Gambar 7 Peta wilayah Kota Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 6 Peta Lokasi Penelitan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MODEL PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT (STUDI KASUS KOTA BANDUNG) ENDANG SARASWATI

III. METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Populasi dan Contoh

BAB III METODE PENELITIAN. Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo.. sampai dengan tanggal 25 Desember tahun 2012.

BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

(2000) yang dikutip oleh Kuncoro (2003) bahwa yang disebut dengan sampling yaitu

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. melaksanakan penelitian karena akan sangat berguna dalam memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

V. PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM PENGELOLAAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN KOTA BANDAR LAMPUNG. Abstrak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dan meningkatnya kegiatan pembangunan (Thrihadiningrum, 2010).

III METODE PENELITIAN

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA

MODEL PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT (STUDI KASUS KOTA BANDUNG) ENDANG SARASWATI

BAB III METODE PENELITIAN

ADLN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. 13 tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan reduce, reuse, dan recycle melalui

BAB I PENDAHULUAN. merupakan cara yang efektif untuk memutuskan rantai penularan penyakit,

PENGELOLAAN SAMPAH KERTAS DI INDONESIA

BUPATI POLEWALI MANDAR

31 kegiatan yang menyebabkan kerusakan di hulu DAS dan juga melihat bagaimana pemangku kepentingan tersebut melakukan upaya penyelamatan hulu DAS Cita

Tujuan, jenis dan cara pengumpulan data, metode analisis, dan output yang diharapkan. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

III. METODE PENELITIAN. andropause dengan depresi dimana pengukuran dan pengambilan variabel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI. 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Target Populasi pada penelitian ini adalah perempuan yang tinggal di daerah Paseban.

VII. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Visi Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan

BAB III METODE PENELITIAN. = 82,5 83 orang

BAB III METODE PENELITIAN. mempelajari dinamika kolerasi antar faktor-faktor risiko dengan efek, dengan

Prodi Teknik Lingkungan, Universitas Kristen Surakarta

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Di lingkup kelurahan Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KELANJUTAN UNIT PENGOMPOSAN BERBASIS MASYARAKAT ABSTRAK

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Halaman Pernyataan Halaman Persembahan Kata Pengantar. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel

Abstrak PENDAHULUAN. Volume 5, Nomor 2, Juni 2013 Hal Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN 108

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Provinsi DKI Jakarta Tahun

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III METODE PERENCANAAN

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

LOMBA KEBERSIHAN ANTAR RUKUN TETANGGA SE- BOGOR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. Kata Kunci : Timbulan sampah, proportional stratified random sampling, Kelurahan Bantan.

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR TABEL. 1. Nilai tambah PDB menurut subsektor Tahun Daftar nama perusahaan teh celup Indonesia

PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA DALAM MEMBUAT PRODUK DAUR ULANG SAMPAH DI KELURAHAN BALEARJOSARI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitis yaitu penelitian yang

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

Oleh: Drs. Paulus Hariyono, M.T. Sentot Suciarto A., Ph.D. Veronica Kusdiartini, SE., Msi Ir. E. Etty Listiati, M.T.

BAB III PENDEKATAN LAPANG

Kajian Timbulan Sampah Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis 3R Studi Kasus RW 17 Kelurahan Cilengkrang Kabupaten Bandung

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang telah ditentukan (Anwar dan Prihartono, 2003). Desain

BAB III METODE PENELITIAN

Bab 5 Analisis. Tabel 5.1. Wilayah Kecelakaan Kerja Berdasarkan Periode Tahun

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

BAB 4 METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan desain studi Cross Sectional yang bertujuan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

BAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi

POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU ZERO WASTE YANG BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG ABSTRAK

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan

RINGKASAN ANALISIS PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA BANDUNG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman.

