Disusun oleh : Nama : Linggar G. C. M. A. Semester Genap SMK NEGERI 1 CIMAHI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN AKHIR PERAWATAN & PERBAIKAN CHILLER WATER COOLER DI MANADO QUALITY HOTEL. Oleh : RIVALDI KEINTJEM

CHILLER. Gambar 1. Pipa Exchanger Chiller

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

TUGAS TEKNIK DAN MANAJEMEN PERAWATAN SISTEM PEMELIHARAAN AC CENTRAL

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA (AC)

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

MAKALAH PRAKTIK PENSINGIN DAN TATAUDARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC)

STUDI SPESIFIKASI TEKNIK WATER CHILLER VAC IEBE

BAB II LANDASAN TEORI

PERAWATAN WATER COOLED CHILLER DI HOTEL NOVOTEL MANADO

SISTEM TATA UDARA (AC) PADA BANGUNAN GEDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

ANALISA AUDIT KONSUMSI ENERGI SISTEM HVAC (HEATING, VENTILASI, AIR CONDITIONING) DI TERMINAL 1A, 1B, DAN 1C BANDARA SOEKARNO-HATTA

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

BAB II TEORI DASAR. Laporan Tugas Akhir 4

TUGAS AKHIR ANALISA KINERJA CHILLER WATER COOLED PADA PROYEK SCIENTIA OFFICE PARK SERPONG

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

AIR CONDITIONING (AC) Disiapkan Oleh: Muhammad Iqbal, ST., M.Sc Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Malikussaleh Tahun 2015

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB IV DASAR TEORI 4.1 Sistem Pengkondisian Udara

Pertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta. Beberapa gedung bertingkat, pabrik, rumah sakit, perkantoran,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu:

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN MODUL PRAKTIKUM COOLING TOWER TIPE FORCED DRAFT ALIRAN CROSS FLOW

PEMAHAMAN TENTANG SISTEM REFRIGERASI

BAB III TEORI PENUNJANG

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR PERTIMBANGAN PEMILIHAN TIPE AIR CONDITIONING BERDASARKAN INVESTASI JANGKA PANJANG PADA PROYEK HOTEL PULLMAN GADOG CIAWI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Air Conditioning (AC) adalah suatu mesin pendingin sebagai sistem pengkondisi

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

LAPORAN KERJA PRAKTEK PERAWATAN PERALATAN MESIN PENDINGIN PADA GEDUNG SYNTHESIS TOWER

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

PENDINGINAN KOMPRESI UAP

BAB IV PENGONTROLAN DAN PENGOPRASIAN AC CENTRAL

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Saran. 159

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

PENGOPERASIAN CHILLED WATER SYSTEM PADA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK

OPTIMASI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA KERETA REL LISTRIK

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV CARA KERJA SISTEM AIR CONDITIONER ( WCP )

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 PROSEDUR PERANCANGAN SISTEM PENGKONDISIAN UDARA. Penentuan Kondisi Ruang. Termal Dalam Gedung

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

Commissioning & Maintenance of Air Conditioning System

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

Bagian V: PENGKONDISIAN UDARA

Konservasi energi sistem tata udara pada bangunan gedung

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar. Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin

BAB III PENGETAHUAN DASAR TENTANG AC ( AIR CONDITIONER )

MAINTENANCE EVAPORATOR PANTHER 1997 HI GRADE PROYEK AKHIR

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

Cara Kerja AC dan Bagian-Bagiannya

BAB III DASAR PERANCANGAN INSTALASI AIR CONDITIONING

BAB II DASAR TEORI LAPORAN TUGAS AKHIR. 2.1 Blast Chiller

Sistem AC ( Air Conditioner) Sentral

PENGARUH BILANGAN REYNOLDS TERHADAP KARAKTERISTIK KONDENSOR VERTIKAL TUNGGAL TIPE CONCENTRIC TUBE COUNTER CURRENT

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan ulang untuk tujuan ekonomis dan bermanfaat. Fakta yang penting adalah

ANALISIS BEBAN PENDINGINAN DAN KALOR UNIT PENGKONDISIAN UDARA DAIHATSU XENIA

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

Desain Fasilitas Uji Kinerja Water-Cooled Chiller dan Air-Cooled Chiller Berdasarkan Standar AHRI

REDESAIN SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA ISUZU NEW PANTHER

