BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk Indonesia. Tanaman anggur merupakan tanaman tropis bertipe iklim

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan

BAB I PENDAHULUAN. Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis

Iklim tropis di Indonesia menjadikan negara kita ini memperoleh sinar. matahari sepanjang tahun. Pengaruh menguntungkan dari sinar matahari adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan luar, baik berupa sinar matahari, iklim maupun faktor-faktor kimiawi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lobak mulai dikenal bangsa China sekitar tahun 500 SM. Lobak sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan, keriput sampai kanker kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Meksiko Selatan, Amerika Tengah, dan benua Amerika yang beriklim tropis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kacang hijau (Phaseolus radiatusl.) merupakan salah satu komoditas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada lima spesies labu yang umum dikenal, yaitu Cucurbita maxima,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus (keratinisasi dan pelepasan selsel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi

Tabir surya. kulit terhadap sinar matahari sehingga sinar UV tdk dpt memasuki kulit (mencegah gangguan kulit karena radiasi sinar )

Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C

Luka dan Proses Penyembuhannya

BAB I PENDAHULUAN. terkena polusi dan zat zat yang terdapat di lingkungan kita. Kulit merupakan

KRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) DENGAN EKSTRAK BUAH CARICA (Carica pubescens) SEBAGAI SPF

Struktur Anatomi Dan Fungsi Kulit Manusia Anatomi Kulit.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tabir surya. kulit terhadap sinar matahari sehingga sinar UV tdk dpt memasuki kulit (mencegah gangguan kulit karena radiasi sinar )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk berupa spiral pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut sejarahnya, tanaman anggur diduga sudah ada sejak zaman

BAB II. Penuaan Dini pada Wanita Jepang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM EKSKRESI MANUSIA 2: INTEGUMEN. by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cara menghindari paparan berlebihan sinar, yaitu tidak berada di luar rumah pada

MEKANISME KERJA WHITENING AGENT MAKALAH

KULIT SEBAGAI ORGAN PROTEKSI DAN ESTETIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minyak canola telah dipopulerkan beberapa ribu tahun yang lalu, dan

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis dari penelitian ini. a. Minyak almond dapat diformulasikan dalam sediaan masker wajah.

Sistem Ekskresi Manusia

Studi Biofarmasetik Sediaan melalui Kulit

Proses Menua Intrinsik Proses Menua Ekstrinsik

Kulit adalah organ terluar dari tubuh yang melapisi seluruh tubuh manusia. Berat kulit diperkirakan sekitar 7 % dari berat tubuh total.

BAB I PENDAHULUAN. xerosis yang akan menyebabkan berkurangnya elastisitas kulit sehingga lapisan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai masa kehidupan pertama ekstrauterin sampai dengan usia 28

BAB I PENDAHULUAN. Radiasi matahari merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri atas medan listrik dan medan magnet. Matahari setiap menit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. luas. Ketebalan kulit bervariasi di berbagai bagian tubuh. Sel-sel kulit yang paling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenis yang dikenal saat ini. Strawberry yang dibudidayakan sekarang ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanaman ini adalah hutan sekunder dengan kondisi tanah lembap. Di wilayah

BAB I PENDAHULUAN. dan Latifah, 2007; Bariqina dan Ideawati, 2001). Batang-batang rambut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang, umurnya dapat mencapai 600 tahun. Satu pohon zaitun bisa

BAB I PENDAHULUAN. Yunani, melas yang berarti hitam. Melasma merupakan kelainan hiperpigmentasi didapat, berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bila dulu scrubbing hanya dapat dilakukan sekali-sekali saja, namun, zaman sudah mulai berubah. Sehingga scrubbing dapat dilakukan kapan saja,

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmein artinya berhias. Kosmetik digunakan

KULIT. Kulit adalah lapisan paling luar tubuh yang terdiri dari selsel hidup dan merupakan lapisan tipis yang penting bagi tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. kepala, kecuali pada bibir, telapak tangan dan telapak kaki. Batang-batang

PENENTUAN POTENSI TABIR SURYA EKSTRAK KLIKA ANAK DARA (Croton oblongus Burm F.)

