BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

BAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan ekonomi Menurut (BKKBN 2006). WHO dan Undang-

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Di Indonesia, hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jaringan lunak secara perlahan-lahan untuk memperbaiki diri maupun

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia adalah masa dimana seseorang mengalami masa

BAB I PENDAHULUAN. sebaliknya, masa tua dijalani dengan rasa ketidak bahagiaan, sehingga

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk Indonesia diproyeksikan dalam kurun waktu dua puluh lima tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok

SRAGEN SKRIPSI JURUSAN FAKULTAS. Disusun oleh: J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2007 sebesar 18,96 juta dan pada tahun 2009 mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN di prediksikan jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 28,8 juta

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun) dan pada tahun 2025 jumlah

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PSTW YOGYA UNIT BUDILUHUR KASONGAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang ditandai dengan berbagai problematika, seperti perubahan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

HUBUNGAN PERUBAHAN PSIKOSOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yakni setelah Cina (200 juta), India (100 juta) dan menyusul

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini transisi demografi terjadi di seluruh dunia, dimana proporsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. fisik, biologis, psikologis dan sosial budaya (Sarwono, 2008). dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal.

BAB I PENDAHULUAN. istilah lanjut usia atau yang lebih dikenal sebagai lansia (Tamher dan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk merujuk kepada cara kita berpikir tentang dan mengevaluasi diri kita

Sedeangkan jumlah lansia Sumatera Barat pada tahun 2013 sebanyak 37,3795 jiwa

SPIRITUALITAS LANJUT USIA (LANSIA) DI UNIT PELAYANAN TEKNIS PANTI SOSIAL LANJUT USIA (UPT PSLU) MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa pada tahun 2000,

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN. mendorong pemerintah dalam merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. lambat cepatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. psikososial (Nugroho, 2008). Berdasarkan Undang-undang Nomor 13 tahun

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan profesional kesehatan lain, serta perawat dan komunitas. Proses interaksi

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara demografi, lansia di Indonesia termasuk lima besar terbanyak

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL THEODORA MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup serta dapat melindungi bayi dari penyakit infeksi. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa kanak kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi.

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke. atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI DESA POLENG GESI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya secara perlahan-lahan, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menua bukanlah sebuah penyakit namun merupakan sebuah proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi stressor, baik dari dalam maupun dari luar tubuh (Darmojo & Martono, 2009). Di Indonesia istilah untuk kelompok ini biasa disebut dengan usia lanjut atau lanjut usia (lansia). Lanjut usia, mengalami penurunan kondisi biologis (fisik), kondisi psikologis serta perubahan kondisi sosial. Semakin lanjut usia seseorang maka kemampuan fisik akan semakin menurun, sehingga dapat mengakibatkan kemunduran pada peran-peran yang dimilikinya (Tamher & Noorkasiani,2009). Lansia mengalami perubahan yang menyangkut kehidupan psikologis lanjut usia seperti perasaan tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidak ikhlasan menerima kenyataan baru misalnya penyakit yang tak kunjung sembuh atau kematian pasangan ( Hurlock dalam Djafar, 2015).

Lansia mengalami peristiwa pergesaran peran dirinya baik di masyarakat maupun di keluarga. Hal ini mengakibatkan lansia terasing secara sosial dan akhirnya merasa tidak berguna lagi karena tidak ada penyaluran emosional dari bersosialisasi. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial menurun baik secara kualitas maupun kuantitas karena perubahan peran yang terjadi pada lansia (Stanley & Beare, 2007). Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisi pada setiap waktu sepanjang daur kehidupanya (Suliswati dkk, 2005). Seseorang dapat memainkan banyak peran baik peran dirinya sebagai individu,peran dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Lanjut usia dalam keluarga memegang peran sebagai orang tua,serta kakek/nenek. Status dan peran-peran terkait lain dari individu dalam sebuah keluarga akan mengalami perubahan melalui berbagai cara yang berlangsung dalam siklus kehidupan keluarga (Friedman, 2010). Berkurang atau hilangnya peran yang dimiliki para lanjut usia di dalam keluarga maupun komunitas merupakan masalah psikososial yang bisa terjadi pada lanjut usia. Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya perhatian pada lansia, agar para lansia tidak hanya memiliki umur yang panjang tetapi juga memiliki kualitas hidup yang baik serta dapat menikmati masa tuanya dengan bahagia. Perubahan struktur keluarga akan mengakibatkan perubahan peran yang ada di dalam keluarga. Perbedaan tempat tinggal dan dengan siapa para lansia ini tinggal akan mempengaruhi

