BAB II KAJIAN TEORI. A. Efektivitas Pembelajaran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 284) efektivitas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat tidak bisa. dipungkiri berdampak pada pendidikan,khususnya terhadap kualitas

BAB II LANDASAN TEORI. Koneksi berasal dari kata dalam bahasa inggris Connection, yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

BAB I PENDAHULUAN. telah melakukan berbagai macam upaya dalam meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh seorang guru. Dewasa ini, telah banyak model pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia. Menurut Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 Standar

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi terbatas oleh jarak dan waktu. Perkembangan ini menyebabkan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) 5E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIS SISWA SMP

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. satuan pendidikan (KTSP) adalah mengembangkan aktifitas kreatif dari siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORITIS. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB II STUDI LITERATUR

psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian

BAB I PENDAHULUAN 1. 5 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

BAB I PENDAHULUAN. memahami apa yang terjadi di lingkungan sekitar (Sirhan, 2007:1). Ilmu kimia

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI. Undang-undang RI no 20 tahun 2003

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB II KAJIAN TEORI. Robert Karplus. Learning cycle merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. individu dan kita dituntut untuk dapat memperoleh, memilih, serta mengolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa

Studi Pendahuluan Model Learning Cycle 5 E dengan Strategi Question Student Have pada Materi Suhu dan Perubahannya

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sarina Hanifah, 2013

I. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Koneksi Matematis. Sejak sekolah dasar, siswa telah diperkenalkan dengan banyak konsep

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia SMA Al-Kautsar

Seminar Pendidikan Serantau 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agus Latif, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nurul Arini Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Matematika selain memiliki sifat abstrak, ternyata juga memerlukan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD MUHAMMADIYAH 2 KAUMAN SURAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran sains merupakan bagian dari pendidikan yang pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses)

I. PENDAHULUAN. kinerja dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan rangkaian

I. PENDAHULUAN. kepada siswa agar mengerti dan membimbing mereka untuk menggunakan. proses dan produk. Salah satu bidang sains yaitu ilmu kimia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat

BAB I PENDAHULUAN. dominan dalam berbagai bidang kehidupan.. Salah satu bidang yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang terdiri

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Pembahasan Tentang Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. matematika dengan kehidupan sehari-hari. Keterkaitan inilah yang disebut

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN

C026 PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 7E TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika. sehingga dapat memahami situasi (Sardirman, 2011).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan pendekatan open-ended dipadukan dengan model learning cycle

TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:

BAB I PENDAHULUAN. di kelas. Selama ini proses pembelajaran masih bersifat konvensional, guru masih

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB II KAJIAN TEORITIK

Fathma Fitriani 1, Jimmi Copriady 2, Lenny Anwar 3

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Elly Hafsah, 2013

12 Media Bina Ilmiah ISSN No

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN. lebih kearah penanaman pengetahuan tentang konsep-konsep dasar, sebagaimana para saintis merumuskan hukum-hukum dan prinsip-prinsip

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi yang ada untuk pembentukan kepribadian yang utuh, memiliki rasa

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 284) efektivitas berasal dari kata dasar efektif yang artinya dapat membawa hasil atau berhasil guna. Mulyasa (2010: 173) menyatakan bahwa efektivitas adalah kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju dan bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional. Efektivitas berkaitan dengan terlaksananya tugas pokok, tercapainya tujuan, terbentuknya kompetensi, ketepatan waktu, dan adanya partisipasi aktif dari anggota. Masalah yang berkaitan dengan efektivitas biasanya berkaitan dengan perbandingan antara tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya atau perbandingan hasil nyata dengan hasil yang direncanakan. Dari pengertian pengertian efektivitas tersebut, dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu keberhasilan terhadap usaha atau tindakan dalam mencapai tujuan operasional yang sudah di tetapkan. Trianto (2012: 17) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang di harapkan. Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa yang berisi serangkaian peristiwa yang di 7

8 rancang dan disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Hamzah (2010) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat menghasilkan belajar yang bermanfaat dan terfokusnya siswa melalui penggunaan prosedur yang tepat. Definisi ini mengandung arti bahwa pembelajaran yang efektif terdapat dua hal yang penting yaitu terjadinya belajar pada siswa dan apa yang dilakukan oleh guru untuk membelajarkan siswanya. Suatu proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil baik, jika kegiatan belajar-mengajar tersebut dapat membangkitkan proses belajar. Penentuan atas ukuran dari pembelajaran yang efektif terletak pada hasilnya. Pembelajaran efektif merupakan tolak ukur keberhasilan guru dalam mengelola kelas. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh siswa dapat terlibat secara aktif. Sebab dalam proses pembelajaran, aktivitas yang menonjol ada pada siswa. Untuk mengetahui keefektifan mengajar yaitu dengan memberikan tes, sebab hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek proses pengajaran.

