IV. PENGARUH TANAMAN PEMBATAS PINGGIR DI PERTANAMAN CABAI MERAH TERHADAP KELIMPAHAN SERANGGA PREDATOR

dokumen-dokumen yang mirip
VI. PEMBAHASAN UMUM Strategi pengendalian B. tabaci dengan Perpaduan Pemanfaatan Tanaman Pembatas Pinggir dan Predator

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian.

III. PENGARUH TANAMAN PEMBATAS PINGGIR DI PERTANAMAN CABAI MERAH

BAB VII PEMBAHASAN UMUM. Komunitas laba-laba pada ekosistem padi sangat penting untuk

DESAIN KONSERVASI PREDATOR DAN PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA PERTANAMAN PADI

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

BAHAN DAN METODE. Gambar 2 Mikroskop video Nikon SMZ-10A (a), dan Alat perekam Sony BLV ED100 VHS (b)

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

PERNYATAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Kajian Potensi Predator Coccinellidae untuk Pengendalian Bemisia tabaci (Gennadius) pada Cabai Merah

PEMANFAATAN TANAMAN PEMBATAS PINGGIR DAN PREDATOR COCCINELLIDAE UNTUK PENGENDALIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Perbanyakan B. tabaci dan M. persicae

Kelimpahan dan Keanekaragaman Spesies Serangga Predator Selama Satu Musim Tanam Padi Ratun di Sawah Pasang Surut

Jurnal Agrikultura Volume 19, Nomor 3, Tahun 2008 ISSN

Dinamika Populasi Bemisia tabaci Genn. dan Jenis Predator yang ditemukan pada tanaman Kedelai Edamame (Glycine max

SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT BIODIVERSITAS INDONESIA UNAND PADANG, 23 APRIL Biodiversitas dan Pemanfaatannya untuk Pengendalian Hama

Keanekaragaman dan Parasitasi Parasitoid Telur Walang Sangit pada Lanskap Pertanian Berbeda di Lombok Timur

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN PREDATOR UNTUK MENGENDALIKAN KUTU KEBUL (BEMISIA TABACI), VEKTOR PENYAKIT KUNING PADA CABAI DI KABUPATEN TANGGAMUS

Banda Aceh-Medan, Kampus UNIMAL Cot Tengku Nie, Reuleut, Kabupaten Aceh Utara. Kamper Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo

SEMINAR TUGAS AKHIR DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

ANALISIS KEMIRIPAN KOMUNITAS ARTROPODA PREDATOR PENGHUNI PERMUKAAN TANAH SAWAH RAWA LEBAK DI SUMATERA SELATAN DENGAN LAHAN PINGGIR DI SEKITARNYA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Kehadiran Gulma terhadap Jumlah Populasi Hama Utama Kubis pada Pertanaman Kubis

KELIMPAHAN POPULASI ARTROPODA PREDATOR PENGHUNI TAJUK PERTANAMAN KEDELAI. Luice A. Taulu dan A. L. Polakitan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Hama pada Pertanaman Edamame Hama Edamame pada Fase Vegetatif dan Generatif

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

MUSUH ALAMI PREDATOR TANAMAN PADI (Oryza Sativa L) PADA AGROEKOSISTEM BERBEDA ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Perbandingan Keanekaragaman Spesies dan Kelimpahan Arthropoda Predator Penghuni Tanah di Sawah Lebak yang Diaplikasi dan Tanpa Aplikasi Insektisida

commit to users I. PENDAHULUAN

DINAMIKA POPULASI HAMA PENYAKIT UTAMA JAGUNG DAN MUSUH ALAMINYA

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

DINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG. S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia

BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR, 2(2):12-18, 2017

Pengaruh Pemanfaatan Tanaman Pembatas Pinggiran Terhadap Populasi Hama dan Musuh Alami Pada Pertanaman Kubis (Brassica Oleracea L.

