BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. disampaikan kessimpulan-kessimpulan utama.

dokumen-dokumen yang mirip
KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. kompetensi profesional guru, maka diperoleh harga t. tabel. t dan P value < 0,05 maka ditolak.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2007 TANGGAL 17 APRIL 2007 TENTANG STANDAR KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bagian ini, akan dikemukakan beberapa kesimpulan dan rekomendasi

BAB V PENUTUP. Bagian ini merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan, keterbatasan, implikasi dan saran-saran. Kesimpulan menjelaskan bagaimana

BAHAN-BAHAN YANG HARUS DIPERSIAPKAN SEKOLAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1. Responden : Stakeholder inti Program Studi 2. Hari/ Tanggal/ Waktu : 3. Tempat : 4. Proses Wawancara :

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG

: Babakan Ciomas RT. 2/3 ds. Parakan Kec. Ciomas Kab. Bogor

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB. I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Visi Pembangunan Pertanian adalah terwujudnya sistem pertanian bioindustri

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

BAB I PENDAHULUAN. Lokasi SMKN Wonorejo di lingkungan pesantren yang merupakan. lembaga sekolah kejuruan yang bernuansa pesantren, siswa SMKN Wonorejo

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KONTRIBUSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH, SARANA PRASARANA, DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI DI KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

LAMPIRAN 3 INSTRUMEN PK GURU DENGAN TUGAS TAMBAHAN YANG RELEVAN DENGAN FUNGSI SEKOLAH/MADRASAH

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Penilaian potensi kepemimpinan. kepala sekolah. Suryanto Kepala Lembaga Pengembangan pembelajaran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB V PENUTUP. 1. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam meningkatkan kualitas. dengan kebutuhan, telah menerapkan kurikulum KTSP.

I. STANDAR ISI. hal. 1/61. Instrumen Akreditasi SMP/MTs

BAB V. Kesimpulan Dan Saran Budaya Organisasi di Rumah Sakit BP Batam. Budaya Organisasi yang kuat di RS BP adalah :

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas :

RESPONDEN KEPALA SEKOLAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG

LAMPIRAN 3 INSTRUMEN PK GURU DENGAN TUGAS TAMBAHAN YANG RELEVAN DENGAN FUNGSI SEKOLAH/MADRASAH

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan, maka kesimpulan yang dapat di ambil yaitu:

2017, No tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indone

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

Oleh : PRIYANTA. PRIYANTA : Q : Magister Manajemen Pendidikan : Manajemen Sistem Pendidikan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan dari penelitian, hasil pengolahan data, analaisis

BAB VI PENUTUP. tersebut akan disajikan secara rinci sebagai berikut: 1. Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pertimbangan (Advisory Agency)

INSTRUMEN PEMETAAN KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan sekolah di MTs Kabupaten Labuhanbatu Utara.

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

SKRIPSI. DISUSUN OLEH: Yoan Wijaya

INSTRUMEN PEMETAAN KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Azzra (Ambarita, 2010:37) mengatakan seorang guru yang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

BAB 1 PENDAHULUAN. kompetensi manajerial, dimensi kompetensi kewirausahaan, dimensi kompetensi

NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

VARIASI PENATAAN KELAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV SD N 02 LEMAHBANG KECAMATAN JUMAPOLO

1. Guru mengembangkan perangkat pembelajaran pada kompetensi sikap spiritual siswa sesuai dengan tingkat kompetensi. A.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP

Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar 2011 Page 1

BAB III METODE PENELITIAN. Orientasi utama dari evaluasi konteks adalah:

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH DALAM MEMBINA PROFESIONAL GURU IPA

PEMBINAAN KEPALA RA/MADRASAH MENYAMBUT TP. 2013/2014 KANTOR KEMENAG KAB. TUBAN JUM AT, 5 JULI 2013

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SATU ATAP

STRATEGI MANAJEMEN MUTU PADA SMA NEGERI UNGGULAN DI KOTA BANDUNG (Studi Kasus Pada SMA Negeri 3, SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 8 Kota Bandung)

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Ketersediaan sarana dan prasarana serta pemanfaatannya secara optimal

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009

Standar Mahasiswa & Pengelolaan Alumni STIKES HARAPAN IBU

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR GAMBAR... xv. DAFTAR LAMPIRAN...

PENGEMBANGAN PROFESI GURU SD/MI. Udin S. Sa ud, Ph.D

DAFTAR ISI. 1.2 Rumusan Masalah Maksud dan Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian...