status peran yang dimiliki oleh lansia. Peran lansia dalam kehidupan sosial juga akan memiliki perubahan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Wreksoatmojo (2013) Peran lanjut usia di balai akan mengalami perubahan karena kebanyakan lanjut usia yang tinggal di balai merupakan lanjut usia yang terlantar oleh keluarga mereka. Para lanjut usia yang tinggal di balai lebih banyak yang sudah tidak lagi mempunyai pasangan hidup, kurang mempunyai kontak dengan keluarga maupun teman dekat, baik secara langsung (bertemu muka, mengobrol, bercakap-cakap) maupun secara tak langsung melalui media komunikasi, baik telepon, surat maupun SMS. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Nuryanti pada tahun 2012 yang berjudul Hubungan perubahan peran diri dengan tingkat depresi pada lansia yang tinggal di Unit Pelaksana Teknis Panti Sosial Lanjut Usia (UPT PSLU) Pasuruan Babat Lamongan menunjukan terjadi perubahan peran pada lansia yaitu perubahan peran positif yaitu masih berfungsinya peran dalam keluarga, status ekonomi maupun sosial masyarakat walaupun berada di UPT PSLU Pasuruan Babat Lamongan dan perubahan peran negatif pada lansia dikarenakan lansia mengalami perubahan yang sangat berbeda. World Health Organization (WHO) (2013) memperkirakan pada tahun 2025 kelompok usia lanjut akan menjadi 1,2 miliar yang akan terus bertambah menjadi 2 miliar orang pada tahun 2050. Berdasarkan hasil Susenas tahun 2013, jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,04 juta orang atau sekitar 8,05 % dari seluruh penduduk Indonesia. Menurut jenis kelamin,

jumlah lansia perempuan yaitu 10,67 juta orang (8,61% dari seluruh penduduk perempuan), lebih banyak dari pada lansia laki-laki yang sebesar 9,38 juta orang (7,49% dari seluruh penduduk laki-laki). Provinsi yang mempunyai lansia dengan proporsi paling tinggi adalah Provinsi DI Yogyakarta (13,20 %). Sedangkan di Jawa Tengah yaitu sebesar (11,11 %). Persentase lansia yang tinggal bersama keluarga dalam rumah tangga sebesar 26,82 %, sedangkan lansia yang tinggal bersama tiga generasi di dalam rumah tangga ada sebanyak 41,44%. Sementara itu lansia yang tinggal sendiri dalam rumah tangga masih cukup besar, yaitu sebesar 9,89% ( BPS-RI Sensunas 2013). Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan, lansia yang tinggal di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewananta Cilacap pada bulan Oktober tahun 2015 yaitu 92 orang, dengan 41 lansia laki-laki dan 51 lansia perempuan. Jumlah lansia yang produktif sebanyak 40 orang, dan lansia yang sudah tidak produktif sebanyak 52 orang. Hasil wawancara dengan pengurus balai sosial, rata-rata lansia yang tingal di balai sosial sudah tidak berhubungan dengan keluarga mereka sehingga para lansia tidak mampu memerankan peran di keluarga. Sedangkan untuk peran di dalam balai sosial, lansia masih mampu memerankannya, seperti peran sebagai panutan, dan sebagai penguni balai sosial. Sebagai penghuni balai lansia melakukan aktivitas-aktivitas yang terdapat di balai sosial. Hanya 15 orang lansia yang tinggal di balai sosial lanjut usia yang masih dapat memerankan perannya dalam keluarga.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti mengadakan penelitian untuk mengetahui tentang gambaran peran lansia yang tinggal di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewananta Cilacap. 1.2 Rumusan Masalah Status dan peran individu akan mengalami perubahan melalui berbagai cara yang berlangsung dalam siklus kehidupan, begitu pula peran yang dimiliki lansia. Peran lanjut usia di balai akan mengalami perubahan karena kebanyakan lanjut usia yang tinggal di balai merupakan lanjut usia yang terlantar oleh keluarga mereka. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul Bagaimana gambaran peran lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewananta Cilacap? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui gambaran peran lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewananta Cilacap. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik responden (usia, jenis kelamin, pendidikan, status pernikahan, jumlah anak, agama). b. Mendeskripsikan gambaran peran lansia sebagai individu di Balai Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap. c. Mendeskripsikan gambaran peran lansia sebagai makhluk sosial di Balai Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Balai Pelayanan Lanjut Usia Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan ataupun informasi bagi Balai Pelayanan Sosial lanjut Usia Dewanata Cilacap mengenai peran lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap 1.4.2 Bagi Lansia Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi lansia agar lansia dapat menjalankan perannya di dalam Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia. 1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada peneliti selanjutnya tentang gambaran peran lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia. 1.5 Penelitian Terkait 1. Titik Nuryanti, Retno Indarwati, dan Setho Hadisuyatmana (2012), dengan penelitian yang berjudul Hubungan perubahan peran diri dengan tingkat depresi pada lansia yang tinggal di UPT PSLU Pasuruan Babat Lamongan Penelitian ini menggunakan design kuantitatif dengan deskriptif korelasional menggunakan rancangan penelitian non-experiment. Variabel independen dalam penelitian adalah perubahan peran diri lansia yang tinggal di UPT PSLU Pasuruan Babat Lamongan. Variabel dependen penelitian adalah tingkat depresi lansia.