II. TINJAUAN PUSTAKA. apartemen, dan pusat belanja memerlukan listrik misalnya untuk keperluan lampu

ANALISA KEBUTUHAN BEBAN PENDINGIN DAN DAYA ALAT PENDINGIN AC UNTUK AULA KAMPUS 2 UM METRO. Abstrak

Energi dan Ketenagalistrikan

Azridjal Aziz, ST. MT. NIP

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Optimasi dan Manajemen Energi Kelistrikan Di Gedung City of Tomorrow

STUDI APLIKASI DAN PEMASYARAKATAN SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI PADA SEKTOR INDUSTRI PROSES

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PERKULIAHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air dingin ( Chiller water ) merupakan air dingin yang di hasilkan

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

SILABUS MATA KULIAH D4 REFRIGERASI DASAR KURIKULUM 2011 tahun ajaran 2010/2011. Materi Tujuan Ket.

Transkripsi:

Disusun oleh : Nama : Linggar G. C. M. A. Kelas : XI TP A Semester Genap SMK NEGERI 1 CIMAHI Teknik Pendingin & Tata Udara 2010/2011

KATA PENGANTAR Allhamdulillahi rabbil alamiin, pertama-tama marilah panjatkan puji dan syukur kehadirat Alloh SWT, yang memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga saya selaku penulis dapat menyelesaikan makalah Chiller ini tepat pada waktunya, shalawat serta salam saya haturkan kepada junjunan nabi Muhammad SAW, yang talah mengantarkan umatnya menjadi manusia yang cerdas, adil, berilmu, serta mampu berkembang di dunia industri, Laporan ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan nilai praktek semester pertama tahun ajaran 2010-2011 dan melaporkan segala sesuatu yang telah dipelajari selama kegiatan produktif. Dalam menyusun laporan ini, penulis membuatnya dengan kemampuannya sendiri dan semaksimal mungkin. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena penulis masih dalam tahap belajar. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi diri penulis pribadi dan umumnya bagi seluruh keluarga besar Teknik Pendinginan dan Tata Udara SMK Negeri 1 Cimahi. Didalam laporan ini juga berisikan tantang serangkaian praktek yang telah saya kerjakan selama satu semeseter terakhir ini. makalah ini juga dikerjakan sedemikian, unutk memenuhi salah satu tugas atau nilai, demikianlah sedikit sambutan dari saya, mudah-mudahan laporan ini dapat berguna bagi inspirasi orang lain ataupun guru-guru yang membacanya. Wassalam

Penulis Chiller - Air Conditioning Chiller atau mesin refrigerasi adalah peralatan yang biasanya menghasilkan media pendingin utama untuk bangunan gedung, dengan mengkonsumsi energi secara langsung berupa energi listrik, termal atau mekanis, untuk menghasilkan air dingin (chilled water) dan membuang kalor ke udara (atmosfir) melalui menara pendingin (cooling tower) atau kondensor. Mesin utama dari sebuah chiller adalah Kompresor, dan jenis-jenis kompresor yang umumnya digunakan adalah : Kompresor Piston (Reciprocating compressor) Kompresor Kisar (Rotary compressor) Kompresor Ulir (Screw compressor)

Kompresor Sentrifugal (Centrifugal compressor) Beberapa jenis Chiller dilihat dari sistem pendinginan, adalah : Air Cooled Chiller Water Cooled Chiller Perbedaan antara Air Cooled Chiller dan Water Cooled Chiller. Air Cooled Chiller : Efisiensi rendah Waktu pemasangan cepat. Biaya perawatan rendah. Water Cooled Chiller : Effisiensi tinggi Waktu pemasangan lebih lama. Biaya perawatan tinggi. 1. Air cooled Chiller (ACC)

Mesin refrigerasi dengan pendinginan udara (air cooled chiller), pada prinsipnya hampir sama dengan split duct AC, tetapi dalam ukuran besar. Unit mesin ini pada umumnya berada diatas atap beton dari sebuah bangunan. Komponen utama dari 1 unit ACC adalah 2 kompresor atau lebih, dengan katup ekspansi dan evaporator berada dalam unit utama, termasuk kondensornya. Evaporator mendinginkan air dan air dingin disirkulasi kesetiap tingkat melalui alat pengatur udara (air handling unit) atau disingkat AHU. Dari AHU dengan blower besar menyalurkan udara dingin, yang diperoleh dari hembusan melalui pipa-pipa aliran air dingin unit utama diatas, keruangan yang akan dikondisikan. Udara dingin yang masuk kedalam ruangan dari AHU ini diatur dengan diffuser yang ada disetiap ruangan, Atau kadangkadang dengan pipa-pipa langsung keruangan melalui alat kipas koil (Fan coil unit) atau disingkat FCU. Dalam desain gedung, bila menggunakan air cooled chiller perlu diperhatikan lokasi dan luas atap beton untuk penempatan unit-unit chillernya. Yang sering kurang diperhatikan dalam desain atap untuk air cooled chiller adalah akses untuk pemeliharaan unit tersebut. Ada kalanya terjadi perubahan desain dari water cooled chiller ke air cooled chiller, karena terutama masalah waktu instalasi ataupun keadaan air setempat. Tetapi perubahan seperti itu pada akhirnya berakibat fatal terhadap konstruksi air cooled chiller tersebut yang mengambil ruang (space) apa adanya. 2. Water cooled Chiller

