PENINGKATAN ADOPSI TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN PADA SAPI POTONG DI KECAMATAN LALABATA,KABUPATEN SOPPENG

dokumen-dokumen yang mirip
PREFERENSI DAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK TENTANG TEKNOLOGI IB DI KABUPATEN BARRU. Syahdar Baba 1 dan M. Risal 2 ABSTRAK

KEBUTUHAN INFORMASI PETERNAK SAPI BALI DALAM PELAKSANAAN INSEMINASI BUATAN DI KABUPATEN BARRU. Syahdar Baba 1, Hastang 1, M.

Syahirul Alim, Lilis Nurlina Fakultas Peternakan

TEKNIK DAN MANAJEMEN PRODUKSI BIBIT SAPI BALI DI SUBAK KACANG DAWA, DESA KAMASAN, KLUNGKUNG ABSTRAK

Jurnal Aves, Desember 2016 Vol. 10 (2) p-issn e-issn

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2007, VOL. 7, NO. 2, Syahirul Alim dan Lilis Nurlina Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK ANALISIS KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN PADA SAPI BALI DI KABUPATEN KARANGASEM

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat

HAMBATAN PELAKSANAAN TEKNOLOGI IB SAPI BALI DIKABUPATEN BARRU. S. Baba 1, Hastang 1, M. Risal 2

PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PEDET SAPI POTONG HASIL INSEMINASI BUATAN

Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, Volume 1, Nomor 3, Desember 2012, hlm 23-28

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

Agros Vol. 16 No. 1, Januari 2014: ISSN

PEMDERDAYAAN KELOMPOK PETERNAK SAPI SEBAGAI SUMBERDAYA PENDUKUNG BADAN USAHA MILIK RAKYAT DI KELURAHAN MALALAYANG I TIMUR

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

TINGKAT KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN SAPI POTONG DI TINJAU DARI ANGKA KONSEPSI DAN SERVICE PER CONCEPTION. Dewi Hastuti

STATUS REPRODUKSI DAN ESTIMASI OUTPUT BERBAGAI BANGSA SAPI DI DESA SRIWEDARI, KECAMATAN TEGINENENG, KABUPATEN PESAWARAN

JURNAL INFO ISSN :

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

DINAMIKA POPULASI SAPI POTONG DI KECAMATAN PAMONA UTARA KABUPATEN POSO

Karakteristik Peternak dan Tingkat Masukan Teknologi Peternakan Sapi Potong di Lembah Prafi Kabupaten Manokwari

KAWIN SUNTIK/INSEMINASI BUATAN (IB) SAPI


PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

J. M. Tatipikalawan dan S. Ch. Hehanussa Staf Fakultas Pertanian Unpatti Ambon ABSTRACT

ABSTRAK. Oleh: *Ramli Idris Mantongi, **Suparmin Fathan, ***Fahrul Ilham

CARA MUDAH MENDETEKSI BIRAHI DAN KETEPATAN WAKTU INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI INSEMINASI BUATAN(IB).

EFISIENSI REPRODUKSI SAPI POTONG DI KABUPATEN MOJOKERTO. Oleh : Donny Wahyu, SPt*

METODE PENYULUHAN DALAM ADOPSI INOVASI INSEMINASI BUATAN (IB) PADA USAHA PETERNAKAN SAPI DI KABUPATEN DHARMASRAYA

KEGIATAN SIWAB DI KABUPATEN NAGEKEO

Lilis Nurlina Fakultas Peternakan

WILAYAH KERJA KRADENAN III, KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN GROBOGAN, JAWA TENGAH SKRIPSI

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETERNAK DENGAN SKALA USAHA TERNAK KERBAU DI DESA SUMBANG KECAMATAN CURIO KABUPATEN ENREKANG

