaryat, 2009: 2). Dalam kehidupan

BAB II LANDASAN TEORI. Rubik Ekonomi Majalah Tempo Edisi Bulan Maret 2016 berbeda dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nani Astuti, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

M.K SEMANTIK Pertemuan Ke-4 RAGAM MAKNA

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

2015 FENOMENA PENGGUNAAN NAMA-NAMA UNIK PADA MAKANAN DI BANDUNG

7. TATARAN LINGUISTIK (4) SEMANTIK

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa sebagai

REALISASI STRUKTUR SINTAKSIS PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA IA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA STKIP PGRI BANGKALAN TAHUN AJARAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEMANTIK DR 414

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Giovanni (2013) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Perubahan Makna

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat terjalin dengan baik karena adanya bahasa. Bahasa

Bab 2. Landasan Teori. mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan semantik adalah sebagai berikut:

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

KAJIAN SEMANTIK NAMA JAJANAN PASAR DI WILAYAH PURWOKERTO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota

Bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa.

Bab 2. Landasan Teori. Dalam bab dua ini penulis akan membahas tentang teori-teori yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara lisan adalah hubungan langsung. Dalam hubungan langsung

PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.)

BAB 1 PENDAHULUAN. Kategori kata dalam kajian gramatik bahasa Indonesia tidak. pernah lepas dari pembicaraan. Begitu kompleks dan pentingnya

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah yang turut memperkaya kebudayaan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak ahli yang berpendapat mengenai makna kata. Soedjito (1990: 51)

BAB VII KESIMPULAN. penyerapan mengalami penyesuaian dengan sistem bahasa Indonesia sehingga

KAJIAN BENTUK-BENTUK AKRONIM BAHASA INDONESIA DAN KAJIAN FONOTAKTIKNYA DALAM BERITA LIPUTAN KHUSUS PEMILU 2009 PADA SURAT KABAR SOLOPOS SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI. relevan, yaitu penelitian berjudul Kajian Semantik pada Syair Lagu Kesenian

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat hidup bermasyarakat. Dengan bahasa orang dapat. lambang bunyi, suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB II TEORI SEMANTIK

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

Transkripsi:

6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang berjudul Sistem Penamaan Tempat Pemakaman Umum di Kabupaten Purbalingga (Kajian Semantik) ini berbeda dengan penelitian-penelitian sejenis. Untuk membuktikannya, Peneliti membandingkan dengan dua hasil penelitian terdahulu, yaitu skripsi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto yakni: 1. Skripsi Nofiyanti (2013) yang berjudul Kajian Semantik Pada Nama-Nama Tempat Kos di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. 2. Skripsi Apriliani (2016) yang berjudul Analisis semantik nama-nama hotel di lokawisata Baturaden kabupaten Banyumas Diantara penelitian ini dengan dua penelitian tersebut di atas terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaan yang paling mendasar yaitu sama-sama meneliti tentang penamaan dengan menggunakan kajian semantik dalam analisisnya. Perbedaan antara dua referensi penelitian sebelumnya dengan penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Nofiyanti (2013) dalam skripsinya yang berjudul Kajian Semantik Pada Nama-Nama Tempat Kos di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas membahas mengenai latar belakang, tujuan, jenis, dan makna dari nama-nama tempat kos. Penelitian yang dilakukan oleh Apriliani (2016) dengan judul Analisis semantik nama-nama hotel di lokawisata Baturaden kabupaten Banyumas membahas tentang jenis penamaan umum dan jenis penamaan khusus pada nama-nama hotel. Dalam penelitian ini, peneliti lebih menekankan jenisjenis penamaan dan jenis-jenis makna yang terkandung dalam nama-nama tempat pemakaman umum (TPU). Selain itu, data dan sumber data penelitian berbeda antara 6

