BAB I PENDAHULUAN. bidang lainnya yang telah memberikan kemudahan dan perubahan pada pola

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB 1 PENDAHULUAN. negatif terhadap kehidupan. Dilihat dari dampak positif, teknologi membuat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah

BAB I PENDAHULUAN. Fase remaja merupakan fase dimana fisik seseorang terus tumbuh dan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman serba modern saat ini, manusia bekerja menjadi lebih hemat

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat di definisikan sebagai kelebihan berat badan, yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. degeneratif atau osteoarthritis (OA). Sendi merupakan faktor penunjang yang

BAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. higienis. Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan, dimana terdapat lima fenomena utama yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan. mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk hidup sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hal yang sangat penting bagi seorang wanita. Penampilan bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB 1 PENDAHULUAN. global. 1 Aktivitas fisik telah diidentifikasi sebagai faktor risiko keempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup. Sebagian besar dari aktivitas telah digantikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada keseimbangan gaya berdiri (center of gravitiy) dikarenakan

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. diriwayatkan Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban: minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization,2007 sekitar

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

HUBUNGAN ASUPAN GIZI DENGAN KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMA NEGERI 1 SUKAGUMIWANG INDRAMAYU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN. jaringan yang paling kering, memiliki kandungan H 2 O hanya 10%. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Fauzi Mukti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUDAYAAN HIDUP SEHAT MELALUI GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) Penyakit tidak menular (PTM) masih menjadi masalah di Jawa Timur.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan kelompok peralihan dari masa anak-anak. menuju dewasa dan kelompok yang rentan terhadap perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan merupakan status gizi tidak seimbang akibat asupan giziyang

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh negatif yang secara langsung maupun tidak langsung. yang berperan penting terhadap munculnya overweight (Hadi, 2005).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada pola hidup individu. Perubahan pola hidup tersebut membawa

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan hidup manusia terus mengalami kemajuan yang luar biasa dalam berbagai bidang baik dalam bidang pengetahuan, teknologi, kesehatan dan bidang lainnya yang telah memberikan kemudahan dan perubahan pada pola perilaku hidup manusia. Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, belajar, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Perkembangan kehidupan manusia menuntut berbagai bentuk perubahan seperti pada tingkat aktivitas fisik yang monoton dan terbatas serta pola konsumsi yang serba cepat dan instant untuk menghemat waktu (Widyantara dkk, 2013). Tingginya tingkat aktivitas atau kerja menyebabkan orang lebih memilih hal-hal yang instan, termasuk memilih fast food atau makanan cepat saji yang sangat mudah untuk didapatkan dan tidak memerlukan waktu lama. Namun, makanan seperti ini memiliki kalori, kolesterol, lemak dan garam yang tinggi namun rendah serat (Widyantara dkk, 2013). Menurut hasil penelitian Fraser dkk (2011), remaja yang sering makan di restoran cepat saji mengkonsumsi lebih banyak makanan yang tidak sehat dan cenderung memiliki Indeks Massa Tubuh 1

2 (IMT) lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak secara periodik makan di restoran cepat saji. Hasil penelitian ini senada dengan studi yang dilakukan sebelumnya oleh Jeffery dkk (2006) yang menunjukkan bahwa kebiasaan makan di restoran cepat saji (sedikitnya seminggu sekali) berhubungan positif dengan diet tinggi lemak dan IMT (Suryaputra, 2012). IMT merupakan suatu alternatif tindakan pengukuran lemak tubuh yang murah dan metode skrining berat badan yang mudah untuk dilakukan. Kelompok dewasa berusia di atas 18 tahun sering didominasi dengan masalah obesitas, meskipun kondisi underweight juga masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Berat badan kurang dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan risiko terhadap penyakit degeneratif. Berdasarkan karakteristiknya, masalah obesitas cenderung lebih tinggi pada penduduk yang tinggal di perkotaan, berpendidikan lebih tinggi dan pada kelompok status ekonomi yang tinggi pula (Balitbang Depkes RI, 2010). IMT merupakan cara termudah untuk memperkirakan obesitas serta berkolerasi tinggi dengan massa lemak tubuh, selain itu juga penting untuk mengidentifikasi pasien obesitas yang mempunyai risiko komplikasi medis. Prevalensi obesitas pada kelompok umur dewasa sebanyak 11,7% dan berat badan lebih sebesar 10,0%. Dengan demikian prevalensi kelompok dewasa kelebihan berat badan sebesar 21,7%. Angka kelebihan berat badan pada perempuan 26,9% lebih tinggi dibanding laki-laki 16,3% (Kementerian Kesehatan RI, 2012). Perubahan pada IMT dapat terjadi pada berbagai kelompok usia dan jenis kelamin yang selain

