BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan dan menerima informasi atau pesan.

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam BAB I, peneliti memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian, uraian masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

BAB I PENDAHULUAN. kriya. (Nurhayati, 2001: 69) menyatakan bahwa verba atau tembung kriya

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut. Sebuah kata dalam suatu bahasa dapat berupa simple word seperti table, good,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

BAB 4 PENUTUP. saran-saran. Berikut ini diuraikan secara berturut-turut (1) simpulan dan (2) saran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1

PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

MASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selalu mengalami perubahan dari masa ke masa sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA MADING DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JURNAL ILMIAH

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Januari 2014 KATA BERIMBUHAN DALAM LAPORAN PRAKERIN SISWA SMK NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan sebagainya melalui bahasa, sehingga bahasa merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. dari lapisan atas sampai lapisan bawah. Bahasa surat kabar harus lancar agar

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seperti pendapat Kridalaksana (1982: 17) bahwa bahasa (language)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

BAB II LANDASAN TEORI. Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dilaksanakan di dalam kelas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

Selain metode deskriptif, penelitian ini juga menggunakan metode

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008

BAB 3 METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Bab ini merupakan penjabaran lebih lanjut tentang metode penelitian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dua macam, yaitu sarana komunikasi yang berupa bahasa lisan dan sarana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS

PROSES MORFOFONEMIK KATA BERAFIKS DALAM RUBRIK PERCIKAN MAJALAH GADIS

Siti Zumrotul Maulida: Merubah, Mengobah atau...,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sendiri-sendiri. Keunikkan bahasa dalam pemakaiannya bebas dan tidak terikat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Pustaka. Beberapa studi terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai hal manusia melahirkan ide-ide kreatif dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2

BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN

KATA CINTA DALAM BAHASA INDONESIA KAJIAN MORFOLOGI DAN SEMANTIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang mempunyai makna tertentu, rangkaian

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia lainnya. Menurut Wedhawati dkk (2006: 1-2), Bahasa Jawa

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media

BUKU AJAR. Bahasa Indonesia. Azwardi, S.Pd., M.Hum

BAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90,

KAJIAN BENTUK-BENTUK AKRONIM BAHASA INDONESIA DAN KAJIAN FONOTAKTIKNYA DALAM BERITA LIPUTAN KHUSUS PEMILU 2009 PADA SURAT KABAR SOLOPOS SKRIPSI

HEADLINE RIAU PREFIXES IN THE POS ISSUE 10 JUNE TO 30 JUNE 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut KBBI kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan, yang

ANALISIS MAKNA AFIKS PADA TAJUK RENCANA KOMPAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Chaer (2008:25) mengemukakan bahwa proses morfologi pada dasarnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa, tiap suku bangsa mendiami daerah tertentu.

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA PADA JUDUL BERITA SURAT KABAR HARIAN JAWA POS EDISI OKTOBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah media atau alat komunikasi yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. lain dapat berbeda bergantung pada aliran linguistik apa yang mereka anut.

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan mediator utama dalam mengekspresikan segala bentuk gagasan, ide, visi, misi, maupun pemikiran seseorang. Bagai sepasang dua mata koin yang selalu beriringan, posisi bahasa harus demikian cendekia dalam peradaban agar bahasa itu bisa beradaptasi dengan pergerakan zaman. Masyarakat yang sedang berkembang di segala bidang kehidupannya, seperti: politik, ekonomi, sosial, dan budaya, biasanya diikuti oleh perkembangan bahasanya. Terlebih lagi hal ini dilihat pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologinya, yang mengakibatkan pula perkembangan bahasanya. Di sini kita melihat bahwa makin maju suatu bangsa serta makin modern kehidupannya, akan makin berkembang pula bahasanya. Perkembangan bahasa itu harus sejalan dan seiring dengan kemajuan kebudayaan serta peradaban bangsa sebagai pemilik dan pemakai bahasa itu (Badudu, 1993: 4). Kosakata suatu bahasa akan selalu bertambah. Hal demikian dapat terjadi karena pinjaman maupun bentukan yang dihasilkan para pengguna bahasa untuk keperluan berkomunikasi, seperti terbitnya kata-kata baru yang dibentuk media massa, baik cetak maupun elektronik. Bergeliatnya inovasi dan kreativitas bentuk bahasa yang dihasilkan media massa memiliki kemampuan berpotensi digunakan seluruh masyarakat. Dalam kaitan ini, media massa tidak hanya menciptakan fungsi sosial bahasa, tetapi juga telah memberikan sumbangan positif bagi pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia. Nos (1967) dalam Moeliono (1985: 29) memaparkan bahwa media massa, khususnya di negeri yang sedang membangun, tidak saja berpengaruh di dalam penyebaran bahasa nasional, tetapi juga amat 1