7 penelitian ini dengan dua penelitian sebelumnya. Data penelitian yang telah dilakukan adalah nama-nama tempat kos dan nama-nama hotel sedangkan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa nama-nama tempat pemakaman umum di Kabupaten Purbalingga. Penelitian mengenai sistem penamaan tempat pemakaman umum di Kabupaten Purbalingga juga belum pernah dilakukan oleh mahasiswa atau pun peneliti lain, sehingga perlu dilakukan penelitian. Dalam hal ini peneliti memfokuskan penelitian ini pada bidang semantik karena menurut pendapat Kambertel dan Verhaar (dalam pateda, 2010:7), semantik adalah studi tentang makna atau teori makna. Selain itu, bahasa merupakan kesatuan bentuk dan makna. Sebagaimana diketahui bahasa merupakan sistem lambang yang berwujud bunyi atau bunyi ujar. Sebagai lambang tentu ada yang dilambangkan. Dengan demikian, yang dilambangkan adalah suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi. Karena lambanglambang mengacu pada sesuatu konsep, ide atau pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa mempunyai makna. Jadi, dalam hal ini kata-kata yang digunakan sebagai nama-nama tempat pemakaman umum merupakan lambang suatu konsep, ide, atau pikiran dari si pemberi nama. B. Landasan Teori 1. Pengertian Semantik Semantik di dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris semantics; dari bahasa Yunani sema (nomina: tanda) atau dari verba samaino (menandai, berarti). Istilah tersebut digunakan para pakar bahasa (linguis) untuk menyebut bagian ilmu bahasa (linguistik) yang mempelajari makna. Semantik ada pada ketiga tataran bahasa

8 yang meliputi fonologi, morfologi, sintaksis dan leksikon (Djajasudarma, 2009:1). Menurut Depdiknas (2007:1025), pengertian semantik terbagi menjadi dua, yaitu: (1) ilmu tentang makna kata dan kalimat, (2) bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan atau struktur makna suatu wicara. Sejalan dengan pendapat di atas, Kridalaknasa (2008:201) mengemukakan bahwa pengertian semantik meliputi (1) bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan struktur makna suatu wicara dan (2) sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya. Pendapat yang berbunyi semantik adalah studi tentang makna juga dikemukakan oleh Kambartel (dalam Pateda, 2010:7). Menurutnya, semantik mengasumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakkan makna apabila dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia. Verhaar (dalam Pateda, 2010:7) mengatakan semantik berarti teori makna atau teori arti. Di dalam Ensiklopedi Britanika dirumuskan, semantik adalah studi tentang hubungan antara suatu pembeda lingusitik dengan hubungan proses mental atau simbol dalam aktivitas bicara (Pateda, 2010:7). Dari beberapa pengertian dan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa semantik adalah ilmu yang mengkaji mengenai makna. Makna yang dimaksud identik dengan komponen signifie yang diartikan, sebagaimana dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure (dalam Chaer : 2013), semantik itu sendiri merupakan bagian dari struktur bahasa. 2. Nama dan Penamaan Nama adalah salah satu wujud bahasa dalam kehidupan manusia dan merupakan hasil persepsi manusia. Persepsi yang dimaksud, yaitu segala sesuatu yang