3 dipengaruhi pola makan seseorang juga dipengaruhi tingkat aktivitas fisik seseorang (Pudjiadi dkk, 2010). Aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot-otot skeletal dan menghasilkan peningkatan resting energy expenditure yang bermakna. Dalam aktivitas fisik diperlukan usaha ringan, sedang atau berat untuk dapat menyebabkan perbaikan kesehatan bila dilakukan secara teratur. Setiap kegiatan aktivitas fisik yang dilakukan membutuhkan energi yang berbeda tergantung dari lamanya intesitas dan kerja otot (FKM-UI, 2007). Aktivitas fisik kurang atau tidak ada merupakan faktor risiko berbagai penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010). Tingkat aktivitas fisik yang kurang juga memiliki pengaruh pada kebugaran tubuh dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Berdasarkan estimasi World Health Organization (WHO) faktor berat badan dan kurangnya aktivitas fisik menyumbang 30% risiko terjadinya kanker. Berdasarkan penelitian, terdapat hubungan antara kanker dengan berat badan berlebih, diet tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik (Safro, 2007). Manusia dan gerak adalah dua hal yang tidak terpisahkan, yang membutuhkan peran besar IMT dan aktivitas fisik yang baik. Terutama bagi sistem muskuloskeletal yang merupakan salah satu faktor yang mendukung kelancaran gerak dalam berbagai aktivitas. IMT dan tingkat aktivitas fisik merupakan alat atau cara sederhana untuk memantau status gizi, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan dan kebugaran tubuh. Hal ini terutama pada kegiatan kerja atau profesi tertentu yang cenderung memiliki

4 jenis aktivitas yang terbatas, misalnya sebagai pelajar atau mahasiswa yang terbatas pada kegiatan belajar dan duduk yang lama. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki jumlah mahasiswa yang banyak. Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) menyatakan Indonesia akan menjadi negara dengan jumlah sarjana muda terbanyak kelima di masa depan. Pada tahun 2020, OECD memperkirakan jumlah itu akan bertambah menjadi 6%. Mengingat hal ini, mahasiswa sebagai calon penerus bangsa diharapkan memiliki pengetahuan tentang IMT dan aktivitas fisik yang baik bagi dirinya (Pudjiadi dkk, 2010). Pengetahuan tentang IMT normal dan tingkat aktivitas fisik yang baik penting bagi kesehatan dan kelancaran aktivitas sehari-hari. Pengetahuan ini ikut menentukan kemampuan untuk memilih jenis makanan dan mengatur aktivitas fisik yang perlu. Dalam melakukan gerak, kualitas gerak fungsional tergantung dari efektifitas dan efisiensi gerak dari individu tersebut. Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan acuan untuk menilai efektifitas dan efisiensi gerak individu diantaranya fleksibilitas (flexibility), keseimbangan (balance), koordinasi (coordination), kekuatan (power) dan daya tahan (endurence) (Tussakdiah, 2009). Keseimbangan merupakan kemampuan tubuh dalam mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika ditempatkan dalam berbagai posisi. Manusia memiliki organ keseimbangan (equilibrium) tubuh untuk mempertahankan posisi tubuh kita. Organ ini disebut dengan organ vestibuler. Keseimbangan tidak hanya bergantung pada organ tersebut tetapi juga dipengaruhi oleh mata, reseptor (penerima pesan) di kulit dan juga di sistem gerak kita, yaitu tulang dan otot.