9 Jadi, efektivitas pembelajaran adalah suatu keberhasilan yang dicapai yang dihasilkan dari usaha sadar guru untuk membuat siswa belajar, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sehingga siswa mempunyai pengetahuan, keterampilan dan memiliki sikap dan perilaku yang baik. Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika tujuan dari pembelajaran bisa di capai secara tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Mulyasa (2010: 174 175) menyatakan bahwa indikator efektivitas yaitu : 1) Indikator input, indikator input ini meliputi karakteristik guru, fasilitas dan perlengkapan untuk mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar. 2) Indikator process, indikator process meliputi perilaku administratif, alokasi waktu guru, dan alokasi waktu peserta didik. Dalam indikator process ini meliputi kegiatan yang dilakukan oleh guru, peserta didik, dan alokasi waktu selama proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan oleh guru, peserta didik, dan waktu disesuaikan dengan langkah langkah model pembelajaran yang digunakan dan berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun oleh guru. 3) Indikator output, indikator output ini meliputi hasil yang berhubungan dengan prestasi belajar, dan hasil yang berhubungan dengan perubahan sikap, serta hasil yang berhubungan dengan keadilan dan kesamaan. 4) Indikator outcome, indikator outcome ini meliputi jumlah lulusan ke tingkat pendidikan berikutnya, prestasi belajar di sekolah yang lebih tinggi, pekerjaan serta pendapatan.

10 Berdasarkan pemaparan di atas, indikator efektivitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1) Indikator input Input dalam penelitian ini meliputi fasilitas pembelajaran dan perangkat pembelajaran. Fasilitas pembelajaran berdasarkan peraturan pendidikan nasional No 24 tahun 2007 yang diamati pada penelitian ini yaitu sebagai berikut : a. Ruang kelas Penataan lingkungan fisik yang efektif sangat mempengaruhi belajar siswa dan pencapaian tujuan pembelajaran keefektifan lingkungan kelas dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas minimal dalam pengelolaan kelas seperti jumlah siswa dan besarnya ruang kelas. Berdasarkan peraturan pendidikan nasional No 24 tahun 2007 untuk ukuran ruang kelas yaitu 9 m 7 m. Kapasitas maksimum ruang kelas 32 peserta didik dan rasio minimum luas ruang kelas 2 m 2 /peserta didik. Selain ruang kelas dan jumlah siswa, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam ruang kelas yaitu lampu, jendela, ventilasi yang memungkinkan pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan udara yang masuk ke ruang kelas cukup. b. Posisi tempat duduk siswa Tempat duduk merupakan fasilitas atau barang yang diperlukan oleh siswa dalam proses pembelajaran terutama dalam proses pembelajaran di kelas di sekolah formal. Tempat duduk dapat

11 mempengaruhi proses pembelajaran siswa, bila tempat duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar, persegi panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa, maka siswa akan merasa nyaman dan dapat belajar dengan tenang. Dalam menentukan posisi tempat duduk siswa harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Untuk metode diskusi biasanya menggunakan posisi setengah lingkaran atau berhadapan. Fasilitas kursi dan meja peserta didik harus kuat, stabil, dan mudah dipindahkan oleh peserta didik. Ukuran sesuai dengan kelompok usia peserta didik dan mendukung pembentukan postur tubuh yang baik. Untuk kursi desain dudukan dan sandaran membuat peserta didik nyaman belajar. Untuk meja peserta didik desain memungkinkan kaki peserta didik masuk dengan leluasa ke bawah meja. c. Posisi papan tulis Dalam mengatur posisi papan tulis harus memperhatikan ruangan dan jarak dengan siswa. Jarak antara posisi papan tulis dengan tempat duduk siswa adalah 2 m dan ukuran minimum 90 cm 200cm. Ditempatkan pada posisi yang memungkinkan seluruh peserta didik melihatnya dengan jelas. d. LCD pembelajaran LCD proyektor yang digunakan harus dalam keadaan layak pakai, dapat digunakan dengan baik dan ditempatkan diposisi yang tepat yaitu menggantung LCD proyektor dilangit-langit dalam suatu ruangan. Guru bisa bergerak secara bebas ke sana kemari tanpa harus

