BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang

dokumen-dokumen yang mirip
L E B A K B U L U S BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DIV TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Angkutan Umum Masal Perkotaan. Jabodetabek. Jaringan. Rencana Umum.

BAB I PENDAHULUAN. Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) yang semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ketika MRT Urai Kemacetan Jakarta

STASIUN MRT BLOK M JAKARTA DENGAN KONSEP HEMAT ENERGI BAB I PENDAHULUAN

Lebak Bulus Masuki Tahapan Konstruksi Skala Besar Proyek MRT Jakarta

BAB III METODE PERANCANGAN

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 103 TAHUN 2007 TENTANG POLA TRANSPORTASI MAKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

2017, No Republik Indonesia Nomor 5229); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lntas dan Angkutan Jalan (Lembaran N

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PELUANG INVESTASI PEMBANGUNAN LRT DAN BRT

KAWASAN TERPADU STASIUN PASAR SENEN

FOKE-NARA ADJI-RIZA JOKOWI-AHOK HIDAYAT-DIDIK FAISAL-BIEM ALEX-NONO

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha,

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 84 TAHUN 2004 TENTANG

BAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang.

ERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA WADUK MELATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA KAWASAN NIAGA TERPADU SUDIRMAN

2015 STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT

JUMLAH PERJALANAN JABODETABEK MENCAPAI 25,7 JUTA PERJALANAN/HARI. 18,7 JUTA (72,95 %) MERUPAKAN PERJALANAN INTERNAL DKI JAKARTA, 6,9 JUTA (27,05 %) ME

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. tarik tersendiri bagi penduduk untuk melakukan migrasi ke daerah tertentu. Migrasi

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan masyarakat Jakarta dengan kendaraan pribadi sudah sangat

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SISTEM BUS RAPID TRANSIT

Dukuh Atas Interchange Station BAB III DATA 3.1 TINJAUAN UMUM DUKUH ATAS

Dukuh Atas Interchange Station BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

REDESAIN TERMINAL TERPADU KOTA DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. yaitu angkutan/kendaraan pribadi dan angkutan umum atau publik.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

2015, No RITJ yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran N

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

selatan Ringroad dan sebagian Sleman yang berada di sebelah utara Ringroad. Meskipun demikian, kondisi wilayah perkotaan yang berada di dalam jalan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berjalan beriringan, terlebih di Daerah Istimewa Yogyakarta. Arus perekonomian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

Pandangan Responden Terhadap Proyek Monorel (MRT) di Jakarta Riset dilakukan pada: November 2013 Berdasarkan panelis dari Nusaresearch

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat kuno sampai pada masyarakat modern saat ini. Aktivitas yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tertundanya waktu perjalanan. Transportasi memainkan peran yang sangan penting

BAB 2 LATAR BELAKANG dan PERUMUSAN PERMASALAHAN

DUKUH ATAS COMMUTER CENTER 2019

BAB I PENDAHULUAN. juga meningkat bahkan melebihi kapasitas sarana dan prasarana transportasi yang

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

TERMINAL ANTARMODA MONOREL BUSWAY DI JAKARATA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam

PENDAHULUAN. Pada umumnya, manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka selalu

BAB I PENDAHULUAN. prasarana yang dimiliki kota tersebut. Jayadinata (1992:84) menyatakan, kota

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengurangan tingkat..., Arini Yunita, FE UI, Universitas Indonesia

TERMINAL TERPADU AMPLAS BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diketahui tidak dapat hidup sendiri

1. BPTJ DAN KONDISI JABODETABEK 2. INDIKATOR KINERJA 3. RENCANA INDUK TRANSPORTASI JABODETABEK

STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi suatu negara atau daerah tidak terlepas dari

