BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS

2 sumber daya manusia, peran masyarakat, dan dukungan pendanaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan adanya upaya terarah, terpadu, dan

DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan BAB II Tinjauan Pustaka

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. salah satunya adalah kecelakaan. Ada berbagai jenis kecelakaan yang dialami oleh

MEMPERKUAT HAK-HAK MELALUI TERWUJUDNYA PERATURAN DAERAH UNTUK PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG DISABILITAS DI KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai rupa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. Disabilitas (Convention On the Rights of Persons with Disabilities) dengan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan fisik

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan yang rendah di bawah rata-rata orang pada umumnya (Amrin,

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia Hal 4

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manuisia bertujuan untuk melihat kualitas insaniah. Sebuah pengalaman

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. sudah memberikan perlindungan yang dimasukkan dalam peraturan-peraturan yang telah

Disampaikan dalam acara Temu Inklusi 2016 Oleh : Karel Tuhehay KARINAKAS YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, baik jasmani maupun rohani. Kondisi ini adalah kesempurnaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

Martina Navratilova, Pelatih dan Pemain Tenis Stephen Hawking, Fisikawan Christopher Reeve, Aktor, Sutradara, Produser Film, dan Penulis Skenario

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas yang tidak menyadari dengan potensi yang mereka miliki. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilihat dari fisik, tetapi juga dilihat dari kelebihan yang dimiliki.

BAB 1 PENDAHULUAN. disabilitas fisik. Individu yang memiliki disabilitas fisik sudah sewajarnya memiliki

BAB I PENDAHULUAN. meningkat 400% menjadi 1 banding 625 (Mash & Wolfe, 2005). Tahun 2006,

KEYNOTE ADRESS RAFENDI DJAMIN WAKIL INDONESIA UNTUK AICHR

BAB I PENDAHULUAN. Kota-kota di Indonesia tengah mengalami perkembangan populasi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pendengaran merupakan sensori terpenting untuk perkembangan bicara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. pertolongan medis dengan harapan dapat menghilangkan keluhan-keluhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dihindari. Penderitaan yang terjadi pada individu akan mengakibatkan stres dan

2017, No d. bahwa upaya untuk memenuhi hak serta mempercepat perlindungan khusus bagi anak penyandang disabilitas perlu dikoordinasikan dengan

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

BAB 1 PENDAHULUAN. merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan

Seminar Tingkat Tinggi Kota Inklusif

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

SEMINAR MEWUJUDKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan (Papalia, et. la., 2007). Setelah menikah laki-laki dan perempuan akan

BAB I PENDAHULUAN. ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki tubuh dan alat indera yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang menginginkan menjalani

WALIKOTA YOGYAKARTA PR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAAR TA

BAB I PENDAHULUAN. kelamin, suku, ras, agama, dan aliran politik sesuai dengan minat dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia. Sebagai hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia, hak

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penyandang disabilitas di Indonesia saat ini dapat dikatakan memiliki angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah sebuah permasalahan yang diyakini dapat menghambat cita-cita bahkan

2017, No kewajiban negara untuk memastikan bahwa perempuan memiliki akses terhadap keadilan dan bebas dari diskriminasi dalam sistem peradilan

BAB I PENDAHULUAN. mendirikan masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan sumber daya

BABI PENDAHULUAN. Masa remaja adalah suatu masa dimana individu dalam proses. pertumbuhannya terutama fisik telah mencapai kematangan.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Assalamu alaikum Wr. Wb Selamat Malam dan Salam sejahtera bagi kita semua

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERINGATAN HARI IBU (PHI) KE-89 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. negara yang diinginkan serta tujuan pembentukan pemerintahan. Negara

BAB I PENDAHULUAN. negara menyatakan kewajibannya untuk menghormati (to respect), melindungi (to

Penyandang Disabilitas di Indonesia: Fakta Empiris dan Implikasi untuk Kebijakan Perlindungan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III UPAYA CIQAL DALAM PROSES ADVOKASI KAUM DIFABEL DI YOGYAKARTA

BAB III PENUTUP. penyandang disabilitas tuna rungu maka dapat disimpulkan bahwa;

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS OLEH LEMBAGA DI BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL

2 Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. asasi manusia. Perlakuan khusus tersebut dipandang sebagai upaya maksimalisasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pembangunan pedesaan sangat diperlukan untuk Indonesia karena