Gambar 5 Peta administrasi kota Tangerang Selatan

Indikator Konten Kuesioner

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72%

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV POTENSI DAN PERMASALAHAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN BIDANG PENGELOLAAN SAMPAH DI METROPOLITAN BANDUNG

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah di Kota Bandung, dengan luas wilayah 16.729,00 hektar, terdiri dari 26 kecamatan. Gambar 8 menunjukkan peta administratif Kota Bandung yang terdiri dari 26 kecamatan. Kegiatan penelitian dilakukan dari pertengahan tahun 2004 sampai dengan awal tahun 2006. Gambar 7 Peta wilayah Kota Bandung 3.2. Formulasi Permasalahan Permasalahan umum dalam pengelolaan sampah di Indonesia adalah kapasitas atau kemampuan institusi atau pengelola yang lebih kecil dibandingkan jumlah sampah yang harus dikelola. Keadaan ini disebabkan oleh tidak seimbangnya sarana pengelolaan dengan jumlah sampah yang harus dikelola. Partisipasi nyata dari masyarakat sampai saat ini baru pada tahap membayar retribusi pengelolaan sampah. Di negara maju, misalnya Jepang, partisipasi sudah

30 sampai pada tingkat pemanfaatan sampah dengan tujuan memperkecil jumlah sampah yang harus dibuang (Budi 2006). Pemanfaatan sampah dapat dilakukan melalui usaha 3R yaitu reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), dan recycle (mendaur ulang) dengan tujuan menekan jumlah sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir. Beberapa negara telah mengarah kepada program 3R, salah satunya adalah negara bagian Victoria di Australia. Pada tahun 2004 negara bagian Victoria mencanangkan The Towards Zero Strategy dengan target pemanfaatan sampah mencapai 75% pada tahun 2014 (the State of Victoria, 2005). Kota Bandung dengan komposisi sampah kota yaitu 63,56% sampah organik dan 36,44% sampah anorganik (BPS 2003) berpotensi untuk melakukan pemanfaatan sampah menjadi kompos dan produk daur ulang. Sumber sampah terbesar dari sampah kota adalah rumah tangga. Jumlah sampah dari rumah tangga di Kota Bandung mencapai 66% dari jumlah sampah kota (BPS 2003). Bila rumah tangga sudah melakukan 3R maka jumlah sampah kota bisa dipastikan akan menurun. Karena itu diperlukan analisis karakteristik pada tingkat rumah tangga terhadap pengelolaan persampahan kota, untuk melihat tingkat partisipasi pada pengelolaan sampah rumah tangga dan tingkat kesediaan untuk berpartisipasi. Berdasarkan kerangka pemikiran terdapat lima kelompok yang terlibat dalam pengelolaan persampahan kota yaitu: (1) kelompok penghasil sampah, (2) kelompok pemanfaat sampah, (3) kelompok pengelola sampah, (4) kelompok pemerhati lingkungan dan (5) pemerintah. Pada kelompok penghasil sampah yang terdiri dari rumah tangga akan dianalisis hubungan antara karakteristik rumah tangga dengan pengelolaan sampah rumah tangga. Pada kelompok pengelola yang terdiri dari tingkat RT, RW, kelurahan dan kecamatan; akan dianalisis hubungan karakteristik individu ketua dan lembaga terhadap pengelolaan sampah. Pada Perusahaan Daerah Kebersihan yang akan dikaji adalah kapasitas organisaasi meliputi: aspek kepemimpinan, manajemen, sumberdaya manusia, sumberdaya keuangan dan manajemen, aspek pelayanan dan hubungan eksternal. Pada kelompok pemanfaat sampah yang terdiri dari pemulung, bandar/ lapak, pengusaha daur ulang dan pengusaha kompos akan dianalisis potensi dan kendala