9 dilihat dan hasil pencarian alam pikiran manusia tentang bentuk kebahasaan yang dapat mengekspresikan apa yang telah dipersepsikannya itu. Nama merupakan katakata yang menjadi label setiap makhluk benda, aktivitas, dan peristiwa di dunia ini (Djajasudarma, 2009: 47). Menurut Depdiknas (2007:773), nama adalah kata untuk menyebut tempat, barang, binatang, serta nama untuk menyebut atau memanggil orang. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa nama merupakan satu wujud bahasa dalam kehidupan dan merupakan hasil persepsi manusia untuk menyebutkan tempat, barang, binatang, serta nama untuk menyebut atau memanggil orang. Menurut Chaer (2013: 43), penamaan adalah pelambangan suatu konsep untuk mengacu kepada suatu referen yang berada di luar bahasa. Menurut Djajasudarma (2009: 47-49), penamaan tidak lepas dari bahasa, dan studi bahasa pada dasarnya adalah peristiwa budaya. Jika dalam suatu wilayah terdapat budaya yang beraneka ragam, maka bahasa yang muncul akibat peristiwa budaya juga akan beraneka ragam, termasuk di dalamnya ada penamaan dan pemaknaan. Maka dapat disimpulkan bahwa penamaan adalah perlambangan suatu konsep yang mengacu kepada suatu referen yang berada di luar bahasa yang didasarkan pada peristiwa budaya. Contoh penamaan dalam bahasa Indonesia manis, bahasa Sunda amis, bahasa Jawa legi. Jadi penaman adalah proses perlambangan suatu benda, proses gejala, aktivitas, serta sifat. 3. Jenis Penamaan Secara kontemporer kita masih dapat menelusuri sebab-sebab atau peristiwaperistiwa yang melatarbelakangi terjadinya penamaan atau penyebutan terhadap sejumlah kata yang ada dalam leksikon bahasa Indonesia. Latar belakang tersebut

10 mendasari penggolongan penamaan menjadi jenis-jenis tertentu. Jenis-jenis penamaan dapat diuraikan sebagai berikut: Menurut Chaer (2013: 44-51), jenis penamaan dibagi menjadi 9, yaitu: penamaan berdasarkan (1) peniruan bunyi, (2) penyebutan bagian, (3) penyebutan sifat khas, (4) penemu dan pembuat, (5) tempat asal, (6) bahan, (7) keserupaan, (8) pemendekan, (9) penamaan baru. Sedangkan menurut Sudaryat (2009: 59-60) ada 10 jenis penamaan, yaitu: penamaan berdasarkan (1) peniruan bunyi, (2) penyebutan bagian, (3) penyebutan sifat khas, (4) penyebutan apelativa, (5) penyebutan tempat asal, (6) penyebutan bahan, (7) penyebutan keserupaan, (8) penyebutan pemendekan, (9) penyebutan penemuan baru, (10) pengistilahan. Penelitian ini menggunakan jenis penamaan sesuai dengan klasifikasi data, yaitu penamaan berdasarkan: (1) penyebutan bagian, (2) penyebutan sifat khas, (3) penyebutan tempat asal, (4) penyebutan keserupaan, (5) penyebutan pemendekan, (6) penyebutan penamaan baru a. Penamaan Berdasarkan Penyebutan Bagian (Pars Prototo) Dalam bidang kesusastraan ada istilah pars prototo yaitu gaya bahasa yang menyebutkan bagian dari suatu benda atau hal, padahal yang dimaksud adalah keseluruhannya (Chaer, 2013: 45). Menurut Sudaryat (2009: 59), penyebutan bagian adalah penamaan suatu benda dengan cara menyebutkan bagian dari suatu benda padahal yang dimasud keseluruhannya. Kesimpulannya, penamaan berdasarkan penyebutan bagian adalah penyebutan sebagian untuk mewakili keseluruhan. Misalnya, kalau kita masuk ke rumah makan dan meminta kopi maka pasti pemilik atau pelayan rumah makan itu tidak akan menyodorkan kopi saja, melainkan kopi