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG BERPIHAK KEPADA PENYANDANG DISABILITAS DI KOTA BANDUNG. Disusun oleh: Tim STKS Bandung

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

ROMANTISME CINTA PADA PASANGAN SUAMI ATAU ISTERI YANG MENYANDANG TUNADAKSA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

SEMINAR PELAKSANAAN PERDA NOMOR 3 TAHUN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS di KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah suatu anugerah yang sangat dinanti-nantikan oleh pasangan

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan rakyat ini juga dicantumkan di dalam Pasal 1 butir (1) Undang-Undang

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-H

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh daya saing dan keterampilan (meritokration). Pria dan wanita sama-sama

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian.

Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota dengan Satu Pasangan Calon;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

Peran Pemerintah Kota Dalam Implementasi UU No.8/2016 Ttg Penyandang Disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dan juga

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan mengakses pekerjaan karena dianggap kurang produktif. Berdasarkan

2016 MINAT SISWA PENYANDANG TUNANETRA UNTUK BERKARIR SEBAGAI ATLET

Transkripsi:

1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pada tahun 2013, terdapat 2,8 juta penyandang disabilitas di Indonesia (Antara News, 2013). Jumlah penyandang disabilitas fisik tersebut menunjukkan semakin banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemerintah Indonesia. Hal ini sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan Nomor 19 tahun 2012 tentang Pengesahan Convention On The Rights Of Person With Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas) (Komisi Perlindungan Anak n.d). Undang-undang tersebut berisi kewajiban Negara antara lain: mengubah peraturan perundang-undangan, kebiasaan dan praktik-praktik yang diskriminatif terhadap penyandang disabilitas, baik perempuan maupun anak, menjamin partisipasi penyandang disabilitas dalam segala aspek kehidupan seperti pendidikan, kesehatan, pekerjaan, politik, olah raga, seni dan budaya, serta pemanfaatan teknologi, informasi dan komunikasi Pekerjaan rumah pemerintah Indonesia untuk menghilangkan praktik diskriminatif serta keterlibatan penyandang disabilitas dalam aspek kehidupan masyarakat Indonesia, menjadi tujuan yang harus dicapai oleh pemerintah Indonesia. Penyandang disabilitas (atau yang lebih sering dikenal dengan difabel) adalah orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual atau kelemahan sensori. Keterbatasan tersebut akan menimbulkan hambatan untuk berinteraksi dan berpartisipasi dalam masyarakat secara maksimal dan efektif bila disetarakan dengan orang lain yang bukan penyandang disabilitas (Adioetomo, Mont & Irwanto, 2014). 1

2 Pengertian tersebut mengenai disabilitas menunjukkan bahwa penyandang disabilitas memiliki beberapa macam tipe dilihat dari berdasarkan keterbatasan yang dimilikinya. Jumlah pasti untuk setiap tipe disabilitas belum bisa dipastikan karena angka 2,8 juta seperti yang disebutkan pada artikel Antara News adalah jumlah total penyandang disabilitas di Indonesia. Penelitian ini berfokus pada penyandang disabilitas fisik. Disabilitas fisik terjadi jika adanya disfungsi sensori motorik pada individu sehingga indvidu memanifestasikannya sebagai penyebab keterbatasan gerakan seperti berjalan dan mengangkat objek berat (Jette & Laurence, 1981). Dengan demikian, informan dalam penelitian ini adalah penyandang disabilitas fisik yang mengalami keterbatasan pada anggota bagian tubuh tertentu, serta merasa kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berjalan, bekerja, dan mengangkat beban berat. Kriteria lain untuk informan dalam penelitian ini adalah penyandang disabilitas fisik yang sebelumnya bukan merupakan penyandang disabilitas. Informan penelitian ini sebelumnya bukan merupakan penyandang disabilitas fisik dan karena kejadian kecelakaan yang dialami membuat informan tersebut harus kehilangan anggota bagian tubuhnya. Disabilitas akibat kecelakaan dengan kata lain peristiwa kecelakaan dalam hidup informan menyebabkan salah satu anggota bagian tubuh informan berfungsi tidak seperti sebelumnya. Keterbatasan itu terjadi karena salah satu anggota tubuh informan tidak berfungsi sepenuhnya atau bahkan informan kehilangan salah satu anggota tubuhnya. Proses yang peneliti lakukan pada awal penelitian ini adalah pertama kali bertanya kepada beberapa responden mengenai tema penyandang disabilitas. Responden tersebut merupakan mahasiswa psikologi yang sedang menyelesaikan penelitian sama seperti peneliti.