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

STUDI UJI PERFORMANS TERNAK SAPI BALI DI KABUPATEN BARRU, SULAWESI SELATAN (PRELIMINARY STUDY) Abstrak

UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI REPRODUKSI TERNAK DOMBA DI TINGKAT PETAN TERNAK

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI BENGKULU DALAM MENDUKUNG AGRIBISNIS YANG BERDAYA SAING

KINERJA REPRODUKSI SAPI POTONG PADA PETERNAKAN RAKYAT DI DAERAH KANTONG TERNAK DI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. khususnya daging sapi dari tahun ke tahun di Indonesia mengalami peningkatan

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

Salmiyati Paune, Jurusan Peternakan Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo, Fahrul Ilham, Tri Ananda Erwin Nugroho

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah

Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

Arnold.Ch Tabun *, Petrus Kune **, M.L. Molle *** Oleh:

Tingkat Adopsi Inovasi Peternak dalam Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari

PERFORMA REPRODUKSI PADA SAPI POTONG PERANAKAN LIMOSIN DI WILAYAH KECAMATAN KERTOSONO KABUPATEN NGANJUK

ANALISIS POTENSI SAPI POTONG BAKALAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Pembibitan dan Budidaya ternak dapat diartikan ternak yang digunakan sebagai tetua bagi anaknya tanpa atau sedikit memperhatikan potensi genetiknya. B

SKRIPSI EVALUASI PENERAPAN GOOD BREEDING PRACTICE SAPI POTONG DI UPT BALAI KAJI TERAP PETERNAKAN SRI PULAU KOTA DUMAI PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. kebutuhan sehingga sebagian masih harus diimpor (Suryana, 2009). Pemenuhan

HAMBATAN ADOPSI TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN OLEH PETERNAK SAPI BALI DI KECAMATAN SOPPENG RIAJA KABUPATEN BARRU

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/Permentan/PK.210/10/2016

DAMPAK PELAKSANAAN INSEMINASI BUATAN (IB) TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH DI DAERAH JAWA BARAT

SERVICE PER CONCEPTION (S/C) DAN CONCEPTION RATE (CR) SAPI PERANAKAN SIMMENTAL PADA PARITAS YANG BERBEDA DI KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR

PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DI DESA CANDEN KECAMATAN JETIS KABUPATEN BANTUL

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

UPAYA MEMACU PENINGKATAN POPULASI SAPI POTONG MELALUI PELAK- SANAAN INSEMINASI BUATAN DI DAERAH CIAMIS JAWA BARAT ABSTRAK

PENGANTAR. Latar Belakang. khususnya masyarakat pedesaan. Kambing mampu berkembang dan bertahan

SISTEM PEMULIAAN INTI TERBUKA UPAYA PENINGKATAN MUTU GENETIK SAPI POTONG. Rikhanah

JIMVET E-ISSN : Juni 2018, 2(3):

PERFORMANS REPRODUKSI INDUK SAPI LOKAL PERANAKAN ONGOLE YANG DIKAWINKAN DENGAN TEKNIK INSEMINASI BUATAN DI KECAMATAN TOMPASO BARAT KABUPATEN MINAHASA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Sebagai ternak potong, pertumbuhan sapi Bali tergantung pada kualitas

BIODATA PENELITI. Program S-1 S-2 S-3 Nama Perguruan Universitas Universitas

SKRIPSI ANALISIS POTENSI WILAYAH KECAMATAN KUANTAN TENGAH UNTUK PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

PENGARUH METODE PERKAWINAN TERHADAP KEBERHASILAN KEBUNTINGAN SAPI DONGGALA DI KABUPATEN SIGI

ANALISIS INTRODUKSI TEKNOLOGI SAPI POTONG TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI ABSTRACT

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

HASIL DAN PEMBAHASAN

Semen beku Bagian 1: Sapi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DAN SAPI BAKALAN KARAPAN DI PULAU SAPUDI KABUPATEN SUMENEP

Analisis Break Even Point (BEP) Usahatani Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Sleman

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sangat besar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi susu bagi manusia, ternak. perah. (Siregar, dkk, dalam Djaja, dkk,. 2009).

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani.

