BAB I PENDAHULUAN. semula dilakukan oleh Pengadilan Negeri. Berlakunya Undang-Undang. kemudian dirubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau

BAB I PENDAHULUAN. hukum atas perbuatan yang telah mereka lakukan. Mereka berusaha. dikenal sehingga mereka selalu menggunakan payung hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. tertulis untuk berbagai kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat. Notaris

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. autentik, yaitu dalam nilai pembuktian, akta autentik ini mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

BAB I PENDAHULUAN. dan ahli dalam menyelesaikan setiap permasalahan-permasalahan hukum.

BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. hukum. Tulisan tersebut dapat dibedakan antara surat otentik dan surat dibawah

BAB I PENDAHULUAN. tugas, fungsi dan kewenangan Notaris. Mereka belum bisa membedakan tugas mana

BAB I PENDAHULUAN. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat ini, membuat masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. untuk membuat akta otentik dan akta lainnya sesuai dengan undangundang

BAB I PENDAHULUAN. hlm Hartanti Sulihandari dan Nisya Rifiani, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Notaris, Dunia Cerdas, Jakarta Timur, 2013, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. 2 Hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan strategi pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD)

BAB I PENDAHULUAN. mencatat bahwa pada era reformasi terjadi perubahan pada lembaga Notariat yang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam membuat suatu alat bukti tertulis yang bersifat autentik dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keteraturan merupakan kebutuhan manusia yang sangat pokok atau

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan hukum kepada masyarakat yang memerlukan perlindungan dan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JABATAN NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat sudah dikenal

BAB I PENDAHULUAN. hukum dengan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakatnya. 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum 1. antar warga negara, yakni antara individu satu dengan individu yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

BAB I PENDAHULUAN. bersamaan dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia. Hal ini tentu saja

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) disebutkan bahwa y

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan yuridis..., Ravina Arabella Sabnani, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, pasar modal, dan untuk kepastian

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. otentik sangat penting dalam melakukan hubungan bisnis, kegiatan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. menentukan bahwa dalam menjalankan tugas jabatannya, seorang

PENGAMBILAN FOTO COPI MINUTA AKTA DAN PEMANGGILAN NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan jasa notaris, telah dibentuk Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang untuk

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu

BAB V PENUTUP. Setelah dilakukan penelitian sebagaimana terurai dalam hasil

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap interaksi yang dilakukan manusia dengan sesamanya, tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Jasa yang diberikan Notaris terkait erat dengan persoalan trust (kepercayaan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENUNJUK UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berlandaskan Pancasila. Negara Indonesia adalah negara hukum,

BAB I PENDAHULUAN. hukum menjamin adanya kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum yang

BAB II KEWENANGAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM MEMBATALKAN PUTUSAN MAJELIS PENGAWAS PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 1. Dibuat dalam bentuk ketentuan Undang-Undang;

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. pemiliknya kepada pihak lain. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Peraturan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bidang hukum, mengingat urgensi yang tidak bisa dilepaskan. melegalkan perubahan-perubahan yang terjadi.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB I PENDAHULUAN. negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum

IMPLIKASI YURIDIS LEGALITAS KEWENANGAN (RECHTMATIGHEID) MAJELIS KEHORMATAN DALAM PEMBINAAN NOTARIS SEBAGAI PEJABAT PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kerangka hukum formal yang komprehensif pada 30. September 1999 melalui Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. jabatannya, Notaris berpegang teguh dan menjunjung tinggi martabat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupan sehari-harinya melakukan kegiatan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. ini, ada dua aturan yang wajib dipatuhi oleh seorang Notaris yaitu Undang-

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Majelis Kehormatan Notaris

BAB I PENDAHULUAN. Akta-akta yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris bersifat autentik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan tanah dalam rangka pembangunan bagi pemenuhan berbagai

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. akan disebut dengan UUJNP, sedangkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara bertemu langsung, kini bisa dilakukan jarak jauh dan tanpa. bertatapan muka dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi.