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Habitat asli srikaya berasal dari daerah tropis di Amerika, Karibia,

3. Khemoreseptor, berkaitan dgn rasa asam, basa & garam

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

2. STRUKTUR RAMBUT. Gambar 1.2 Struktur Rambut Sumber web :

Bahan Pemutih (Bleaching Agent)

Hidrokinon dalam Kosmetik

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER KULIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis yang bersifat

PERAN PRESSURE GARMENT DALAM PENCEGAHAN JARINGAN PARUT HIPERTROFIK PASCA LUKA BAKAR

TINJAUAN PUSTAKA. bagian yang bersentuhan langsung dengan lingkungan, Fungsi utama kulit adalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daratan Asia Selatan dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pada awalnya sirsak

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Struktur khalkon dan asam sinamat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

- - SISTEM EKSKRESI MANUSIA - - sbl1ekskresi

FORMULASI TABIR SURYA ZINK OKSIDA DALAM SEDIAAN KRIM DENGAN VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK ANGGUR HITAM (Vitis vinivera L.)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PENGERTIAN KOSMETIKA. PENGERTIAN : Sediaan/paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR LAMPIRAN. xvii

KESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Anggur Anggur diduga berasal dari sekitar Laut Hitam dan Laut Kaspi. Kemudian, menyebar ke amerika utara, amerika selatan, dan eropa, selanjutnya ke Asia termasuk Indonesia. Tanaman anggur merupakan tanaman tropis bertipe iklim kering dan bersifat tahunan. Tanamannya kecil, merambat dengan sulur yang berbentuk spiral (Sunarjono, 2013). Anggur mulai berkembang di Indonesia seiring dengan dikeluarkannya kebijakan pemerintah untuk mengurangi impor anggur melalui Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi No. 505/1982. Pengembangan perkebunan anggur rakyat Indonesia cukup prospektif karena kondisi tanah dan iklim dapat mendukung tanaman tumbuh dan berproduksi optimal (Dewi, 2014). Klasifikasi tanaman anggur Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi: Angiospermae Kelas : Dycotyledoneae Bangsa : Rhamnales Suku : Vitaceae Marga : Vitis Jenis : Vitis vinifera L. (Hutapea, dkk., 1994). Anggur merupakan salah satu buah hasil pertanian yang dibudidayakan secara luas di berbagai negara di dunia. Hasil panen buah anggur secara umum dimanfaatkan dalam industri pembuat minuman wine (Yousefi, dkk., 2013). Biji 5

anggur dihasilkan sekitar 15% sebagai limbah dari industri pembuatan wine. Biji anggur dapat diolah lebih lanjut untuk menghasilkan minyak biji anggur. Kandungan minyak yang terdapat dalam biji anggur tergantung dari varietas anggur yang diolah, secara umum biji anggur mengandung 10-16% dari berat kering biji anggur (Canbay, dkk., 2011). 2.2 Minyak Biji Anggur Minyak biji anggur mengandung asam lemak tidak jenuh dalam konsentrasi yang sangat tinggi antara lain asam linoleat 72-76% dari total komposisi asam lemak minyak biji anggur (Yousefi, dkk., 2013). Minyak biji anggur juga kaya akan tokoferol, senyawa polifenol serta tannin dalam konsentrasi yang tinggi. Sifat antioksidan senyawa senyawa yang terkandung dalam minyak biji anggur serta asam lemak tidak jenuh yang tinggi dari minyak biji anggur menyebabkan minyak biji anggur lebih tahan dan tidak mudah teroksidasi sehingga sering dimanfaatkan dalam industri kosmetik, kuliner, farmasetika dan tujuan kesehatan lainnya (Canbay, dkk., 2011). 2.3 Kulit Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan selsel yang sudah mati), repirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulita dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan tubuh terhadap tekanan atau infeksi dari luar (Tranggono dan Latifah, 2007). 6