2 berpengaruh dalam penentuan bentuk bahasa yang akhirnya diterima oleh khalayak ramai. Salah satu cabang ilmu linguistik yang mempelajari bentuk kata adalah morfologi. Penelitian ilmu linguistik murni mengenai pembentukan kata atau morfologi sudah banyak dikaji, seperti contoh pada kalimat (1) dan (2) berikut ini. (1) Rangga menulis puisi dalam buku catatan hariannya (2) Namanya sudah tertulis di akta kelahiran Kata menulis dalam kalimat (1) dibentuk dari proses afiksasi dengan bentuk akarnya tulis yang dibubuhi prefiks me-. Setelah diberi prefiks me-, morfem tulis memiliki makna gramatikal melakukan (dasar) menulis karena memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Sementara itu, kata tertulis dalam kalimat (2) dibentuk dari proses afiksasi dengan bentuk akarnya tulis yang dibubuhi prefiks ter-. Setelah diberi prefiks ter-, morfem tulis memiliki makna gramatikal tidak sengaja dituliskan karena memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Agar kata-kata yang kita gunakan baik, tepat, dan benar, kita perlu memperhatikan afiks dan kelas kata. Afiks dan kelas kata mempunyai peranan dalam pembentukan suatu kalimat. Dalam bahasa Indonesia, imbuhan (awalan, akhiran, dan konfiks) sangat penting karena imbuhan menentukan makna gramatikal sepatah kata. (Badudu, 1995: 100). Sementara itu, Ajip Rosidi memaparkan sejak dimulai oleh Salomo Simanungkalit dalam Kompas, kata-kata mempercayai menjadi memercayai, mempengaruhi menjadi memengaruhi, mempunyai menjadi memunyai, kemudian diikuti oleh surat-surat kabar yang lain, bahkan juga oleh para penerbit buku. Para pengikut yang agaknya tidak tahu sebabnya, bahkan juga menulis kata memperbaiki menjadi memerbaiki, kata memperhatikan menjadi memerhatikan, mempergunakan menjadi memergunakan, dan lain-lain. (padahal p di situ bukan dari kata dasar, melainkan awalan per ). Hal itu mungkin karena huruf konsonan pertama kata dasar yang didahului awalan me- (dengan variasinya mem-, men-, meng-, dan meny-) selalu luluh. Emang ada beberapa kata dasar yang dimulai dengan huruf k, p, t, dan s, dalam pemakaian

3 bahasa Indonesia, baik tertulis maupun lisan, ternyata tidak luluh seperti kata khawatir menjadi mengkhawatirkan, kritik menjadi mengkritik (meskipun mengeritik juga sering digunakan), praktik menjadi mempraktikkan, dan lain-lain. Yang membingungkan bagi mereka yang belajar bahasa Indonesia (terutama orang asing), tak ada ketentuan yang jelas kata dasar yang dimula dengan konsonan k, p, t, dan s yang mana yang luluh dan yang mana yang tidak luluh. (dikutip dari artikel Ajip Rosidi di rubrik Opini Harian Umum Pikiran Rakyat edisi Sabtu, 19 Februari 2011, Hal. 30). Media massa yang berfungsi sebagai saran mentranfer informasi kepada publik, selama ini telah banyak memunculkan kata-kata berafiks, khususnya kata beralomorf afiks men-, kombinasi afiks men-kan, me-i, dan kata berprefiks ber- berkategori verba yang beragam dan keberadaan bentuknya sangatlah produktif untuk berdistribusi dalam bahasa Indonesia. Memperhatikan gejala tersebut, peneliti ingin mengkaji lebih mendalam. Penambahan kata-kata baru berafiks yang meliputi kata beralomorf afiks men-, kombinasi afiks men-kan, me-i, dan kata berprefiks ber- berkategori verba ditemukan dalam majalah Tempo dan Forum. Peneliti juga akan mendeskripsikan ketepatan pemakaian kata berafiks yang meliputi kata beralomorf afiks men-, kombinasi afiks men-kan, me-i, dan kata berprefiks ber- pada kata-kata baru berkategori verba menurut kaidah morfofonemik bahasa Indonesia. Berdasarkan uraian mengenai kata beralomorf afiks men-, kombinasi afiks men-kan, me-i, dan kata berprefiks ber- pada kata-kata baru berkategori verba di majalah Tempo dan Forum, untuk memperjelas apa masalahnya, penulis memperoleh contoh data sebagai berikut ini. (1) Jika SBY tunduk pada tuntutan ini, dia tidak hanya mengkerdilkan jabatannya sebagai presiden, tapi membawa Indonesia kembali ke masa Orde Baru, dimana hukum bertekuk lutut terhadap politik. (Majalah Forum, rubrik Forum Pembaca, No. 40/ edisi 31 Januari-06 Februari 2011, hal. 8) (2) Seorang tokoh senior militer berkalkulasi, pada 2014 akan maju pendiri Partai Gerakan Indonesia Raya, Prabowo Subianto, dan Ketua Umum partai Golkar