: Ir. Mirna Amin. MT (Asisten Deputi Pengembangan Kawasan Skala Besar)

increasing mobility, improving life quality

18 Desember STRATEGI PEMBANGUNAN METROPOLITAN Sebagai Pusat Kegiatan Global yang Berkelanjutan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kota tersibuk yang ada di Indonesia adalah Jakarta (Toppa, 2015), ibu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB V. SIMPULAN dan SARAN. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka terdapat beberapa simpulan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring perkembangan kegiatan perekonomian Kota Purwokerto

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III DESKRIPSI PROYEK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang namanya transportasi, transportasi sudah lama ada dan cukup memiliki peranannya dalam aktivitas sehari-hari. Perkembangan dimulai dari masyarakat kuno sampai pada masyarakat modern saat ini. Setiap aktivitas yang terjadi dalam kehidupan manusia yang selalu bergerak untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain tidak bisa lepas dari hal yang disebut dengan mobilitas transportasi. Dimana dalam aktivitas mobilitas tersebut, yang menjadi pendukungnya adalah sarana transportasi. Jadi dapat dikatakan sarana transportasi merupakan hal mendasar yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Sarana transportasi yang baik merupakan faktor pendukung utama dalam pergerakan barang, jasa, informasi bahkan manusia itu sendiri. Salah satu jenis sarana transportasi yang banyak dijumpai dan hampir semua daerah atau kota menggunakan jasanya adalah sarana angkutan umum. Sarana angkutan umum merupakan salah satu penunjang aktifitas bagi masyarakat pada suatu daerah atau kota. Karena siapapun dapat memanfaatkannya, baik dari masyarakat kalangan bawah sampai masyarakat atas 1

2 semua dapat menggunakannya. Namun terkadang tidak sedikit masyarakat luas beranggapan bahwa angkutan umum kota hanya digunakan oleh masyarakat dari kalangan menengah kebawah terutama bagi mereka yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan jika beberapa kalangan atas juga menggunakannya guna menghindari kemacetan di jalan. Melihat situasi yang seperti ini, tentunya dapat dipahami bahwa transportasi umum sangat berpengaruh dalam mobilitas keseharian masyarakat kota. Angkutan umum perkotaan adalah salah satu tulang punggung ekonomi perkotaan dimana kota yang baik dan sehat dapat ditandai dengan melihat kondisi sistem angkutan umum perkotaannya. Hal ini disebabkan karena transportasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia selama hal itu dibutuhkan dalam pendistribusian bahan, pergerakan aktifitas manusia maupun barang sebagai komponen mikro suatu perekonomian. Sektor transportasi harus mampu memberikan kemudahan bagi seluruh masyarakat dalam segala kegiatan di semua lokasi yang berbeda dan tersebar dengan karakter fisik yang berbeda pula. Pemerintah dan negara sebagai penyelenggara dan pelaksanaan pelayanan publik harus dapat menjamin masyarakat dapat menerima segala haknya dalam hal pelayanan dan harus terus membangun kepercayaan dari masyarakat terhadap dari pelayanan publik bahwa pemerintah sendiri dapat memberikan suatu pelayanan yang dapat mensejahtrakan dengan meningkatkan suatu pelayanan.

3 Masyarakat yang menerima pelayaan publik tidak hanya menerima saja namun harus dapat berpatisipasi dalam pelayanan publik itu sendiri. Partisipasi masyarakat dalam hal ini ialah partisipasi dalam perumusan kebijakan atau pengambilan keputusan. Sehingga dengan adanya partisipasi ini diharapkan pelayanan publik nantinya dapat sesuai dengan harapan masyarakat. Salah satu pelayanan publik yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat adalah Transportasi, tidak bisa dipungkiri kalo transportasi kebutuhan yang sangat diperlukan oleh masyarakat sekarang ini. Transportasi adalah pergerakan orang atau barang dari suatu lokasi ke lokasi lain, dari satu pusat kegiatan kegiatan pusat kegiatan lain. Transportasi bukan merupakan suatu akhir (ends), melaikan suatu turunan dari kebutuhan (derived demand), misalnya transportasi untuk pergi ke sekolah, untuk distribusi barang dan sebagainya. Semakin padat dan terus bertambanya penduduk di suatu negara sama dengan bertambahnya pula kebutuhan akan transportasi. Kota Jakarta salah satunya sebagai Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang memilki kepadatan penduduk yang sangat tinggi dibandingkan dengan kota lainnya. Padatnya penduduk DKI Jakarta dikarenakan kota Jakarta sebagai pusat kegiatan masyarakat seperti perekonomian, perdagangan, pemerintahan, industri dan lainya. Hal lain banyaknya penduduk pinggiran Jakarta seperti dari Bogor, Tangerang, Bekasi dan Depok yang memiliki pekerjaan di Jakarta. Maka dalam hal ini yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat DKI Jakarta adalah transportasi umum atau angkutan umum.

