BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan kelainan pada sistem kardiovaskular yang masih

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia dinyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. beban penyakit global dan lazim ditemukan pada masyarakat negara maju maupun

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena

BAB I PENDAHULUAN. kualitas makanan sehari-hari. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai. garam yang mampu memicu penyakit hipertensi.

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang semakin sering dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 1,2 milyar. Pada tahun 2000 diperkirakan jumlah lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia karena prevalensi yang masih tinggi dan terus meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi sering dikatakan sebagai silent killer atau penyakit yang dapat. dan morbiditas masyarakat (Yogiantoro, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kearah perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan keluarga dan

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tyas Kusuma Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, baik dari segi case-finding maupun penatalaksanaan. hipertensi tidak mempunya keluhan.

BAB I PENDAHULUAN. terkadang tidak disadari penderitanya sebelum memeriksakan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sehat dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

WIJI LESTARI J

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. darahnya biasanya disebabkan perilaku mereka(alwani, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

PENDAHULUAN. Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah. mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang sebuah posisi tertentu. Posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu menempati posisi ganda, seperti orang dewasa, pria, suami, petani, dan lain sebagainya (Friedman, 2010). Peran keluarga adalah suatu kumpulan dari perilaku yang secara relatif bersifat homogen, dibatasi secara normatif dan diharapkan dari seseorang yang menempati posisi sosial yang diberikan (Friedman, 2010). Masing-masing posisi yang ditempati seseorang dalam sebuah keluarga memiliki peran yang berbeda-beda. Keluarga diharapkan dapat melakukan perannya masing-masing dengan benar sesuai posisi yang disandangnya. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI), lansia adalah seseorang dengan usia lebih dari 60 tahun (Depkes RI, 2003). Lansia beresiko menderita berbagai penyakit degeneratif salah satunya adalah penyakit hipertensi. Kowalski (2010) menyebutkan bahwa hanya sebanyak 27% penderita hipertensi di seluruh dunia berusia kurang dari 60 tahun, sementara sisanya, sebanyak 73% lainnya berusia lebih dari 60 tahun (Kowalski, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan lansia menderita hipertensi. 1

2 Hipertensi adalah salah satu penyakit kronis dengan tingkat prevalensi yang tinggi. Selain itu, hipertensi menempati urutan tertinggi penyebab kematian di Indonesia. Rata-rata prosentase hipertensi dari 32 provinsi di Indonesia adalah sebanyak 30,45% (Profil Kesehatan RI, 2009). Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sendiri, hasil survei kesehatan daerah (2007) menunjukkan bahwa DIY merupakan provinsi dengan peringkat penderita hipertensi tertinggi ke lima di seluruh Indonesia. Prosentase penderita hipertensi di Provinsi DIY mencapai sebanyak 35,80%. Lansia dengan hipertensi sangat beresiko mengalami berbagai macam komplikasi. Komplikasi yang paling mungkin timbul dari hipertensi yang diderita oleh lansia adalah penyakit jantung dan stroke (pecah pembuluh darah serebral). Apabila pembuluh darah otak menyempit, maka aliran darah ke otak akan terganggu dan sel-sel otak akan mengalami kematian (Soeparman & Waspadji, 2001). Komplikasi lainya meliputi penyakit ginjal dan kerusakan penglihatan, demensia dan disfungsi neourokognitif (Sustrani, 2006). Untuk mengatasi atau mengurangi resiko terjadinya komplikasi pada lansia dengan hipertensi, terdapat empat cara yang dapat dilakukan oleh lansia dengan hipertensi untuk mengurangi atau mencegah terjadinya komplikasi, yaitu pengaturan diet, modifikasi pola hidup atau gaya hidup, manajemen stres, dan kontrol kesehatan (Hart et al, 2010). Lansia dengan hipertensi harus mengurangi asupan garam dan lebih banyak makan buah dan sayuran yang segar (pisang, jeruk, papaya, tomat, seledri). Selanjutnya, lansia dengan hipertensi dianjurkan untuk melakukan gerakan-gerakan yang dinamis atau