4 Aburizal Bakrie. (Majalah Tempo, rubrik Laporan Utama, edisi 10-16 Januari 2011, hal. 28) Untuk menganalisis contoh data di atas, peneliti akan menggunakan metode kajian distribusional (Djajasudarma, 2006: 69) dengan teknik pisah atau IC (immediate constituent) dengan model top down. Berdasarkan teknik pisah, kajian data akan di mulai dari operand yaitu bentuk dasar yang naik pada stem (bentukan untuk bentuk selanjutnya sampai pada bentuk yang diinginkan) sampai pada kata jadian yang diinginkan, membentuk suatu paradigma (bentuk-bentuk turunan), seperti berikut ini. Pada kalimat (1) terdapat kata mengkerdilkan. Bentuk dasar dari mengkerdilkan adalah kerdil. Bentuk dasar kerdil naik pada stem 1 melalui proses afiksasi dengan melekatnya afiks men- dan kan dari bentuk dasar kerdil (adjektiva), terjadilah kata mengkerdilkan (verba). mengkerdilkan Kata jadian men- -kan Afiks men- kerdil -kan Stem 1 Prefiks Operand Sufiks Setelah melalui proses pembentukan kata, kata jadian mengkerdilkan memiliki makna gramatikal membuat jadi (kausatif). Kata jadian mengkerdilkan tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Sementara itu, kata kerdil pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 678) dijelaskan kata dasar kerdil bermakna 1.) selalu kecil saja; tidak dapat menjadi besar (tentang orang, binatang, tumbuhan, dsb)

5 karena kekurangan gizi atau karena keturunan; 2.) tidak berkembang, tidak maju; picik (tentang pikiran, pandangan, dsb). Berdasarkan penjelasan di atas, berarti kata turunan mengkerdilkan berikut maknanya tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sehingga dapat dikatakan kata jadian mengkerdilkan termasuk kata baru dari bentuk dasar lama yang sudah ada kemudian diberi kombinasi afiks men- dan -kan. Jadi dapat disimpulkan, kata jadian mengkerdilkan yang tidak termuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan kata baru. Pemakaian kata mengkerdilkan tidak tepat menurut kaidah morfofonemik bahasa Indonesia, men- + pada suku pertama berfonem awal /k/ yang terdapat pada awal bentuk dasarnya, fonem awal tersebut tidak luluh. Seharusnya kata men- + kerdil + -kan luluh menjadi mengerdilkan. Bunyi N pada morfem men- tidak berubah wujud menjadi /ng/ sehingga afiks men- meng- (tidak terjadi perubahan wujud pada peluluhan fonem N). Oleh karena itu, pemakaian kata mengkerdilkan tidak tepat digunakan. Kata yang tepat digunakan adalah kata mengerdilkan. Pada kalimat (2) terdapat kata berkalkulasi. Bentuk dasar dari berkalkulasi adalah kalkulasi. Bentuk dasar kalkulasi naik pada stem 1 melalui proses afiksasi yang melekatnya afiks ber- dari bentuk dasar kalkulasi (nomina), terjadilah kata berkalkulasi (verba). berkalkulasi Kata jadian -ber Afiks ber- kalkulasi Stem 1 Prefiks Operand