TANGGUNG JAWAB NOTARIS TERHADAP PENYIMPANAN MINUTA AKTA SEBAGAI BAGIAN DARI PROTOKOL NOTARIS

BAB II KETENTUAN HUKUM DAN PELAKSANAAN PROSES PENYIDIKAN TERHADAP NOTARIS SEBAGAI SAKSI DAN TERSANGKA DALAM TINDAK PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai tujuan membangun negara yang sejahtera (Welfare State), akan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TANGGUNG JAWAB NOTARIS SETELAH PUTUSAN MK NO. 49/PUU-X/2012. Dinny Fauzan, Yunanto, Triyono. Perdata Agraria ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dengan perlindungan hukum. Salah satu yang perlu mendapat

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia peraturan mengenai notaris dicantumkan dalam Reglement op het

2015, No Pemberhentian Anggota, dan Tata Kerja Majelis Pengawas; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lem

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Asasi Manusia Republik Indonesia sebagai pelaksana pembinaan dan pengawasan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris 2

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 49/PUU-X/2012

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Notaris adalah pejabat umum yang diberi kewenangan menjalankan sebagian dari kewenangan negara untuk membuat alat bukti tertulis secara otentik dalam bidang hukum perdata yang pengawasan terhadap produk akta semula dilakukan oleh Pengadilan Negeri. Berlakunya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) kemudian dirubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJNP) m enjadikan pengawasan notaris beralih dari Hakim Pengadilan Negeri kepada Majelis Pengawas yang dibentuk oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Menurut Pasal 1 angka 1 UUJNP, yang dimaksud Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya. Akta otentik yang dimaksud sebagai kewenangan notaris dibuat oleh notaris untuk dapat dig unakan oleh masyarakat yang membutuhkan akta seperti akta pendirian Perseroan Terbatas, akta wasiat, surat kuasa, dan lain sebagainya. Kehadiran notaris sebagai pejabat publik merupakan jawaban dari kebutuhan masyarakat akan kepastian hukum atas setiap perikatan yang dilakukannya, terutama perikatan

2 terkait perdagangan dan kehidupan sehari-hari. Notaris sangat diperlukan masyarakat untuk membuat akta otentik yang dibuat sebagai pelayanan bagi masyarakat dalam perkembangan saat ini. Pelayanan yang diberikan notaris terhadap masyarakat, teristimewa dalam pembuatan akta otentik sebagai alat bukti yang sempurna. Akta otentik tersebut terdiri dari minuta akta dan salinan akta. Minuta akta tersebut disimpan oleh Notaris yang merupakan bagian dari protokol Notaris yang harus disim pan dan dipelihara oleh notaris karena merupakan arsip negara. Pasal 1 angka 13 UUJNP menyatakan : Protokol notaris adalah kumpulan dokumen yang merupakan arsip negara yang harus disimpan dan dipelihara oleh notaris sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Akta otentik yang disimpan sebagai protokol notaris adalah minuta akta yaitu asli akta yang mencantumkan tanda tangan para penghadap, saksi, dan Notaris yang disimpan sebagai bagian dari protokol notaris (Pasal 1 angka 8 UU JNP). Salinan akta diberikan kepada masingmasing pihak dalam akta. Sedemikian pentingnya protokol notaris sebagai arsip negara maka apabila seorang notaris itu meninggal dunia, telah berakhir masa jabatannya, minta sendiri, tidak mampu secara rohani dan/atau jasmani untuk melaksanakan tugas jabatan sebagai notaris secara terus-menerus lebih dari 3 (tiga) tahun, diangkat menjadi pejabat negara, pindah wilayah jabatan, diberhentikan sementara, atau diberhentikan dengan tidak hormat maka protokol notaris tersebut harus dipindahtangankan kepada notaris lain yang