4 Jika hanya mengandalkan transportasi pribadi layaknya mobil pribadi ataupun kendaraan bermotor akan membuat kondisi jalan menjadi semakin padat. Hal ini tentu saja akan meningkatkan kemacetan di DKI Jakarta. Ketersediaan dan penggunaan transportasi publik yang belum memadai dan rendahnya disiplin berlalu lintas serta tidak seimbangnya antara ketersediaan jaringan jalan dan permintaan atau tuntutan kebutuhan perjalanan. Pola Transportasi Makro (PTM) terdiri dari Pengembangan Angkutan Umum Massal, Pembatasan Lalu Lintas dan Peningkatan Kapasitas Jaringan. Menurut Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.103 Tahun 2007 tentang Pola Transportasi Makro pada pasal 2 dijelaskan bahwa maksud disusunnya pengaturan Pola Transportasi Makro (PTM) adalah untuk meningkatkan pelayanan dan penyediaan jasa transportasi yang aman, nyaman, terpadu, tertib, lancar, ekonomis, efektif dan terjangkau oleh masyarakat yang bertujuan untuk menetapkan rencana induk sistem jaringan transportasi di provinsi DKI Jakarta sebagai perwujudan tatanan transportasi wilayah. Pembangunan infastruktur lalu lintas merupakan salah satu cara mengurai kemacetan di Provinsi DKI Jakarta. Pembangunan infrastruktur dilakukan dengan melakukan pembangunan ATCS (Automatic Traffic Control System), pembangunan jalan, pembangunan Fly over/ Under pass, pengembangan jaring jalan dan pedestrinisasi. Pembangunan infrastruktur ini telah lama berlangsung dan terus dilakukan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta. Namun pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

5 tidaklah berimbang dengan peningkatan jumlah kendaraan yang melintasi jalanan Ibukota, karena terbatasnya ruang. Penyebab masyarakat DKI Jakarta enggan menggunakan transportasi umum, dikarenakan buruknya layanan transportasi umum yang ada, kendaraan bobrok, dan buruknya pelayanan sopir dan kondektur dari angkutan umum. Akibat dari buruknya sistem transportasi dan perilaku angkutan umum ini menimbulkan kemacetan secara langsung dan secara tidak langsung karena warga lebih senang menggunakan mobil pribadi dan motor sebagai alat transportasi sehari-hari. Untuk mengatasi kemacetan di Jakarta, Pemprov DKI harus mengubah pola transportasi masyarakat. Pemprov DKI harus memberikan masyarakat pilihan transportasi, tentunya dengan melakukan peningkatan pelayanan angkutan umum di mana tanpa adanya peningkatan pelayanan, selamanya masyarakat tidak akan beralih dari kendaraan pribadi untuk menggunakan kendaraan umum. Penyediaan sarana transportasi umum yang nyaman dan aman bagi masyarakat hingga kini masih menjadi persoalan yang sangat krusial bagi Pemprov DKI Jakarta. PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) yang telah dibentuk Pemprov DKI Jakarta akan menjalankan fungsinya antara lain sebagai penyedia jasa pelayanan angkutan umum massal berbasis bus, pengelolaan fasilitas publik, serta memperoleh pendapatan/revenue dari yang diusahakannya 1. Keberadaan transportasi massal yang diikuti dengan perbaikan fasilitasnya, harus dibarengi dengan sistem transportasi yang terintegrasi dengan moda 1 www.transjakarta.co.id