6 Setelah melalui proses pembentukan kata, kata jadian berkalkulasi memiliki makna berada dalam keadaan. Kata jadian berkalkulasi tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Sementara itu, bentuk dasar kalkulasi pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 610) dijelaskan bahwa kata dasar kalkulasi bermakna perincian biaya, ongkos, atau pengeluaran; perhitungan. Berdasarkan pemaparan di atas, berarti kata jadian berkalkulasi berikut maknanya terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sehingga dapat dikatakan bentuk terbitan berkalkulasi termasuk kata baru dari bentuk dasar lama yang sudah ada lalu diberi prefiks ber-. Jadi dapat disimpulkan, kata jadian berkalkulasi yang tidak termuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan kata baru. Pemakaian kata berkalkulasi sudah tepat menurut kaidah morfofonemik bahasa Indonesia, ber- + pada suku pertama bentuk dasarnya berbunyi /k/ yang terdapat pada awal bentuk dasarnya, fonem awal tersebut sudah kekal. Kata ber- + kalkulasi kekal menjadi berkalkulasi. Bunyi /r/ pada morfem ber- tetap menjadi /r/ (tidak terjadi perubahan wujud pada pengekalan fonem /r/). Oleh karena itu, pemakaian kata berkalkulasi sudah tepat digunakan. Objek penelitian diambil dari teks berita dalam majalah Tempo dan majalah Forum. Media tersebut diteliti karena setelah dilakukan pengamatan (observasi) ditemukan bentuk-bentuk baru yang beragam dalam bahasa Indonesia disamping bentuk-bentuk yang tidak tepat menurut kaidah morfofonemik bahasa Indonesia pada kata-kata baru tersebut, sehingga dijadikan acuan penelitian. Contoh dan penjelasan di atas merupakan hipotetis awal penulis dan ingin menelitinya lebih lanjut. Penelitian ini ditujukan untuk melihat sekaligus mengetahui perkembangan bahasa Indonesia yang dideskripsikan dari segi bentuk dan pengertiannya menurut acuan morfologis, khususnya pembentukan kata pada kata-kata baru berafiks yang meliputi kata beralomorf afiks men-, kombinasi afiks men-kan, me-i, dan kata berprefiks ber- berkategori verba dengan mendeskripsikan bentuk kata-kata baru berafiks yang meliputi kata beralomorf afiks men-, kombinasi afiks men-kan, me-i, dan kata berprefiks ber- yang berkategori verba dalam majalah Tempo dan Forum,

7 mendeskripsikan proses pembentukan pada kata-kata baru berafiks yang meliputi kata beralomorf afiks men-, kombinasi afiks men-kan, me-i, dan kata berprefiks berberkategori verba menurut proses afiksasi, mendeskripsikan makna gramatikal pada kata-kata baru berafiks yang meliputi kata beralomorf afiks men-, kombinasi afiks men-kan, me-i, dan kata berprefiks ber- berkategori verba setelah melalui proses pembentukan kata, dan mendeskripsikan ketepatan pemakaian kata beralomorf afiks men-, kombinasi afiks men-kan, me-i, dan kata berprefiks ber- pada kata-kata baru berkategori verba menurut kaidah morfofonemik bahasa Indonesia dalam majalah Tempo dan Forum dengan teori Kridalaksana (2007) dan Chaer (2008) sebagai pisau analisisnya. Selain dari itu, peneliti pun menggunakan KBBI (2008) sebagai penunjang penelitian. Menurut sepengetahuan peneliti, sudah ada penelitian yang berhubungan dengan afiksasi yaitu skripsi Dewi pada tahun 2010 yang berjudul Struktur Afiksasi men- pada kata dasar berfonem awal /p,t,k,s/ dan implementasinya terhadap masyarakat pengguna bahasa. Dewi memaparkan pada penggunaan kata berafiks dengan bentuk-bentuk bersaing men- dengan kata dasar berfonem awal /p,t,k,s/ antara masyarakat pengguna bahasa dan kaidah bahasa Indonesia. Hasil penelitian Dewi menunjukkan adanya perubahan fonem, peluluhan fonem dan penambahan fonem pada afiks men- pada kata dasar berfonem awal /p,t,k,s/. Sementara itu, tesis Sophia pada tahun 1997 yang berjudul Analisis Konfiks Ke-an, Pe(N)-an Sebagai Unsur Pembentuk Kata Turunan dalam Bahasa Indonesia (Suatu Studi tentang Pemerkaya Kosakata Bahasa Indonesia. Sophia memaparkan bentuk-bentuk kata baru yang dibentuk konfiks Ke-an, Pe(N)-an yang sampelnya diambil dari koran Kompas. Dari hasil penelitian Sophia, ada sejumlah 168 kata baru yang ditemukan pada objek penelitian dan kebaruan konfiks Ke an, Pe(N) an, munculnya kata-kata baru yang dibentuk konfiks Ke an, Pe(N) an tidak hanya terjadi pada kata turunannya saja melainkan pada bentuk dasar dan kata dasarnya. Sophia menggunakan Kamus Umum Bahasa Indonesia, susunan W.J.S Poerwadarminta, terbitan Balai Pustaka tahun 1986,