HUBUNGAN ANTARA POPULASI KUTU KEBUL (BEMISIA TABACI GENN.) DAN PENYAKIT KUNING PADA CABAI DI LAMPUNG BARAT

APLIKASI BEBERAPA PENGENDALIAN TERHADAP LALAT BIBIT (Ophiomya phaseoli Tryon) DI TANAMAN KEDELAI. Moh. Wildan Jadmiko, Suharto, dan Muhardiansyah

POPULASI REDUVIIDAE PADA SAWAH KONVENSIONAL DAN ORGANIK DI DESA SITU GEDE, KECAMATAN BOGOR BARAT, BOGOR IQBAL EKA WINARSAH

POTENSI PREDATOR FAMILI : COCCINELLIDAE UNTUK MENGENDALIKAN. HAMA TANAMAN CABAI MERAH Thrips parvispinus. Oleh Pasetriyani Eddy Tarman

POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK

KOMPLEKSITAS HAMA DAN MUSUH ALAMI PADA PERTANAMAN CABAI RAWIT PUTIH (Capsicum frutescens L. var. Sret)

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

Seminar Nasional PEI, Jogjakarta 2 Oktober 2010

Keragaman Serangga Musuh Alami Kutu Sisik Lepidosaphes beckii Pada Jeruk Keprok Dan Jeruk Manis

IDENTIFIKASI PARASITOID DAN PREDATOR KUTU KEBUL PADA TANAMAN MURBEI (Morus sp)

PENGARUH BENTUK FORMULASI PAKAN BUATAN COCCINELLA SP. (COLEOPTERA: COCCINELLIDAE) TERHADAP DAYA TAHAN PAKAN BUATAN

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Keanekaragaman Komunitas Artropoda Predator Tanaman Padi yang Aplikasi Boinsektisida Berbasis Jamur Entomopatogen Daerah Rawa Lebak Sumatera Selatan

TEKNIK PENGAMATAN POPULASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN MUSUH ALAMI SERTA ANALISIS KERUSAKAN

SKRIPSI. Oleh Okky Ekawati H

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM...

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 3 Nomor 1 Mei 2016

BALITSA & WUR the Netherlands,

ASOSIASI SERANGGA PREDATOR DAN PARASITOID DENGAN BEBERAPA JENIS TUMBUHAN LIAR DI EKOSISTEM SAWAH ABSTRACT

Neraca kehidupan kutukebul Bemisia tabaci (Gennadius) (Hemiptera: Aleyrodidae) pada tanaman cabai dan gulma babadotan pada suhu 25 C dan 29 C

Pengaruh Habitat Sekitar Lahan Persawahan dan Umur Tanaman Padi terhadap Keanekaragaman Hymenoptera Parasitika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

Biologi dan Kemampuan Memangsa Paederus fuscipes Curtis. Bemisia tabaci Gennadius. terhadap. (Homoptera:

KELIMPAHAN POPULASI KUTU KEBUL PADA GENOTIPE KEDELAI

KEJADIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN CABAI KECIL YANG DIBUDIDAYAKAN SECARA VERTIKULTUR DI SIDOARJO ABSTRAK

Jurnal Agrikultura Volume 19, Nomor 3, Tahun 2008 ISSN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

I. PENDAHULUAN. Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar

MENGELOLA LEDAKAN HAMA DAN PENYAKIT PADI SAWAH PADA AGROEKOSISTEM YANG FRAGIL DENGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU BIOINTENSIF

Keanekaragaman Coccinelidae predator dan kutu daun (Aphididae spp.) pada ekosistem pertanaman cabai

MANIPULASI HABITAT SEBAGAI SOLUSI TERJADINYA OUTBREAK WERENG COKLAT

II. TINJAUAN PUSTAKA

Penyebaran Penyakit Kuning pada Tanaman Cabai di Kabupaten Tanggamus Dan Lampung Barat

PENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara)

KARAKTERISTIK PREDASI Amblyseius deleoni DAN Phytoseius sp. RESISTEN SUPRASIDA TERHADAP Brevipalpus phoenicis ABSTRAK

Erlinda Damayanti, Gatot Mudjiono, Sri Karindah

BAB I PENDAHULUAN. Kubis merupakan produk urutan ketiga sayuran yang dibutuhkan oleh

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

Keanekaragaman Jenis Serangga Di Berbagai Tipe Lahan Sawah

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat-

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN:

Struktur Komunitas Hama Pemakan Daun Kubis dan Investigasi Musuh Alaminya

KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN LABA-LABA PADA PERTANAMAN PADI ORGANIK DAN KONVENSIONAL DI KABUPATEN NGAWI, JAWA TIMUR RETNO ANGGRAENI

Permasalahan OPT di Agroekosistem

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN

STUDI ARTHROPODA PREDATOR PADA EKOSISTEM TANAMAN TEMBAKAU VIRGINIA DI LOMBOK TENGAH

PERKEMBANGAN POPULASI Aphis gossypii GLOVER (HOMOPTERA: APHIDIDAE) DAN KUMBANG LEMBING PADA TANAMAN CABAI MERAH DAN RAWIT DI INDERALAYA

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

HUBUNGAN ANTARA POPULASI KUTU KEBUL (Bemisia tabacigenn) DAN KETERJADIAN PENYAKIT KUNING PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) DI DATARAN RENDAH.