2.3.1 Struktur kulit Secara anatomi, kulit wajah dan seluruh tubuh terbagi menjadi beberapa lapisan yaitu: epidermis, dermis dan subkutan. 1. Lapisan epidermis Lapisan epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang menyelimuti permukaan tubuh dan terus-menerus mengalami pergantian sel. Lapisan epidermis terbagi menjadi beberapa lapisan berikut: a. Stratum korneum atau lapisan tanduk Merupakan lapisan kulit paling atas yang tersusun dari sel-sel mati. Di antara selnya terdapat lemak yang berperan menstabilkan lapisan tanduk, menjaga kelembapan kulit saat terjadi pengu apan akibat panasnya sinar matahari, serta sebagai lapisan yang menyaring sekaligus mencegah sel-sel kontak dengan mikroorganisme, toksin, dan zat asing dari luar. b. Stratum lusidum Merupakan lapisan tebal dengan sel berbentuk gepeng yang tidak berwarna dan bening, yang mengandung banyak zat eleidin (lapisan mengeras) yang ditemukaan hanya di lapisan telapak kaki dan tangan. c. Stratum granulosum Merupakan sel mati yang tidak dapat membelah diri. Sel itu tersusun dari sel keratin yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, serta berinti mengkerut. d. Stratum spinosum Merupakan lapisan di atas sel basal yang tersusun dari sel keratinosit. Sel keratinosit berisi protein keratin, yang dapat melindungi lapisan sel basal yang aktif membelah. 7

e. Stratum germinativum atau lapisan basal Merupakan cikal bakal terbentuknya keratinosit baru serta mengandung melanosit yaitu sel yang memproduksi melanin guna memberi warna kepada kulit sekaligus melindungi DNA pada inti sel kulit agar tidak bermutasi akibat radiasi sinar matahari. 2. Lapisan dermis Lapisan dermis merupakan lapisan dengan ketebalan 4 kali lipat dari lapisan epidermis (sekitar 0,25-2,55 mm). Lapisan dermis tersusun dari jaringan penghubung dan penyokong lapisan epidermis (Widyastuti, 2013). Lapisan ini bertanggung jawab terhadap elastisitas dan kehalusan kulit serta berperan menyuplai nutrisi bagi epidermis (Mulyawan dan Suryana, 2013). 3. Lapisan subkutis Lapisan subkutis merupakan lapisan di bawah dermis yang tersusun dari sel kolagen dan lemak tebal untuk menyekat panas. Dengan demikian, tubuh dapat beradaptasi dengan perubahan temperatur luar tubuh karena perubahan cuaca. Selain itu, lapisan subkutis juga dapat menyimpan cadangan nutrisi bagi kulit (Widyastuti, 2013). 2.3.2 Fungsi biologik kulit Fungsi kulit sangat kompleks dan berkaitan satu dengan yang lainnya di dalam tubuh manusia. 1. Fungsi proteksi Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti zat-zat kimia iritan (karbol, asam, atau basa kuat lainnya), gangguan panas atau 8

dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur, bakteri atau virus. Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak subkutis, tebalnya lapisan kulit dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar tubuh. Gangguan sinar ultraviolet diatasi oleh sel melanin yang menyerap sinar tersebut. Fungsi sawar kulit terutama berada di sel-sel epidermis dan kemampuan kulit sebagai sawar berbeda beda tergantung pada kondisi epidermis di tempat tersebut. 2. Fungsi ekskresi Kelenjar kelenjar pada kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau sisa metabolisme dalam tubuh misalnya NaCl, urea, asam urat, amonia, dan sedikit lemak. Lemak atau sebum yang dihasilkan kelenjar kulit dapat melindungi kulit dengan cara meminyaki kulit dan menahan penguapan yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produk kelenjar lemak dan keringat di permukaan kulit membentuk keasaman kulit pada ph 5-6,5. 3. Fungsi absorbsi Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban udara, metabolisme dan jenis vehikulum yang menempel di kulit. Penyerapan dapat melalui celah antar sel, saluran kelenjar atau saluran keluar rambut. 4. Fungsi pengindra Kulit mengandung reseptor di lapisan dermis dan subkutis. Kulit sangat sensitif terhadap rangsangan dari luar berupa tekanan, raba, suhu dan nyeri. Rangsangan dari luar diterima oleh reseptor-reseptor kulit dan diteruskan ke sistem saraf pusat untuk selanjutnya diinterpretasikan. 9