8 dan Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua, yang diterbitkan tahun 1994 oleh Balai Pustaka. Sementara itu, penelitian yang berjudul Tinjauan Bentuk dan Makna Kata Berafiks yang Berkategori Verba Dalam Majalah Tempo dan Forum di Universitas Pendidikan Indonesia belum pernah diteliti secara khusus. Sehubungan dengan gejala tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai bentuk dan makna kata berafiks yang berkategori verba dalam majalah Tempo dan Forum. 1.2 Masalah Penelitian Pada bagian ini akan diuraikan masalah penelitian yang meliputi (1) identifikasi masalah (2) pembatasan masalah, dan (3) perumusan masalah. Penjelasan dari masalah penelitian adalah sebagai berikut. 1.2.1 Identifikasi Masalah Penelitian ini membahas tinjauan bentuk dan makna kata berafiks yang berkategori verba dalam majalah Tempo dan Forum. Identifikasi masalah yang ditemukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Proses pembentukan pada kata-kata baru berafiks yang meliputi kata beralomorf afiks men-, kombinasi afiks men-kan, me-i, dan kata berprefiks ber- berkategori verba akan menimbulkan makna beragam dan memunculkan karakteristik yang khas menurut acuan morfologis. (2) Setelah adanya proses pembentukan kata, ditemukan adanya makna gramatikal pada kata-kata baru berafiks yang meliputi kata beralomorf afiks men-, kombinasi afiks men-kan, me-i, dan kata berprefiks ber- berkategori verba dan ditemukan beranekaragam pembentukan kata beralomorf afiks men-, kombinasi afiks menkan, me-i, dan kata berprefiks ber- berkategori verba dalam majalah Tempo dan Forum dengan bentuk kata-kata baru dalam bahasa Indonesia. (3) Adanya penulisan berbeda pada pemakaian kata beralomorf afiks men-, kombinasi afiks men-kan, me-i, dan kata berprefiks ber- pada kata-kata baru

9 berkategori verba yang bertentangan dengan kaidah morfofonemik bahasa Indonesia dalam majalah Tempo dan Forum. (4) Kata berafiks yang meliputi kata beralomorf afiks men-, kombinasi afiks menkan, me-i, dan kata berprefiks ber- pada kata-kata baru berkategori verba dalam majalah Tempo dan Forum memiliki kaidah masing-masing yang berlaku terbatas untuk ragam yang bersangkutan. 1.2.2 Pembatasan Masalah Berdasarkan hal-hal yang telah disampaikan di atas, peneliti perlu membatasi masalah yang diteliti, supaya penelitian ini dapat dilakukan secara lebih mudah dengan pengaturan waktu yang dapat disesuaikan dengan masa studi dan biaya yang tersedia. Pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut. (1) Bentuk kata-kata baru berafiks yang meliputi kata beralomorf afiks men-, kombinasi afiks men-kan, me-i, dan kata berprefiks ber- berkategori verba dalam majalah Tempo dan Forum dalam bahasa Indonesia. (2) Proses pembentukan pada kata-kata baru berafiks yang meliputi kata beralomorf afiks men-, kombinasi afiks men-kan, me-i, dan kata berprefiks ber- berkategori verba dalam majalah Tempo dan Forum. (3) Makna gramatikal pada kata-kata baru berafiks yang meliputi kata beralomorf afiks men-, kombinasi afiks men-kan, me-i, dan kata berprefiks ber- berkategori verba dalam majalah Tempo dan Forum. (4) Ketepatan pemakaian kata beralomorf afiks men-, kombinasi afiks men-kan, me-i, dan kata berprefiks ber- pada kata-kata baru yang berkategori verba menurut kaidah morfofonemik bahasa Indonesia dalam majalah Tempo dan Forum.