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

HUBUNGAN BODY CONDITION SCORE (BCS),SUHU RECTAL DAN KETEBALAN VULVA TERHADAP NON RETURN RATE (NR) DAN CONCEPTION RATE (CR) PADA SAPI POTONG

I. PENDAHULUAN. Perkembangan peternakan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

Faktor yang Berhubungan dengan Adopsi Peternak Sapi Perah tentang Teknologi Biogas di Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan

ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut)

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu

SKRIPSI PENERAPAN GOOD BREEDING PRACTICE

ABSTRACT

SEBARAN POPULASI DAN POTENSI KERBAU MOA DI PULAU MOA KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA

Analisis tingkat adopsi Inseminasi Buatan oleh peternak sapi Bali di Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan

Transkripsi:

334 PENINGKATAN ADOPSI TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN PADA SAPI POTONG DI KECAMATAN LALABATA,KABUPATEN SOPPENG Sitti Nurani Sirajuddin 1,Aslina Asnawi 1,Sutomo Syawal 2,Muh.Jamal 3 1) Staf Pengajar Departemen Sosial Ekonomi Peternakan,FAPET Universitas Hasanuddin 2) Staf Pengajar Depertemen Produksi Ternak,FAPET Universitas Hasanuddin 3) Staf Pengajar Prodi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Universitas Muslim Indonesia ABSTRAK Kegiatan Ipteks Bagi Wilayah ini dilaksanakan di Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng,Propinsi Sulawesi Selatan. Kegiatan Inseminasi Buatan bertujuan meningkatkan produksi ternak sapi sekaligus pendapatan peternak. Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan adopsi teknologi Inseminasi Buatan di Kecamatan Lalabata,Kabupatyen Soppeng. Karakteristik peternak menunjukkan bahwa peserta sangat antusias dan berpartisipasi aktif tidak hanya dalam bentuk kehadiran saat penyuluhan dan pelatihan akan tetapi jumlah yang mengadopsi IB semakin meningkat yaitu tahun 2015 sebanyak 15 sapi dilakukan Inseminasi Buatan dan tingkat kelahiran yaitu 9 ekor sapi (60%) dan hingga sekarang( Agustus 2016) sebanyak 27 ekor ternak sapi telah dilakukan Inseminasi Buatan. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan adopsi teknologi Inseminasi Buatan sehingga perlu kegiatan lanjutan agar populasi sapi dapat meningkat di Kabupaten Soppeng Kata kunci : adopsi, inseminasi buatan,sapi potong ABSTRACT Activity for science and technology in the District area is implemented in District Lalabata, Soppeng Regency, South Sulawesi Province. Artificial Insemination activities aimed at increasing the production of beef cattle farmer income as well. The purpose of this activity is to increase the adoption of artificial insemination technology in District Lalabata, Soppeng Regency. Characteristics of farmers showed that participants were very enthusiastic and active participation not only in the form of attendance at counseling and training but the amount that adopt IB increasing that by 2015 as many as 15 cows do Artificial Insemination and the birth rate is 9 cows (60%), and up to now (August 2016) a total of 27 head of cattle have been conducted artificial insemination. This shows an increase in the adoption of artificial insemination technologies that need follow-up activities that could increase the cattle population in Soppeng Regency Key words: adoption, artificial insemination, beef cattle PENDAHULUAN Sebagai salah satu teknologi maka Inseminasi Buatan merupakan suatu program yang ditujukan untuk meningkatkan produksi ternak sekaligus pendapatan peternak. Selain itu teknologi Inseminasi Buatan (IB) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas genetik sapi dengan murah, mudah dan cepat. Potensi sumber daya genetik pejantan unggul dapat dimanfaatkan untuk membuahi betina dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang singkat (Hartati, 2010). Tujuan lainnya yaitu masalah kekurangan pejantan yang dialami peternak karena pejantan unggul telah dikandangkan sejak umur 1,5 tahun dapat

