HAMBATAN PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK OLEH GURU BK DI SMA NEGERI KOTA PADANG Oleh: Nurlela* Azrul Said** Rahma Wira Nita** *) Mahasiswa program studi BK STKIP PGRI Sumatera Barat **) Dosen Pembimbing Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT Based on phenomenon that researcher found, there are some counselors have some obstacle in guidance of group. the researchers raised concerns about the study: what are the obstacle in guidance of group by the counselors in SMA Negeri Padang City. The purpose of this study is to describe: 1) the obstacle of counselors in doing guidance of group connected by medium and infrastructure. 2) the obstacle of counselors in doing guidance of group connected by the time. 3) the obstacle of guidance adn counseling teachers connected by the stage of organize guidance of group. This research is a descriptive. The population of this research is all the counselors in SMA Negeri Padang City, amounting 89 teachers. The technique that used for took the sample was multistage random sampling. The sample of this research was 17 teachers. The instrument was questinnaire. And technique of data analysis was persentage. The result of this research showed that: 1) obstacle counselors connected by medium and infrastucture categorized at much. 2) obstacle counselors connected by time categorized too much. 3) obstacle counselors connected by organize guidance of group categorized too much. Keyword: Obstacle, organize counseling of group. PENDAHULUAN Penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pengembangan seluruh aspek yang dihadapinya baik sekarang maupun yang akan datang. Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang integral dari proses pelaksanaan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, proses pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling merupakan tanggung jawab bersama
antara personil sekolah. SK Mendikbud dan Kepala BAKN No.0433/93 menjelaskan Guru BK adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan BK terhadap sejumlah peserta didik. Dalam SK Menpan NO.84 Tahun Tahun 1993 BAB 1 Pasal 3 Ayat 1 ditegaskan. Tugas pokok Guru BK adalah menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, menganalisis hasil Penyelenggaraan bimbingan dan menindak lanjuti program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya. Fenti Hikmawati (2011:12) dalam Naskah Akademik ABKIN Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal, 2007 menjelaskan bimbingan dan konseling bukanlah kegiatan pembelajaran dalam konteks adegan mengajar yang layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi, melainkan layanan ahli dalam konteks memandirikan peserta didik. Salah satu bentuk layanan yang terdapat dalam bimbingan dan konseling adalah layanan bimbingan kelompok, bimbingan kelompok menurut Siti Hartinah (2009: 104) adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama, melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari Guru BK) dan atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari dan atau untuk perkembangan dirinya, baik sebagai individu maupun sebagai pelajar dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan atau tindakan pelajar. Buchori (Aip Badrujaman, 2011:4) mengemukakan bahwa tenaga guru BK belum mendapatkan tempat yang layak di kebanyakaan sekolah. Ketiadaan jam pembimbing di sekolah membuat guru BK tidak dapat melakukan kegiatan bimbingan yang rutin dan sistematis. Prayitno (1995: 34) mengemukakan pemimpin kelompok dalam layanan bimbingan kelompok (dalam hal ini Guru BK) harus
menguasai dan mengembangkan kemampuan/keterampilan dan sikap yang memadai untuk terselenggaranya proses kegiatan kelompok secara efektif. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di SMA Negeri 16 Padang. Ditemukan bahwa kelompok oleh Guru BK kurang berjalan efektif karena masih adanya hambatan dalam pelaksanaannya. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah: hambatan Guru BK dalam penyelenggaraan layanan bimbingan kelompok dilihat dari sarana dan prasarana, waktu dan tahap-tahap kelompok. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hambatan Guru Bk dalam penyelenggaraan layanan bimbingan kelompok dilihat dari sarana dan prasarana, waktu, dan tahap-tahap pelaksanaan layanan bimbingan kelompok. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua Guru BK di SMA Negeri Kota Padang. Populasi yang tersedia adalah sebanyak 89 orang yang terdiri dari 16 sekolah. Mengingat populasi dalam penelitian ini cukup banyak dan keterbatasan tenaga serta waktu maka teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah multistage random sampling. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rumus persentase, dan data diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan klasifikasi yang disesuaikan dengan penelitian. Klasifikasi Persentase Sangat Banyak 81%-100% Banyak 61%-80% Cukup 41%-60% Sedikit 21%-40% Sangat Sedikit 0%-20% HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan terungkap bahwa sebanyak 41,2% guru bimbingan dan konseling mengalami hambatan pada sarana dan prasarana dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok. Sebanyak