11 yang sudah diseduh dengan air panas, diberi gula, dan ditempatkan dalam cangkir atau wadah lain. b. Penamaan Berdasarkan Penyebutan Sifat Khas Penamaan suatu benda berdasarkan sifat yang khas yang ada pada benda itu. Gejala ini merupakan peristiwa semantik karena dalam peristiwa itu terjadi transposisi makna dalam pemakaian, yaitu perubahan dari kata sifat menjadi kata benda. Di sini terjadi perkembangan, yaitu berupa ciri makna yang disebut dengan kata sifat itu mendesak kata bendanya karena sifatnya yang sangat menonjol, sehingga kata sifatnya itulah yang menjadi nama bendanya (Chaer, 2013: 46). Menurut Sudaryat (2009:59), bahwa penyebutan sifat khas yakni penamaan suatu benda dengan berdasarkan sifat yang khas yang ada pada benda itu. Kesimpulannya, penamaan berdasarkan sifat khas, yaitu penamaan suatu benda berdasarkan sifat khas atau ciri paling dominan yang ada pada benda itu. Misalnya, orang yang sangat kikir lazim disebut si kikir atau si bakhil. Anak yang tidak dapat tumbuh menjadi besar, tetap saja kecil, disebut si kerdil. c. Penamaan Berdasar Tempat Asal Sejumlah nama benda dapat ditelusuri berasal dari nama tempat asal benda tersebut (Chaer, 2013: 48). Sudaryat (2009:59) mengatakan bahwa penyebutan tempat asal adalah penamaan suatu benda berdasarkan nama asal benda tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penamaan berdasarkan penyebutan tempat asal adalah penamaan suatu benda berdasarkan tempat asal benda tersebut. Misalnya kata magnet berasal dari nama tempat Magnesia ; kata kenari, yaitu nama sejenis burung, berasal dari nama pulau Kenari di Afrika.

12 d. Penamaan Berdasarkan Keserupaan Dalam praktik berbahasa banyak kata yang digunakan secara metaforis. Arti kata itu digunakan dalam suatu ujaran yang maknanya dipersamakan atau diperbandingkan dengan makna leksikal dari kata itu (Chaer, 2013: 50). Dalam pemakaian bahasa sekarang, banyak nama benda dibuat berdasarkan kesamaan sifat atau ciri dari makna leksikal kata itu. Menurut Sudaryat (2009: 60), penyebutan keserupaan adalah suatu benda berdasarkan keserupaan sesuatu dengan benda lain. Kesimpulannya, penamaan berdasarkan keserupaan adalah kata yang digunakan dalam suatu ujaran yang maknanya dipersamakan atau diperbandingkan dengan makna leksikal dari kata itu. Misalnya kata kaki ada frasa kaki meja, kaki gunung, dan kaki kursi. Di sini kata kaki mempunyai kesamaan makna dengan salah satu ciri makna dari kata kaki itu yaitu alat penopang berdirinya tubuh. e. Penamaan Berdasarkan Pemendekan (Abreviasi) Menurut Chaer (2013:51) dalam perkembangan bahasa terakhir ini banyak kata-kata dalam bahasa Indonesia yang terbentuk sebagai hasil penggabungan unsurunsur huruf awal atau suku kata dari beberapa kata yang digabungkan menjadi satu. Penyebutan pemendekan adalah penamaan suatu benda dengan cara memendekkan ujaran atau kata lain (Sudaryat, 2009: 60). Menurut Kridalaksana (2010: 162-163), bentuk-bentuk kependekan dapat dibagi menjadi empat yaitu: (a) singkatan, (b) penggalan, (c) akronim dan kontraksi, (d) lambang huruf. Bentuk-bentuk kependekan dapat dipaparkan sebagai berikut:

13 1) Singkatan Singkatan adalah salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf maupun yang tidak dieja huruf demi huruf (Kridalaksana, 2010:162). Bentuk singkatan terjadi karena proses-proses (1) pengekalan huruf pertama tiap komponen, misalnya A = agama, (2) pengekalan huruf pertama dengan pelepasan konjungsi, preposisi, reduplikasi dan preposisi, artikulasi dan kata, misalnya ABJK = Akademi Bahasa dan Kebudayaan Jepang, (3) pengekalan dua huruf pertama dari kata:as = asisten, (4) pengekalan huruf pertanadan huruf terakhir kata, misalnya Ir = insinyur, (5) pengekalan huruf pertama suku kata pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kata kedua dari suku kata, misalnya dgn = de ngan. 2) Penggalan Menurut Kridalaksana (2010:162) penggalan yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari leksem. Penggalan mempunyai sub-klasifikasi yaitu: (1) penggalan suku kata pertama dari suatu kata, misalnya Dok = dokter, (2) pengekalan suku terakhir suatu kata, milsanya Pak = bapak, (3) pengekalan tiga huruf pertama dari suatu kata, misalnya Bag = bagian, (4) pengekalan empat huruf pertama dari suatu kata, misalnya Prof = profesor, dan (5) pengekalan kata terakhir dari suatu frase, misalnya harian surat kabar harian. 3) Akronim dan Kontraksi Menurut Kridalaksana (2010:162) akronim yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku kata, atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan

