BUDI DAYA AYAM PETELUR

dokumen-dokumen yang mirip
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA AYAM RAS PETELUR

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN. serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

CAPAIAN KINERJA SKPD DALAM PENCAPAIAN 9 PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN RKPD 2014

KINERJA USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA DI SULAWESI SELATAN. Armiati dan Yusmasari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

Bab 4 P E T E R N A K A N

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2014 :... :... :... :... :...

INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS

LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktivitas ayam buras agar lebih baik. Perkembangan

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN Lokasi perusahaan :...

STUDI KELAYAKAN PETERNAKAN AYAM BROILER SISTEM KEMITRAAN DI PTASN

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2013 :... :... :... :... :...

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

I. PENDAHULUAN. Biro Pusat Statistik (1997) dan Biro Analisis dan Pengembangan. Statistik (1999) menunjukkan bahwa Standar Nasional kebutuhan protein

KELAYAKAN USAHA TERNAK AYAM RAS PETELUR

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau

RENCANA UMUM PENGADAAN DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KABUPATEN MALANG TAHUN ANGGARAN 2013

PRAKIRAAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN PRODUK PANGAN TERNAK DI INDONESIA

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan

I. PENDAHULUAN. mempunyai peranan dalam memanfaatkan peluang kesempatan kerja.

I. PENDAHULUAN. Beternak merupakan usaha yang dikembangkan untuk mendapat keuntungan.

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan bagi peternak disertai pengembangan kelembagaan. Berbisnis

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/Permentan/PK.230/5/2016 TENTANG PENYEDIAAN, PEREDARAN, DAN PENGAWASAN AYAM RAS

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

PROFIL USAHATANI UNGGAS DI KABUPATEN BREBES (STUDI KASUS)

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

PERSEPSI PENGUSAHA ATAS PENGARUH KESEDIAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP LABA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.230/12/2016 TENTANG PENYEDIAAN, PEREDARAN, DAN PENGAWASAN AYAM RAS

V. KEMISKINAN 5.1 Kemiskinan di Desa Sitemu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Lingkungan Eksternal Penggemukan Sapi. diprediksi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

TUGAS KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS Peluang Bisnis Ayam Ras

E

Peluang Bisnis Top ~ 1

I. PENDAHULUAN. Permintaan dunia terhadap pangan hewani (daging, telur dan susu serta produk

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HEWAN PT UNIVETAMA DINAMIKA, JAKARTA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016

PENDAHULUAN. Populasi ternak sapi di Sumatera Barat sebesar 252

I. PENDAHULUAN. mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut (Putra et. al., 2015). Usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

Karya Ilmiah Bisnis ayam jawa super online

A. Kesesuaian inovasi/karakteristik lokasi

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

Bahan Kuliah ke 9: UU dan Kebijakan Pembangunan Peternakan Fakultas Peternakan Unpad KEBIJAKAN DALAM INDUSTRI TERNAK NON RUMINANSIA

POTENSI DAN PELUANG INVESTASI AYAM BURAS SERTA PEMASARANNYA. Achmad Syaichu *)

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

2017, No Menteri Petanian tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tah

BAB I PENDAHULUAN. pangan dan gizi serta menambah pendapatan (kesejahteraan) masyarakat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dikembangkan dan berperan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan pangan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

Peran dan fungsi pemerintah pada era otonomi daerah adalah. berupa pelayanan dan pengaturan (fasilitator, regulator dan dinamisator)

DEPARTEMEN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN 2007

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Transkripsi:

PROPOSAL USAHA BUDI DAYA AYAM PETELUR NAMA : SALMAWATI NIM : 10 5311 4 07 PROGRAM STUDI : S 1 JURUSAN : KURIKULUM TEK. PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2009

PROPOSAL BISNIS BUDI DAYA AYAM PETELUR Nama Pimpinan RAHIM Disusun oleh : SALMAWATI KURIKULUM TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2009

