PENDIDIKAN NILAI PADA TRADISI NYURUD AYU DALAM UPACARA PIODALAN DI DESA BERANGBANG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA

dokumen-dokumen yang mirip
UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)

I Ketut Sudarsana. > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA

PEMBELAJARAN AGAMA HINDU

Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh Ni Komang Sri Adnyani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

UPACARA BAYUH OTON UDA YADNYA DI DESA PAKRAMAN SIDAKARYA KECAMATAN DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Oleh I Gede Juli Agus Puja Astawa Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Implikasi Kondisi Ekonomi Orang Tua Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Oleh:

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 68

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri

PEMENTASAN WAYANG LEMAH PADA UPACARA CARU BALIK SUMPAH DI DESA PAKRAMAN KENGETAN KECAMATAN UBUD KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

BAB I PENDAHULUAN UKDW

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

PENGGUNAAN BALE GADING DALAM UPACARA MAPENDES DI DESA DUDA TIMUR KECAMATAN

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh

Oleh: Desak Made Wirasundari Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Dr. Dra. Ida Ayu Tary Puspa, S.Ag, M.Par.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

Esensi Tradisi Upacara Dalam Konsep Yadnya Ni Putu Sudewi Budhawati 48

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I

UPACARA NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN MANDUANG KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

PATULANGAN BAWI SRENGGI DALAM PROSESI NGABEN WARGA TUTUAN DI DESA GUNAKSA, KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Estetika Hindu)

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

UPACARA WAYONAN DALAM NGEBEKIN DI DESA PAKRAMAN BANYUNING KECAMATAN BULELENG KABUPATEN BULELENG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu)

Oleh Pande Wayan Setiawati Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) :

EKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM UPACARA BULU GELES DI PURA PENGATURAN DESA PAKRAMAN BULIAN KECAMATAN KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 89

RITUAL PENGLUKATAN PADA HARI TUMPEK WAYANG DI DESA PAKRAMAN BANJARANGKAN KECAMATAN BANJARANGKAN KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Teologi Hindu)

UPACARA NGAJAGA-JAGA DI PURA DALEM DESA ADAT TIYINGAN KECAMATAN PETANG KABUPATEN BADUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

TRADISI NYAAGANG DI LEBUH PADA HARI RAYA KUNINGAN DI DESA GUNAKSA KECAMATAN DAWAN KABUPATEN KLUNGKUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD)

DAFTAR PUSTAKA. Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama.Jakarta : Raja Grafindo Persada.2007.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU PADA BANTEN PEMAHAYU ANGGA SARIRA DI DESA MENDOYO DANGIN TUKAD KECAMATAN MENDOYO KABUPATEN JEMBRANA

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM MELAKSANAKAN TRI SANDYA PADA ANAK DI TK. HINDU CANANG SARI TEGALCANGKRIG KECAMATAN MENDOYO KABUPATEN JEMBRANA

ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

3. Pengertian Hukum Karmaphala dalam Ajaran Agama Hindu adalah

EKSISTENSI PURA KAWITAN DI DESAYEH SUMBUL KECAMATAN MENDOYO KABUPATEN JEMBRANA

BAB III PENUTUP. dalam penulisan skripsi ini, mencoba mengambil beberapa kesimpulan yakni :

PEMENTASAN TARI RATU BAKSAN DI PURATAMPURYANG DESA PAKRAMAN SONGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 19

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E)

AKULTURASI HINDU BUDDHA DI PURA GOA GIRI PUTRI DESA PEKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

SASOLAHAN SANGHYANG DELING

PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU. Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

PENDIDIKAN NILAI AGAMA HINDU DALAM UPACARA MENEK BAJANG DI DESA YEHEMBANG KECAMATAN MENDOYO KABUPATENN JEMBRANA

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM TRADISI CARU PALGUNA DI DESA PAKRAMAN KUBU KECAMATAN BANGLI KABUPATEN BANGLI

KELUARGA HINDU. Oleh : I Ketut Sudarsana Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

MELASTI (Upacara Ritual Masyarakat Hindu) SKRIPSI

RELIGIUSITAS UMAT ISLAM SETELAH KONVERSI KE AGAMA HINDU DI DESA PAKRAMAN NYITDAH KECAMATAN KEDIRI KABUPATEN TABANAN (Kajian Teologi Hindu)

ANGKLUNG TIRTHANIN TAMBLINGAN DI DESA PAKRAMAN SELAT KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG

17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. oleh

EKSISTENSI PELINGGIH GAJAH MINA DI PURA DALEM PENATARAN PED DI DUSUN NUSASAKTI DESA NUSASARI KECAMATAN MELAYA JEMBARANA

HUBUNGAN TIGA PILAR AGAMA HINDU DILIHAT DARI ASPEK EKONOMI 1 I Made Sukarsa 2

TAMAN NARMADA BALI RAJA TEMPLE IN PAKRAMAN TAMANBALI VILLAGE, BANGLI, BALI (History, Structure and Potential Resource For Local History) ABSTRACT

MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL.