5. Fungsi pengaturan suhu tubuh Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan otot dinding pembuluh darah kulit. Pada keadaan suhu tubuh meningkat, kelenjar keringat mengeluarkan banyak keringat ke permukaan kulit dan dengan penguapan keringat tersebut terbuang pula kalori atau panas tubuh. Vasokonstriksi pembuluh darah kapiler kulit menyebabkan kulit melindungi diridari kehilangan panas pada waktu dingin (Wasitaatmaja, 1997). 2.3.3 Warna kulit Warna kulit terutama ditentukan oleh oxyhemoglobin yang berwarna merah, melanin yang berwarna coklat, keratohyalin yang memberikan penampakan opaque pada kulit, serta lapisan stratum corneum yang memiliki warna putih kekuningan atau keabu-abuan. Karoten merupakan suatu pigmen warna kuning yang sedikit sekali jumlah dan efeknya, serta eleidin dalam stratum lucidum yang hanya terlihat pada kulit yang menebal dari telapak kaki bagian tumit. Dari semua bahan-bahan pembangun warna kulit tersebut, yang paling menetukan warna kulit adalah pigmen melanin. Jumlah, tipe, ukuran dan distribusi pigmen melanin ini akan menentukan variasi warna kulit berbagai golongan ras/bangsa di dunia (Tranggono dan Latifah, 2007). 2.3.4 Mekanisme pigmentasi pada kulit Proses pembentukan pigmen melanin terjadi pada butir-butir melanosom yang dihasilkan oleh sel-sel melanosit yang terdapat di antara sel-sel basal keratinosit di dalam lappisan basal (stratum germinativum). Melalui juluran lengan-lengannya yang dinamakan dendrit, melanosit memberikan melanosom kepada sejumlah sel-sel keratinosit di sekelilingnya. Melanosom yang terdapat di 10

dalam keratinosit berbentuk partikel-partikel padat atau merupakan gabungan dari 3-4 buah partikel lebih kecil memiliki membran (Tranggono dan Latifah, 2007). 2.4 Penyinaran Matahari dan Efeknya Pada Kulit Kulit adalah pelindung tubuh dari pengaruh luar terutama dari sengatan sinar matahari. Sinar matahari mempunyai 2 efek, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan, tergantung dari frekuensi dan lamanya sinar mengenai kulit, intensitas sinar matahari, serta sensitivitas seseorang. Walaupun dibutuhkan untuk pembentukan vitamin D yang sangat berguna bagi tubuh, sinar matahari merupakan faktor utama dari berbagai masalah kulit, mulai dari sunburn, pigmentasi kulit, penuaan kulit, hingga kanker kulit. Kulit yang terkena radiasi sinar UV akan berwarna lebih gelap, berkeriput, kusam, kering, timbul bercak-bercak coklat kehitaman (melasma), hingga kanker kulit. Efek sinar matahari yang merugikan berupa: 1. Penyinaran matahari yang singkat pada kulit dapat menyebabkan kerusakan epidermis sementara, gejalanya disebut sengatan surya. Sinar matahari dapat menyebabkan eritema ringan hingga luka bakar nyeri. 2. Penyinaran langsung dan lama serta berlebihan dapat menyebabkan kelainan kulit mulai dari dermatritis ringan hingga kanker kulit. Sengatan matahari berlebihan adalah karsinogenik, sinar ultraviolet dapat menyebabkan kanker kulit (Ditjen POM, 1985). Paparan sinar matahari berlebihan dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan efek yang merugikan pada kulit lapisan atas (epidermis) dan lapisan lebih dalam kulit (dermis). Pada lapisan epidermis kerusakan kulit mengarah pada pengkeriputan kulit serta pembentukan flek pada kulit akibat distribusi melanin 11