6 transportasi lainya. Karena hanya dengan cara itu publik akan beralih dari kendaraan pribadi ke moda angkutan umum, yang pada akhirnya mengurangi kemacetan. Sarana transportasi publik yang terintegrasi itu tentunya harus menjamin kenyamanan dan keamanan penggunanya. Perubahan itu harus segera dilaksanakan karena Jakarta merupakan ibu kota dan pusat aktivitas, sekaligus untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Untuk itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan menjadikan Lebak Bulus sebagai pusat integrasi angkutan umum di Ibu Kota. Pemprov DKI akan menerapkan sistem Transit Oriented Development (TOD) untuk mengintegrasikan semua angkutan umum dengan depo mass rapid transit (MRT). Kawasan Lebak Bulus akan menjadi simpul integrasi penting bagi sistem transportasi di Jakarta pasca operasional MRT yaitu pada 2019. Dengan terintegrasi dari bus Transjakarta, bus antar kota antar provinsi (AKAP), dan angkutan kota lain. Saat ini, akses bus Transjakarta Koridor VIII sudah sampai Lebak Bulus. Posisi halte transjakarta Lebak Bulus saat ini berada antara lokasi depo kereta dan stasiun MRT Lebak Bulus. Lahan yang digunakan untuk MRT di Lebak Bulus tergolong besar karena mencakup dua bangunan, yakni stasiun dan depo. Antara stasiun dan depo dipisahkan jalan yang kini digunakan sebagai halte Transjakarta dan tempat turunnaik bus reguler. Luasnya sekitar 10,5 hektar. Ketinggian depo 6 meter di atas jalan saat ini. Kini, proses pengurukan masih berlangsung. Dibutuhkan ratusan ribu meter kubik tanah untuk keperluan penimbunan. Menurut rencana, depo ini akan muat untuk penyimpanan dan perawatan sedikitnya 84 kereta MRT dari total

7 96 kereta yang akan dioperasikan pada tahap awal. Sebanyak 12 kereta lainnya akan disimpan di stasiun HI dan Blok M. Depo di Lebak Bulus akan menjadi satu-satunya depo MRT untuk fase pertama Lebak Bulus-Bundaran HI. Di area depo akan dilengkapi ruang kontrol perjalanan kereta MRT di fase ini. Sebagai catatan, kereta MRT nantinya berjalan dengan kendali sistem otomatis sehingga kecelakaan kereta bisa ditekan. Pengerjaan depo dan stasiun Lebak Bulus dilakukan oleh Tokyu Wika Joint Operation (TWJO). Pengerjaan ini di luar pembangunan jalur rel dan sistem operasional kereta. Selain depo, nantinya dibangun juga kantor pengelola dan bangunan tempat perawatan kereta. Sementara itu, stasiun MRT Lebak Bulus terletak di bekas jalan depan terminal Lebak Bulus. Tiang-tiang kolom yang nantinya akan digunakan untuk rel layang juga sudah mulai berdiri. Stasiun layang MRT terdiri atas dua lantai. Bagian dasar di bawah stasiun layang MRT tetap bisa digunakan untuk lalu lintas kendaraan bermotor. Lantai satu stasiun layang merupakan area penjualan tiket, gerbang masuk penumpang menuju peron, dan area komersial. Adapun lantai 2 merupakan peron dan dua jalur kereta api. Di Lebak Bulus, lantai 1 berada di ketinggian 6,6 meter dari jalan, sementara ketinggian lantai 1 ke lantai 2 adalah 5,7 meter. Untuk tahap awal, akan ada empat akses menuju stasiun ini, masing-masing dua akses berupa eskalator dan dua lift. Stasiun Lebak Bulus memiliki panjang sekitar 200 meter dengan lebar 32 meter. Di ujung stasiun ada jalur langsir