MORTALITAS HAMA WERENG PUNGGUNG PUTIH SETELAH DIMANGSA OLEH SERANGGA PREDATOR (PENGAMATAN VISUALISASI DI GREEN HOUSE)

STRUKTUR KOMUNITAS DAN POTENSI KUMBANG CARABIDAE DAN LABA- LABA PENGHUNI EKOSISTEM SAWAH DATARAN TINGGI SUMATERA SELATAN

*) Dibiayai Dana DIPA Universitas Andalas Tahun Anggaran 2009 **) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Univ.Andalas Padang

Transkripsi:

IV. PENGARUH TANAMAN PEMBATAS PINGGIR DI PERTANAMAN CABAI MERAH TERHADAP KELIMPAHAN SERANGGA PREDATOR (The Effect of border crops in chillipepper plantation to abundance of predacious insect) Abstrak Pengendalian serangga vektor B. tabaci merupakan strategi penting untuk menekan penyakit daun keriting kuning cabai. Pengendalian dengan pemanfaatan tanaman pembatas pinggir disamping efektif terhadap B. tabaci, juga dapat mendorong konservasi musuh alami seperti predator. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh tanaman pembatas pinggir di pertanaman cabai merah terhadap kelimpahan predator penting B. tabaci. Perlakuan pada pertanaman cabai merah di dilapangan terdiri atas empat jenis pembatas pinggir yaitu: Kain sifon, tanaman jagung, tanaman orok-orok dan tanpa pembatas pinggir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan tanaman pinggir di pertanaman cabai merah berpengaruh nyata meningkatkan kelimpahan serangga predator penting B. tabaci. Kelimpahan predator tertinggi terdapat pada pertanaman cabai dengan perlakuan jagung sebagai pembatas pinggir yaitu sebesar 48 ekor/15 tanama dan yang terendah pada petak perlakuan dengan kain sifon sebagai pembatas pinggir yaitu sebesar 18.67 ekor/15 tanaman. Hasil identifikasi ditemukan 9 spesies predator yang berpotensi sebagai musuh alami B. tabaci, yaitu Menochilus sexmaculatus, Coccinella transversalis, Verania lineata, Harmonia sp., Verania discolor, Curinus coeruleus, Coelophora sp. (Coleoptera: Coccinellidae), Paederus fuscipes (Coleoptera: Stapilinidae), dan Condylostylus sp. (Diptera: Dolychopodidae). Predator yang dominan dibandingkan yang lain adalah M. sexmaculatus, C. transversalis dan V. lineata. Kata kunci: Tanaman pembatas pinggir, Predator, B. tabaci, Cabai merah Abstract Controlling insect vector B. tabaci is important to suppress pepper yellow leaf curl disease. Field research was conducted in Yogyakarta (Minggir Subdistrict, Sleman District) in June 2011 to January 2012. The objectives of the research were to study the effect of border crops (maize, crotalaria) in chillipepper crop to abundance of predator species. The study were examined by four kinds of borders i.e. chiffon fabric, maize, crotalaria (Fabaceae) and no border. The results showed that border crop especially maize could enhance the abundance of important predators of B. tabaci. The highest abundance of predators was on chili pepper plantation with maize border (48 individu/15plant) and the lowest abundance of predators was on chili pepper plantation with chiffon fabric border (18.67 individu/1plant). Nine predator spescies of B. tabaci were identified i.e. Menochilus sexmaculatus, Coccinella transversalis, Verania lineata, Harmonia sp., Verania discolor, Curinus coeruleus, Coelophora sp. (Coleoptera: Coccinellidae), Paederus fuscipes (Coleoptera: Stapilinidae), and Condylostylus