3 olahraga ringan untuk membantu mempertahankan fungsi kardiovaskuler dalam kondisi bagus. Olahraga yang dapat dilakukan adalah berjalan, bersepeda, dan berenang. Selanjutnya, lansia dengan hipertensi dianjurkan untuk melakukan relaksasi agar dapat menjaga emosi dan perilakunya, sehingga tidak menimbulkan emosi yang berlebih dan mencegah peningkatan tekanan darah. Lansia dengan hipertensi dianjurkan untuk melakukan cek kesehatan di pelayanan kesehatan minimal 1 kali dalam sebulan untuk mengetahui dan memantau kondisi lansia agar dapat mengetahui jika terjadi gangguan kesehatan (Hart et al, 2010). Penelitian terdahulu tentang perilaku lansia dalam pencegahan komplikasi yang dilakukan pada 9090 orang dengan 62% penderita hipertensi didapatkan hasil bahwa perempuan lebih memperhatikan atau sadar akan penyakit hipertensinya dan selalu melakukan pengobatan dan kontrol kesehatan dibandingkan dengan laki-laki. Sejarah penyakit jantung, tingginya indek masa tubuh, diabetes dan tingginya frekuensi kontrol kesehatan pada tenaga medis berhubungan dengan tingginya prosentase kesadaran pada pengobatan (Pauline et al, 2006). Perilaku pencegahan komplikasi pada lansia dengan hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah peran keluarga. Peran keluarga sangat penting dalam menurunkan komplikasi hipertensi. Hal ini karena keluarga mempunyai peran sebagai pendorong, penyelaras, sahabat, pengasuh keluarga dan sebagai inisiator-kontributor (Friedman, 2010). Selain itu, keluarga juga merupakan sumber kesehatan primer dalam pemberian

4 perawatan kesehatan bagi semua anggota keluarga yang sedang mengalami masalah atau suatu penyakit yang sedang diderita yang pada kasus ini adalah lansia dengan penyakit hipertensi (Friedman, 2010). Peran keluarga untuk mendukung perilaku pencegahan komplikasi pada lansia dengan hipertensi antara lain adalah menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental, dan antisipasi perubahan sosial (Maryam et al, 2008). Misalnya, jika keluarga tidak memperhatikan pengaturan diet pada lansia dengan hipertensi, lansia tersebut dapat mengalami obesitas, gangguan pernafasan, dan stroke akibat dari penyumbatan pembuluh darah oleh lemak jahat (hart et al, 2010). Penelitan terdahulu terkait peran keluarga yang dilakukan pada 755 orang Meksiko Tenggara yang sudah senior atau > 60 tahun secara acak didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan dan analisa logistik yang positif, mengindikasikan bahwa rasa memiliki dukungan sangat berhubungan konsisten dengan outcome kesehatan (Tomaka, Joe dkk, 2006). Perilaku pencegahan komplikasi pada lansia dengan hipertensi ini penting dilakukan agar tidak terjadi efek yang lebih buruk atau komplikasi yang lebih lanjut terhadap lansia. Terkait dengan perilaku pencegahan komplikasi pada lansia dengan hipertensi, terdapat model keperawatan yang dapat diterapakan di dalamnya. Salah satunya adalah model keperawatan menurut teori adaptasi Roy (1976). Teori adaptasi menurut Roy menyatakan bahwa individu mampu meningkatkan kesehatan dengan cara mempertahankan perilaku adaptif dan mengubah perilaku maladaptif. Individu merupakan holistic adaptive

5 system yang selalu beradaptasi secara keseluruhan. Sehingga lansia dapat hidup dengan baik walaupun menderita penyakit hipertensi. Dari data yang diperoleh dan yang sudah diuraikan diatas, penulis ingin mengetahui apakah ada hubungan antara peran keluarga terhadap perilaku pencegahan komplikasi pada lansia dengan hipertensi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu Adakah hubungan antara peran keluarga terhadap perilaku pencegahan komplikasi pada lansia dengan hipertensi di wilayah Puskesmas Kasihan II Bantul? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara peran keluarga terhadap perilaku pencegahan komplikasi pada lansia dengan hipertensi di Wilayah Puskesmas Kasihan II Bantul. 2. Tujuan Khusus a. Menganalisis peran keluarga terhadap perilaku pencegahan komplikasi pada lansia dengan hipertensi b. Menganalisis perilaku pencegahan komplikasi pada lansia dengan hipertensi c. Mengetahui keeratan atau signifikansi hubungan antara peran keluarga terhadap perilaku pencegahan komplikasi pada lansia dengan hipertensi di wilayah Puskesmas Kasihan II Bantul

6 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi profesi keperawatan gerontik dan keluarga Dari hasil penelitian yang dilakukan ini, diharapkan mahasiswa ilmu keperawatan, khususnya keperawatan gerontik dan keperawatan keluarga dapat memberikan pengetahuan tentang peran keluarga pada lansia dengan hipertensi. 2. Manfaat bagi Puskesmas Kasihan II Bantul Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi Puskesmas Kasihan II Bantul untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan penatalaksanaan hipertensi pada lansia agar tidak terjadi komplikasi hipertensi, yaitu dengan melibatkan keluarga dalam perawatan lansia dengan hipertensi 3. Manfaat bagi keluarga dan pasien Dengan adanya penelitian ini, hasilnya dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk membantu keluarga dalam perawatan hipertensi pada lansia dan dapat melakukan peran keluarga secara optimal. 4. Manfaat bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini dapat digunakan untuk memperluas wacana tentang peran keluarga terhadap perilaku pencegahan komplikasi pada lansia dengan hipertensi di wilayah Puskesmas Kasihan II Bantul dan hasil penelitian dapat digunakan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.