31 yang dihadapi. Kelompok pemerhati lingkungan dan pemerintah tidak dianalisis, tetapi diikut sertakan dalam lokakarya untuk membangun skenario pengembangan kelembagaan pengelolaan persampahan kota berbasis partisipasi masyarakat. 3.3. Rancangan Penelitian 3.3.1. Metode Pengumpulan Data Data primer diperoleh dari observasi terhadap responden sampel. Responden sampel terdiri dari kepala rumah tangga, ketua rukun tetangga (RT), ketua rukun warga (RW), lurah, dan camat. Pemilihan responden dilakukan dengan metode sampling acak klaster (random cluster sampling). Data primer diperoleh dari pemulung, bandar, lapak, pengusaha kompos, pengusaha barang daur ulang, dan lembaga swadaya masyarakat. Seluruh camat dari 26 kecamatan di Bandung terpilih sebagai responden. Dari setiap kecamatan, dipilih secara acak satu kelurahan. Kelurahan yang terpilih ditetapkan lurahnya sebagai sampel. Kelurahan dengan lurah yang terpilih sebagai sampel dipilih lagi secara acak satu rukun warga. Ketua dari rukun warga terpilih dijadikan sebagai sampel. Dari rukun warga terpilih, dipilih secara acak satu rukun tetangga (RT). Ketua dari rukun tetangga tersebut dijadikan sampel. Dari rukun tetangga terpilih dipilih secara acak 20 rumah tangga. Kepala dari rumah tangga terpilih dijadikan sebagai sampel, sehingga jumlah sampel adalah 26 camat, 26 lurah, 26 ketua RW, 26 ketua RT dan 520 kepala rumah tangga (Gambar 9). Kecamatan sebagai lokasi sampel dikelompokkan menjadi tiga kelas yaitu kepadatan tinggi (jumlah penduduk lebih dari 200 jiwa per hektar), wilayah dengan kepadatan sedang (jumlah penduduk adalah 100 sampai 200 jiwa per hektar) dan wilayah dengan kepadatan rendah (jumlah penduduk kurang dari 100 jiwa per hektar). Pada Gambar 10 ditunjukkan lokasi wilayah sampel terpilih yaitu wilayah dengan kepadatan tinggi berwarna merah, kepadatan sedang berwarna kuning dan kepadatan rendah berwarna hijau.

32 Tabel 1 Jumlah responden dan metode pengumpulan data No Responden Jumlah Metode pengumpulan data 1. Kepala rumah tangga 520 orang kuesioner dan wawancara 2. Ketua rukun warga (RT) 26 orang kuesioner dan wawancara 3. Ketua rukun warga (RW) 26 orang kuesioner dan wawancara 4. Lurah 26 orang kuesioner dan wawancara 5. Camat 26 orang kuesioner dan wawancara 6. Pemulung 100 orang kuesioner dan wawancara 7. Bandar 20 orang kuesioner dan wawancara 8. Pengusaha Daur Ulang 4 orang wawancara 9. Pengusaha kompos 3 orang wawancara 10 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) 4 LSM wawancara Penentuan jumlah sampel pemulung berdasarkan pada perhitungan dengan menggunakan rumus penentuan sampel. Penentuan sampel berdasarkan populasi diketahui, menggunakan rumus: n = N/ (N x d 2 ) + 1 (Riduwan dan Akdon 2006), dimana n merupakan jumlah anggota sampel, N adalah jumlah anggota populasi dan d adalah tingkat presisi. Jumlah populasi pemulung telah diketahui yaitu 5782 orang (BPS 2003). Bila tingkat presisi (taraf nyata) adalah 10%, maka jumlah sampel yang akan diambil adalah 5782/ {5782 x (0.1) 2 } + 1 = 98,299. Jumlah sampel pemulung dibulatkan menjadi 100 orang. Penentuan sampel selain pemulung ditentukan dengan perkiraan dan alasan kemudahan karena jumlah populasi tidak diketahui. Jumlah responden pengusaha daur ulang sampah adalah empat orang, sedangkan jumlah responden pengusaha kompos hanya tiga orang. Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak dalam bidang pengelolaan persampahan diwakili oleh empat LSM. Jumlah sampel dan metode pengumpulan data disajikan pada Tabel 1.