MODEL 2 INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH MEJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PD MUHAMMADIYAH MANDAILING NATAL

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian terhadap Universitas Kristen

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

WALIKOTA TASIKMALAYA

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. LABITRA BAHTERA PRATAMA YOGI TRI SETIAWAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA DI BIDANG PENDIDIKAN

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian, maka berikut ini disampaikan kessimpulan-kessimpulan utama. A. Kesimpulan 1. Kondisi guru, kurikulum, kepemimpinan, pembiayaan dan fasilitas secara bersama-sama berpengaruh sangat kuat dan signifikan dengan koefisien korelasi sebesar 0,804 terhadap proses pembelajaran pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung. Variabel kompetensi guru, kurikulum, kepemimpinan, pembiayaan dan fasilitas secara bersama-sama telah memberikan pengaruh terhadap variabel proses pembelajaran sebesar 64,6% sedangkan sisanya 35,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Kontribusi masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen masingmasing sebesar 21,5% (kompetensi guru), 5,6% (kurikulum), 9,1% (kepemimpinan), 10,2% (pembiayaan) dan 18,3% (fasilitas). Indeks perubahan proses pembelajaran atas perubahan kompetensi guru (X 1 ), kurikulum (X 2 ), kepemimpinan (X 3 ), pembiayaan (X 4 ) dan fasilitas (X 5 ) adalah Ŷ = 0,424 X 1 + 0,074 X 2 + 0,111 X 3 + 0,114 X 4 + 0,251 X 5 + 0,194. Persamaan ini juga menunjukkan bahwa kompetensi guru (X 1 ), kurikulum (X 2 ), kepemimpinan (X 3 ), pembiayaan (X 4 ) dan fasilitas (X 5 ) dapat digunakan untuk memprediksi proses pembelajaran. 146

147 2. Kompetensi guru secara parsial memberikan pengaruh cukup dan signifikan dengan koefisien korelasi sebesar 0,568 terhadap proses pembelajaran pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung. Analisis regresi menunjukkan bahwa kompetensi guru akan memengaruhi proses pembelajaran sebesar 0,424. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran akan meningkat 0,424 apabila kompetensi guru ditingkatkan. Besarnya kontribusi kompetensi guru terhadap proses pembelajaran pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung sebesar 21,5%. 3. Hasil perhitungan variabel kurikulum terhadap proses pembelajaran yaitu koefisien korelasi sebesar 0,639, koefisien regresi sebesar 0,074 dan koefisien determinasi sebesar 5,6%. Karena uji keberartian menunjukkan hasil yang tidak signifikan maka hasil perhitungan tersebut tidak dapat digeneralisasikan ke seluruh populasi di mana sampel diambil. Sehingga kurikulum secara parsial tidak berpengaruh terhadap proses pembelajaran pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung. 4. Hasil perhitungan variabel kepemimpinan terhadap proses pembelajaran yaitu koefisien korelasi sebesar 0,588, koefisien regresi sebesar 0,111 dan koefisien determinasi sebesar 9,1%. Karena uji keberartian menunjukkan hasil yang tidak signifikan maka hasil perhitungan tersebut tidak dapat digeneralisasikan ke seluruh populasi di mana sampel diambil. Sehingga kepemimpinan secara parsial tidak berpengaruh terhadap proses pembelajaran pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung.

148 5. Hasil perhitungan variabel pembiayaan terhadap proses pembelajaran yaitu koefisien korelasi sebesar 0,668, koefisien regresi sebesar 0,114 dan koefisien determinasi sebesar 10,2%. Karena uji keberartian menunjukkan hasil yang tidak signifikan maka hasil perhitungan tersebut tidak dapat digeneralisasikan ke seluruh populasi di mana sampel diambil. Sehingga pembiayaan secara parsial tidak berpengaruh terhadap proses pembelajaran pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung. 6. Hasil perhitungan variabel fasilitas terhadap proses pembelajaran yaitu koefisien korelasi sebesar 0,587, koefisien regresi sebesar 0,251 dan koefisien determinasi sebesar 18,3%. Karena uji keberartian menunjukkan hasil yang tidak signifikan maka hasil perhitungan tersebut tidak dapat digeneralisasikan ke seluruh populasi di mana sampel diambil. Sehingga fasilitas secara parsial tidak berpengaruh terhadap proses pembelajaran pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung. 7. Hasil perhitungan variabel proses pembelajaran terhadap hasil belajar yaitu koefisien korelasi sebesar 0,051, koefisien regresi sebesar 0,010 dan koefisien determinasi sebesar 0,3%. Karena uji keberartian menunjukkan hasil yang tidak signifikan maka hasil perhitungan tersebut tidak dapat digeneralisasikan ke seluruh populasi di mana sampel diambil. Sehingga proses pembelajaran secara parsial tidak berpengaruh terhadap hasil belajar pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung. 8. Hasil penelitian di mana kurikulum, kepemimpinan, pembiayaan dan fasilitas secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap proses