Kata Pengantar Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah, S.w.t. atas limpahan rahmat dan magfirahnya shingga kita senantiasa dapat beraktifitas dan menghasilkansuatu karya yang produktif. Selanjutnya proposal ini kami buat dengan keadaan yang sangat jauh dari kesempurnaan, itu tiada lain karena keterbatasan kami sebagai manusia biasa. Akan tetapi dengan berbekal keberanian, kemauan dan kerja keras sehingga kami termotivasi untuk membuat proposal ini. Ucapan terima kasih kami haturkan kepada semua pihak yang turut membantu kami dalam penyusunan proposal ini, serta permohonan maaf yang setinggi-tingginya manakala terdapat kesalahan dan kehilafan dalam proposal ini. Dan akhirnya kami sangat berharap semoga proposal ini mendapat perhatian dari Bapak guna mendapatkan bantuan yang kami ajukan. Taeng, 05 Februari 2009 Pengelola Rahim

BUDIDAYA AYAM RAS PETELUR ASPEK PEMASARAN PROSPEK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS Pertumbuhan ekonomi di segala sektor telah memacu pula meningkatan pendapatan masyarakat, baik di kota maupun di pedesaan yang pada gilirannya akan mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk meningkatkan gizinya, terutama yang bersumber dari protein hewani yang relatif murah dan mudah didapat sehingga yang berpendapatan menengah kebawah lebih banyak mengkonsumsinya dibandingkan dengan daging sapi atau susu. Prospek Pengembangan Agribisnis Budidaya Ayam Ras Petelur Salah satu penghasil hewani adalah ternak. Secara nasional, perkembangan populasi berbagai jenis ternak menunjukkan peningkatan yang besar, terutama untuk ternak unggas. Walaupun demikian, Indonesia dengan jumlah penduduk 200 juta orang masih tergolong sebagai negara yang tingkat konsumsi daging ayam dan telur yang masih rendah dibanding dengan kebutuhan gizi maupun konsumsi negara lain. Atas dasar ini, pengembangan usaha peternakan ayam ras petelur mendapat prioritas dalam pengembangan perekonomian khususnya usaha kecil peternakan ayam ras petelur. Prospek pengembangan agribisnis ayam ras petelur di masa yang akan datang dilihat dari sisi penawaran (supply side) dan sisi permintaan (demand side) telur di Indonesia. Dari sisi permintaan, prospek agribisnis ayam ras petelur sangat berkaitan dengan peranan telur ayarm ras dalam struktur konsumsi telur dan sifat permintaannya yang sangat sesuai dengan perkembangan masa depan. Dalam struktur konsumsi telur nasional, pangsa telur ayam ras mengalami peningkatan yang cukup berarti, dari 53,92% pada tahun 2000 menjadi 62,71% pada tahun 2005. ANALISA PERMINTAAN, PENAWARAN DAN PELUANG PASAR Selain pangsanya meningkat konsumsi per kapita juga meningkat, dari 1,44 kg/kapita pada tahun 2000 menjadi 2,31 kg/kapita pada tahun 1990 dan 3,30 kg/kapita pada tahun 2005. Hal ini menunjukkan bahwa struktur konsumsi telur di Indonesia telah mengalami pergeseran yang memperbesar pangsa telur ayam ras. Apabila konsumsi telur tersebut dibandingkan dengan standar nasional konsumsi telur adalah 3,5 kg/kapita/tahun maka masih akan ada peluang pasar pengembangan usaha peternakan ayam ras petelur.