12 terganggu dengan sorotan lampu LCD proyektor. Untuk posisi LCD proyektor agar selama pembelajaran berlangsung dengan baik maka posisinya berada di sebelah kanan ruang kelas, sehingga tidak menganggu guru dalam menyampaikan materi dengan menggunakan papan tulis. Selain fasilitas pembelajaran, dalam indikator input mengamati perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran meliputi : a) Silabus Silabus harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam silabus terdapat identitas sekolah (Nama satuan pendidikan dan kelas), identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. b) RPP Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru perlu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. RPP disusun berdasarkan silabus yang telah ditentukan sesuai dengan KTSP. Dalam rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat identitas sekolah, identitas mata pelajaran, kelas/semester, materi pokok, alokasi waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran,

13 materi pembelajaran, model pembelajaran, kegiatan pembelajaran, alat dan sumber belajar, dan penilaian. c) Buku ajar siswa Buku ajar siswa digunakan sebagai acuan belajar siswa. Buku ajar siswa harus sesuai dengan materi dan kurikulum yang berlaku yaitu kurikulum KTSP. d) LKS LKS yang dibuat disesuaikan dengan materi yang diajarkan dan cara pengerjaan LKS disesuaikan dengan pembelajaran yang digunakan. 2) Indikator process Indikator Process yang diamati dalam penelitian ini yaitu aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam pembelajaran model Learning Cycle 7E. Aktivitas siswa dan aktivitas guru disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran model Learning Cycle 7E. 3) Indikator output Indikator Output yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hasil tes kemampuan koneksi matematis siswa. Tes kemampuan koneksi matematis disesuaikan dengan indikator kemampuan koneksi matematis. Indikator output dikatakan efektif apabila rata-rata nilai siswa mencapai 70 dalam kriteria baik. Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika pada setiap tahapantahapan input process output tersebut dapat menghasilkan hasil yang

14 sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan atau sudah mampu mewujudkan tujuan dalam aspek yang telah ditentukan. B. Kemampuan Koneksi Matematis Koneksi berasal dari kata dalam bahasa inggris Connection, yang berarti hubungan atau kaitan. Kemampuan koneksi matematis dapat diartikan sebagai kemampuan menghubungkan atau mengaitkan matematika. Menurut (Lappan,2002), kemampuan koneksi matematis adalah suatu kegiatan pembelajaran dimana siswa dapat menjelaskan bagaimana cara untuk menyelesaikan suatu permasalahan dan ide-ide matematika yang saling berhubungan ke dalam bentuk model matematika serta dapat menerapkan pengetahuan yang diperoleh untuk menyelesaikan suatu masalah. Siswa yang mampu menjelaskan cara penyelesaian dari suatu permasalahan dan mampu menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari berarti mempunyai kemampuan koneksi matematis yang bagus. Kemampuan koneksi perlu dilatihkan kepada siswa sekolah. Apabila siswa mampu mengkaitkan ide-ide matematika maka pemahaman matematikanya akan semakin dalam dan bertahan lama karena mereka mampu melihat keterkaitan antar topik dalam matematika, dengan konteks selain matematika, dan dengan pengalaman hidup sehari-hari (NCTM, 2000:64). Bruner (Dahar, 2006) menyatakan bahwa tidak ada konsep atau operasi dalam matematika yang tidak terkoneksi dengan konsep atau operasi lain dalam suatu sistem, karena suatu kenyataan bahwa esensi matematika merupakan sesuatu yang selalu terkait dengan sesuatu yang lain. Membuat

15 koneksi merupakan cara untuk menciptakan pemahaman dan sebaliknya memahami sesuatu berarti membuat koneksi. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan koneksi matematis adalah Kemampuan yang mengharuskan siswa dapat memperhatikan hubungan dan mengaitkan antar topik materi matematika, antar topik matematika dengan disiplin ilmu lain, dan antara topik matematika dengan kehidupan sehari-hari. Menurut NCTM (2000:64) indikator kemampuan koneksi matematis diantaranya: (1) Mengenali dan menggunakan hubungan antar ide-ide dalam matematika (2) Memahami keterkaitan ide-ide matematika dan membentuk ide satu dengan yang lain sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh (3) Mengenali dan mengaplikasikan matematika baik dalam matematika dan lingkungan di luar matematika. Mousley (2004:1) mengembangkan koneksi matematis menjadi tiga diantaranya: a) Koneksi antara pengetahuan matematika baru dengan pengetahuan matematika yang sudah ada sebelumnya b) Koneksi antar konsep-konsep matematika c) Koneksi antara matematika dengan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa indikator kemampuan koneksi matematis yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