3 Hasilnya 5 orang dari 7 responden menjawab penyandang disabilitas yang mengalami disabilitas akibat kecelakaan merupakan tema yang menarik untuk diungkap terutama mengenai penerimaan diri dan juga faktor-faktor yang mendorong terwujudnya penerimaan diri pada informan. Hal ini karena dengan terjadinya kecelakaan tersebut informan harus menerima bahwa salah satu anggota tubuhnya tidak ada lagi. Dalam penelitian ini, informan penelitian dibatasi pada penyandang disabilitas fisik yang kehilangan salah satu atau lebih dari anggota tubuhnya. Kejadian kecelakaan tersebut membuat informan harus merelakan bagian tubuhnya dan menjadi seorang penyandang disabiltas. Informan harus menerima keadaan fisiknya yang tidak lagi seperti sebelum kecelakaan terjadi. Dengan demikian topik penerimaan diri sangat penting terwujud pada penderita disabilitas fisik akibat kecelakaan. Disitulah ketertarikan peneliti untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri pada penyandang disabilitas fisik akibat kecelakaan. Bagian tubuh tertentu itu adalah anggota tubuh yang merupakan alat gerak baik itu tangan ataupun kaki. Anggota tubuh bagian tangan dan kaki tersebut biasa disebut ekstremitas. Ekstremitas merupakan anggota tubuh gerak baik tangan ataupun kaki. Anggota tubuh tangan dan kaki bagi peneliti merupakan anggota tubuh yang penting karena mobilitas serta beban dari aktivitas yang dilakukan seorang individu sangat bergantung dari adanya anggota tubuh kaki dan tangan. Spaniol dan Wewiorski (2012) mengemukakan adanya empat fase terjadi pada penyandang disabilitas fisik setelah kecelakaan terjadi. Fase pertama adalah overwhelmed. Simtom pada fase pertama ini bisa terjadi selama beberapa bulan atau bahkan satu tahun. Pada fase ini, kehidupan sehari-hari menjadi sebuah perjuangan mental dan fisik. Hal ini karena penyandang disabilitas berusaha untuk memahami dan mengelola

4 sebenarnya apa yang sedang terjadi terhadap dirinya. Fase kedua yakni beyond. Fase ini dicirikan dengan adanya perjuangan secara terus-menerus dari penyandang disabilitas mengenai keterbatasan yang dia alami, prasangka ataupun anggapan yang diterimanya, diskriminasi yang dihadapi, serta perasaan kesepian dan tidak adanya harapan pada dirinya. Fase ketiga living with. Dalam fase ini, meskipun penyandang disabilitas merasakan adanya keterbatasan, tetapi mereka memiliki kepercayaan diri terutama karena dia telah menemukan tempat dalam lingkungannya. Pada fase keempat living beyond, penyandang disabilitas mencapai kesuksesan dalam kehidupannya meskipun dijalani dengan adanya keterbatasan Ketertarikan peneliti adalah ingin melihat lebih dalam lagi kondisikondisi setelah terjadinya kecelakaan tersebut. Peneliti akan menggali bagaimana individu dapat menerima dirinya dengan tubuh yang sudah tidak dapat lagi berfungsi seperti sebelumnya. Menurut Newman dan Newman (2008:410) penerimaan diri adalah hasil dari adanya perasaan yang positif yang datang langsung dari penerimaan satu orang dengan orang yang lain. Dari penelitian oleh Satyaningtyas dan Abdullah (2009), diperoleh gambaran tentang penerimaan diri serta kebermaknaan hidup pada penyandang disabilitas fisik. Hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa penerimaan diri memiliki hubungan positif terhadap kebermaknaan hidup yang dimiliki oleh penyandang disabilitas fisik. Semakin positif penerimaan diri maka akan semakin tinggi kebermaknaan hidup pada penyandang disabilitas fisik. Sebaliknya, semakin negatif penerimaan diri maka akan semakin rendah kebermaknaan hidupnya. Inti dari jurnal tersebut adalah penerimaan diri sebagai tahap awal agar individu dapat mengembangkan diri dari penghayatan hidup tidak bermakna menjadi bermakna. Jadi, adanya penerimaan diri sangat berpengaruh pada kebermaknaan hidup yang dimiliki penderita disabilitas. Penelitian lain oleh