Perkembangan Populasi, Produksi dan Konsumsi Unggas di IndonesiaTahun 2003 2008 Uraian 2003 2004 2005 2006 2007 20085 Populasi (000 ekor) - ayam buras - ayam ras petelur - itik Jumlah 201.366 43.185 25.553 270.104 208.966 46.885 25.369 281.220 222.530 54.146 27.342 304.018 222.893 54.730 26.618 304.241 243.261 63.334 27.536 334.131 253.854 69.034 28.341 351.029 Produksi telur (000 ton) - ayam buras - ayam ras petelur - itik Jumlah 84,57 279,84 119,59 484,00 87,77 303,82 118,78 510,37 93,46 350,87 127,96 572,29 93,62 354,69 124,57 572,88 119,54 423,46 145,62 688,62 127,95 457,01 143,83 728,79 Jumlah Konsumsi telur - total (000 ton) - Kg/kapita 418,20 2,31 442,60 2,40 502,90 2,73 503,80 2,69 602,80 3,16 938,70 3,30 Di samping semakin pentingnya peranan telur ayam ras dalam struktur konsumsi telur, telur ayam ras memiliki sifat permintaan yang income estic demand. Bila Pendapatan meningkat, maka konsumsi telur juga meningkat. Di masa yang akan datang, pedapatan per kapita akan meningkat terutama pada negara-negara yang saat ini termasuk low and middle income countries. Dengan demikian, konsumsi telur juga diperkirakan akan meningkat. Indonesia, misalnya menurut perkiraan pada tahun 2005 pendapatan per kapita akan meningkat menjadi US$ 2.500 dan konsumsi telur diperkirakan akan mencapai 4,07 kg per kapita. Dengan memanfaatkan data proyeksi penduduk tahun 2005 dan proyeksi konsumsi telur per kapita pada tahun yang sama, maka diperkirakan konsumsi telur pada tahun tersebut mencapai 979,70 ribu ton. Sementara itu, bila dilihat kecendrungan produksi telur ayam ras yang meningkat sebesar 4,50% per tahun atau sekitar 709,72 ribu ton pada tahun 2005, maka peluang pasar telur ayam pada tahun ini mencapai 269,98 ribu ton. Peluang pasar ini diisi oleh telur ayam buras dan teluk itik yang pangsanya masing-masing 15% dan selebihnya merupakan peluang pasar telur ayam ras. Peluang pasar ini belum termasuk pasar ekspor, baik dalam bentuk telur segar maupun powder. Peluang pasar tersebut terlihat pada gambar diatas. LOKASI PETERNAKAN Usaha ayam petelur dalam Program Kemitraan Terpadu (PKT) umumnya menggunakan teknologi yang intensif, baik yang baik menyangkut peralatan produksi maupun teknik

produksinya, termasuk sarana produksi ternaknya (bibit, pakan, obat-obatan, vaksin). Selain itu untuk keseragaman teknologi dari usaha ayam petelur peternak plasma, maka usaha ayam ras dari para peternak plasma di lokalisir di suatu Kawasan Industri Ternak (KINAK), sehingga akan memudahkan pembinaan dan pengawasan oleh inti PIR, baik dalam hal teknik produksi maupun pengelolaan dananya. Lokasi dari KINAK usaha ayam petelur ditempatkan pada lahan yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Jauh dari daerah pemukiman penduduk (kampung), terutama daerah yang banyak unggasnya, sehingga akan mencegah terjadinya kontaminasi penyakit dari luar. 2. Jauh dari jalan raya yang banyak dilalui kendaraan bermotor, karena suara yang bising dapat menyebabkan ayam berkurang telurnya akibat stress. 3. Jauh dari lokasi binatang yang menganggu ayam, antara lain ular dan musang, karena binatang tersebut menyebabkan stress pada ayam petelur. 4. Air bersih mudah diperoleh (mata air, sumur, PDAM dan lain-lain) untuk keperluan minumnya ayam, tenaga kerja dan membersihkan kandang ayam. 5. Daerahnya tidak lembab dan cukup memperoleh sinar matahari, serta bukan daerah yang kecepatan anginnya sangat tinggi. Dari sisi penawaran, pengembangan agribisnis ayam ras petelur masih prospektif di Indonesia. Dewasa ini satu-satunya komoditi agribisnis yang paling kuat subsistem hulunya adalah agribisnis ayam ras. Menurut Ditjen Peternakan, dewasa ini Indonesia memiliki industri pembibitan ayam ras 109 buah, yaitu galur murni (pure line) satu buah, grant parent stock 13 buah, parent stock 95 buah dengan kapasitas produksi 600 juta day old chick (doc) final stock pertahun. Di samping itu juga terdapat 60 buah industri pakan ternak dengan kapasitas 5 juta per ton tahun. Kemudian industri obat-obatan sekitar 34 buah yang mampu memproduksi kebutuhan pharmasetik, biologik dan premiks. ALAT PRODUKSI Produk utama/usaha ayam petelur ras adalah berupa telur segar. Untuk usaha ini diperlukan antara lain lahan kering, bangunan atau rumah kandang, kandang ayam (batere). Instalasi listrik dan air, peralatan kandang, rumah jaga dan gudang, pagar dan jalan serta ayam ras petelur (pullet, ayam remaja betina). Untuk penyediaan dan pembelian lahan, land clearing, pembuatan bangunan kandang, kandang, jalan dan pagar diperlukan waktu 3-6 bulan. Sedangkan pullet (umur 5 bulan) disediakan dan dibeli sekitar 1 bulan sebelum ayam berproduksi. Umur ekonomis ayam ras petelur dari mulai bertelur sampai diremajakan kembali selama 15-17 bulan (1,25 tahun dan 1,4 tahun). PROSES PRODUKSI Proses produksi dalam usaha ayam petelur ras adalah meliputi kegiatan :