58,8% guru bimbingan dan konseling mengalami hambatan pada waktu pelaksanaan bimbingan kelompok dan sebanyak 58,8% guru bimbingan dan konseling mengalami hambatan pada tahap-tahap kelompok. Menurut Dewa Ketut Sukardi (2008: 97) menyatakan bahwa kegiatan layanan bimbingan di sekolah akan berjalan lancar sesuai dengan yang direncanakan apabila didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana meliputi kelengkapan dan kenyamanan ruang BK, alat dan media layanan bimbingan konseling serta anggaran biaya untuk konseling. Senada dengan itu Menurut Prayitno (1997: 196) bahwa waktu untuk melaksanakan layanan bimbingan di sekolah bisa dilaksanakan di luar jam-jam pelajaran (jam sekolah) perlu disediakan dan diatur dengan baik bagi terselenggaranya layanan bimbingan dan konseling serta kegiatan lainnya. Untuk terselenggaranya kegiatan bimbingan kelompok perlu adanya pengaturan waktu yang baik (di luar jam pelajaran) antara waktu yang tersedia oleh Guru BK ataupun waktu peserta didik sendiri. Dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok seorang guru BK harus dapta mengembangkan keterampilan dan kemampuannya dalam tahap-tahap pelaksanaan layanan, sehingga kegiatan layanan berjalan dengan baik dan peserta layanan akan merasa kegiatan itu sangat bermanfaat bagi dirinya. Menurut Achmad Juntika Nurihsan (2009: 18) keterampilan yang harus dimiliki oleh Guru BK dalam menyelenggarakan layanan bimbingan kelompok diharapkan mampu menerapkan teknik-teknik sebagai berikut: 1. Teknik umum, yaitu Tiga M (mendengar, merespon dan memahami), keterampilan guru BK dalam melaksanakan teknik umum dalam bimbingan kelompok sangat diperlukan, karena dalam mengemukakan pendapat yang dikemukakan oleh para anggota kelompok seorang pimpinan kelompok/ Guru BK harus bisa mendengar
dengan baik setiap apa yang disampaikan oleh anggota kelompok, dan bisa memahami apa yang disampaikan serta merespon secara positif semua yang disampaikan oleh anggota kelompok. 2. Keterampilan memberikan tanggapan, dalam teknik ini Guru BK/ pimpinan kelompok harus bisa merespon dengan baik dan menaggapi semua pendapat yang disampaikan oleh anggota kelompok. Guru BK harus memberikan kesempatan kepada anggota kelompok/ peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya terhadap hal yang dibicarakannya, serta Guru BK diharapkan dapat merefleksikan kembali pembicaraan yang telah disampaikan oleh peserta didik. 3. Keterampilan memberikan pengarahan, berati Guru BK/ pemimpin kelompok bisa memberikan berbagai informasi, nasehat, bertanya secara langsung dan terbuka mempengaruhi dan mengajak, menggunakan contoh pribadi, memberikan penafsiran mengkonfrontasikan, serta menyimpulkan semua yang dibicarakan oleh peserta didik dalam kegiatan bimbingan kelompok. Keterampilan ini diberikan jika peserta didik membutuhkan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian mengenai hambatan penyelenggaraan layanan bimbingan kelompok oleh Guru BK dapat dikatakan bahwa: 1. Guru BK di SMA Negeri Kota Padang mengalami hambatan pada sarana dan prasarana Sebanyak 41,18%. 2. Guru BK di SMA Negeri Kota Padang mengalami hambatan pada waktu Sebanyak 58,8%. 3. Guru BK di SMA Negeri Kota Padang mengalami hambatan pada tahap-tahap pelaksanaan layanan bimbingan kelompok Sebanyak 58,8%. SARAN 1. Guru BK, diharapkan dapat mengatur jadwal yang baik antara waktu yang dimiliki peserta didik dengan waktunya sendiri agar kegiatan bimbingan kelompok
berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. 2. Kepala sekolah, diharapkan menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap agar pelakanaan layanan Bimbingan dan Konseling khususnya bimbingan kelompok berjalan dengan baik. 3. Pengelola program studi, untuk lebih melatih keterampilan Guru BK dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok serta menfasilitasi semua layanan bimbingan dan konseling khususnya dalam layanan bimbingan kelompok. KEPUSTAKAAN Badrujaman, Aip. 2011. Teori dan Apliukasi Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Indeks. Hartina, Sitti. 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok.. Bandung: PT Refika Aditama. Hikmawati, Fenti. 2011. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rajawali Pers. Nurihsan, Achmad Juntika. 2007. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar kehidupan. Bandung: Refika Aditama. Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan Kelompok dan Konseling kelompok Dasar dan Profil. Jakarta: Ghalia Indonesia..1997. Seri Panduan Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Padang: BK FIP UNP. Sukardi, Dewa Ketut. Dan Kusmawati, Nila. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling Di sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.