BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian, maka berikut ini disampaikan kessimpulan-kessimpulan utama. A. Kesimpulan 1. Kondisi guru, kurikulum, kepemimpinan, pembiayaan dan fasilitas secara bersama-sama berpengaruh sangat kuat dan signifikan dengan koefisien korelasi sebesar 0,804 terhadap proses pembelajaran pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung. Variabel kompetensi guru, kurikulum, kepemimpinan, pembiayaan dan fasilitas secara bersama-sama telah memberikan pengaruh terhadap variabel proses pembelajaran sebesar 64,6% sedangkan sisanya 35,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Kontribusi masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen masingmasing sebesar 21,5% (kompetensi guru), 5,6% (kurikulum), 9,1% (kepemimpinan), 10,2% (pembiayaan) dan 18,3% (fasilitas). Indeks perubahan proses pembelajaran atas perubahan kompetensi guru (X 1 ), kurikulum (X 2 ), kepemimpinan (X 3 ), pembiayaan (X 4 ) dan fasilitas (X 5 ) adalah Ŷ = 0,424 X 1 + 0,074 X 2 + 0,111 X 3 + 0,114 X 4 + 0,251 X 5 + 0,194. Persamaan ini juga menunjukkan bahwa kompetensi guru (X 1 ), kurikulum (X 2 ), kepemimpinan (X 3 ), pembiayaan (X 4 ) dan fasilitas (X 5 ) dapat digunakan untuk memprediksi proses pembelajaran. 146
147 2. Kompetensi guru secara parsial memberikan pengaruh cukup dan signifikan dengan koefisien korelasi sebesar 0,568 terhadap proses pembelajaran pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung. Analisis regresi menunjukkan bahwa kompetensi guru akan memengaruhi proses pembelajaran sebesar 0,424. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran akan meningkat 0,424 apabila kompetensi guru ditingkatkan. Besarnya kontribusi kompetensi guru terhadap proses pembelajaran pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung sebesar 21,5%. 3. Hasil perhitungan variabel kurikulum terhadap proses pembelajaran yaitu koefisien korelasi sebesar 0,639, koefisien regresi sebesar 0,074 dan koefisien determinasi sebesar 5,6%. Karena uji keberartian menunjukkan hasil yang tidak signifikan maka hasil perhitungan tersebut tidak dapat digeneralisasikan ke seluruh populasi di mana sampel diambil. Sehingga kurikulum secara parsial tidak berpengaruh terhadap proses pembelajaran pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung. 4. Hasil perhitungan variabel kepemimpinan terhadap proses pembelajaran yaitu koefisien korelasi sebesar 0,588, koefisien regresi sebesar 0,111 dan koefisien determinasi sebesar 9,1%. Karena uji keberartian menunjukkan hasil yang tidak signifikan maka hasil perhitungan tersebut tidak dapat digeneralisasikan ke seluruh populasi di mana sampel diambil. Sehingga kepemimpinan secara parsial tidak berpengaruh terhadap proses pembelajaran pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung.
148 5. Hasil perhitungan variabel pembiayaan terhadap proses pembelajaran yaitu koefisien korelasi sebesar 0,668, koefisien regresi sebesar 0,114 dan koefisien determinasi sebesar 10,2%. Karena uji keberartian menunjukkan hasil yang tidak signifikan maka hasil perhitungan tersebut tidak dapat digeneralisasikan ke seluruh populasi di mana sampel diambil. Sehingga pembiayaan secara parsial tidak berpengaruh terhadap proses pembelajaran pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung. 6. Hasil perhitungan variabel fasilitas terhadap proses pembelajaran yaitu koefisien korelasi sebesar 0,587, koefisien regresi sebesar 0,251 dan koefisien determinasi sebesar 18,3%. Karena uji keberartian menunjukkan hasil yang tidak signifikan maka hasil perhitungan tersebut tidak dapat digeneralisasikan ke seluruh populasi di mana sampel diambil. Sehingga fasilitas secara parsial tidak berpengaruh terhadap proses pembelajaran pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung. 7. Hasil perhitungan variabel proses pembelajaran terhadap hasil belajar yaitu koefisien korelasi sebesar 0,051, koefisien regresi sebesar 0,010 dan koefisien determinasi sebesar 0,3%. Karena uji keberartian menunjukkan hasil yang tidak signifikan maka hasil perhitungan tersebut tidak dapat digeneralisasikan ke seluruh populasi di mana sampel diambil. Sehingga proses pembelajaran secara parsial tidak berpengaruh terhadap hasil belajar pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung. 8. Hasil penelitian di mana kurikulum, kepemimpinan, pembiayaan dan fasilitas secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap proses
149 pembelajaran, kemudian proses pembelajaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar merupakan temuan yang tidak sesuai dengan teori. Hal ini menunjukkan adanya kondisi anomali, tidak lazim dan tidak normal serta masalah yang memerlukan penanganan dari pihak berwenang pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung. B. Implikasi 1. Koefisien determinasi kompetensi guru, kurikulum, kepemimpinan, pembiayaan dan fasilitas terhadap proses pembelajaran pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung sebesar 64,6%. Hal ini menunjukkan ada pengaruh faktor-faktor lain sebesar 35,4% terhadap proses pembelajaran. Faktor-faktor lain tersebut dapat berupa pengaruh dari peserta didik itu sendiri, lingkungan keluarga dan sebagainya. 2. Kondisi guru memberikan pengaruh cukup dan signifikan terhadap proses pembelajaran pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung. Hal ini berimplikasi untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran dibutuhkan guru profesional yang memiliki kemampuan mengidentifikasi potensi dan kesulitan belajar peserta didik, menyelenggarakan pembelajaran secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, menggunakan media pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik, berperilaku mulia, bersikap objektif, memahami kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran materi yang diampu, melakukan penelitian tindakan kelas dan mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.