335 teratasi (Baba dan Risal, 2014). Pada tahun 2015, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sulawesi Selatan mengadakan penyerentakan berahi massal di beberapa kecamatan di kabupaten Soppeng yang disertai dengan penyuluhan. Pemerintah telah menyiapkan kontainer kapasitas 32 liter di setiap kecamatan sebagai tempat penampungan semen beku yang dapat diakses oleh inseminator PNS maupun inseminator mandiri. Inseminator telah dilengkapi kit inseminasi berupa gun, plastic sheet, thermos dan biaya operasional (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Soppeng, 2015). Meskipun telah dilakukan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan hasil IB akan tetapi adopsi teknologi IB masih lambat. Menurut Bahar, dkk. (2014), hambatan utama adopsi IB adalah sosialisasi yang masih kurang, deteksi berahi yang sering salah dan sistem pemeliharaan yang masih semi intensif. Sosialisasi IB hanya dilakukan secara sporadis saja sehingga informasi tentang manfaat IB tertutupi oleh informasi negatif tentang kegagalan IB (distokia, gagal bunting, kualitas semen yang tidak bagus) yang berkembang melalui informasi dari mulut ke mulut. Demikian halnya tentang kemampuan peternak dalam mendeteksi berahi masih rendah sehingga waktu IB oleh inseminator sering keliru karena terlambat melaporkan yang menyebabkan tidak terjadinya pembuahan.hal ini sejalan dengan penelitian Nugraha (2015) bahwa peternak sapi potong di Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng sudah mengetahui tanda-tanda birahi pada ternaknya akan tetapi tidak semua peternak mau ternak yang dipelihara mendapat teknologi Inseminasi Buatan. Dengan hal tersebut maka dilakukan kegiatan yang dapat meningkatkan adopsi teknologi IB di Kecamatan Lalabata,Kabupaten Soppeng. METODE PELAKSANAAN Kegiatan pengabdian Ipteks bagi wilayah ini dilaksanakan pada bulan Juli 2016 di Kelurahan Salokaraja, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng. Pelaksanaan kegiatan ini melibatkan peternak sapi potong pada kelompok ternak Latobaja dan kelompok ternak Tunas Muda. Adapun metode kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan adopsi teknologi Inseminasi Buatan di Kelurahan Salokaraja 1. Penyuluhan yaitu tim IBW dan Inseminator melakukan kegiatan penyuluhan terkait IB 2. Pelatihan yaitu Inseminator IB melakukan peragaan mendeteksi tanda-tanda birahi dan selanjutnya dilakukan kegiatan Inseminasi pada ternak sapi potong yang sementara birahi HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan Penyuluhan Inseminasi Buatan Penyuluhan tentang Inseminasi Buatan yang dilakukan menunjukkan hasil bahwa karakteristik peternak yang mengikuti penyuluhan semuanya adalah umur produktif yaitu berkisar 20 tahun -58 tahun(100%) jadi termasuk usia dewasa/usia kerja/usia produksi yang memiliki kemampuan fisik yang mendukung dalam mengelola usaha peternakan.hal ini sesuai dengan yang pendapat Ansar(2014) yang menyatakan bahwa usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas seseorang. Seseorang yang berada pada usia produktif yang tersedia produktivitas yang lebih tinggi daripada mereka yang berada di luar