3 kemudian disebut notaris penerima protokol sehingga protokol notaris tetap tersimpan dan terpelihara dengan baik. Menurut Habib Adjie 1, penyimpanan protokol notaris oleh notaris pemegang protokol merupakan suatu upaya untuk menjaga umur yuridis akta notaris sebagai alat bukti yang sempurna bagi para pihak atau ahli warisnya tentang segala hal yang termuat dalam akta tersebut. Akta notaris dalam bentuk salinan selamanya akan ada jika disimpan oleh yang bersangkutan, dan dalam bentuk m inuta juga akan ada selamanya, yaitu yang disimpan oleh notaris sendiri atau oleh notaris pemegang protokol atau Majelis Pengawas Daerah. Meskipun notaris meninggal dunia tetapi akta notaris akan tetap ada dan mempunyai umur yuridis, melebihi umur biologis Notaris. Notaris penerima protokol mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Pasal 16 ayat (1) huruf b dan d UUJNP mewajibkan setiap notaris untuk menyimpan minuta akta sebagai bagian dari protokol notaris dan mewajibkan setiap notaris untuk mengeluarkan grosse akta, salinan akta, atau kutipan akta berdasarkan minuta akta atas permintaan para pihak atau ahli waris dari para pihak. Notaris penerima protokol perlu bertindak hati-hati dalam menyimpan setiap protokol yang diserahkan kepadanya. Disamping diatur dalam Pasal 62 UUJN, penyerahan protokol notaris kepada notaris lain diatur juga dalam Pasal 63 UUJNP, Pasal 64 UUJN, dan Pasal 65 UUJNP. Setiap calon notaris pada saat mendaftarkan diri sebagai notaris kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia wajib menandatangani surat pernyataan yang isinya adalah bersedia menerima 1 Habib Adjie, 2009, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, Bandung: Refika Aditama, hlm.45.

4 protokol notaris dari notaris lain. 2 Surat pernyataan ini merupakan syarat pengangkatan Notaris yang tercantum dalam Pasal 2 ayat (2) huruf m Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.01.HT.03.01 Tahun 2006 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pengangkatan, Perpindahan, Dan Pemberhentian Notaris : Permohonan pengangkatan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf k diajukan dengan melampirkan dokumen sebagai berikut : m. asli surat pernyataan bermeterai cukup yang menyatakan bahwa pemohon bersedia menjadi pemegang protokol notaris lain, baik karena pindah, pensiun, meninggal dunia, menjabat sebagai pejabat negara, mengundurkan diri, atau diberhentikan sementara. Hal ini menunjukkan bahwa setiap notaris sangat mungkin ditunjuk untuk menerima protokol notaris dari notaris lain. Peraturan ini telah diubah dengan keluarnya Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pengangkatan, Perpindahan, Pemberhentian, Dan Perpanjangan Masa Jabatan Notaris. Pada peraturan ini, ketentuan sebagaimana Pasal 2 ayat (2) huruf m Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.01.HT.03.01 Tahun 2006 sudah tidak ada lagi. Penunjukan notaris penerima protokol karena notaris pembuat akta meninggal dunia, diberhentikan sementara lebih dari 3 (tiga) bula n dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah (selanjutnya disebut MPD). Penunjukkan notaris penerima protokol karena notaris pembuat akta telah berakhir masa jabatannya, minta sendiri, tidak mampu secara rohani dan/atau jasmani untuk 2 Wawancara pada tanggal 16 Februari 2015 dengan Notaris Asih Sari Dewanti, notaris penerima protokol di Kota Surakarta.

5 melaksanakan tugas jabatan sebagai Notaris secara terus menerus lebih dari 3 (tiga) tahun, pindah wilayah jabatan, diberhentikan sementara dilakukan oleh Menteri atas usul Majelis Pengawas Daerah. Penunjukkan notaris penerima protokol oleh Majelis Pengawas Daerah belum terdapat peraturan pelaksanaan yang mengatur untuk menunjuk siapa Notaris yang akan menerima protokol dari notaris lain. Notaris yang ditunjuk sebagai penerima protokol notaris lain harus menyimpan dan memelihara protokol notaris dengan baik selayaknya arsip negara. Apabila di kemudian hari terdapat sengketa maupun yang berhubungan dengan protokol Notaris yang telah diserahkan kepada notaris penerima protokol maka notaris penerima protokol harus berhadapan dengan aparat penegak hukum. Pemanggilan notaris oleh aparat penegak hukum harus melalui prosedur tertentu dimana pemanggilannya harus tunduk kepada ketentuan Pasal 66 ayat (1) UUJNP : Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim dengan persetujuan Majelis Kehormatan Notaris berwenang : a. Mengambil fotokopi akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris; dan b. Memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan Akta atau Protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris. Pada saat ini, pelaksanaan Pasal 66 ayat (1) UUJNP mengenai keharusan persetujuan Majelis Kehormatan Notaris belum dapat terlaksana karena sampai sekarang Majelis Kehormatan Notaris belum dibentuk sehingga pemanggilan notaris saat ini tanpa persetujuan Majelis Kehormatan Notaris