150 3. Kurikulum secara parsial tidak berpengaruh terhadap proses pembelajaran pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung. Hal ini berimplikasi perlunya perbaikan kondisi kurikulum agar memengaruhi proses pembelajaran. Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung perlu mengembangkan kurikulum berkualitas di mana silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) lengkap, kreatif dan bukan tiruan serta terus diperbaiki dengan memerhatikan hasil evaluasi pembelajaran, Kriteria Ketuntasan Minimal ditentukan dengan memerhatikan kondisi input peserta didik, kompleksitas materi, dan sumber daya pendukung dan terus diperbaiki dengan memerhatikan hasil evaluasi pembelajaran, memiliki program kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat peserta didik, membuat program pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah belajar peserta didik. 4. Kepemimpinan secara parsial tidak berpengaruh terhadap proses pembelajaran pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung. Hal ini berimplikasi perlunya perbaikan kondisi kepemimpinan agar memengaruhi proses pembelajaran. Untuk itu dibutuhkan Kepala Madrasah yang memiliki kemampuan menyampaikan visi, misi dan tujuan madrasah secara jelas, selalu berusaha menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di madrasah, memberikan motivasi dan arahan kepada guru dan karyawan agar mereka bekerja secara efektif dan efisien, mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran dengan baik, mengelola sarana dan prasarana untuk peningkatan mutu pembelajaran, melakukan pengadministrasian kegiatan madrasah dengan lengkap dan rapih, melaksanakan supervisi akademik
151 terhadap guru dengan baik, menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru untuk peningkatan profesionalisme guru, menciptakan inovasi yang berguna bagi peningkatan mutu pembelajaran, dan menjalin kerja sama dengan pihak lain untuk peningkatan mutu pembelajaran. 5. Pembiayaan secara parsial tidak berpengaruh terhadap proses pembelajaran pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung. Hal ini berimplikasi perlunya perbaikan kondisi pembiayaan agar memengaruhi proses pembelajaran. Untuk itu dana yang dimiliki Madrasah harus mencukupi untuk operasional madrasah, setiap awal tahun ajaran Madrasah membuat alokasi penggunaan dana dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Madrasah (RAPBM) yang proses penyusunannya dilakukan bersama dengan guru, lebih diprioritaskan pembiayaan untuk kegiatan belajar mengajar, pengadaan media belajar, pengadaan sumber belajar, peningkatan mutu guru, pengadaan teknologi pembelajaran, melaporkan penggunaan dana kepada orang tua dan melakukan audit penggunaan dana dengan melibatkan auditor. 6. Fasilitas secara parsial tidak berpengaruh terhadap proses pembelajaran pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung. Hal ini berimplikasi perlunya perbaikan kondisi fasilitas agar memengaruhi proses pembelajaran. Untuk itu madrasah harus memiliki ruangan kelas yang luasnya memadai dengan perlengkapan dan peralatan yang tersedia dengan baik, memiliki perpustakaan dengan koleksi buku yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran, memiliki laboratorium dengan alat-alat yang memadai, memiliki buku pelajaran yang memenuhi standar pemerintah dan tersedia secara merata untuk siswa,
152 memiliki ruangan/lapangan olahraga dan memiliki peralatan teknologi pembelajaran seperti alat peraga dan audiovisual. 7. Proses pembelajaran secara parsial tidak berpengaruh terhadap hasil belajar pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung. Hal ini berimplikasi perlunya perbaikan kondisi proses pembelajaran agar memengaruhi hasil belajar. Untuk itu madrasah harus meningkatkan kualifikasi dan kompetensi guru, kualitas kurikulum, kepemimpinan, pembiayaan dan fasilitas serta motivasi belajar siswa, daya dukung orang tua dan masyarakat juga perlu ditingkatkan. C. Saran Hasil penelitian di mana kurikulum, kepemimpinan, pembiayaan dan fasilitas secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap proses pembelajaran, kemudian proses pembelajaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar merupakan temuan yang tidak sesuai dengan teori. Hal