47 sp. (Diptera: Dolychopodidae). The most commonly found predator species were M. sexmaculatus, C. transversalis and V. lineata. Key words: Border crop, B. tabaci, chillipepper, predator. Pendahuluan Pengendalian hama sesungguhnya telah menjadi bagian dari kegiatan budidaya tanaman itu sendiri sejak manusia mengusahakan pertanian. Usaha tersebut terus berkembang hingga sekarang, tetapi masalah hama justru berkembang semakin rumit dan sulit dikendalikan. Hal ini terjadi karena dalam usaha pengendalian hama tersebut semata-mata hanya ditujukan untuk memusnahkan organisme pengganggu tanaman, tanpa memperhatikan kaidahkaidah ekologik seperti keseimbangan dan kestabilan ekosistem. Oleh karena itu cara pengendalian hama semacam ini harus segera ditinggalkan dan beralih ke konsep pengelolaan hama yang berwawasan ekologi. Pengendalian hama dengan cara bercocok tanam seperti pemanfaatan tanaman pinggir dapat mendorong stabilitas ekosistem sehingga populasi hama dapat ditekan dan berada dalam kesetimbangannya (Settle et al. 1996). Jenis tanaman pinggir yang dipilih harus mempunyai fungsi ganda yaitu, disamping sebagai penghalang masuknya imago B. tabaci ke pertanaman cabai merah, juga sebagai tanaman refugia yang berfungsi untuk berlindung sementara dan penyedia tepung sari untuk makanan alternatif predator, jika mangsa utama populasinya rendah atau tidak ada di pertanaman cabai merah (Untung 2006). Teknik bercocok tanam seperti penanaman tanaman pinggir dapat mendorong konservasi musuh alami seperti predator. Naranjo (2001) menambahkan dalam hasil penelitiannya bahwa populasi predator dan parasitoid terutama yang generalis pada vegetasi yang beragam relatif stabil, dan bertahan lama, sebab makanan seperti tepung sari dan nektar tersedia lebih berkesinambungan, serta adanya tempat berlindung dan mikrohabitat yang sesuai. Dengan demikian, pengendalian hama dengan pemanfaatan tanaman pinggir dapat meningkatkan keragaman vegetasi dan pada gilirannya juga meningkatkan keanekaragaman musuh alami seperti predator. Artropoda predator yang menyerang B. tabaci dan mendominasi ekosistem cabai merah adalah ordo Coleopetera, famili Coccinellidae (Setiawati 2005; Sudrajat 2009). Artropoda predator tersebut dapat digolongkan ke dalam penghuni

48 tajuk dan penghuni permukaan tanah. Petani dalam bercocok tanam cabai merah pada umumnya menggunakan mulsa plastik hitam perak, sehingga mengurangi keragaman vegetasi gulma dan pada gilirannya akan mengurangi kelimpahan jenis dan individu predator yang berada di permukaan tananh, oleh karena itu penelitian yang dilakukan dikonsentrasikan terhadap artropoda predator penghuni tajuk. Sampai saat ini penelitian-penelitian mengenai pengendalian hama dengan pemanfaatan tanaman pinggir semata-mata hanya dititik beratkan dalam menekan populasi hama dan belum memperhatikan dampaknya terhadap musuh alami seperti predator. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh pemanfaatan tanaman pinggir terhadap musuh alami seperti predator. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan tanaman pembatas pinggir pada pertanaman cabai merah terhadap kelimpahan predatornya penting B. tabaci. Bahan dan Metode Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni 2010 sampai dengan Januari 2011 di kebun petani di Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Daerah tersebut di atas dipilih karena diketahui sebagai daerah endemik penyakit daun keriting kuning cabai. Percobaan dilakukan pada pertanaman cabai merah dengan perlakuan berbagai jenis tanaman pembatas pinggir. Perlakuan terdiri atas: 1) Pesemaian disungkup dan tanaman pembatas pinggir orok-orok (S+O), 2) Pesemaian disungkup dan tanaman pembatas pinggir jagung (S+J), 3) Pesemaian disungkup dan pembatas pinggir kain sifon ketinggian 2m (S+K) dan 4) Pesemaian disungkup dan tanpa pembatas pinggir (S+T) (Lampiran 1 c f ). Luas setiap petak perlakuan 33.2 m x 12.5 m dan jarak antar petak 2 m. Dalam setiap petak perlakuan lebar tanaman pinggir 1.5 m, jarak tanaman pinggir dengan tanaman cabai 1 m. Jumlah bedengan 18, jarak antar bedengan 60 cm, setiap bedengan terdapat 30 tanaman cabai dengan jarak tanam 50 cm x 60 cm, total tanaman cabai 540. Pesemaianan cabai merah keriting varietas TM.999 dilaksanakan dengan menggunakan sungkup. Ukuran sungkup lebar 1.5 m, panjang 4m dan tinggi 1.5