6 ataupun Majelis Pengawas Daerah namun notaris dapat mem inta pendampingan dari Ikatan Notaris Indonesia (selanjutnya disebut INI). Notaris penerima protokol bukanlah pembuat akta dari protokol Notaris yang diserahkan kepadanya. Notaris penerima protokol dapat memberikan pelayanan terhadap klien/masyarakat denga n mengeluarkan grosse akta, salinan akta, dan kutipan akta dari minuta akta yang menjadi bagian dari protokol Notaris yang telah diserahkan kepadanya. Apabila terdapat permasalahan hukum terhadap akta protokol Notaris yang diserahkan kepadanya maka notaris penerima protokol harus mau tidak mau berhadapan dengan aparat penegak hukum walaupun bukan notaris tersebut yang membuat akta. Pasal 65 UUJNP menyatakan bahwa Notaris, Notaris Pengganti, dan Pejabat Sementara Notaris bertanggung jawab atas setiap Akta yang dibuatnya meskipun Protokol Notaris telah diserahkan atau dipindahkan kepada pihak penyimpan Protokol Notaris. Berdasarkan Pasal 65 UUJNP, notaris penerima protokol notaris lain berkewajiban menyimpan akta ini tidak bertanggung jawab terhadap isi akta dari protokol Notaris yang diterimanya. A pabila terdapat permasalahan mengenai protokol Notaris yang diterima notaris penerima protokol maka notaris penerima protokol mau tidak mau harus berhadapan dengan aparat penegak hukum. Oleh karena itu notaris pene rima protokol sangat perlu mendapatkan perlindungan hukum termasuk juga notaris penerima protokol di Kota Surakarta.

7 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Alasan apa yang dipakai oleh Majelis Pengawas Daerah untuk menentukan Notaris yang menerima protokol notaris dari notaris lain di Kota Surakarta? 2. Bagaimana perlindungan hukum bagi notaris sebagai penerima protokol notaris lain di Kota Surakarta dalam hal akta dari protokol Notaris yang diterimanya terdapat permasalahan hukum? C. Keaslian Penelitian Sebagai studi tentang hukum kenotariatan yang mengkaji mengenai notaris penerima protokol tentunya bukan suatu penelitian yang baru sama sekali. Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan notaris penerima protokol yang pernah diteliti di Program Studi Magister Kenotariatan Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada adalah sebagai berikut: 1. Kajian Tentang Penyimpanan Protokol Notaris Dalam Bentuk Elektronik Terkait Ketentuan Mengenai Cyber Notary oleh Indah Kusuma Dewi Tahun 2014. 3 Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : a. Apakah dimungkinkan peluang terselenggaranya penyimpanan protokol notaris dalam bentuk elektronik terkait ketentuan mengenai cyber 3 Indah Kusuma Dewi, Kajian Tentang Penyimpanan Protokol Notaris Dalam Bentuk Elektronik Terkait Ketentuan Mengenai Cyber Notary, Tesis, Magister Kenotariatan Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2014.

8 notary yang diatur dalam penjelasana Pasal 15 ayat (3) Undang-Undnag Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004? b. Apa saja upaya hukum yang relevan guna terwujudnya penyimpanan protokol notaris dalam bentuk elektronik dengan memanfaatkan teknologi informasi sesuai kebutuhan masyarakat? Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian yang dilakukan peneliti mengkaji alasan Majelis Pengawas Daerah menunjuk notaris penerima protokol di Kota Surakarta dan perlindungan hukum notaris penerima protokol sedangkan penelitian sebelumnya mengkaji penyimpanan protokol dalam bentuk elektronik. 2. Penyimpanan Protokol Notaris Dalam Bentuk Digital Menuju Era Cyber Notary oleh Ida Bagus Gde Mahadiptha Bramartha Mahardhika 4 Tahun 2014. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : a. Adakah kemungkinan notaris untuk menyimpan seluruh Protokol Notaris dalam bentuk digital menurut Undang-Undang Jabatan Notaris? b. Bagaimana konsekuensi hukum dari Protokol Notaris dalam bentuk digital terhadap kekuatan pembuktian dihadapan pengadilan Kesimpulan: a. Adanya sinergi antara hukum dan teknologi, pekerjaan notaris menjadi lebih efisien dari penyediaan tempat penyimpanan dan mempersingkat 4 Ida Bagus Gde Mahadiptha Bramartha Mahardhika, Penyimpanan Protokol Notaris Dalam Bentuk Digital Menuju Era Cyber Notary, Tesis, Magister Kenotariatan Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2014.