14 sebagai kata yang wajar dan memenuhi kaidah fonotatif Indonesia. Bila seluruh kependekan itu dilafalkan sebagai kata yang wajar, kependekan itu merupakan akronim, misalnya ABRI, IKIP, pemilu, iptek. Kontraksi yaitu proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem. Kontraksi mempunyai sun klasifikasi yaitu: (1) pengekalan suku pertama dari tiap komponen, misalnya Orba = orde baru, (2) pengekalan suku kata terakhir dari tiap komponen, misal Lisin = ahli mesin, (3) pengekalan huruf pertama tiap komponen, misalnya KONI = Komite Olahraga Nasional Indonesia, (4) pengekalan tiga huruf pertama tiap komponen, misalnya Komwil = komando wilayah, (5) pengekalan tiga huruf pertama komponen pertama dan ketiga serta pengekalan huruf pertama komponen kedua, misalnya Nasakom = Nasionalis, Agama, Komunis. 4) Lambang Huruf Lambang huruf adalah proses pemendekan yang menghasilkan suatu huruf atau lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan atau unsur. Huruf lambang tidak diberi titik dibelakangnya (Kridalaksana, 2010:163). Contoh: cm (sentimeter), m (meter), g (gram). Bentuk ini disebut lambang karena dalam perkembangannya tidak dirasakan lagi asosiasi linguistik dengan kepanjangannya. Lambang-lambang tersebut sudah menjadi kesepakatan dalam konsep dasar ilmiah. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemendekan atau penyingkatan merupakan kata yang terbentuk karena adanya penggabungan huruf awal atau suku kata dari beberapa kata yang digabung atau dipendekkan menjadi suatu kata. Bentuk pemendekan ada empat, yaitu: singkatan, penggalan, dan akronim dan kontraksi. Dalam penamaan kata-kata yang digunakan dapat dipendekkan dengan cara disingkat, dipenggal, atau diakronimkan.

15 f. Penamaan Berdasarkan Penamaan Baru Yang Ditemukan Dalam penelitian ini, tidak semua data termasuk dalam delapan jenis penamaan yang sudah ada dalam teori semantik, sehingga peneliti membuat argumentasi terkait jenis penamaan berdasarkan pola baru sesuai dengan data yang diteliti dan sesuai dengan daya pikir peneliti. Hal ini sejalan dengan pendapat Chaer (2013:51) bahwa dewasa ini banyak kata atau istilah yang dibentuk untuk menggantikan kata atau istilah lama yang sudah ada. 4. Pengertian Makna Menurut Depdiknas (2007:703), pengertian makna terbagi menjadi dua yaitu: (1) arti mengandung maksud dan tujuan, juga merupakan konsep yang mencakup makna dan pengertian tentang sesuatu, (2) maksud dari pembicaraan atau penulis, pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Menurut Kridalaksana (2008:148), pengertian makna dibagi menjadi empat antara lain: (1) maksud pembicaraan agar mudah dimengerti oleh lawan bicara, (2) pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau prilaku manusia atau kelompok manusia, (3) hubingan, dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa, atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkan, (4) cara menggunakan lambang-lambang bahasa. Menurut Djajasudarma (2008:5), makna adalah pertautan yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri terutama kata. Makna sebagai penguhung bahasa dengan dunia luar sesuai dengan kesepakatan para pemakainya sehingga dapat saling mengerti. Menurut Chaer (2013: 33), makna adalah unsur dari sebuah kata atau lebih tepat sebagai gejala-gejala ujaran. Wallace dan Chafe (dalam Djajasudarma, 2009:8)