5 Purnaningtyas (n.d) menggambarkan penerimaan diri pada pada laki-laki dewasa yang merupakan penyandang disabilitas akibat kecelakaan. Berdasarkan artikel penelitian Purnaningtyas, peneliti memperoleh gambaran mengenai penerimaan diri pada penyandang disabilitas fisik dikarenakan kecelakaan saja, ataupun semua tipe disabilitas, sehingga peneliti tertarik untuk mengungkap aspek penerimaan diri pada penyandang disabilitas fisik karena kecelakaan. Dampak yang ditimbulkan karena tidak menerima diri menjadi penting karena akan berdampak pada perkembangan diri yang tidak maksimal. Keunikan yang dimiliki penelitian ini dibandingkan penelitian Purnaningtyas (n.d) dan Saptaningtyas dan Abdullah (2009) adalah informan dalam penelitian yang merupakan penyandang disabilitas ekstermitas, yakni yang tidak memiliki salah satu anggota tubuh gerak, entah tangan ataupun kaki. Jadi, perbedaan penelitian ini dengan kedua penelitian di atas adalah informan dalam penelitian ini dikhususkan pada penyandang disabilitas fisik akibat kecelakaan yang kehilangan anggota tubuh alat gerak (ekstremitas). Peneliti mencari data awal dengan cara wawancara dengan informan A, yang berumur 37 tahun. Disabilitas yang dialami informan A diakarenakan kecelakaan yang dialaminya saat bekerja, yang mengakibatkan pergelangan tangan kiri informan mengecil. Data awal yang ditemukan peneliti menunjukkan bahwa informan merasa psikisnya tertekan terutama sesaat setelah terjadi kecelakaan. Ini ditunjukkan dari perkataan informan: dulu itu mbak saya sempet, sedih, stress juga, setelah tau tangan saya kayak gini. Aku waktu itu cuma mbatin besok aku kerja-ne, gimana? trus bojo sama anakku gimana?

6 Hal ini dikarenakan adanya rasa bersalah pada keluarga, jika tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Informan juga menambahkan semakin lama ia menerima kekurangan fisik yang terjadi pada dirinya, dan adanya semangat serta dukungan yang diberikan keluarga membuat informan merasa dapat bangkit dari keterpurukannya. Data awal inilah yang semakin membuat peneliti tertarik dengan faktor-faktor penerimaan diri pada penyandang disabilitas fisik akibat kecelakaan. Fenomena penyandang disabilitas pada artikel (Antara News, 2013) menunjukkan banyaknya warga negara Indonesia yang merupakan penyandang disabilitas namun pada kenyataannya penelitian mengenai penyandang disabilitas masih terbatas. Penelitian yang sudah dilakukan seperti dari Satyaningtyas dan Purnaningtyas lebih banyak membahas mengenai kebermaknaan hidup dan proses penggunaan alat bantu berupa kaki palsu sedangkan topik faktor-faktor penerimaan diri pada penyandang disabilitas masih belum banyak dibahas. Dengan demikian peneliti beranggapan bahwa isu faktor-faktor penerimaan diri pada penyandang disabilitas penting untuk diangkat. 1.2. Fokus Penelitian Penelitian berfokus kepada: Apa saja faktor-faktor penerimaan diri pada penyandang disabilitas fisik akibat kecelakaan? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor penerimaan diri pada penyandang disabilitas fisik karena kecelakaan.

7 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan masukan dalam bidang psikologi khususnya psikologi klinis dan perkembangan serta pada teori penerimaan diri. 1.4.2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada: a. Informan: Manfaat untuk informan adalah memberikan pengetahuan tentang penerimaan diri yang dilakukan olehnya. b. Penyandang disabilitas fisik lain: Manfaat untuk penyandang disabilitas lain akibat kecelakaan adalah memberikan gambaran mengenai bagaimana cara penerimaan diri setelah terjadinya kecelakaan di kehidupannya. c. Keluarga: Manfaat bagi keluarga penyandang disabilitas fisik lain akibat kecelakaan adalah memberikan pengetahuan mengenai pentingnya memiliki penerimaan diri. Hal ini supaya keluarga dapat membantu terwujudnya penerimaan diri pada penyandang disabilitas akibat kecelakaan.