1. Persiapan lahan, bangunan, kandang dan peralatan lainnya. Rumah kandang dan peralatan kandang, sebelum digunakan untuk ayam, disterilkan terlebih dahulu dengan disinfectant. Untuk mencegah penyakit dari luar, setiap orang yang masuk ke pekarangan atau kandang harus cuci kaki dahulu dengan air yang diberi desinfectant pada pintu masuk 2. Pembelian ayam remaja (puller) berumur 5 bulan. Ayam ini akan bertelur 2-1 minggu setelah dipelihara peternak. Ayam yang baru dibeli diberi vaksin dan vitamin agar tidak mudah terserang oleh penyakit, sehingga rata-rata kematiaannya relatif rendah, yaitu sekitar 0,4-0,5% per bulan. Pada akhir periode ayam tua/kurang produktif yang dapat dijual sebagai ayam potong antara 93-94%. Tingkat kematian pada Pola 2000 (7%) lebih besar dapi pada Pola 5000 (6%) karena plasma pada Pola 5000 lebih terampil dan berpengalaman dari pada Pola 2000 pada Pola 2000 dan Pola 5000. 3. Ayam yang diberi pakan (concentrate), vitamin, obat-obatan dan vaksin pada tiap hari yaitu dengan konversi pakan berkisar antara 2,18-2,25 yaitu untuk memperoleh 1 kg telur dibutuhkan pakan antara 2,18-2,25 kg pakan. Konversi pakan Pola 2000 (2,25 ) lebih kecil dari pada Pola 5000 (2,2). 4. Pada tiap hari telur dikumpulkan dan dijual kepada inti. Pembayaran dilakukan tiap minggu (10 hari sekali) sehingga modal kerjannya sekitar biaya eksploitasi untuk 10 hari untuk pembelian pakan, biaya buruh, obat-obatan, listrik. Dalam usaha pola PIR ini plasma hanya menerima dana diberi gaji per bulan dan laba bersih setelah dikurangi dana tabungan pada tiap akhir tahun. Sarana produksi ayam ini disediakan oleh inti dan telur ayam dibeli oleh inti. Harga telur ditentukan dengan kontrak tiap 3-6 bulan sekali. Namun demikian pada saat harga rendah ini mengalami kerugian, setiap saat harga tinggi, inti memperoleh keuntungan besar. Maka agar supaya usaha inti agar tidak rugi (per tahun) plasma dibagi dlaam beberapa kelompok (3-5 kelompok), sehingga produksi plasma PIR KINAK merata sepanjang tahun, yaitu produksi pada saat harga rendah seimbang dengan produksi pada saat harga tinggi inti tidak mengalami kerugian. 5. Membersihkan dan memperbaiki kandang serta peralatannya pada tiap hari. Ayam sakit yang tidak bisa tertolong lagi diafkir dan dijual serta ayam yang mati dibuang. Kotoran ayam dikumpulkan dan dijual tiap 4-5 hari. 6. Setelah ayam kurang produktif lagi (umur 20-22 bulan) maka ayam tua tersebut dijual sebagai ayam potong. Selanjutnya kandang dibersihkan dan disterilkan selama 1-2 minggu agar ayam puller yang baru diremajakan terhindar dari penyakit.> 7. Tenaga kerja yang digunakan dalam pola PIR KINAK ini lebih efisien dari pada yang dilakukan secara individual di pekarangan rumah plasma, karena konstruksi peralalatan lebih baik. Dengan pola ini tiap orang tenaga kerja dapat menangani 2.000 (Pola 2000) sampai 5.000 ekor ayam (Pola 5000), sedangkan secara individu tersebut hanya 1.000-1.500 ekor ayam pertenaga kerja. Pada Pola 2000 kemungkinan untuk menggunakan tenaga kerja keluarga plasma, sehingga penghasilannya lebih besar, sedangkan Pola 5000 menggunakan tenaga kerja buruh, karena ukuran usaha dan labanya lebih besar dari Pola 2000 tersebut diatas diawasi dan dibina dengan sangat intensif oleh inti sesuai dengan : Program pendampingan yang profesional dari UB yang mempunyai kemampuan untuk