8 menuju ke depo. Sementara panjang proyek seluruhnya, termasuk depo, tempat perawatan kereta, kantor, dan tempat langsir, akan mencapai hampir 1 kilometer, mulai dari batas Point Square hingga mencapai batas Kali Pesanggrahan, perbatasan Jakarta Selatan dengan Tangerang Selatan. Pembangunan stasiun dan depo MRT di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, periode konstruksi April 2016 hingga perkiraan selesai pada bulan Juli 2017 akan mengubah lanskap wilayah di sekitar kawasan tersebut. Meski proses pembangunan masih dalam tahap awal, perubahan sudah terlihat. Di lahan itu, dulu ada Stadion Lebak Bulus. Stadion yang tidak hanya terkait dengan sepak bola, tetapi juga konser beberapa musisi mancanegara, sekaligus lapangan yang akrab sebagai pusat kegiatan masyarakat sekitar. Di kawasan bekas stadion sekarang tengah berlangsung proses pembersihan dari bangunan yang sebelumnya ada. Sementara di kawasan yang sebelumnya adalah bekas terminal tengah berlangsung penimbunan tanah sebagai depo kereta. Perubahan lanskap di Lebak Bulus juga di sepanjang jalur proyek MRT menunjukkan Kota Jakarta yang sedang berbenah. 2 1.2 Fokus Penelitian Peneliti akan memfokuskan penelitian pada bagaimana program komunikasi yang dijalankan oleh PT. Transportasi Jakarta (Transjakarta) dalam mengkomunikasikan moda transportasi terintegrasi di DKI. 2 http://tarulh.com/2016/01/18/proyek-mrt-berjalan-normal/

9 1.3 Identifikasi Masalah Program komunikasi yang dijalankan oleh PT Transjakara, tentunya memberikan beragam opini dari masyarakat dan para angkutan umum di DKI Jakarta khususnya pada tahap pembangunan di Terminal Lebak Bulus Jakarta Selatan, baik itu ke arah positif maupun negatif. Berdasarkan pemaparan hal tersebut, ada beberapa permasalahan yang telah dirumuskan oleh peneliti, yaitu : 1. Bagaimana PT Transjakarta dalam memberikan informasi mengenai isi dan media komunikasi moda transportasi terintegrasi di DKI Jakarta khusunya pada tahap pembangunan di Terminal Lebak Bulus Jakarta Selatan? 2. Bagaimana kendala PT Transjakarta dalam mengkomunikasikan moda transportasi terintegrasi di DKI Jakarta khusunya pada tahap pembangunan di Terminal Lebak Bulus Jakarta Selatan? 3. Bagaimana PT Transjakata mengevaluasi dalam mengkomunikasikan moda transportasi terintegrasi di DKI Jakarta khusunya pada tahap pembangunan di Terminal Lebak Bulus Jakarta Selatan? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan dari penelitian ini menggambarkan program komunikasi PT Transjakarta dalam mengkomunikasikan moda transportasi terintegrasi di DKI Jakarta dengan studi kasus pada tahap pembangunan di Terminal Lebak Bulus Jakarta Selatan.

10 1.5 Kegunaan Penelitian Dalam mengkaji penelitian yang telah dibuat ini, diharapkan kedepannya dapat berguna dan bermanfaat bagi peneliti dan pembaca. Adapun kegunaan penelitian terbagi menjadi : 1.5.1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat berguna dalam pengembangan ilmu komunikasi, khususnya bidang public relations, dimana sebagai seorang praktisi public relations diharapkan mampu menjaga dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap penggunaan jasa angkutan umum di DKI Jakarta. 1.5.2 Kegunaan Praktis Hasil penelitian berguna untuk sumbangan pemikiran dan sebagai bahan evaluasi bagi PT Transjakarta dalam memberikan solusi untuk perbaikan program komunikasi dalam mengkomunikasikan moda transportasi terintegrasi di DKI Jakarta khususnya pada tahap pembangunan di Terminal Lebak Bulus Jakarta Selatan.