berlebihan. Kerusakan serat elastin dan kolagen terlihat pada lapisan dermis yang mengakibatkan kemunduran elastisitas kulit (Prianto, 2014). Penyinaran matahari terdiri dari berbagai spektrum dengan panjang gelombang yang berbeda, dari inframerah hingga spektrum ultraviolet Berdasarkan panjang gelombang dan efek fisiologisnya, sinar ultraviolet dapat dibagi menjadi 3 bagian: 1. Ultraviolet A ialah sinar dengan panjang gelombang antara 400-315 nm dengan efektivitas tertinggi pada 340 nm, dapat menyebabkan warna coklat pada kulit tanpa menimbulkan kemerahan, sehingga disebuit daerah pigmentasi. 2. Ultraviolet B ialah sinar dengan panjang gelombang antara 315-280 nm dengan efektivitas tertinggi pada 297.6 nm, merupakan daerah eritemogenik, dapat menimbulkan nyeri sengatan surya dan terjadi reaksi pembentukan melanin awal. 3. Ultraviolet C ialah sinar dengan panjang gelombang di bawah 280 nm, dapat merusak jaringan kulit, tetapi sebagian besar tersaring oleh lapisan ozon dalam atmosfer (Ditjen POM, 1985). 2.5 Mekanisme Perlindungan Kulit Secara alami kulit manusia mempunyai sistem perlindungan terhadap paparan sinar matahari. Mekanisme perlindungan tersebut adalah dengan penebalan stratum korneum dan pigmentasi kulit. Perlindungan terhadap sengatan surya juga disebabkan oleh peningkatan jumlah melanin dalam epidermis. Butir melanin yang terbentuk dalam sel basal kulit setelah penyinaran ultraviolet-b akan berpindah ke stratum korneum di permukaan kulit, kemudian teroksidasi oleh sinar ultraviolet-a. Jika kulit mengelupas, butir melanin akan lepas, sehingga 12

kulit kehilangan pelindung terhadap sinar matahari. (Ditjen POM, 1985). Efek negatif sinar matahari dapat dihindari dengan cara melindungi kulit dengan memakai topi, baju, payung sampai penggunaan kosmetika tabir surya (Wasitaatmaja, 1997). 2.6 Tabir Surya Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud membaurkan atau menyerap secara efektif cahaya matahari, terutama daerah emisi gelombang ultraviolet dan inframerah, sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan kulit karena cahaya mahatari (Ditjen POM, 1985). Ada 2 macam tabir surya: 1. Tabir surya kimia, misalnya PABA, PABA ester, benzofenon, salisilat, antranilat, yang dapat mengabsorpsi, hampir 95% radiasi sinar UV B yang dapat menyebabkan sunburn namun tidak menghalangi UV A penyebab direct tanning, kerusakan sel elastin, actinic skin damage, dan timbulnya kanker kulit (Wasitaatmadja, 1997). Tapi perlu diingat bahwa PABA dan sejumlah bahan tersebut bersifat phosensitizer, yaitu jika terkena sinar matahari terik seperti halnya di negara tropis Indonesia dapat menimbulkan berbagai reaksi negatif pada kulit photoallergy, phototoxic (Tranggono dan Latifah, 2007). 2. Tabir surya fisik; misalnya titanium dioksida, Mg silikat, seng oksida, red petrolatum dan kaolin, yang dapat memantulkan sinar. Tabir surya fisik mampu menahan UVA maupun UVB. Tabir surya fisik melindungi kulit meniru sifat cermin dengan memantulkan sinar radiasi ultraviolet dari matahari (Wasitaatmadja, 1997). 13