ini menunjukkan adanya kondisi anomali, tidak lazim dan tidak normal serta masalah yang memerlukan penanganan dari pihak berwenang pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan dan peningkatan pada aspek : 1. Kompetensi guru agar memiliki kemampuan mengidentifikasi potensi dan kesulitan belajar peserta didik, menyelenggarakan pembelajaran secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, menggunakan media pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik, berperilaku mulia, bersikap objektif, memahami kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran materi yang diampu, melakukan penelitian tindakan kelas dan mengikuti kemajuan
153 zaman dengan belajar dari berbagai sumber. Untuk itu Kementerian Agama Kota Bandung harus mendorong dan menfasilitasi guru-guru untuk meningkatkan kompetensinya melalui pelatihan, Kelompok Kerja Guru, supervisi oleh pengawas. 2. Kualitas kurikulum pada Madrasah Ibtidaiyah masih perlu ditingkatkan pada aspek silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) lengkap, kreatif dan bukan tiruan serta terus diperbaiki dengan memerhatikan hasil evaluasi pembelajaran, Kriteria Ketuntasan Minimal ditentukan dengan memerhatikan kondisi input peserta didik, kompleksitas materi, dan sumber daya pendukung dan terus diperbaiki dengan memerhatikan hasil evaluasi pembelajaran, memiliki program kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat peserta didik, membuat program pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah belajar peserta didik. Untuk itu Kementerian Agama Kota Bandung perlu mendorong dan menfasilitasi agar tiap Madrasah Ibtidaiyah dapat membuat kurikulum yang berkualitas baik. 3. Kepemimpinan yang baik diperlukan agar proses pembelajaran dapat berlangsung efektif. Tidak optimalnya Kepala Madrasah dalam melaksanakan supervisi akademik terhadap guru, menindaklanjuti hasil supervisi akademik, dan menciptakan inovasi yang berguna bagi peningkatan mutu pembelajaran menyebabkan guru belum dapat melakukan proses pembelajaran secara maksimal. Untuk itu Kementerian Agama Kota Bandung perlu mendorong dan menfasilitasi agar Kepala Madrasah mampu
154 melakukan supervisi dan menciptakan inovasi melalui optimalisasi Kelompok Kerja Kepala Madrasah, pelatihan tentang supervisi dan mendorong inovasi dengan stimulus tertentu. 4. Pembiayaan yang memadai diperlukan untuk proses pembelajaran yang efektif. Keterbatasan dana yang dimiliki Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung menyebabkan pembiayaan untuk kegiatan belajar mengajar, pengadaan media belajar, pengadaan sumber belajar, peningkatan mutu guru, pengadaan teknologi pembelajaran tidak dapat dipenuhi secara optimal. Oleh karena itu Madrasah Ibtidaiyah diharapkan dapat menggali sumber dana selain dari Bantuan Operasional Sekolah seperti donatur dan dana sosial dari perusahaan. 5. Fasilitas diperlukan untuk proses pembelajaran yang efektif. Keterbatasan fasilitas yang dimiliki Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung khususnya laboratorium dengan alat-alat yang memadai, dan memiliki peralatan teknologi pembelajaran seperti alat peraga dan audiovisual menyebabkan peserta didik tidak dapat secara maksimal memahami materi pelajaran. Oleh sebab itu Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung masih perlu meningkatkan fasilitas terutama laboratorium, alat peraga dan audiovisual. Peningkatan ketersediaan fasilitas ini juga perlu disertai dengan peningkatan kemampuan guru untuk memanfaatkannya. Ketersediaan fasilitas tersebut di atas akan sia-sia jika guru tidak dapat menggunakannya dengan baik. 6. Proses pembelajaran yang berkualitas dibutuhkan agar hasil belajar juga berkualitas. Untuk itu madrasah harus meningkatkan kualifikasi dan
155 kompetensi guru, kualitas kurikulum, kepemimpinan, pembiayaan dan fasilitas. Selain itu motivasi belajar siswa, daya dukung orang tua dan masyarakat, Kementerian Agama Kota Bandung dan Pemerintah Kota Bandung juga perlu ditingkatkan. 7. Kementerian Agama Kota Bandung maupun yayasan pendidikan Islam yang menaungi madrasah perlu menangani secara sistemik dan serius masalah di Madrasah Ibtidaiyah pada sisi kurikulum, kepemimpinan, pembiayaan dan fasilitas serta proses pembelajaran.