16 mengungkapkan pula bahwa berpikir tentang bahasa, sebenarnya sekaligus melibatkan makna. Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap pemakai bahasa dalam suatu masyarakat bahasa saling mengerti. Menurut Aminudin (2011:52-53), makna adalah hubungan antara bahasa dengan dunia di luar bahasa yang telah disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling mengerti. Dari batasan pengertian ini dapat diketahui tiga unsur pokok yang tercakup di dalamnya, yaitu (1) makna adalah hasil hubungan antara bahasa dengan alam di luar bahasa, (2) penentuan hubungan terjadi karena kesepakatan para pemakai bahasa, serta (3) perwujudan makna itu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga dapat saling mengerti. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa makna adalah arti yang mengandung maksud dan tujuan. Makna juga merupakan konsep, ide, arti, pikiran yang diungkapkan melalui bahasa, maka dapat dikatakan bahwa bahasa mempunyai makna. Semua hal yang ditunjuk oleh para pemakai bahasa mengandung makna sehingga mereka dapat saling mengerti akan maksud dan ujaran tersebut. 5. Jenis Makna Menurut Chaer (2015:267-292) ada tiga tataran makna yaitu: makna leksikal, makna gramatikal, dan makna kontekstual. Menurut Djajasudarma (2013: 8-20), membagi 14 jenis makna yaitu (1) makna sempit, (2) makna luas, (3) makna kognitif, (4) makna konotatif, (5) makna emotif, (6) makna referensial, (7) makna konstruksi, (8) makna leksikal, (9) makna gramatikal, (10) makna ideasional, (11) makna proposisi, (12) makna pusat, (13) makna piktoral, dan (14) idiomatik. Chaer (2013:60-78) membagi jenis makna menjadi 16, yaitu: (1) makna leksikal, (2) makna

17 gramatikal, (3) makna referensial, (4) makna non referensial, (5) makna denotatif, (6) makna konotatif, (7) makna kata, (8) makna istilah, (9) makna konseptual, (10) makna asosiatif, (11) makna idiomatik, (12) makna pribahasa, (13) makna kias, (14) makna kolusi, (15) makna ilokusi, (16) makna perlokusi. Menurut Pateda (2010: 96-132) terdapat 29 jenis makna, yaitu: (1) makna afektif, (2) makna denotatif, (3) makna deskriptif, (4) makna ekstensi, (5) makna emotif, (6) makna gereflekter, (7) makna gramatikal, (8) makna ideasial, (9) makna itensi, (10) makna khusus, (11) makna kiasan, (12) makna kognitif, (13) makna kolokasi, (14) makna konotatif, (15) makna konseptual, (16) makna konstruksi, (17) makna kontekstual, (18) makna leksikal, (19) makna lokusi, (20) makna luas, (21) makna piktoral, (22) makna proposional, (23) makna pusat, (24) makna referensial, (25) makna sempit, (26) makna stilistika, (27) makna tekstual, (28) makna tematis, (29) makna umum. Dari pendapat di atas, peneliti perlu membatasi jenis makna yang akan digunakan dalam penelitian ini. Batasan-batasan yang digunakan disesuaikan dengan hasil klasifikasi data-data yang ada. Peneliti menggunakan beberapa jenis makna, yaitu (1) makna denotatif, (2) makna asosiatif, (3) makna konotatif, dan (4) makna referensial. a. Makna Denotatif Chaer (2007: 292), makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Jadi, makna denotatif sebenarnya sama dengan makna leksikal. Menurut Pateda (2010: 98), makna denotatif adalah makna polos, makna apa adanya yang bersifat objektif. Makna denotatif disebut juga makna sebenarnya. Kesimpulannya bahwa makna denotatif merupakan makna yang mengacu

