I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkembang pesat dengan kemajuan tekhnologi hingga saat ini. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang pesat tersebut diikuti pula dengan semakin bertambahnya kebutuhan akan sumber pangan hewani. Sumber pangan hewani berasal dari hewan salah satunya yaitu di bidang perternakan, khususnya di bidang industri perunggasan. Industri perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang banyak diminati oleh masyarakat, terutama produk daging dari ayam broiler. Badan Pusat Statistik telah menyajikan data populasi broiler Indonesia 5 tahun terakhir dari tahun 2011 sampai 2015 sebagai berikut: 2011 (1.177.990.869), 2012 (1.244.402.017), 2013 (1.344.191.104), 2014 (1.443.349.117), 2015 (1.497.625. 658). Dalam 5 tahun terakhir terlihat peningkatan populasi broiler yang cukup tinggi setiap tahunnya. Performa merupakan faktor penting dalam industri unggas. Salah satu cara untuk mempercepat pertumbuhan yaitu dengan penambhan antibiotik ke dalam ransum. Namun, Kompiang (2002) mengungkapkan bahwa Antibiotic Growth Promotor (AGP) yang banyak digunakan untuk memacu produksi mulai dilarang penggunaannya karena kemungkinan mempunyai dampak negatif terhadap konsumen. Dewasa ini konsumen sudah peduli dengan pangan hewani yang mereka konsumsi, dimana pangan tersebut harus aman, sehat, utuh, dan halal. Konsumen sadar akan penggunaan antibiotik dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia. Oleh karena itu, saat ini para pakar nutrisi mengalihkan penggunaan zat pemacu dengan bahan alami lain seperti bioaktif dan probiotik 1
(Purwadaria et al., 2003). Probiotik merupakan salah satu pilihan untuk menggantikan fungsi dari antibiotik. Hal ini dikarenakan probiotik tidak meninggalkan residu seperti halnya antibiotik (Gunawan dan Sundari, 2003). Kompiang (2002) menyatakan probiotik adalah mikroba hidup atau sporanya yang dapat hidup atau berkembang dalam usus dan dapat menguntungkan inangnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dari hasil metabolitnya.. Sedangkan Fuller (1989) mendefinisikan probiotik sebagai suplemen makanan yang mengandung mikroba hidup yang memiliki efek yang menguntungkan bagi inangnya dengan cara memperbaiki keseimbangan mikroba. Jumlah minimum pemberian probitoik agar bekerja optimum jika mengandung setidaknya 10 6 /CFU mikroba di dalamnya. Sesuai dengan pendapat Ambri et al. (2009) menyatakan jumlah mikroorganisme probiotik yang diberikan memiliki batas minimum untuk bisa bekerja optimal yaitu 10 6 /CFU. Probiotik ini nantinya akan diberikan melalui air minum. Menurut Soeharsono (1999) penambahan probiotik ke dalam air minum berfungsi untuk menjaga keseimbangan ekosistem mikroflora dalam saluran pencernaaan dan menyediakan enzim yang mampu mencerna serat kasar, protein, lemak, dan mendetoksifikasi zat racun atau metabolitnya. Probiotik dalam pakan ternak dibagi menjadi 3 kelompok utama yaitu bakteri asam laktat (BAL), spora, dan ragi (Fefana, 2005). Bakteri asam laktat didefinisikan sebagai kelompok bakteri yang membentuk asam laktat, baik sebagai satu-satunya produk maupun sebagai produk utama pada metabolisme karbohidrat. Bakteri asam laktat yang potensial selain Bacillus, sp. adalah Pediococcus pentosaceus. Bakteri ini merupakan salah satu bakteri yang baik sekali tumbuh di media air dan tepung serta salah satu 2
genus bakteri asam laktat yang menghasilkan senyawa peptida (Nettles and Barefoot,. 1993). Menurut Trisna (2012) mengatakan bahwa pemberian bakteri Pediococcus pentosaceus dapat menurunkan kadar kolesterol secara nyata (P<0,01) pada dosis 2 ml dari 39,50 menjadi 32,19. Mampu meningkatkan tinggi villi ileum secara nyata (P<0,01) pada dosis 2 ml dari 0,32 menjadi 0,35 sehingga memperbanyak penyerapan zat-zat nutrisi. Ragi sudah banyak digunakan dalam berbagai produk peternakan maupun pertanian. Jenis ragi seperti Saccharomyces cerevisiae adalah probiotik yang telah diproduksi secara komersial (Samadi, 2004). Efek nutrisi Saccharomyces cerevisiae sebagai probiotik yaitu dengan dihasilkannya enzim protease dan amilase serta sumber vitamin B. Enzim protease berperan dalam pemanfaatan protein dan enzim amilase berperan dalam pemanfaatan amilum (karbohidrat) di dalam tubuh ternak. Jadi dengan adanya ragi Saccharomyces cerevisiae secara tidak langsung membantu kecernaan pakan bagi ternak. Penambahan Saccharomyces cerevisiae meurut Kompiang (2002) dan Ahmad (2005) dapat meningkatkan jumlah mikroba menguntungkan dalam usus dan menjadi immunostimulan bagi tubuh ternak. Kapang Aspergillus oryzae juga biasa digunakan sebagai probiotik. Aspergillus oryzae berfungsi dalam fermentasi pakan, seperti yang disebutkan oleh Hardini (1989) bahwa jenis mikroorganisme ini digunakan sebagai bahan fermentasi pangan dan pakan. Penambahan Aspergillus oryzae dapat mengurangi jumlah Salmonela dan E. coli didalam saluran pencernaan (Kim et. al., 2003) serta dapat berpengaruh pada pencernaan macronutrien, metabolisme kolesterol, 3
mengatur microflora saluran pencernaan, menurunkan produksi gas ammonia (Lee et. al., 2006). Penelitian tentang penambahan probiotik sebagai aditif pakan memang sudah banyak diteliti. Namun, penambahan probiotik sebagai aditif pakan dengan cara mencampur unsur P. pentasoceus dengan S. cerevisiae, P. pentosaceus dengan A. oryzae, S. cerevisiae dengan A. oryzae bahkan ketiga unsur ini P. pentosaceus, S. cerevisiae, dan A. oryzae yang ditambahkan ke dalam air minum belum ada diteliti. Diharapkan dengan adanya kelebihan dan keutamaan dari masing-masing probiotik tadi bisa meningkatkan performa broiler. Berdasarkan hal ini maka perlu dilakukan penelitian mengenai Pengaruh Penambahan Probiotik Campuran Pediococcus pentosaceus, Saccharomyces cerevisiae, dan Aspergillus oryzae dalam Air Minum Terhadap Performa Broiler. 1.2. Rumusan Masalah Masalah yang dapat dirumuskan pada penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh penambahan probiotik campuran Pediococcus pentosaceus, Saccharomyces cerevisiae, dan Aspergillus oryzae ke dalam air minum ternak terhadap performa broiler. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan probiotik campuran (Pediococcus pentosaceus, Saccharomyces cerevisiae, dan Aspergillus oryzae) ke dalam air minum ternak terhadap performa broiler. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang pengaruh pemberian probiotik campuran (Pediococcus pentosaceus, Saccharomyces 4
cerevisiae, dan Aspergillus oryzae) ke dalam air minum sebanyak 10 6 /CFU terhadap konsumsi, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum broiler. 1.5. Hipotesis Penelitian Pemberian probiotik campuran dengan mencampur Pediococcus pentosaceus, Saccharomyces cerevisiae, dan Aspergillus oryzae (perlakuan F) dalam air minum dapat memberikan performa yang optimal dilihat dari konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum. 5