49 m. Sungkup dilengkapi dengan 2 pintu masuk, dinding sungkup terbuat dari kain sifon, sedangkan atapnya menggunakan plastik transparan sehingga cahaya matahari masih tembus ke dalam sungkup (Lampiran 1a). Penanaman tanaman pinggir jagung dan orok-orok dilakukan 2 kali, sedangkan kain sifon di pasang sekali selama satu musim tanam cabai merah. Kain sifon dengan ketinggian 2 m dipasang seminggu sebelum tanam cabai merah. Untuk tanaman pinggir jagung dan orok-orok penanaman pertama masingmasing 5 dan 4 minggu sebelum tanam cabai merah, sedangkan penanaman ke dua hampir bersamaan yaitu 6 minggu setelah tanam cabai merah. Penanaman tanaman pinggir jagung dan orok-orok terdiri atas 6 baris mengelilingi tanaman cabai merah dan setiap kali tanam terdiri atas 3 baris. Jarak antar tanaman jagung 25 cm, sedang antar baris 25 cm yang ditanam secara sigsag. Tanaman orok-orok ditanam rapat tanpa jarak tanam sepanjang larikan (baris), sedangkan jarak antar baris 25 cm (Lampiran 1). Bibit cabai merah yang ditanam berumur 28 hari setelah semai, dengan jarak tanam 50 cm x 60 cm. Penanaman cabai merah menggunakan mulsa plastik (permukaan bawah berwarna hitam dan permukaan atas berwarna perak). Pupuk dasar yang terdiri atas 40 ton/ha pupuk kandang dan pupuk buatan TSP 200kg/ha diberikan sebelum tanam; Urea : 200 kg/ha diberikan 3 kali pada umur 3, 6 dan 9 mst; ZA : 500 kg/ha diberikan 3 kali pada umur 3, 6 dan 9 mst; dan KCl : 200 kg/ha diberikan 3 kali pada umur 3, 6 dan 9 mst. Pemeliharaan tanaman seperti penyiraman dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman di lapangan, sehingga secara agronomis tanaman dapat tumbuh dengan baik. Penyiangan dilakukan dalam satu musim tanam empat kali atau menurut kebutuhan di lapangan. Pengendalian hama dan penyakit bukan sasaran apabila dianggap perlu digunakan pestisida, maka penggunaan pestisida tersebut diupayakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu tujuan percobaan, sehingga penarikan kesimpulan hasil percobaan tidak mengalami kesalahan. Pengamatan dilakukan pada 15 tanaman contoh per petak perlakuan. Tanaman contoh ditentukan secara sistematis diagonal. Pengamatan dilakukan mulai umur tanaman cabai merah 4 sampai 14 mst, dengan interval 2 minggu. Pengambilan artropoda predator B. tabaci dilakukan dengan menggunakan mesin