336 usia produktif. Ini sesuai dengan pendapat Murwanto (2008) bahwa usia petani terkait erat dengan adopsi teknologi inovasi penting dalam meningkatkan produktivitas. Para petani yang berada di usia produktif memiliki kekuatan yang cukup untuk mengelola ternak. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Roeesali et al (2005) bahwa lebih muda seseorang, semakin cepat dalam menerima perubahan dari luar seperti pengetahuan dan keterampilan dalam budidaya. sementara pendidikan peternak sapi potong yang mengikuti penyuluhan yaitu sebahagian besar SMA yaitu 11 orang(47,8 %). Ini berarti tingkat pendidikan peternak sapi potong cukup tinggi dan akan mempengaruhi tingkat adopsinya. Tingkat pendidikan juga penting dalam menentukan apakah seseorang mudah menyerap dan memahami pengetahuan mereka. Secara umum, orang dengan pendidikan tinggi akan mendapatkan pengetahuan yang lebih baik. Ini sejalan dengan pendapat Natasukarya et al (1993) bahwa tingkat pendidikan petani akan mempengaruhi sistem berpikir, belajar dan tingkat intelektual. Melalui pendidikan formal dan informal, petani akan memiliki pengetahuan yang luas dan wawasan sehingga lebih mudah untuk menanggapi sebuah inovasi yang bermanfaat bagi bisnis mereka. Dari kegiatan penyuluhan yang telah diadakan maka persepsi peternak terhadap teknologi IB dapat dilihat pada Tabel 1: Tabel 1. Persepsi Peternak Sapi Potong Terhadap IB setelah Kegiatan Penyuluhan No Uraian Katagori (%) Tinggi Sedang Rendah 1 Pengetahuan terhadap IB 70 23,3 6,7 2 Minat terhadap IB 86,7 13,3 0 3 Penilaian terhadap IB 13,3 80 6,7 Persepsi 56,7 38,7 4,5 Sumber : Data primer,2016 Tabel 1 menunjukkan bahwa persepsi peternak sapi potong yang telah mengikuti kegiatan penyuluhan yaitu cukup tinggi pada pengetahuan terhadap IB(70 %) artinya peternak sudah tahu tentang tanda-tanda ternak sapi dan mengggunakan IB lebih mudah daripada menggunakan pejantan/kawin alam namun sebahagian kecil masih mengkhawatirkan resiko kematian induk pada saat melahirkan karena anak yang dilahirkan relatif lebih besar jika akan dilakukan IB begitu juga dengan minat terhadap IB cukup tinggi (86,7%) akan tetapi penilaian terhadap IB masih dalam katagori sedang (80%) artinya peternak telah melihat bahwa ternak hasil inseminasi buatan memiliki bobot badan yang lebih besar,tinggi dan dipercaya merupakan bibit sapi potong unggul dengan kualitas ternak yang baik sehingga diharapkan daya jualnya lebih tinggi, hasil ini sesuai dengan pendapat Ismaya (1999) bahwa dengan menggunakan IB peternak mendapat bibit yang unggul serta memperoleh keturunan yang cukup besar disamping tinggi produksinya.

337 Pelatihan Inseminasi Buatan Kegiatan pelatihan inseminasi buatan dilakukan dengan cara menunjukkan kepada peternak cara merogoh untuk mengetahui bahwa ternak yang akan di IB sudah birahi agar hasil yang diperoleh seperti yang diinginkan oleh peternak, hal ini berarti faktor peternak sangat mempengaruhi keberhasilan IB, hal ini sesuai pendapat Nurtini (2008) bahwa faktor manusia merupakan faktor yang sangat penting pada keberhasilan program IB, karena memiliki peran sentral dalam kegiatan pelayanan IB. Faktor manusia, sarana dan kondisi lapangan merupakan faktor yang sangat dominan. Berkaitan dengan manusia sebagai pengelola ternak, motivasi seseorang untuk mengikuti program atau aktivitas-aktivitas baru banyak dipengaruhi oleh aspek sosial dan ekonomi. Faktor sosial ekonomi antara lain usia, pendidikan, pengalaman, pekerjaan pokok dan jumlah kepemilikan sapi kesemuanya akan berpengaruh terhadap manajemen pemeliharaannya yang pada akhirnya mempengaruhi pendapatan. Adapun keberhasilan adopsi teknologi Inseminasi buatan pada peternak sapi potong di Kecamatan Lalabata cukup tinggi, sesuai dari informan (inseminator mandiri) menunjukkan bahwa jumlah sapi yang di Inseminasi Buatan pada Tahun 2016 yaitu hingga bulan Agustus sudah tercatat 27 ternak sapi yang sudah di IB sementara pada tahun 2015 ternak sapi yang di IB hanya 15 ekor dan yang berhasil lahir adalah 9 ekor sapi