Tabir surya dapat dibuat dalam berbagai bentuk sediaan, misalnya bentuk larutan air atau alkohol, emulsi, krim, dan semi padat, yang merupakan sediaan lipid non-air, gel, dan aerosol (Ditjen POM, 1985). Produk terbaik tabir surya adalah prduk yang memiliki spektrum luas untuk kedua tipe sinar ultraviolet A dan B (Prianto, 2014). 2.7 Oksibenzon Oksibenzon merupakan bahan aktif tabir surya golongan benzofenon yang dapat digunakan baik sebagai penahan UVA maupun UVB. Oxybenzone atau benzophenone-3 merupakan salah satu penyerap paling efektif pada spektrum UVB, dan mencapai spektrum UVA II. Umumnya oxybenzone ini digunakan sebagai penyerap UVA, dan dapat meningkatkan nilai SPF tabir surya melalui kombinasi dengan penyerap UVB lain. Oxybenzone ini merupakan material solid yang sulit larut (Barel, dkk., 2009). Konsentrasi yang umum digunakan sebesar 2-6% b/b (Shaath, 1990). Dari hasil penelitian sebelumnya (Zulkarnain, 2003) penggunaan kombinasi oksibenzon dan oktilmetoksisinamat dalam krim tabir surya efektif meningkatkan nilai SPF (Sun Protection Factor) sediaan dibandingkan pada pemakaian tunggalnya. 2.8 Oktilmetoksisinamat Oktilmetoksisnamat merupakan bahan aktif tabir surya golongan sinamat. Sinamat merupakan zat aktif tabir surya yang paling banyak digunakan, dan merupakan alternatif penyerap UVB menggantikan PABA (Barel, dkk., 2009). Oktilmetoksisinamat umumnya digunakan dengan konsentrasi sebesar 2-7,5% b/b. Kombinasi oktilmetoksisinamat dengan senyawa turunan benzofenon mampu meningkatkan kestabilannya (Shaath, 1990). 14

2.9 Sun Protection Factor (SPF) Sun Protection Factor (SPF) adalah nilai yang tertera pada label produk tabir surya yang menyatakan efikasi dari suatu sediaan tabir surya. SPF merupakan indikator universal dari suatu zat atau sediaan yang bersifat UV protektor, semakin tinggi nilai SPF dari suatu produk tabir surya maka semakin efektif untuk melindungi kulit dari pengaruh buruk sinar ultraviolet matahari (Dutra, dkk., 2004). SPF menyatakan perbandingan antara dosis minimal yang diperlukan untuk menimbulkan eritema pada kulit yang diolesi sediaan tabir surya dengan yang tidak (Wasitaatmaja, 1997). Minimal erythema dose (MED) adalah lama waktu minimal paparan terhadap radiasi sinar ultraviolet yang diperlukan untuk menyebabkan eritema pada kulit (Dutra, dkk., 2004). Nilai SPF berkisar antara 0-100, dan kemampuan tabir surya yang dianggap baik berada di atas 15. Tingkat perlindungan tabir surya berdasarkan nilai SPF-nya dikategorikan sebagai berikut : 1. Minimal, bila SPF berkisar 2-4 2. Sedang, bila SPF berkisar 4-6 3. Ekstra, bila SPF antara 6-8 4. Maksimal, bila SPF berkisar 8-15 5. Ultra, bila SPF lebih dari 15 (Wasitaatmaja, 1997). 15

2.10 Krim Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak di dalam air, dan dikenal sebagai krim. Istilah krim secara luas digunakan dalam farmasi dan dunia kosmetik (Ansel, 1989). Secara umum krim yang sering kita lihat pada produk kosmetik adalah vanishing cream (Prianto, 2014). Vanishing cream umumnya merupakan emulsi minyak dalam air, mengandung air dalam persentase yang besar dan asam stearat dalam komposisi formulanya. Setelah pemakaian krim, air menguap meninggalkan sisa berupa selaput asam stearat yang tipis (Ansel, 1989). Sediaan vanishing cream memiliki kandungan air yang tinggi daripada krim lainnya. Salah satu fungsi utama yang diharapkan dari kandungan air yang cukup tinggi ini adalah rasa sejuk pada saat aplikasi sediaan tersebut tetapi tetap meiliki efek lembab pada kulit. Vanishing cream sangatlah mudah untuk diaplikasi dan dibersihkan pada saat pemakaian. Bentuk sediaan vanishing cream sering dipakai dalam formulasi krim tabir surya dan juga bentuk sediaan krim lain seperti krim anti penuaan atau obat obatan (Prianto, 2014). 16