149 pembelajaran, kemudian proses pembelajaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar merupakan temuan yang tidak sesuai dengan teori. Hal ini menunjukkan adanya kondisi anomali, tidak lazim dan tidak normal serta masalah yang memerlukan penanganan dari pihak berwenang pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung. B. Implikasi 1. Koefisien determinasi kompetensi guru, kurikulum, kepemimpinan, pembiayaan dan fasilitas terhadap proses pembelajaran pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung sebesar 64,6%. Hal ini menunjukkan ada pengaruh faktor-faktor lain sebesar 35,4% terhadap proses pembelajaran. Faktor-faktor lain tersebut dapat berupa pengaruh dari peserta didik itu sendiri, lingkungan keluarga dan sebagainya. 2. Kondisi guru memberikan pengaruh cukup dan signifikan terhadap proses pembelajaran pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung. Hal ini berimplikasi untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran dibutuhkan guru profesional yang memiliki kemampuan mengidentifikasi potensi dan kesulitan belajar peserta didik, menyelenggarakan pembelajaran secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, menggunakan media pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik, berperilaku mulia, bersikap objektif, memahami kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran materi yang diampu, melakukan penelitian tindakan kelas dan mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.

150 3. Kurikulum secara parsial tidak berpengaruh terhadap proses pembelajaran pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung. Hal ini berimplikasi perlunya perbaikan kondisi kurikulum agar memengaruhi proses pembelajaran. Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung perlu mengembangkan kurikulum berkualitas di mana silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) lengkap, kreatif dan bukan tiruan serta terus diperbaiki dengan memerhatikan hasil evaluasi pembelajaran, Kriteria Ketuntasan Minimal ditentukan dengan memerhatikan kondisi input peserta didik, kompleksitas materi, dan sumber daya pendukung dan terus diperbaiki dengan memerhatikan hasil evaluasi pembelajaran, memiliki program kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat peserta didik, membuat program pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah belajar peserta didik. 4. Kepemimpinan secara parsial tidak berpengaruh terhadap proses pembelajaran pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung. Hal ini berimplikasi perlunya perbaikan kondisi kepemimpinan agar memengaruhi proses pembelajaran. Untuk itu dibutuhkan Kepala Madrasah yang memiliki kemampuan menyampaikan visi, misi dan tujuan madrasah secara jelas, selalu berusaha menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di madrasah, memberikan motivasi dan arahan kepada guru dan karyawan agar mereka bekerja secara efektif dan efisien, mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran dengan baik, mengelola sarana dan prasarana untuk peningkatan mutu pembelajaran, melakukan pengadministrasian kegiatan madrasah dengan lengkap dan rapih, melaksanakan supervisi akademik

151 terhadap guru dengan baik, menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru untuk peningkatan profesionalisme guru, menciptakan inovasi yang berguna bagi peningkatan mutu pembelajaran, dan menjalin kerja sama dengan pihak lain untuk peningkatan mutu pembelajaran. 5. Pembiayaan secara parsial tidak berpengaruh terhadap proses pembelajaran pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung. Hal ini berimplikasi perlunya perbaikan kondisi pembiayaan agar memengaruhi proses pembelajaran. Untuk itu dana yang dimiliki Madrasah harus mencukupi untuk operasional madrasah, setiap awal tahun ajaran Madrasah membuat alokasi penggunaan dana dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Madrasah (RAPBM) yang proses penyusunannya dilakukan bersama dengan guru, lebih diprioritaskan pembiayaan untuk kegiatan belajar mengajar, pengadaan media belajar, pengadaan sumber belajar, peningkatan mutu guru, pengadaan teknologi pembelajaran, melaporkan penggunaan dana kepada orang tua dan melakukan audit penggunaan dana dengan melibatkan auditor. 6. Fasilitas secara parsial tidak berpengaruh terhadap proses pembelajaran pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung. Hal ini berimplikasi perlunya perbaikan kondisi fasilitas agar memengaruhi proses pembelajaran. Untuk itu madrasah harus memiliki ruangan kelas yang luasnya memadai dengan perlengkapan dan peralatan yang tersedia dengan baik, memiliki perpustakaan dengan koleksi buku yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran, memiliki laboratorium dengan alat-alat yang memadai, memiliki buku pelajaran yang memenuhi standar pemerintah dan tersedia secara merata untuk siswa,