PRODUKSI memberikan bantuan teknis kepada UK mitra usaha sehingga usaha plasmanya lebih aman dan menguntungkan serta pengangsuran kredit berjalan lancar. Produksi yang dapat dijual dalam usaha ayam ras petelur ini adalah berupa : 1. Telur ayam. Ayam bertelur tiap hari selama 15-17 bulan. Produksi telur Pola 2000 lebih kecil dari pada Pola 5000. 2. Ayam tua/afkir. Ayam tua/kurang produktif dijual setelah 20-22 bulan. Selama bertelur terjadi kematian antara 6% (Pola 5000) sampai 7% (Pola 2000) sehingga ayam afkir/tua yang dapat terjual pada Pola 2000, 5000, 10000 dan dilihat pada parameter teknis. Kompos. Produksi kompos (kotoran ayam dan sisa makanan) adalah sekitar 30-40% dari berat yang diberikan kepada ayam. TOTAL BIAYA INVESTASI DAN MODAL KERJA Untuk usaha ayam petelur digunakan antara lain lahan untuk rumah kandang (tempat baterei kandang ayam), rumah jaga, instalasi listrik, air, peralatan dan lain-lain (lihat Tabel Investasi 2000, 5000, 10000 dan Produksi 2000, 5000, 10000) termasuk ayam petelur (layer) yang hampir bertelur (pullet dara, 1 bulan sebelum bertelur). a. Pola 2000 Modal yang diperlukan 1 unit usaha (2.000 ekor ayam) sekitar Rp. 48.361.986., yang terdiri dari Modal Investasi sebesar Rp 46.515.000 (lihat Tabel Investasi 2000) dan Modal Kerja sebesar Rp 1.846.986 (lihat Tabel Eksploatasi 2000). Modal usaha untuk 150.000 ekor ayam (1 KINAK = 75 plasma) sebanyak Rp. 3.627.148.958 yang terdiri Modal Investasi sebesar Rp. 3.488.625.000 dan Modal Kerja sebesar Rp. 138.523.958. Jumlah modal usaha ini dapat bervariasi, tergantung kondisi daerahnya. Demikian pula jumlah plasmanya dapat kurang dari 75 plasmanya, tergantung kemampuan intinya. Modal usaha yang terlalu besar kemungkinan usaha ini tidak layak, sehingga tidak bisa dibiayai. b. Pola 5000 Modal yang diperlukan 1 unit usaha (5.000 ekor ayam) sekitar Rp. 120.782.056., yang terdiri dari Modal Investasi sebesar Rp 116.287.500 (lihat Tabel Investasi 5000) dan Modal Kerja sebesar Rp 4.494.556 (lihat Tabel Eksploatasi 5000). Modal usaha untuk 150.000 ekor ayam (1 KINAK = 30 plasma) sebanyak Rp. 3.623.461.667 yang terdiri Modal Investasi sebesar Rp. 3.488.625.000 dan Modal Kerja sebesar Rp. 134.936.667.Modal usaha dan jumlah plasma dapat bervariasi tergantung kondisi dan kemampuan intinya.

c. Pola 10.000 Modal yang diperlukan 1 unit usaha (10.000 ekor ayam) sekitar Rp. 241.564.111, yang terdiri dari Modal Investasi sebesar Rp 232.575.000 (lihat Tabel Investasi 10000) dan Modal Kerja sebesar Rp 8.989.111 (lihat Tabel Eksploatasi 10000). Modal usaha untuk 150.000 ekor ayam (1 KINAK = 15 plasma) sebanyak Rp. 3.623.461.667 yang terdiri Modal Investasi sebesar Rp. 3.488.625.000 dan Modal Kerja sebesar Rp. 134.936.667. TOTAL BIAYA PROYEK DAN KREDIT Investasi tetap yang dibutuhkan oleh suatu usaha ini meliputi tanah, konstruksi kandang, peralatan, ayam petelur dan saranan jalan sedangkan modal kerja dibutuhkan untuk pakan, obat-obatan, biaya-biaya produksi lainnya dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah. Kebutuhan Biaya Proyek Jumlah Investasi Kerja Modal Jumlah Biaya Proyek Kredit Peternak Ekor (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Pola 2000 Pola 5000 Pola 10000 1 2.000 46.515.000 1.846.986 48.361.986 48.361.986 5 150.000 3.488.625.000 138.523.958 3.627.148.958 3.627.148.958 1 5.000 116.287.500 4.494.556 120.782.056 120.782.056 30 150.000 3.488.625.000 134.836.667 3.623.461.667 3.623.461.667 1 10.000 232.575.000 8.989.111 241.564.111 241.564.111 15 150.000 3.488.625.000 134.936.667 362.461.667 362.461.667 Dari total biaya di bawah ini dan modal sendiri yang minimal maka diperlukan kredit untuk Pola 2.000, 5.000, 10.000 masing-masing Rp. 48.361.986, Rp 120.782.056, dan Rp. 241.564.111. PAKET PINJAMAN STANDAR