9 waktu yang diperlukan untuk mengurus prosesnya, serta dapat dilakukan dimanapun selama terkoneksi dengan jaringan internet. Kewajiban notaris untuk menyim pan dan memelihara Protokol Notaris telah mengalami perkembangan dimulai dengan pendaftaran wasiat melalui bantuan teknologi. Hal ini dapat menjadi jalan masuk bagi penerapan praktek cyber notary untuk merealisasikan penyimpanan seluruh Protokol Notaris dalam bentuk digital di Indonesia. b. Teknologi memang menghadirkan kekhawatiran tentang tingkat keamanan dan privasi dari Informasi Elektronik dan Dokumen Elektronik sebagai sesuatu yang autentik. Sistem pembuktian di Indonesia masih mengecualikan akta autentik yang dibuat notaris sebagai alat bukti yang memiliki kekuatan pembuktian yang sama dengan Protokol Notaris Konvensional apabila telah sesuai dengan ketentuan tentang penyelenggaraan system elektronik atau telah diakui oleh para pihak yang terkait (Pasal 1875 KUHPerdata). Namun dengan perkembangan teknologi dalam peningkatan upaya autentikasi dan verifikasi yang begitu pesat berdasarkan prinsip Confidentiality, Integrity, Authorization, Availability, Authenticity, Non-Repudiation, dan Auditability (CIAAANA) dapat menjadi solusi untuk kegiatan Kenotariatan di masa mendatang. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengkaji dasar penunjukan dan perlindungan hukum notaris penerima protokol di Kota Surakarta

10 sedangkan penelitian sebelumnya mengkaji mengenai penyimpanan protokol notaris dalam bentuk digital dan kekuatan pembuktiannya. 3. Peranan Majelis Pengawas Daerah (MPD) Terhadap Penyerahan Protokol Notaris yang Telah Memasuki Usia 65 Tahun Atau Telah Meninggal Dunia Di Kabupaten Sleman oleh Yeni Febriani Program Studi Magister Kenotariatan Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Tahun 2014. 5 Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : a. Bagaimana peranan Majelis Pengawas Daerah (MPD) terhadap penyerahan protokol Notaris yang telah memasuki usia 65 (enam puluh lima) tahun atau meninggal dunia di Kabu paten Sleman? b. Kendala-kendala apa yang dihadapi oleh Majelis Pengawas Daerah (MPD) dalam menindaklanjuti protokol Notaris yang telah memasuki usia 65 (enam puluh lima) tahun atau meninggal dunia di Kabupaten Sleman? Kesimpulan: a. Peranan Majelis Pengawas Daerah (MPD) terhadap penyerahan protokol Notaris yang telah memasuki usia 65 (enam puluh lima) tahun atau meninggal dunia di Kabupaten Sleman dapat dikatakan belum maksimal dikarenakan kurangnya koordinasi yang baik antara anggota MPD dan Notaris yang bersangkutan untuk menindaklan juti protokol Notaris yang telah memasuki usia 65 (enam puluh lima) tahun atau 5 Yeni Febriani, Peranan Majelis Pengawas Daerah (MPD ) Terhadap Penyerahan Protokol Notaris Yang Telah Memasuki Usia 65 Tahun A tau Telah Meninggal Dunia di Kabupaten Sleman, Tesis, Magister Kenotariatan Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2014.