152 memiliki ruangan/lapangan olahraga dan memiliki peralatan teknologi pembelajaran seperti alat peraga dan audiovisual. 7. Proses pembelajaran secara parsial tidak berpengaruh terhadap hasil belajar pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung. Hal ini berimplikasi perlunya perbaikan kondisi proses pembelajaran agar memengaruhi hasil belajar. Untuk itu madrasah harus meningkatkan kualifikasi dan kompetensi guru, kualitas kurikulum, kepemimpinan, pembiayaan dan fasilitas serta motivasi belajar siswa, daya dukung orang tua dan masyarakat juga perlu ditingkatkan. C. Saran Hasil penelitian di mana kurikulum, kepemimpinan, pembiayaan dan fasilitas secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap proses pembelajaran, kemudian proses pembelajaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar merupakan temuan yang tidak sesuai dengan teori. Hal ini menunjukkan adanya kondisi anomali, tidak lazim dan tidak normal serta masalah yang memerlukan penanganan dari pihak berwenang pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan dan peningkatan pada aspek : 1. Kompetensi guru agar memiliki kemampuan mengidentifikasi potensi dan kesulitan belajar peserta didik, menyelenggarakan pembelajaran secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, menggunakan media pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik, berperilaku mulia, bersikap objektif, memahami kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran materi yang diampu, melakukan penelitian tindakan kelas dan mengikuti kemajuan

153 zaman dengan belajar dari berbagai sumber. Untuk itu Kementerian Agama Kota Bandung harus mendorong dan menfasilitasi guru-guru untuk meningkatkan kompetensinya melalui pelatihan, Kelompok Kerja Guru, supervisi oleh pengawas. 2. Kualitas kurikulum pada Madrasah Ibtidaiyah masih perlu ditingkatkan pada aspek silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) lengkap, kreatif dan bukan tiruan serta terus diperbaiki dengan memerhatikan hasil evaluasi pembelajaran, Kriteria Ketuntasan Minimal ditentukan dengan memerhatikan kondisi input peserta didik, kompleksitas materi, dan sumber daya pendukung dan terus diperbaiki dengan memerhatikan hasil evaluasi pembelajaran, memiliki program kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat peserta didik, membuat program pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah belajar peserta didik. Untuk itu Kementerian Agama Kota Bandung perlu mendorong dan menfasilitasi agar tiap Madrasah Ibtidaiyah dapat membuat kurikulum yang berkualitas baik. 3. Kepemimpinan yang baik diperlukan agar proses pembelajaran dapat berlangsung efektif. Tidak optimalnya Kepala Madrasah dalam melaksanakan supervisi akademik terhadap guru, menindaklanjuti hasil supervisi akademik, dan menciptakan inovasi yang berguna bagi peningkatan mutu pembelajaran menyebabkan guru belum dapat melakukan proses pembelajaran secara maksimal. Untuk itu Kementerian Agama Kota Bandung perlu mendorong dan menfasilitasi agar Kepala Madrasah mampu

154 melakukan supervisi dan menciptakan inovasi melalui optimalisasi Kelompok Kerja Kepala Madrasah, pelatihan tentang supervisi dan mendorong inovasi dengan stimulus tertentu. 4. Pembiayaan yang memadai diperlukan untuk proses pembelajaran yang efektif. Keterbatasan dana yang dimiliki Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung menyebabkan pembiayaan untuk kegiatan belajar mengajar, pengadaan media belajar, pengadaan sumber belajar, peningkatan mutu guru, pengadaan teknologi pembelajaran tidak dapat dipenuhi secara optimal. Oleh karena itu Madrasah Ibtidaiyah diharapkan dapat menggali sumber dana selain dari Bantuan Operasional Sekolah seperti donatur dan dana sosial dari perusahaan. 5. Fasilitas diperlukan untuk proses pembelajaran yang efektif. Keterbatasan fasilitas yang dimiliki Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung khususnya laboratorium dengan alat-alat yang memadai, dan memiliki peralatan teknologi pembelajaran seperti alat peraga dan audiovisual menyebabkan peserta didik tidak dapat secara maksimal memahami materi pelajaran. Oleh sebab itu Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung masih perlu meningkatkan fasilitas terutama laboratorium, alat peraga dan audiovisual. Peningkatan ketersediaan fasilitas ini juga perlu disertai dengan peningkatan kemampuan guru untuk memanfaatkannya. Ketersediaan fasilitas tersebut di atas akan sia-sia jika guru tidak dapat menggunakannya dengan baik. 6. Proses pembelajaran yang berkualitas dibutuhkan agar hasil belajar juga berkualitas. Untuk itu madrasah harus meningkatkan kualifikasi dan

155 kompetensi guru, kualitas kurikulum, kepemimpinan, pembiayaan dan fasilitas. Selain itu motivasi belajar siswa, daya dukung orang tua dan masyarakat, Kementerian Agama Kota Bandung dan Pemerintah Kota Bandung juga perlu ditingkatkan. 7. Kementerian Agama Kota Bandung maupun yayasan pendidikan Islam yang menaungi madrasah perlu menangani secara sistemik dan serius masalah di Madrasah Ibtidaiyah pada sisi kurikulum, kepemimpinan, pembiayaan dan fasilitas serta proses pembelajaran.