Mesin refrigerasi dengan pendinginan air (water cooled chiller), pada prinsipnya hampir sama dengan Mesin refrigerasi pendinginan udara (air cooled chiller) dalam distribusi udara dingin melalui AHU atau FCU. Perbedaan utamanya adalah pendinginan refrigerannya, bukan dengan udara, tetapi dengan air, dimana airnya didinginkan melalui menara air atau cooling tower. Mesin refrigerasi dengan pendinginan air, pada umumnya ditempatkan dalam lantai bawah (basement) suatu bangunan. Dalam desain yang perlu diperhatikan adalah ventilasi keruangan chiller harus dihitung dengan baik, agar ruangan tersebut jangan menjadi neraka bagi pengerjanya. Sama halnya dengan Mesin refrigerasi pedinginan udara, refrigeran dari kompresor ditekan melalui katup ekspansi masuk berembun dalam alat evaporator. Evaporator mendinginkan air dan air dingin disirkulasi kesetiap tingkat melalui alat pengatur udara (air handling unit) atau disingkat AHU. Dari AHU dengan blower besar menyalurkan udara dingin, yang diperoleh dari hembusan melalui pipa-pipa aliran air dingin unit utama diatas, keruangan yang akan dikondisikan. Udara dingin yang masuk kedalam ruangan dari AHU ini diatur dengan diffuser yang ada disetiap ruangan, Atau kadangkadang dengan pipa-pipa langsung keruangan melalui alat kipas koil (Fan coil unit) atau disingkat FCU. Pendinginan air melalui menara air (cooling tower), dalam desain gedung perlu diperhatikan aliran udara yang diperoleh dari kipas udara. Aliran udara dan aliran air didalam menara pendingin ini dapat berlawanan arah (counter

flow), arah melintang (cross flow), aliran paralel (paralel flow) aliran melalui dek atau aliran pancar. 3. Absorption Chiller. Salah satu cara tertua untuk melakukan pendinginan suatu ruangan secara mekanis adalah teknologi absorbsi (absorption technology). Kelihatan tak masuk akal dengan membakar sesuatu untuk menghasilkan pendinginan, tetapi hal itu yang terjadi dalam suatu chiller absorpsi. Teknologi absorbsi ini sebenarnya mudah pengoperasiannya maupun pemeliharaannya, tetapi pada masa kini teknologi ini mulai hampir tidak digunakan karena tidak fleksibel penggunaannya.

Refrigeran yang digunakan oleh chiller jenis ini adalah sebenarnya air, karena perubahan fase yang terjadi dan yang memberi dampak pendinginan adalah melalui media air. Fluide kedua yang mengatur proses ini adalah garam, yang dikatakan sebagai Litium Bromida (lithium bromide). Panas dibutuhkan untuk memisahkan kedua fluida ini, yang kemudian dipertemukan kembali dalam lingkungan yang hampir vakum. Air ini mengalami perubahan fase pada waktu dicampur kembali dengan garam pada suhu yang sangat rendah. (pada tekanan atmosfir yang normal, air menguap pada suhu 212F, dalam suatu alat absorbsi, air menguap cukup dingin untuk menghasilkan air dingin pada 46F. Karena suhu air dingin yang dihasilkan oleh chiller absorbsi paling rendah adalah 46F, maka chiller jenis ini tidak dapat digunakan dalam penerapan refrigerasi dengan suhu rendah. Peralatan tata udara dengan Sistem absorbsi ini sebenarnya sangat efisien dan pemeliharaanya mudah, tetapi bila ada kerusakan pada peralatan ini perbaikannya memerlukan waktu lama dan biaya yang besar. Bahkan untuk kerusakan tertentu, maka seluruh unit tidak dapat difungsikan kembali. Ini menyebabkan penggunaan peralatan pengkondisian udara dengan sistem absorbsi ini kurang diminati.