33 26 orang Camat dari 26 Kecamatan terpilih seluruhnya sebagai responden C1 C2 C3............ C26 26 orang lurah terpilih secara acak dari setiap kecamatan L1 L2 L3............ L26 26 orang ketua RW terpilih secara acak dari setiap kelurahan terpilih sebelumnya KRW1 KRW2 KRW3............ KRW26 26 orang ketua RT terpilih secara acak dari setiap rukun warga (RW) terpilih sebelumnya KRT1 KRT2 KRT3............ KRT26 Dari tiap RT terpilih, secara acak diambil 20 orang kepala rumah tangga RT1 RT2 RT3... RT20 RT1 RT2 RT3... RT20 Keterangan: C1 sampai C26 : Camat dari Kecamatan 1 sampai dengan Kecamatan 26 L1 sampai L26 Lurah dari Kelurahan 1 sampai dengan Kelurahan 26 KRW1 sampai KRW26 : Ketua Rukun Warga dari RW1 sampai RW26 KRT1 sampai KRT26 : Ketua Rukun Tetangga dari RT1 sampai RT26 RT 1 sampai RT20: Kepala rumah tangga pada rumah ke 1 sampai rumah ke 20. Gambar 8 Sampling responden sampel camat, lurah, ketua RW, ketua RT dan kepala rumah tangga (hasil analisis) Data sekunder berupa data jumlah sampah dan data jumlah penduduk. Data tersebut diperoleh dari PD Kebersihan dan Badan Pusat Statistik (BPS Kota Bandung).

34 Gambar 9 Lokasi sampel responden rumah tangga, rukun tetangga, rukun warga, kelurahan dan kecamatan terpilih 3.3.2. Variabel/ Peubah yang Diamati Variabel atau peubah yang diamati berbeda pada setiap kelompok reponden. Pada tingkat rumah tangga dengan jumlah sampel 520 kepala rumah tangga variabel yang diamati adalah profil (data umum) responden. Profil responden meliputi usia, tingkat pendapatan pendidikan dan pekerjaan serta kondisi rumah tangga. Data cara pengelolaan sampah rumah tangga meliputi tingkat timbulan sampah dan cara penanganan sampah di sumber serta biaya yang dikeluarkan untuk penanganan sampah. Data persepsi tentang partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan sampah kota meliputi tingkat pengetahuan tentang 3R dan kesediaan melakukan 3 R (Tabel 2).

35 Tabel 2 Variabel yang diamati Responden Tingkat rumah tangga Tingkat Rukun Tetangga, Rukun Warga, Kelurahan dan Kecamatan Pemulung, bandar (lapak) Pabrik daur ulang/ kompos Lembaga Swadaya Masyarakat Perusahaan Daerah Kebersihan Komponen pengamatan Profil kepala rumah tangga Pengelolaan sampah Persepsi tentang partisipasi masyarakat Profil Pengelolaan sampah Profil Profil Profil Kapasitas organisasi Variabel Usia Tingkat pendapatan Pendidikan Pekerjaan Kondisi rumah tinggal Tingkat timbulan sampah (jumlah sampah) Cara penanganan sampah di sumber Biaya untuk penanganan sampah Pengetahuan tentang 3 R Kesediaan melakukan 3R Usia Pendidikan Pekerjaan Penyediaan pelayanan sampah Tingkat pelayanan Biaya yang dikeluarkan untuk pelayanan Sumber biaya Topik sosialisasi pengelolaan sampah Hubungan dengan pihak lain Usia Pendidikan Pendapatan per hari Jenis barang yang dipulung/ dijual Harga barang yang dipulung/ dijual Jenis usaha Sumber bahan baku Produk Harga jual produk Bentuk kegiatan Bentuk pelayanan Pembinaan Kepemimpinan Manajemen Sumberdaya manusia Sumberdaya keuangan Cara pelayanan Hubungan dengan pihak luar