338 KESIMPULAN Dari hasil kegiatan penyuluhan dan pelatihan tentang Inseminasi Buatan dapat disimpulkan : 1. Minat dan motivasi peternak di kelurahan Salokaraja,Kecamatan Lalabata,Kabupaten Soppeng cukup tinggi dengan tingkat kehadiran peternak yang banyak pada saat penyuluhan yaitu 30 orang dari kelompok Latobaja dan kelompok Tunas Muda 2. Tingkat adopsi teknologi IB pada kelompok Latobaja dan kelompok Tunas Muda yang berada dilokasi kelurahan Salokaraja,Kecamatan Lalabata cukup tinggi dari tahun 2015 ke tahun 2016 yaitu pada tahun 2015 ternak sapi yang di IB sebanyak 15 ekor dengan tingkat kelahiran 9 ekor(60 %) sementara ternak sapi yang di Inseminasi Buatan hingga bulan Agustus yaitu 29 ekor sapi SARAN Sebaiknya penyuluhan dan kegiatan pelatihan sering dilakukan oleh dinas terkait serta pemberian bukti nyata pada peternak yaitu sapi hasil Inseminasi Buatan dengan nilai jual tinggi agar adopsi peternak sapi potong terhadap teknologi Inseminasi Buatan dapat meningkat lagi UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mencupkan terima kasih kepada Kemenristek dikti yang telah memberikan bantuan dana pengabdian pada masyarakat IbW dan Pemerintah Kabupaten Soppeng yang telah memberikan bantuan dana serta fasilitas sehingga IbW Kecamatan Lalabata dapat terlaksana begitu juga dengan Ketua Kelompok Latobaja dan Ketua Kelompok Tunas Muda yang bekerjasama dalam melakukan kegiatan Ipteks bagi Wilayah(IbW) Kecamatan Lalabata,Kabupaten Soppeng. DAFTAR PUSTAKA Ansar.2014. Faktor-Faktor yang mempengaruhi kemudahan pemeliharaan ternak kambing kacang dengan sistem semi intensif di desa Borongtala kec.tamalate.kab.jeneponto.skripsi.jurusan Sosial Ekonomi.Fakultas Peternakan UNHAS Baba, S. Dan M. Risal. 2014. Preferensi dan tingkat pengetahuan peternak tentang teknologi IB di kabupaten Barru. Proseeding seminar nasional Peningkatan Produktivitas Ternak Lokal, Abstrak, Makassar, 9 Oktober 2014. Bahar, L.D., S. Baba, dan S.N. Siradjuddin. 2014. Hambatan adopsi Inseminasi buatan di Kabupaten Barru. Proseeding seminar nasional Peningkatan Produktivitas Ternak Lokal, Abstrak,Makassar, 9 Oktober 2014. Ismaya,1999. Kawin Buatan pada sapi dan Kerbau. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Hartati, S. 2010. Pedoman Pelaksanaan Inseminasi Buatan Pada Ternak Sapi. Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta. Murwanto,A.G. 2008.Karakteristik peternak dan tingkat masukan teknologi peternakan sapi potong di lembah prafi kabupaten manokwari. Jurnal ilmu peternakan,3(1),pp :8-15 Nurtini, S. 2008. Kajian sosial ekonomi pelaksanaan inseminasi buatan sapi potong di Kabupaten Kebumen. Jurnal MEDIAGRO 1 VOL 4. NO 2:1-12.

339 Nugraha.A. 2015. Tingkat Adopsi Teknologi IB(Inseminasi Buatan) pada Peternak Sapi Potong di Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng.Skripsi. Jurusan Sosial Ekonompi Peternakan.Fakultas Peternakan UNHAS. Natasukarya, AM, Wahyuni, S.Rahmawati. S...Suparyanto, A.Sukarsih.1993. Peranan Wanita dalam sistem usaha tani ternak.prosiding Pengolahan dan Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian Peternakan di perdesaan.pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan;pp:55-61(in Indonesia) W.Roesalli,E.Prasetyo,S.Marzuki,Oktarian. 2005.Pengaruh Teknologi Terhadap Produktivitas dan Pendapatan Peternak Sapi Potong di desa Canden,kecamatan Jetis, kabupaten Bantul.Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner,,pp :545-550