11 meninggal dunia, seperti lebih memperhatikan proses penyerahan protokol secara lengkap yang dihadiri oleh pihak-pihak yang bersangkutan, kurang tegasnya MPD dalam menangani ketidaktepatan waktu penyerahan berkas-berkas yang kurang lengkap dari Notaris yang bersangkutan, adanya penolakan dari Notaris yang ditunjuk sebagai pemegang protokol yang disebabkan oleh alasan-alasan subyektif maupun obyektif. Kemudian untuk permasalahan tersebut, MPD memberikan jalan tengah yaitu dengan cara menyimpan protokol di rumah pribadi Notaris yang telah memasuki usia 65 (enam puluh lima) tahun namun kunci dari ruang arsip tempat penyimpanan tersebut dipegang oleh Notaris Pemegang Protokol atau menunjuk beberapa Notaris untuk menyimpan protok ol-protokol tersebut dimana masingmasing Notaris yang ditunjuk menyimpan dengan jumlah yang sama berdasarkan tahun pembuatannya. b. Kendala-kendala yang dihadapi oleh Majelis Pengawas Daerah (MPD) dalam menindaklanjuti protokol Notaris yang telah memasuki usia 65 (enam puluh lima) tahun atau meninggal dunia di Kabupaten Sleman antara lain adalah kurangnya kepedulian dari para ahli waris untuk segera menyelesaikan berkas-berkas yang harus dipenuhi guna terlaksananya penyerahan protokol sesuai ketentuan yang ada, dan kurangnya inisiatif Notaris yang akan memasuki usia 65 (enam puluh lima) tahun untuk meminta dilangsungkannya berita acara serah terima protokol secara lengkap melalui prosedur yang ditentukan. Kendala-

12 kendala tersebut di atas dapat dihadapi dengan melakukan pendekatan terhadap masing-masing Notaris agar terbentuk tali silaturahmi yang baik sehingga penataan peraturan dan kode etik notaris dapat lebih ditegakkan. Misalnya dengan rutin mengadakan pertemuan dan sharing antara sesama Notaris, mengadakan acara kerohanian yang diikuti oleh seluruh anggota Notaris perkabupaten atau kota, mengadakan acara qurban untuk kalangan Notaris serta mengadakan halal bihalal pada saat acara besar keagamaan. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian sebelumnya membahas mengenai peranan MPD terkait adanya kendala dan penolakan dalam proses peralihan protokol Notaris yang telah memasuki usia 65 (enam puluh lima) tahun atau meninggal dunia kepada Notaris Pemegang Protokol sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengkaji mengenai dasar penunjukan dan perlindungan hukum notaris penerima protokol baik karena meninggal dunia, telah berakhir masa jabatan, ataupun pindah wilayah jabatan di Kota Surakarta. 4. Perlindungan Hukum Terhadap Notaris Sebagai Pemegang Protokol Notaris yang Meninggal Dunia oleh Hidayat Amrullah Tahun 2010. 6 Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : a. Bagaimana pelaksanaan perlindungan hukum terhadap Notaris sebagai pemegang protokol dari Notaris yang telah meninggal dunia 6 Hidayat Amrullah, Perlindungan Hukum Terhadap Notaris Sebagai Pemegang Protokol Notaris yang Meninggal Dunia, Tesis, Magister Kenotariatan Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2010.

13 sehubungan dengan adanya sengketa terhadap protokol yang disimpannya? b. Bagaimana tanggung jawab Notaris terhadap akta-akta yang disimpan sebagai protokol Notaris? Subyek penelitian adalah notaris pemegang protokol dari Notaris yang meninggal dunia yang pernah menjadi turut tergugat dan lokasi penelitian berada di Yogyakarta. Kesimpulan: a. Ketentuan mengenai perlindungan hukum terhadap Notaris belum diatur secara jelas, khususnya terhadap Notaris sebagai pemegang protokol. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perlindungan hukum terhadap Notaris yang menerima protokol, khususnya dari Notaris yang meninggal dunia belum terlaksana dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari belum ada ketentuan yang secara jelas mengatur mengenai perlindungan hukum bagi Notaris sebagai pemegang protokol dari Notaris yang meninggal dunia jika terjadi sengketa atas protokol yang disimpannya, dalam Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) hanya mengatur tentang proses peralihan serta bentuk dari protokol Notaris. Salah satu bentuk dari perlindungan hukum tersebut dapat direalisasikan melalui peran Majelis Pengawas Daerah (MPD) yang tidak perlu mengizinkan Notaris pemegang protokol Notaris untuk diperiksa sebagai pihak Turut Tergugat. Izin tersebut dapat diberikan