36 Pada tingkat RT, RW, kelurahan dan kecamatan vaiabel yang diamati adalah data umum (profil) dan pengelolaan sampah. Pada aspek pengelolaan sampah variabel yang diamati meliputi penyediaan pelayanan sampah, tingkat pelayanan, biaya yang dikeluarkan untuk pelayanan, sumber biaya, topik sosialisasi pengelolaan sampah dan hubungan dengan pihak luar.pada tingkat pemulung dan lapak variabel yang diamati meliputi barang dipulung atau dijual, harga, jenis/ macam barang, pendapatan per hari. Pada tingkat pabrik daur ulang dan kompos, variabel yang diamati adalah sumber bahan baku, produk dan harga jual. Pada tingkat LSM, aspek yang diamati adalah bentuk kegiatan, bentuk pelayanan dan pembinaan. Pada tingkat PD Kebersihan variabel yang diamati meliputi kepemimpinan, manajemen, sumberdaya manusia, sumberdaya keuangan dan cara pelayanan serta hubungan dengan pihak luar (Tabel 2). 3.3.3. Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan analisis statistik, analisis deskriptif, analisis kelembagaan dengan menggunakan Organisasional Capacity Assessment Tool (OCAT), analisis prospektif. Gambar 11 memperlihatkan diagram metode yang digunakan dalam penelitian ini. Analisis statistik dengan menggunakan uji khi kuadrat (chi-square test) dilakukan terhadap data sampel rumah tangga, ketua RT, ketua RW, lurah dan camat. Variabel pengamatan dari sampel diklasifikasikan/tabulasi secara silang (cross-classified/cross-tabulation) menurut dua kriteria. Hasilnya adalah kriteria/variabel klasifikasi tidak saling bebas (ada hubungan) atau tidak ada hubungan. Analisis deskriptif dilakukan terhadap sampel pemulung, lapak, bandar, pengusaha kompos/ daur ulang dan LSM. Hasil dari analisis adalah peran dari responden sampel tersebut terhadap pengelolaan sampah kota yang berbasis partisipasi masyarakat.

37 Rumah tangga dari wilayah dengan kepadatan rendah Rumah tangga dari wilayah dengan kepadatan sedang Rumah tangga dari wilayah dengan kepadatan tinggi Analisis statistik Rumah tangga dari seluruh wilayah Kota Bandung RT, RW, Kelurahan, Kecamatan Analisis prospektif dengan metode lokakarya Pemulung / Bandar (Lapak) Pengusaha daur ulang/ kompos Analisis deskriptif Lembaga Swadaya Masyarakat Perusahaan Daerah Kebersihan Organisasional Capacity Assessment Tool (OCAT) Gambar 10 Diagram metode penelitian yang digunakan (hasil analisis) Analisis kelembagaan dengan menggunakan Organisasional Capacity Assessment Tool (OCAT) terhadap PD Kebersihan dilakukan baik oleh peneliti maupun pihak PD Kebersihan. Hasil dari asesmen ini adalah level atau tingkat kapasitas organisasi pada saat ini. Analisis prospektif dilakukan dengan metode lokakarya. Hasil analisis adalah skenario yang diperoleh untuk menentukan model pengembangan kelembagaan yang berbasis partisipasi masyarakat pada pengelolaan sampah.

38 3.3.3.1. Analisis Statistik dengan Uji Khi-kuadrat Uji khi-kuadrat ini pada hakikatnya adalah uji keselarasan (goodness of fit tests). Baik-buruknya keselarasan antara frekuensi-frekuensi yang teramati dan yang diharapkan ditentukan dengan cara memperbandingkan ukuran keselarasan hasil perhitungan terhadap suatu harga yang sesuai pada suatu distribusi yang dikenal sebagai distribusi kai-kuadrat (chi-square distribution). Asumsi-yang mendasari uji kai-kuadrat yaitu data terdiri atas sebuah sampel acak sederhana berukuran n dari suatu populasi yang diminati (Agresti & Finlay 1997) Hasil-hasil pengamatan dalam sampel diklasifikasikan/tabulasi secara silang (cross-classified/cross-tabulation) menurut dua kriteria, sehingga masing-masing hasil pengamatan memenuhi salah satu kriteria. Hipotesis yang diuji (Ho) adalah kedua kriteria/variabel klasifikasi saling bebas (tidak ada hubungan), dan hipotesis tandingan (H1) adalah kedua kriteria/variabel klasifikasi tidak saling bebas (ada hubungan). Dasar pengambilan keputusan adalah jika Chi Square lebih kecil dari Chi Square Tabel, maka Ho diterima, bila Chi Square lebih besar dari Chi Square Tabel, maka Ho ditolak. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas adalah jika probabilitas lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima, jika probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak (Santoso 2000). 3.3.3.2. Organisational Capacity Assessment Tool (OCAT) Organisational Capacity Assessment Tool (OCAT) merupakan tool yang didisain untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan relatif organisasi, tool ini menyediakan informasi dasar yang dibutuhkan untuk mengembangkan atau melakukan intervensi/ pengembangan. Sebagai alat OCAT dapat digunakan untuk memantau kemajuan organisasi. Alat ini dapat dibakukan untuk digunakan lintas organisasi. Organisational Capacity Assessment Tool (OCAT) sebagai alat asesmen organisasi dimaksudkan untuk mengkaji secara partisipatif tetapi dapat dilakukan dengan cara penilaian oleh pihak dari luar organisasi (eksternal). Tim pengkaji terdiri dari anggota organisasi dan beberapa anggota eksternal. Aspek yang diberi nilai/skor meliputi Governance, Management Practice, Human