18 pada makna asli atau makna sebenarnya dari sebuah kata. Misalnya, kata uang yang mengandung makna benda kertas atau logam yang digunakan dalam transaksi jual beli. Kita memaknakan kata uang tanpa mengasosiasikannya dengan hal-hal lain. Makna yang terkandung dalam kata uang tidak dihubungkan dengan hal-hal lain, tidak ditafsirkan dalam kaitannya dengan benda atau peristiwa yang lain. b. Makna Asosiatif Menurut Chaer (2013:72) makna asosiatif yaitu makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. Makna asosiatif ini sebenarnya sama dengan perlambangan yang digunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan suatu konsep lain yang mempunyai kemiripan dengan sifat, keadaan atau ciri yang ada pada konsep asal kata atau leksem tersebut. Contoh: kata kursi berasosiasi dengan kekuasaan ; kata amplop berasosiasi dengan uang suap. c. Makna Konotatif Menurut Djajasudarma (2008: 9), makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau apa yang didengar. Makna konotatif adalah makna yang muncul dari makna kognitif, dalam makna kognitif tersebut ditambahkan komponen makna lain. Menurut Pateda (2010: 112), makna konotatif adalah makna yang muncul sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau kata yang dibaca. Menurut Chaer (2013:65) sebuah kata disebut mampunyai makna konotatif apabila kata itu mempunyai nilai rasa baik positif maupun negatif. Kesimpulannya bahwa makna konotatif adalah makna yang

19 mengandung nili rasa atau makna yang muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap kata yang dilafalkan atau kata yang didengarkan. Misalnya kata perempuan dan wanita. Walaupun kata perempuan dan wanita mempunyai makna denotasi yang sama tetapi kedua kata itu mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata perempuan memiliki nilai rasa yang rendah sedangkat kata wanita mempunyai nilai rasa yang tinggi. d. Makna Referensial Menurut Pateda (2010:125), makna referensial adalah makna yang langsung berhubugan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata. Referen dapat berupa benda, peristiwa, proses, atau kenyataan. Djajasudarma (2013:14) mengemukakan bahwa makna referensial yaitu makna yang berhubungan langsung dengan kenyatan atau referent (acuan). Menurut Chaer (2013: 63-64), sebuah kata dapat bermakna referensial apabila kata tersebut mengacu pada sesuatu di luar bahasa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa makna referensial adalah makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan atau sesuatu yang ditunjuk oleh suatu kata. Sesuatu itu dapat berupa benda, peristiwa, atau kenyataan. Contoh: kata biru termasuk kata bermakna referensial karena ada acuannya dalam dunia nyata, yaitu warna biru seperti langit. 6. Peta Konsep Penelitian dengan judul sistem penamaan tempat pemakaman umum di Kabupaten Purbalingga menggunakan kajian semantik dalam penelitiannya. Objek yang diteliti menggunakan kajian semantik yaitu nama tempat pemakaman umum di Kabupaten Purbalingga. Pada penelitian ini, yang dikaji yaitu jenis penamaan dan

20 jenis makna nama tempat pemakaman umum di Kabupaten Purbalingga. Berikut ini bagan Peta Konsep. Sistem Penamaan Tempat Pemakaman Umum Di Kabupaten Purbalingga (Kajian Semantik) Semantik Nama Tempat Pemakaman Umum Penamaan Makna Jenis Penamaan a. Penyebutan Bagian b. Sifat Khas c. Tempat Asal d. Keserupaan e. Singkatan f. Penamaan Baru Yang Ditemukan 1. Tujuan dan Harapan 2. Inspirasi Jenis Makna a. Makna Denotatif b. Makna Asosiatif c. Makna Konotatif d. Makna Referensial