50 pengisap (D-vac) (Kogan dan Pitre 1980; Whitcomb 1980; Andow 1991). Sebelum pengisapan dilakukan, tanaman contoh disungkup dengan kurungan yang terbuat dari plastik berkerangka bambu, dengan ukuran diameter 50cm bagian bawah dan 25cm bagian atas. Pengambilan artropoda predator B. tabaci berlangsung antara pukul 07.00 sampai dengan 09.00. Artropoda predator yang diperoleh dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium berdasarkan kunci identifikasi yang tersedia (Borror dan White 1970; Kalshoven 1981; Borror et al. 1989; Barrion dan Litsinger 1990). Hasil dan Pembahasan Dari hasil identifikasi pada percobaan pemanfaatan berbagai jenis tanaman pinggir di pertanaman cabai merah ditemukan 9 jenis predator yang berpotensi sebagai musuh alami B. tabaci (Gambar 4.1). Predator B. tabaci yang ditemukan terdiri atas 7 spesies dari famili Coccinellidae (Coleoptera), 1 spesies dari famili Staphilinidae (Coleoptera) dan 1spesies dari famili Dolichopodidae (Diptera) (Tabel 4.1). Penelitian eksplorasi musuh alami yang dilakukan oleh Sudrajat (2009) di Jawa Barat, juga menemukan 8 jenis spesies predator B. tabaci yaitu Menochilus sexmaculatus, Coccinella transversalis, Harmonia sp, Curinus coeruleus., dan Delphastus sp (Coleoptera: Coccinellidae), Paederus fuscipes (Coleoptera: Staphylinidae) dan Condylostylus sp. (Diptera: Dolichopodidae). Penelitian eksplorasi musuh alami di Jawa Barat, Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta Hidayat et al. (2009) juga menemukan Verania lineata (Coleoptera: Coccinellidae) selain 8 spesies predator yang sama. Spesies predator yang dominan dibandingkan yang lain adalah M. sexmaculatus, C. transversalis dan Verania lineata (Coleoptera: Coccinellidae). Hal yang sama dilaporkan oleh Purnomo dan Sudiono (2009) bahwa populasi serangga predator M. sexmaculatus dan V. lineata cukup dominan dibandingkan serangga predator lainnya pada pola tanam tumpangsari cabai merah dengan jagung. Penelitian lain mengemukakan bahwa Coccinellidae merupakan musuh alami yang penting untuk memangsa B. tabaci (Gerling 1990). Berdasarkan hasil penelitian di laboratorium Setiawati et al. (2006) dan Sudrajat (2009) melaporkan bahwa jenis predator yang potensial dikembangkan untuk pengendalian B. tabaci

51 adalah serangga serangga dari famili Coccinellidae seperti M. sexmaculatus, C. transversalis, Harmonia sp. dan C. coeruleus dengan daya pemangsaan rata-rata sekitar 65%. M. sexmaculatus C. transversalis Harmonia sp. Coelophora sp. V. lineata V. discolor C. coeruleus P. fuscipes Condylostylus sp. Gambar 4.1 Jenis serangga predator B. tabaci yang ditemukan di pertanaman cabai merah dengan tanaman pinggir

52 Tabel 4.1 Jenis dan jumlah serangga predator B. tabaci/15 tanaman di pertanaman cabai merah dengan perlakuan berbagai jenis tanaman pinggir Jenis serangga predator Ordo Famili Spesies Kain sifon Orokorok Jenis pembatas pinggir Jagung Tanpa pinggir Coleoptera Coccinellidae M. sexmaculatus 6.17 7.50 11.5 8.33 C. transversalis 5.83 7.50 11.17 7.66 V. lineate 2.00 5.20 7.83 5.83 V. discolor 0.17 0.17 1.17 0.67 Harmonia sp. 0.00 0.17 1.33 0.67 Coelophora sp. 0.00 0.00 1.17 0.17 C. coeruleus 1.17 2.67 6.00 3.00 Staphylinidae P. fuscipes 2.83 3.16 5.50 3.33 Diptera Dolichopodidae Condylostylus sp 0.50 1.00 2.33 1.83 Rerata Jumlah individu (ekor/15 tanaman)* 18.67a 26.50b 48.00d 31.66c Proporsi jumlah individu (%) 15 21 39 25 Jumlah jenis 7 8 9 8 * Angka rerata yang diikuti oleh huruh yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan Kelimpahan serangga predator tertinggi terdapat pada pertanaman cabai dengan perlakuan tanaman jagung sebagai pinggir (Tabel 4.1). Hal tersebut terjadi karena dibandingkan tanaman orok-orok, tanaman jagung lebih banyak menghasilkan tepung sari serta banyak ditemukan mangsa alternatif seperti kutudaun. Menurut Naranjo (2001) mangsa alternatif tersebut merupakan sumber pakan (mangsa) yang tersedia dalam waktu lama bagi predator yang pada umumnya bersifat generalis. Penelitian lain mengemukakan bahwa dengan tersedia nektar dan tepung sari serta mikrohabitat yang sesuai menyebabkan predator dapat mempertahankan kemampuan reproduksinya dan meningkatkan lama hidup (Andow 1991; Perfecto & Sediles 1992; Norris dan Kogan 2005). Perkembangan kelimpahan predator di pertanaman cabai merah baik yang menggunakan tanaman pinggir maupun yang tanpa pembatas pinggir, secara umum tampak bahwa predator ditemukan sejak awal pertumbuhan tanaman cabai (4 mst), pada saat populasi B. tabaci masih rendah (Gambar 4.2). Hal ini menunjukkan bahwa predator tersebut mempunyai kemampuan menginvasi dan mengolonisasi suatu agroekosistem secara cepat. Perkembangan kelimpahan