14 dalam hal memberikan kesempatan kepada Pihak Kepolisian untuk memeriksa akta yang disimpannya sebagai Protokol. b. Notaris pemegang protokol tidak bertanggung jawab terhadap isi akta dari protokol yang disimpannya karena tanggung jawab notaris sebagai pemegang protokol hanya sebatas pada tanggung jawab administrasi saja, yaitu: menyimpan protokol dengan baik, membuat Grosse akta, Salinan Akta serta Kutipan Akta atas protokol yang disimpan kepada pihak yang memiliki hak untuk mendapatkannya. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah lokasi penelitian, disini penulis meneliti dasar penunjukan dan perlindungan hukum notaris penerima protokol di Kota Surakarta sedangkan penelitian sebelumnya dilakukan di Kabupaten Sleman dengan memfokuskan pada perlindungan hukum notaris sebagai pemegang protokol dari Notaris yang telah meninggal dunia sedangkan penulis meneliti perlindungan hukum notaris penerima protokol dari Notaris yang meninggal dunia, telah berakhir masa jabatan, dan pindah wilayah jabatan. Subyek penelitian sebelumnya adalah notaris penerima protokol dari Notaris yang meninggal dunia sedangkan subyek penelitian penulis yaitu notaris penerima protokol di Kota Surakarta yaitu dari Notaris yang meninggal dunia, telah berakhir masa jabatan, dan pindah wilayah jabatan. Penelitian sebelumnya tidak membahas dasar penunjukan notaris penerima protokol sedangkan dalam penelitian yang dilakukan peneliti mengkaji dasar penunjukan notaris penerima protokol. Penelitian sebelumnya mengkaji terhadap U ndang-

15 Undang Nom or 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris dimana MPD dalam Pasal 66 UUJN masih berlaku sedangkan dalam penelitian penulis UUJN telah diubah menjadi UUJNP dimana frasa MPD dalam Pasal 66 UUJNP telah diubah dengan Majelis Kehormatan Notaris namun Majelis Kehormatan Notaris belum terbentuk. 5. Wewenang dan Tanggung Jawab Notaris Penerima Protokol Akta Nota ris di Makassar Tahun 2009 7. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : a. Bagaimana pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab Notaris penerima protokol akta Notaris dan implikasi hukumnya? b. Bagaimana bentuk-bentuk penyalahgunaan wewenang dan tanggung jawab Notaris penerima protokol akta Notaris? Kesimpulan : a. Pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab Notaris penerima protokol akta Notaris dan implikasi hukumnya belum optimal, oleh karena Notaris penerima protokol hanya berwenang membuat salinan kedua (copy collectione) bagi para pihak hanya berdasarkan minuta akta yang diterimanya dan sebaliknya jika minuta tidak ada maka Notaris tidak dapat membuat salinan kedua (copy collectione) bagi para pihak sedangkan tanggung jawabnya hanya mem elihara dan menjaga minuta akta. b. Bentuk-bentuk penyalahgunaan wewenang dan tanggung jawab Notaris penerima protokol akta Notaris masih terjadi ialah merubah isi dari 7 Waliono, Wewenang dan Tanggung Jawab Notaris Penerima Protokol Akta Notaris di Makasassar, Tesis, Magister Kenotariatan Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2009.

16 minuta akta, memperlihatkan isi minuta yang tidak berhak dan mengeluarkan salinan kedua diberikan yang tidak berhak menerim anya; Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian sebelumnya lebih menekankan kepada wewenang dan tanggung jawab notaris penerima protokol akta. Notaris penerima protokol akta ini dapat dikategorikan sebagai pejabat sementara notaris, notaris pengganti, dan notaris pengganti khusus. Dalam menjalankan kegiatannya beberapa notaris ini diberikan tanggung jawab dalam membuat, menyimpan, dan mengeluarkan salinan yang diperlukan oleh pihak ketiga sehingga akta tersebut dipertanggungjawabkan selama notaris bertindak sebagai penerima protokol. Penelitian tesis ini dilaksanakan di Kota Makassar. sedangkan penelitian yang dilakukan penulis mengkaji mengenai dasar penunjukan dan perlindungan hukum notaris penerima protokol. 6. Helmi Wiyastuti, Tanggung Jawab Notaris Penerima Peralihan Protokol Sehubungan Dengan Pemberhentian No taris di KotaYogyakarta Tahun 2007 8. Penelitian ini menekankan pada pertanggungjawaban notaris penerima protokol dalam hal pemberhentian Notaris yang telah diatur dalam Pasal 8 Undang-Undang Jabatan Notaris. Dalam penelitian ini notaris sebagai penerima peralihan protokol mempunyai tanggung jawab dalam menerima dan menyimpan minuta akta sehingga dapat memberikan pelayanan dalam bidang kenotariatan dan penelitiannya dilaksanakan di Kota Yogyakarta. 8 Helmi Wiyastuti, Tanggung Jawab Notaris Penerima Peralihan Protokol Sehubungan Dengan Pemberhentian Notaris di Kota Yogyakarta, Tesis, Magister Kenotariatan Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2007.