Hasil penelitian menunjukan lansia yang mempunyai perubahan peran positif sebanyak 52,9% lansia dan yang mengalami perubahan peran negatif 47,1% lansia. Perubahan peran positif lansia yaitu masih berfungsinya peran dalam keluarga, status ekonomi maupun sosial masyarakat walaupun berada di UPT PSLU Pasuruan Babat Lamongan atau bisa disebut peran adaptif, berbeda dengan perubahan peran negatif pada lansia dikarenakan lansia mengalami perubahan yang sangat berbeda atau malfungsinya salah satu peran atau maladaptif. Persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan penelitian kuantitatif dan peran diri lanjut usia. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu gambaran peran lanjut usia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap. 2. Suryani S. Djafar (2015) dengan penelitian yang berjudul Hubungan perubahan peran diri dengan depresi pada lansia di Kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik engan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia yang tinggal di Kecamatan Buntulia dengan jumlah sampel sebanyak 78 responden yang diperoleh dengan menggunakan purposive sampling. Instrument yang digunakan adalah kuesioner yang berisi data demografi yang terdiri dari nama responden, umur, jenis kelamin. Kuisioner ini mengacu pada variabel independen dan dependen, yaitu tentang perubahan peran dan depresi lansia.

Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang mengalami perubahan peran sebanyak 55,1% dan lansia yang tidak mengalami depresi sebanyak 29,5%, depresi ringan 55,1% dan depresi berat 15,4%. Hasil analisa data menggunakan uji statistik Chi Square didapatkan hubungan perubahan peran diri dengan depresi pada lansia dengan nilai p=0,000 (α <0,05). Persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tentang peran lansia. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu hanya mengambarkan peran lansia di Balai Sosial lanjut Usia. 3. Agustin Setianingrum (1997) dengan penelitian yang berjudul Peran orang lanjut usia sebagai nenek (studi eksploratif pada wanita lanjut usia Jawa di Jakarta yang memiliki cucu prasekolah) design penelitian menggunakan penelitian kualitatif dengan studi eksploratif. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam dengan pedoman berbentuk pertanyaan terbuka. Subyek dalam penelitian ini adalah wanita lanjut usia Jawa berusia 60 sampai 79 tahun, yang tinggal bersama keluarga anak dan memiliki cucu berusia 2 sampai 6 tahun (tergolong anak pra-sekolah). Peneliti menggali lebih jauh tentang peran-peran apa saja yang dijalankan oleh orang lanjut usia sebagai kakek-nenek. Mengingat bahwa peran kakek nenek terhadap cucu dipengaruhi oleh usia, kondisi kesehatan, jarak geografis, latar belakang suku bangsa dan jenis kelamin kakek-nenek.

Hasil wawancara diketahui bahwa wanita lanjut usia Jawa yang berperan sebagai nenek menjalankan kelima tipe peran seperti yang dikemukakan oleh Neugarten dan Weinstein. Secara formal, nenek menyerahkan tanggung jawab pengasuhan cucu kepada orang tua cucu dan bertindak sebagai pihak yang mengawasi dan mengingatkan. Hasil penelitian pada keluarga besar dimana keluarga anak tinggal bersama orang tuanya, maka kakek-nenek hendaknya diikut-sertakan dalam kegiatan mengasuh cucu. Sedangkan bagi keluarga yang tinggal terpisah, kakek-nenek kurang memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan cucunya karena jarangnya kunjungan anak dan cucunya. Persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan variabel peran orang lanjut usia. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu metode yang digunakan menggunakan metode kuantitatif.