53 predator sejak 4 mst meningkat terus seiring dengan bertambahnya umur tanaman dan kelimpahan predator mencapai maksimum pada umur tanaman cabai sekitar 8-10 mst, setelah itu populasi imago turun kembali seiring dengan bertambahnya umur tanaman (Gambar 4.2). Fenomena ini diduga berkaitan dengan meningkatnya laju kolonisasi sebagai fungsi dari berkembangnya ruang habitat yang berupa tajuk tanaman (Cullin dan Rust 1980). Bertambahnya umur tanaman diikuti oleh perubahan ukuran dan bentuk tajuk tanaman yang menyediakan lebih banyak relung yang dapat ditempati oleh predator (Shepard dan Herzog 1985). Dalam kaitan ini tidak hanya fisik tajuk yang bertambah, tapi pada saat yang bersamaan sumber daya makanan yang berupa mangsa juga bertambah sehingga mampu mendukung populasi predator yang lebih banyak (Gambar 4.2). Perkembangan kelimpahan predator seiring dengan perkembangan populasi nimfa B. tabaci, walaupun dari hasil analisis korelasi antara kelimpahan predator dengan populasi nimfa B. tabaci memperoleh nilai korelasi yang rendah (r = -1597) (Gambar 4.3). Hal tersebut berarti perkembangan kelimpahan predator tidak dipengaruhi secara langsung oleh perkembangan populasi nimfa B. tabaci. Hal ini terjadi karena disamping populasi nimfa B. tabaci yang ditemukan di pertanaman cabai merah tergolong rendah yaitu kurang dari 3 nimfa/daun, juga ada kaitannya dengan sifat predator yang pada umumnya generalis sehingga tidak terlalu bergantung pada mangsa utamanya (hama tertentu saja), karena dapat memanfaatkan berbagai mangsa alternatif yang ada pada saat itu (Settle et al. 1996). Musuh alami yang demikian memiliki potensi untuk mengekang peningkatan populasi hama sejak dini (Wiedenmann dan Smith 1997).

54 Gambar 4.2 Kelimpahan predator/15 tanaman (A) dan jumlah nimfa B. tabaci/daun (B) di pertanaman cabai merah dengan berbagai pembatas pinggir Gambar 4.3 Regresi populasi B. tabaci dengan kelimpahan predatornya di pertanaman cabai merah.

55 Simpulan Pemanfaatan tanaman pembatas pinggir di pertanaman cabai merah berpengaruh nyata terhadap kelimpahan predator penting B. tabaci. Pemanfaatan pembatas pinggir tanaman jagung di lahan pertanaman cabai merah dapat meningkatkan kelimpahan serangga predator. Kelimpahan predator tertinggi ditemukan di pertanaman cabai dengan perlakuan jagung sebagai pembatas pinggir yaitu sebesar 48 ekor/15 tanama dan yang terendah pada petak perlakuan dengan kain sifon sebagai pembatas pinggir yaitu sebesar 18.67 ekor/15 tanaman, sedangkan pada petak perlakuan tanpa pembatas pinggir sebesar 31.66 ekor/15 tanaman. Predator ditemukan sejak awal pertumbuhan tanaman cabai (4 mst), pada saat populasi B. tabaci masih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa predator tersebut mempunyai kemampuan menginvasi dan mengolonisasi suatu agroekosistem secara cepat. Hasil identifikasi ditemukan 9 spesies predator yang berpotensi sebagai musuh alami B. tabaci, yaitu M. sexmaculatus, C. transversalis, V. lineata, Harmonia sp., V. discolor, C. coeruleus, Coelophora sp. (Coleoptera: Coccinellidae), P. fuscipes (Coleoptera: Stapilinidae), dan Condylostylus sp. (Diptera: Dolychopodidae). Predator yang paling dominan adalah M. sexmaculatus, C. transversalis dan V. lineata. Daftar Pustaka Andow DA. 1991. Vegetational diversity dan arthropod population response.annu.rev. Entomol. 36: 561 586. Barrion AT, Litsinger JA. 1990. Taxonomy of rice insect pests and their arthropod parasites and predators. Departement of Entomology, International Rice Research Institute. Manila. 580 p. Borror DJ, White RE. 1970. A field guide to the insect of America North of Mexico. Houghton Mifflin Company. Boston. Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1989. An introduction to the study of insects. 6 ed. Saunders College Publishing. 875 pp. Cullin CD, Rust RW. 1980. Comparison of the ground surface and foliage dwelling spider communities in a soybean habitat. Environ. Entomol. 9(5): 577 582.