16 a. Menerapkan hubungan antar topik matematika Pada indikator ini siswa dapat melihat konsep-konsep matematika yang saling berhubungan satu sama lain. Dalam penelitian ini, materi yang akan diteliti adalah sistem persamaan linear dua variabel, sehingga yang dimaksud mampu menerapkan hubungan antar topik matematika adalah menghubungkan konsep-konsep pada materi SPLDV dengan konsepkonsep pada materi lain. b. Menerapkan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari Menerapkan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari meliputi kegiatan dapat mengenali dan menggunakan keterkaitan atau hubungan dari konsep-konsep SPLDV dengan kehidupan sehari-hari. C. Model PembelajaranLearning Cycle 7E(Elicit, Engage, Explore, Explain, Elaborate, Evaluate, Extend) Model Learning Cycle patut dikedepankan, karena sesuai dengan teori belajar piaget, yaitu teori belajar yang berbasis konstruktivisme. Teori konstruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri. Oleh karena itu, belajar dan pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan penerima pengetahuan. Guru dapat memfasilitasi proses ini dengan menggunakan cara-cara yang membuat sebuah informasi menjadi bermakna dan relevan bagi siswa sehingga siswa dapat menemukan mengaplikasikan ide-ide mereka sendiri.

17 Pengembangan fase-fase Learning cycle dari 3 fase menjadi 5 fase pun masih tetap berkorespondensi dengan teori piaget. Fase engagement dalam learning cycle 5E termasuk dalam proses asimilasi, sedangkan fase evaluation masih merupakan proses organisasi. Model learning cycle 7E yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang menyajikan perencanaan kegiatan belajar bertahap atau bersiklus yaitu elicit, engage, explore, explain, elaborate, evaluate, extend. Dapat kita lihat bahwa model learning Cycle 7E muncul diawali dengan penambahan-penambahan fase siklus belajar, tujuannya adalah untuk menyempurnakan model Learning Cycle, karena pada awal pembelajaran siswa tidak dengan sendirinya langsung mengeksplorasi pengetahuannya. Tetapi harus diawali dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari agar siswa dapat mengetahui tujuan dan manfaat yang akan dipelajari. Fase ini dinamakan Elicit. Pada fase akhir yaitu Extend, yaitu proses pembelajaran siswa tidak hanya menerapkan suatu konsep, tetapi dapat memperluas konsep tersebut dengan cara mengaitkan konsep tersebut dengan konsep yang telah dipelajari maupun konsep baru, serta mengkoneksikan konsep tersebut dengan kehidupan sehari-hari agar dapat melatih kemampuan koneksi matematis siswa. Seperti yang diungkapkan Eisenkraft, ketujuh fase itu meliputi : 1) Elicit (mendatangkan pengetahuan awal siswa), yaitu fase untuk mengetahui sampai dimana pengetahuan awal siswa terhadap pelajaran yang akan dipelajari denganmemberikan pertanyaan-pertanyaan yang

18 merangsang pengetahuan awal siswa agar timbul respon dari pemikiran siswa serta menimbulkan kepenasaran tentangjawaban dari pertanyaanpertanyaan yang diajukan oleh guru. Fase ini dimulai dengan pertanyaan mendasar yang berhubungan dengan pelajaran yang akan dipelajari dengan mengambil contoh yang mudah diketahui siswa seperti kejadian seharihari yang secara umum memang terjadi. 2) Engage(ide, rencana pembelajaran dan pengalaman), yaitu fase dimana siswa dan guru akan saling memberikaninformasi dan pengalaman tentang pertanyaan-pertanyaan awal tadi, memberitahukan siswa tentang ide dan rencanapembelajaran sekaligus memotivasi siswa agar lebih berminat untuk mempelajari konsep dan memperhatikan guru dalam mengajar. Fase ini dapat dilakukan dengandemonstrasi, diskusi, membaca, atau aktivitas lain yang digunakan untuk membuka pengetahuan siswa dan mengembangkan rasa keingin tahuan siswa. 3) Explore(menyelidiki), yaitu fase yang membawa siswa untuk memperoleh pengetahuan dengan pengalaman langsung yang berhubungan dengan konsep yang akan dipelajari. Siswa dapat mengobservasi, bertanya, dan menyelidiki konsep dari bahan-bahan pembelajaran yang telah disediakan sebelumnya. 4) Explain (menjelaskan), yaitu fase yang didalamnya berisi ajakan terhadap siswa untuk menjelaskan konsep-konsep dan definisi-definisi awal yang mereka dapatkan ketika fase eksplorasi. Kemudian dari definisi dan