39 Resources, Financial Resources, Service Delivery & External Relations.(Booth et al. 1998, GTZ 2005). Lembaran asesmen (assessment sheet) berisi skor dari setiap aspek organsiasi. Pemberian skor dengan skala 0 sampai 6 dengan arti skor seperti disajikan pada tabel 3. Tabel 3 Skor untuk asesmen analisis kelembagaan dengan OCAT (GTZ 2005) Skor Arti 0 tidak tersedia data, informasi tidak tersedia untuk asesmen 1 baru berjalan seadanya 2 hasilnya masih jauh dari yang diharapkan 3 hasilnya sudah ada namun belum maksimal 4 memerlukan perbaikan agar hasil dapat maksimal 5 memerlukan sedikit perbaikan agar hasil maksimal 6 tidak perlu perbaikan Hasil dari pemberian skor ini disajikan secara grafik. Hasil dari pemberian skor dirata-ratakan untuk setiap aspek organisasi. Skor akhir diberikan skala rate yang menggambarkan tingkat organisasi (stages of development) disajikan pada tabel 4 berikut. Tabel 4 Skala rating disetarakan dengan tingkat pengembangan (GTZ 2005) Rating Tahap 0 1,4 Nascent (baru muncul) 1,5 2,9 Emerging (akan berkembang) 3 4,4 Expanding (pengembangan) 4,5 6 Mature (dewasa) 3.3.3.3. Analisis Prospektif Metode Lokakarya Analisis prospektif ini dapat digunakan untuk mempersiapkan tindakan strategis dan melihat apakah perubahan dibutuhkan di masa depan (Treyer 2003).

40 Tahapan analisis prospektif dengan metode lokakarya adalah (1) menerangkan tujuan studi; (2) identifikasi kriteria; (3) analisis pengaruh antar faktor; (4) membuat keadaan suatu faktor; (5) membangun dan memilih skenario; (6) implikasi skenario. Pada tahap pertama dilakukan penjelsan dari tujuan studi kepada peserta lokakarya. Selanjutnya, pada tahap kedua dilakukan identifikasi kriteria-kritera. Seluruh kriteria yang diajukan peserta didiskusikan, kemudian ditetapkan kriteria yang terpilih untuk ditetapkan sebagai faktor. Setelah faktor ditetapkan, dilanjutkan pada tahap berikutnya yaitu analisis antar faktor. Seluruh peserta lokakarya memberikan penilaian terhadap faktor. Nilai hubungan antar faktor ditetapkan sebagai berikut: untuk dua faktor yang tidak ada saling pengaruh diberi nilai nol, sedangkan bila ada pengaruh antar faktor diberi nilai satu sampai tiga, nilai makin tinggimenunjukkan pengaruh makin kuat. Penilaian antar faktor pada analisis prospektif disajikan pada Tabel 5 berikut. Tabel 5 Skor atau nilai pengaruh antar faktor pada analisis prospektif (Treyer 2003, Godet 2000) Skor Keterangan 0 Tidak ada pengaruh 1 Berpengaruh kecil 2 Berpengaruh sedang 3 Berpengaruh besar Hasil penilaian peserta dirata-ratakan untuk mendapat satu hasil penilaian. Hasil penilaian ini kemudian dimasukkan kedalam software analisis prospektif untuk mendapatkan faktor kunci. Faktor yang menjadi kunci adalah faktor yang mempunyai pengaruh dan ketergantungan yang tinggi. Tahap selanjutnya adalah membuat keadaan atau state dari faktor kunci. Keadaan harus memiliki peluang sangat besar untuk terjadi. Selanjutnya, dari keadaan ini disusun skenario yang mungkin terjadi dan kemudian dibahas implikasi dari skenario.