Paket pinjaman standar adalah dalam bentuk kredit investasi dan kredit modal dengan jumlah yang bervariasi sesuai dengan skala usaha pada Tabel berikut : Keterangan Kredit Investasi Paket Pinjaman Standar Kredit Modal Kerja Modal Jumlah Kredit Modal Investasi/ Ekor Peternak Ekor (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Pola 2000 Pola 5000 Pola 10000 1 2.000 46.515.000 1.846.986 48.361.986 24.181 5 150.000 3.488.625.000 138.523.958 3.627.148.958 1 5.000 116.285.500 4.494.556 120.782.056 24.156 30 150.000 3.488.625.000 134.836.667 3.623.461.667 1 10.000 232.575.000 8.989.111 241.564.111 24.156 15 150.000 3.488.625.000 134.836.667 3.623.461.667 Sesuai dengan tingkat kelayakannya, maka Pola 2000 memerlukan kredit berbunga rendah, yaitu KKPA dengan bunga 16% per tahun. Jumlah kredit yang dibutuhkan oleh Pola-pola usaha masing Rp. 48.361.986, Rp 120.782.056 dan Rp 241.564.111 dengan modal sendiri sebagai tercantum dalam tabel diatas. RENCANA KEBUTUHAN PINJAMAN Untuk melakukan ekspandi dan akselerasi unit usaha akan meningkatkan kapasitas 50 % dari usaha sekarang. Dengan peningkatan kapasitas tersebut diperlukan dana sebesar Rp. 241.564.111,- Dana pinjaman tersebut akan diangsur selama tiga tahun per bulan. Adapun agunan untuk pinjaman tersebut adalah tanah dan bangunan yang ada di atas tempat usaha.

PENUTUP Demikian proposal yang disusun dalam rangka untuk memenuhi pihak-pihak yang memerlukan dan bagi pemilik sebagai acuan pengembangan bisnis. Makassar, 05 Februari 2009 Konsultan UMKM Linda Mukarramah,SE.,M.M.

Lampiran: STRUKTUR ORGANISASI

DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) NO. SIUP : 33868.65938/67-8575/PK/II/2005 NAMA PERUSAHAAN ALAMAT KANTOR PERUSAHAAN : PT. INDO RAYA MAKMUR : Jl. Melati No. 05 Taeng, Pallangga Kab. Gowa, Sulawesi Selatan Telp. 0411-8219525 NAMA PEMILIK/PENANGGUNG JAWAB: RAHIM, SP. ALAMAT PEMILIK/PENANGGUNG JAWAB : Jl. Kawasan Industri No.65 Makassar, Sulawesi Selatan, Telp. 0411-876543 NOMOR POKOK WAJIB PAJAK(NPWP) : 5.9875.7996.8-5647 GOLONGAN USAHA : PERUSAHAAN KECIL BIDANG USAHA : PERDAGANGAN BARANG JENIS KEGIATAN USAHA : PERDAGANGAN DALAM NEGERI DAN EKSPOR JENIS BARANG/JASA DAGANGAN : BUDI DAYA AYAM PETELUR SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) INI BERLAKU UNTUK MELAKUKAN KEGIATAN PERDAGANGAN DI SELURUH WILAYAH REPUBLIK INDONESIA SELAMA PERUSAHAAN MASIH MENJALANKAN KEGIATAN USAHANYA. DIKELUARKAN DI : MAKASSAR PADA TANGGAL : 20 FEBRUARI 2005