19 konsep yang telah ada didiskusikan sehingga pada akhirnya menuju konsep dan definisi yang lebih formal. 5) Elaborate (menerapkan), yaitu fase yang bertujuan untuk membawa siswa menjelaskan definisi-definisi, konsep-konsep dan keterampilanketerampilan pada permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan contoh dari pelajaran yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. 6) Evaluate (menilai), yaitu fase evaluasi dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan pada fase ini dapat digunakan berbagai strategi penilaian formal dan informal. Guru diharapkan secara terus menerus dapat mengobservasi dan memperhatikan siswa terhadap kemampuan dan keterampilannya untuk menilai tingkat pengetahuan dan atau kemampuannya, kemudian melihat perubahan pemikiran siswa terhadap pemikiran awalnya. 7) Extend (memperluas), yaitu siswa mengembangkan hasil Elaborate dan menyampaikan kembali untuk melatih siswa bagaimana mentransfer pelajaran dalam kehidupan sehari-hari yang bertujuan untuk berfikir, mencari, menemukan, dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum dipelajari. Ketujuh fase tersebut merupakan hal-hal yang harus dilakukan guru dan siswa untuk menerapkan Learning Cycle 7E pada pembelajaran di kelas. Guru dan siswa memiliki peran masing-masing dalam setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan fase Learning Cycle 7E. Dalam beberapa fase Learning Cycle 7E siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan koneksinya. Hal ini dapat dilihat dari fase

20 pertama yaitu Elicit, pada awal pembelajaran siswa dilatih untuk mengaitkan matematika dengan kehidupan sehari-hari. Pada fase Explore, siswa mengeksplorasi pengetahuannya dengan cara mengaitkan antar konsep matematika. Pada fase Elaborate, siswa menerapkan konsep yang didapat dengan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Pada tahap terakhir yaitu Extend, siswa dituntut untuk mencari hubungan konsep yang mereka pelajari dengan konsep yang lain yang sudah atau belum mereka pelajari dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa Learning Cycle 7E dapat memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan koneksi matematis, karena secara garis besar pada tahap-tahapan Learning Cycle 7E siswa dilatih untuk mengaitkan konsep baru dengan konsep yang telah dipelajari sebelumnya (pada tahap Explore dan Extend) dan dilatih untuk mengaitkan matematika dalam kehidupan sehari-hari (pada tahap Elicit dan Elaborate). D. Materi Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP tahun 2006), salah satu pokok bahasan matematika di SMP adalah Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV). Pada bahasan ini diajarkan pada kelas VIII semester I. Pada pokok bahasan SPLDV yang akan dipelajari dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

21 Standar Kompetensi : 2. Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar : 2.2 Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel 2.3 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel dan penafsirannya. E. Pencapaian Efektivitas Pembelajaran Pembelajaran Learning cycle 7E dikatakan efektif jika mencakup ketiga indikator efektivitas berikut. a) Input, indikator input dalampenelitian ini diamati melalui fasilitas dan perangkat pembelajaran. Fasilitas merupakan faktor penunjang suatu kegiatan pembelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal, seperti ruang kelas, posisi tempat duduk, posisi papan tulis dan posisi LCD. Perangkat pembelajaran berupa silabus, RPP, LKS dan buku ajar. b) Process, indikator process dalam penelitian ini diamati melalui aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan guru dan kegiatan siswa dalam pembelajaran harus sesuai dengan langkah langkah model Learning cycle 7E dan berpedoman pada rencana proses pembelajaran yang telah disusun.

22 c) Output, indikator output berupa ketercapaian dari nilai tes kemampuan koneksi matematis. Indikator output dikatakan efektif apabila rata-rata nilai siswa mencapai 70 dalam kriteria baik.