7 E. Penelitian Terkait 1. Yanti (2008), dengan judul penelitian Hubungan antara Pengetahuan Keluarga tentang Komplikasi Hipertensi dengan Praktik Pencegahan Komplikasi Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta. Penelitian tersebut menggunakan metode non eksperimental untuk mengetahui hubungan antara dua variabel dengan pendekatan crosssectional. Sampel yang digunakan sebagai bahan penelitian adalah warga yang berada di wilayah kerja Puskesmas Gamping II Sleman sebanyak 33 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi dengan praktik pencegahan komplikasi hipertensi (p = 0,066). Perbedaan antara penelitian di atas dan penelitian saat ini adalah dalam hal lokasi penelitian, jumlah responden dan variabel yang diteliti. Untuk lokasi penelitian, penelitian saat ini berada di wilayah Puskesmas Kasihan II Bantul sedangkan penelitian sebelumnya dilakukan di wilayah Puskesmas Gamping II Sleman. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 103 responden, sementara penelitian sebelumnya hanya sebanyak 33 responden. Terkait dengan variabel penelitian, variabel yang diteliti oleh peneliti saat ini adalah peran keluarga dan perilaku pencegahan komplikasi pada lansia dengan hipertensi, sedangkan pada penelitian sebelumnya, variabel yang diteliti adalah tingkat pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi dan praktek pencegahan komplikasi hipertensi.

8 2. Pramitasari (2009), Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Perilaku Kontrol pada Lansia Hipertensi di Wilayah Puskesmas Gamping II. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross-sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan quota sampling. Responden penelitian ini berjumlah 94 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan perilaku kontrol pada lansia yang menderita hipertensi di wilayah Puskesmas Gamping II. Perbedaan antara penelitian saat ini dengan penelitian sebelumnya adalah dalam teknik pengambilan sampel, lokasi penelitian, variabel yang diteliti, jumlah responden, dan kuesioner yang digunakan. Pada penelitian saat ini menggunakan teknik random sampling, sedangkan pada penelitian tersebut diatas menggunakan teknik quota sampling. Selain itu, lokasi penelitian yang digunakan penelitian saat ini berada di wilayah kerja Puskesmas Kasihan II Bantul dan penelitian sebelumnya berada di wilayah kerja Puskesmas Gamping II. Terkait dengan variabel penelitian, variabel yang diteliti oleh peneliti saat ini adalah peran keluarga dan perilaku pencegahan komplikasi pada lansia dengan hipertensi, sedangkan untuk penelitian di atas variabel yang diteliti adalah dukungan keluarga dan perilaku kontrol. Jumlah responden yang digunakan pada penelitian saat ini adalah sebanyak 103 responden dan pada penelitian sebelumnya sebanyak 94 responden. Pada penelitian saat ini, data diperoleh dengan menggunakan dua kuesioner untuk

9 mengukur peran keluarga dan perilaku pencegahan komplikasi pada lanisa dengan hipertensi, sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan dua kuesioner untuk mengukur dukungan keluarga dan perilaku kontrol. 3. Zulfitri (2006), Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Perilaku Lanjut Usia Hipertensi dalam Mengontrol Kesehatannya di Wilayah Kerja Puskesmas Melur Pekan Baru. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif bersifat korelasional dengan desain cross-sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive samping dengan teknik secara gugus bertahap (multistage sampling) dengan 82 responden. Terdapat hasil bermakna antara dukungan keluarga dengan perilaku lansia dalam mengontrol kesehatannya. Perbedaan antara penelitian saat ini dengan penelitian tersebut di atas adalah dalam teknik pengambilan sampel. Penelitian saat ini menggunakan teknik random sampling dalam pengambilan sampel, sedangkan pada penelitian diatas menggunakan purposive sampling dengan teknik gugus bertahap (multistage sampling). Selain itu, responden yang digunakan penelitian saat ini berada di wilayah kerja Puskesmas Kasihan II Bantul dan penelitian sebelumnya berada di wilayah kerja Puskesmas Melur Pekan Baru. Kemudian untuk variabel yang diteliti oleh peneliti saat ini adalah peran keluarga dan perilaku pencegahan komplikasi pada lansia dengan hipertensi, sedangkan untuk penelitian sebelumnya variabel yang diteliti adalah dukungan keluarga dan perilaku lansia hipertensi dalam mengontrol kesehatannya. Jumlah responden yang digunakan pada

10 penelitian saat ini adalah 103 responden dan pada penelitian sebelumnya adalah 82 responden.