5 Organ-organ keseimbangan ini akan mengirimkan pesan ke otak dan pesan tersebut diolah di otak. Setelah itu, otak akan melakukan pengaturan pada gerakan bola mata dan sistem gerak kita (tulang dan otot) (Purnamasari, 2011). Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas. Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau kelompok otot menghasilkan tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis maupun secara statis. Kekuatan otot dihasilkan oleh kontraksi otot yang maksimal. Otot yang kuat merupakan otot yang dapat berkontraksi dan istirahat dengan baik, jika otot kuat maka keseimbangan dan aktivitas sehari-hari dapat berjalan dengan baik seperti berjalan, lari, bekerja ke kantor dan lain sebagainya. Otot yang kuat dipengaruhi oleh banyak hal seperti usia, motivasi, kognisi, lingkungan, kelelahan, pengaruh obat, pengalaman terdahulu, serta IMT yang normal dan aktivitas fisik yang cukup (Bougie, 2001). Menurut O Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika tubuh dalam posisi tegak. Selain itu, menurut Ann Thomson keseimbangan adalah bentuk kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam posisi kesetimbangan statik maupun dinamik, serta menggunakan aktivitas otot yang minimal (Irfan, 2010). Keseimbangan yang diperlukan seseorang untuk mempertahankan posisi tertentu adalah keseimbangan statik, sedangkan kemampuan tubuh menjaga keseimbangan saat melakukan gerakan atau aktivitas fungsional merupakan keseimbangan dinamis dan manusia yang terus bergerak sangat penting mengetahui dengan baik mengenai keseimbangan dinamis ini (Bougie, 2001).

6 Dari penjelasan di atas terdapat adanya hubungan antara kondisi berat badan dan tingkat aktivitas fisik yang mempengaruhi faktor yang mendukung keseimbangan khususnya keseimbangan dinamis tubuh seseorang. Studi kepustakaan yang ada terdiri dari studi observasi secara luas juga menunjukkan bahwa tingkah laku aktivitas fisik selama hidup mempengaruhi peningkatan dan penurunan berat badan (Bull dkk, 2010). Kelebihan berat badan ditandai dengan naiknya IMT, dimana jika IMT meningkat akan mempengaruhi tingkat keseimbangan tubuh seseorang dan akan menimbulkan risiko jatuh yang tinggi. Sebelumnya telah dilakukan penelitian tentang hubungan IMT dengan keseimbangan di Baskent University yang dilakukan pada 240 siswa yang terdiri dari 116 perempuan dan 124 laki-laki yang berusia antara 18 dan 25 tahun dan dijumpai hubungan yang bermakna antara IMT dan keseimbangan. Berdasarkan berbagai pemaparan tentang pentingnya keseimbangan khususnya keseimbangan dinamis serta hubungannya dengan IMT dan aktivitas fisik pada mahasiswa, maka penelitian ini membahas tentang Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Aktivitas Fisik terhadap Keseimbangan Dinamis pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan keseimbangan dinamis pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana?

7 2. Apakah terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan keseimbangan dinamis pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana? 1.3 Tujuan Penelitian Berikut merupakan tujuan khusus penelitia, yakni: 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh dan tingkat aktivitas fisik terhadap keseimbangan dinamis. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui hubungan IMT terhadap keseimbangan dinamis pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2. Untuk mengetahui hubungan tingkat aktivitas fisik terhadap keseimbangan dinamis pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1.4.1 Manfaat Ilmiah 1. Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang IMT dan aktivitas fisik serta hubungannya dengan keseimbangan dinamis tubuh 2. Diharapkan penelitian ini menjadi suatu bentuk aplikasi teori Fisioterapi dalam mengembangkan dan memperkaya ilmu pengetahuan

8 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian ilmiah bagi bidang Fisioterapi terutama aspek preventif untuk pengaturan IMT dan aktivitas fisik yang baik 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian ini