56 Gerling D. 1990. Natural enemies of whitelies; predator and parasitoids. In Whiteflies; Their Bionomics, Pest Status and Management, ed Dgarling, pp 147 185. Andover; Intercept Ltd. Hidayat P, Setiawati W, Murtiningsih RRR, Udiarto BK. 2009. Strategi pemanfaatan musuh alami dalam pengendalian Bemisia tabaci (Gennadius) (Hemiptera: Aleyrodidae) sebagai vektor virus kuning pada pertanaman cabai merah. Laporan Penelitian KKP3T. Intitut Pertanian Bogor. Bogor. Kalshoven LGE. 1981. Pests of Crops in Indonesia. Revisi oleh P.A. van der Laan. PT Ichtiar Baroe- van Hoeve. Jakarta. 701 pp. Kogan M, Pitre HN. 1980. General sampling methods for above-ground populations of soybean arthropods. In Kogan M, DC Herzog (ed.) Sampling method in soybean entomology. Springer-Verlag. NewYork. 587p. Naranjo SE. 2001. Conservation and evaluation of natural enemies in IPM System for Bemisia tabaci. Crop Protection. 20: 835 852. Norris FF and Kogan M. 2005. Ecology of interaction between weeds and arthrophods. Ann. Rev. Entomol. 50: 479 503. Perfecto I, Sediles A. 1992. Vegetational diversity, ants (Hymenoptera: Formicidae), and herbivorous pest in a neotropical agroecosystem. Environ. Entomol. 21(1):61 67. Purnomo, Sudiono. 2009. Populasi kutukebul (B. tabaci Genn.) pada berbagai pola tanam cabai (Capsicum annuum L.). Jurnal Pertanian Terapan. 9(2): 86 89. Setiawati, W. 2005. Pengelolaan Terpadu pada Tanaman Cabai Merah dalam Upaya Mengatasi Penyakit Virus Kuning. Makalah disampaikan pada Pertemuan Apresiasi Penerapan Penganggulangan Virus Cabai, Yogyakarta, 14 15 April 2005. Setiawati W, Udiarto BK. 2006 Daya Pemangsaan Predator Menochilus sexmaculatus (Coleoptera: Coccinellidae) terhadap Bemisia tabaci (Homoptera: Aleyrodidae). Laporan Hasil Penelitian T.A. 2006. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang-Jawa Barat. Settle WH, Ariawan H, Astuti ET, Cahyana W, Hakim AL, Hindayana D, LestariAS, Pajarningsih, Sartanto. 1996. Managing Tropical Rice Pests Through Conservation of Generalist National Enemies and Alternative Prey. Ecology. The Ecological Society of America. 77 (7): 1957 1988. Shepard M, Herzog DC. 1985. Soybean: Status and current limits to biological control in the Southeastern U.S. in Hoy MA and DC Herzog (ed). Biological control in agricultural IPM system. Academic press. Inc. Orlando. 589p.

57 Sudrajat. 2009. Eksplorasi Musuh Alami Kutukebul (Bemisia tabaci) di Jawa Barat (Pangalengan, Ciwidey, Lembang dan Kerawang) pada Tanaman Sayuran. Laporan Sementara Hasil Penelitian untuk Disertasi S-3. Universitas Padjadjaran. Untung K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Whitcomb WH. 1980. The use of predators in insect control. In Pimental D (ed.) CRC Handbook of pest management in agriculture vol. II. CRC Press Inc. Boca Raton, Florida. Wiedenmann RN, Smith JW. 1997. Attributes of natural enemies in ephemeral crop habitat. Biol. Contr. 10: 16 22.