10 1.2.3 Perumusan Masalah Sesuai dengan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka masalahmasalah penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk-bentuk pertanyaan sebagai berikut. (1) Bagaimana bentuk kata-kata baru berafiks yang meliputi kata beralomorf afiks men-, kombinasi afiks men-kan, me-i, dan kata berprefiks ber- berkategori verba dalam majalah Tempo dan Forum? (2) Bagaimana proses pembentukan pada kata-kata baru berafiks yang meliputi kata beralomorf afiks men-, kombinasi afiks men-kan, me-i, dan kata berprefiks berberkategori verba menurut proses afiksasi dalam majalah Tempo dan Forum? (3) Bagaimana makna gramatikal pada kata-kata baru berafiks yang meliputi kata beralomorf afiks men-, kombinasi afiks men-kan, me-i, dan kata berprefiks berberkategori verba setelah mengalami proses pembentukan kata dalam majalah Tempo dan Forum? (4) Bagaimana ketepatan pemakaian kata beralomorf afiks men-, kombinasi afiks men-kan, me-i, dan kata berprefiks ber- pada kata-kata baru berkategori verba menurut kaidah morfofonemik bahasa Indonesia dalam majalah Tempo dan Forum? 1.3 Tujuan Penelitian Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang akan selalu dilatarbelakangi oleh suatu tujuan. Tujuan ini perlu ada karena merupakan pedoman untuk bertindak dalam arti menjadi pengarah, petunjuk, bahkan menjadi penentu kegiatan yang akan dilakukan. Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Mendeskripsikan bentuk kata-kata baru berafiks yang meliputi kata beralomorf afiks men-, kombinasi afiks men-kan, me-i, dan kata berprefiks ber- berkategori verba dalam majalah Tempo dan Forum.

11 (2) Mendeskripsikan proses pembentukan pada kata-kata baru berafiks yang meliputi kata beralomorf afiks men-, kombinasi afiks men-kan, me-i, dan kata berprefiks ber- berkategori verba menurut proses afiksasi dalam majalah Tempo dan Forum. (3) Mendeskripsikan makna gramatikal pada kata-kata baru berafiks yang meliputi kata beralomorf afiks men-, kombinasi afiks men-kan, me-i, dan kata berprefiks ber- berkategori verba setelah mengalami proses pembentukan kata dalam majalah Tempo dan Forum. (4) Mendeskripsikan ketepatan pemakaian kata beralomorf afiks men-, kombinasi afiks men-kan, me-i, dan kata berprefiks ber- pada kata-kata baru berafiks yang berkategori verba menurut kaidah morfofonemik bahasa Indonesia dalam majalah Tempo dan Forum. 1.4 Manfaat Penelitian Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis maupun secara praktis. Secara teoretis manfaat penelitian ini ditujukan sebagai pelengkap kajian morfologis yang sudah dilakukan sebelumnya, perkembangan ilmu bahasa khususnya untuk mengembangkan teori morfologi, sebagai bahan referensi bagi peneliti lainnya yang akan melakukan penelitian di bidang morfologi, sumbangan terhadap ilmu linguistik dan pengembangan ilmu pembentukan kata berafiks yang berkategori verba. Manfaat praktis dalam penelitian yaitu sebagai pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia, menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, memberi bahan masukan bagi penelitian selanjutnya, meningkatkan kapabilitas penelitian perihal kebahasaan dan pelestarian kaidah pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para praktisi bahasa yang memiliki kepekaan tinggi terhadap perkembangan bahasa Indonesia dalam pembentukan katakata baru berafiks yang meliputi kata beralomorf afiks men-, kombinasi afiks menkan, me-i, dan kata berprefiks ber- berkategori verba dan kata beralomorf afiks men-, kombinasi afiks men-kan, me-i, dan kata berprefiks ber- pada kata-kata baru

12 berkategori verba yang bertentangan dengan kaidah morfofonemik bahasa Indonesia dalam majalah Tempo dan Forum. 1.5 Definisi Operasional Agar sejumlah konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini tidak menimbulkan interpretasi yang beragam, penulis menyusun definisi operasional dari penelitian ini yaitu sebagai berikut. (1) Kata berafiks adalah bentuk kata dasar yang terikat afiksasi atau pengimbuhan. (2) Kata berafiks yang berkategori verba merupakan kata turunan dari bentuk dasar yang dilekatkan oleh imbuhan yang digolongkan ke dalam kelas kata verba (kata kerja). (3) Kata-kata baru berafiks yang berkategori verba merupakan verba turunan baru yang bentuk dan makna katanya tidak tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 2008. (4) Bentuk dan makna kata berafiks yang berkategori verba dalam penelitian ini meliputi kata beralomorf afiks men- (terdiri dari prefiks me-, mem-, meng-, dan men-), kombinasi afiks men-kan, me-i, dan kata berprefiks ber-. (5) Majalah Tempo dan Forum adalah media massa tulis (surat kabar) di Indonesia yang berfungsi menyebarkan informasi dan berita kepada masyarakat.