17 Kesimpulan : a. Kesesuaian antara pengaturan dan pelaksanaan peralihan proto kol notaris kota Yogyakarta ternyata terdapat kewajiban-kewajiban notaris penerima protokol yang belum diatur secara tegas dalam UUJN, padahal hal ini penting untuk menjamin kepastian hukum terlaksananya pemeliharaan protokol dengan baik. Kewajiban tersebut adalah penyediaan tempat yang baik untuk penyimpanan protokol dan penyediaan fasilitas lemari sebagai sarana untuk menyimpan protokol. Hal ini membuktikan bahwa undang-undang belum lengkap mengatur tentang peralihan protokol notaris. b. Jadi pada dasarnya Notaris Penerima protokol hanya bertanggung jawab sebatas administrasi saja ia tidak bisa dipertanggungjawabkan terhadap kebenaran akta, terpenuhinya syarat materiil maupun formil dari akta yang ada dalam protokol yang bersangkutan, sehingga ia hanya dapat diajtuhi sanksi apabila terjadi pelanggaran dalam administrasi. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian sebelumnya menekankan pada pertanggungjawaban notaris penerima protokol dalam hal pemberhentian Notaris yang telah diatur dalam Pasal 8 Undang-Undang Jabatan Notaris sedangkan penelitian penulis mengkaji mengenai dasar penunjukan dan perlindungan hukum notaris penerima protokol di Kota Surakarta.

18 Dalam tesis yang tengah penulis tulis menekankan pada alasan apa yang dipakai oleh Majelis Pengawas Daerah untuk menentukan Notaris yang menerima protokol notaris dari notaris lain dan apabila terjadi permasalahan terhadap protokol Notaris yang diterima oleh notaris penerima protokol maka bagaimanakah perlindungan hukumnya bagi notaris penerima protokol notaris lain tersebut. Apabila memiliki kesamaan dengan penelitian sebelumnya, maka penelitian yang dilakukan oleh penulis saat ini diharapkan dapat melengkapi penelitian terdahulu. D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Obyektif Tujuan objektif merupakan tujuan penulisan dilihat dari tujuan umum yang berasal dari penelitian itu sendiri, yaitu sebagai berikut: a. Untuk mengetahui dan mengkaji alasan apa yang dipakai oleh Majelis Pengawas Daerah untuk menentukan Notaris yang menerima protokol notaris dari notaris lain di Kota Surakarta. b. Untuk mengetahui dan mengkaji perlindungan hukum bagi notaris sebagai penerima protokol notaris lain di Kota Surakarta. 2. Tujuan Subjektif Tujuan subjektif merupakan tujuan penulisan dilihat dari tujuan pribadi penulis sebagai dasar dalam melakukan penelitian, yaitu sebagai berikut: a. Untuk memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama dalam menyusun penelitian hukum (tesis) agar dapat memenuhi persyaratan

19 akademis guna memperoleh gelar magister kenotariatan pada Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada. b. Untuk menerapkan ilm u dan teori-teori hukum yang telah penulis peroleh agar dapat memberi manfaat bagi penulis sendiri serta memberikan kontribusi positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum kenotariatan. c. Untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman serta pemahaman aspek hukum di dalam teori dan praktek penulis dalam bidang hukum kenotariatan, khususnya terkait dasar penunjukan dan perlindungan hukum notaris pemegang protokol. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan bagi ilmu pengetahuan maupun pembangunan/masyarakat luas pada umumnya dan notaris pada khususnya. 1. Secara teoritis manfaat dari peneltian ini ada lah memberikan sumbangan ilmu pengetahuan hukum dan menambah bahan-bahan informasi kepustakaan dan bahan ajar dibidang hukum pada umumnya dan hukum kenotariatan pada khususnya. 2. Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para notaris, khususnya berkaitan dengan dasar penunjukan dan perlindungan hukum notaris penerima protokol.