TEORI PERTIMBANGAN SOSIAL Oleh : I Ketut Sudarsana Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 13

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PROVINSI BALI PEDOMAN PELAKSANAAN HARI RAYA NYEPI TAHUN SAKA 1938

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition

DI DESA PAKRAMAN CEKENG, KECAMATAN SUSUT, KABUPATEN BANGLI : PERSFEKTIF PENDIDIKAN AGAMA HINDU

KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI

PEMAHAMAN UPACARA CARU PENGERUWAK MASYARAKAT HINDU DI DESA SAUSU TAMBU KECAMATAN SAUSU KABUPATEN PARIGI MOUTONG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

Transkripsi:

PENDIDIKAN NILAI PADA TRADISI NYURUD AYU DALAM UPACARA PIODALAN DI DESA BERANGBANG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA Ni Putu Surya Miniasih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar suryaminiasih90@gmail.com Abstrak Tradisi Nyurud Ayu yang dijumpai di Desa Berangbang Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana termasuk sangatlah unik dan asing bagi umat Hindu pada umumnya.keunikannya terlihat pada tradisi Nyurud Ayu yang terletak pada bebantenannyadi mana bantenyang digunakan tersebut banten piodalan itu sendiri.tradisi nyurud ayu kalau diungkap secara mendalam merupakan suatu upacara ritual yang mengandung ajaran-ajaran keagamaan serta mengandung pendidikan nilai, yang nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat di Desa Berangbang pada khususnya dan umat Hindu pada umumnya. Prosesi tradisi nyurud ayu dalam upacarapiodalan yang dirangkaikan dalam upacara manusa yajna yaitu upacara mepandes di Desa Berangbang Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana meliputi beberapa tahapan yaitu: diawali dengan pebersihan, ngekeb, medilah atau merajah,mepandes,natab upakara di bale gading, natab oton mepandes di bale,mepandel,persembahyangan bersama atau upacara piodalan, Ngelungsur Paican Ida Bhatara, pelaksanaan tradisi nyurud ayu,danpemberian wejangan-wejangan oleh pengantar upacara/pinandita. Fungsi pelaksanaan tradisi nyurud ayu dalam upacara piodalan ini meliputi: Fungsi Religius, Fungsi Sosial, Fungsi Penghormatan. Pendidikan Nilai yang terkandung dalam tradisi nyurud ayu dalam upacara piodalan adalah : Pendidikan Nilai Sradha,Pendidikan Nilai Etika, danpendidikan Nilai Sosial Budaya. Kata Kunci :Tradisi Nyurud Ayu, Upacara Piodalan, Pendidikan Nilai. I. PENDAHULUAN Agama Hindu adalah sebuah agama yang bersifat universal, dinamis, dan fleksibel dimana dalam melaksanakan ajaran agama selalu berpedoman pada desa, kala, dan patra. Pulau Bali di juluki sebagai Pulau Dewata atau pulau seribu pura, karena di Bali sangat banyak terdapat pura (tempat suci) mulai dari pura keluarga sampai dengan pura khayangan Jagat seperti pura Besakih yang merupakan pura terbesar di Bali, yang sebagian besar penduduknya menganut agama Hindu. Bali juga memiliki budaya dan adat istiadat yang sangat adhi luhung, dimana kebudayaan dan adat istiadat masyarakat Bali sangat sesuai dengan ajaran agama Hindu sehingga antara adat dan agama sangat sulit di bedakan dan merupakan satu kesatuan yang sangat erat,dimana antara adat dan agama saling mendukung satu sama lain. Upacara merupakan salah satu aspek dari Tri Kerangka Dasar Agama Hindu yang paling ekspresif, namun pada prinsipnya ketiga aspek kerangka dasar tersebut merupakan satu kesatuan yang saling terkait, sebab seluruh rangkaian ritual dalam agama Hindu pada dasarnya dilandasi oleh susila agama Hindu. Demikian pula dengan pelaksanaan susila, didasarkan atas tattwa agama.dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan selalu harus 365

diserasikan dan diseimbangkan dengan ketiga kerangka agama tersebut, yaitu tattwa (Filsafat), susila (Etika), dan upcara(ritual). Sehubungan dengan hal itu yadnya tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan kemampuan, karena setiap orang yang lahir dan hidup di dunia ini diikat oleh hutang karma yang disebut dengan rna. Kesadaran umat Hindu tentang adanya hutang atau rna karena adanya bermacam-macam anugrah Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa, juga adanya rasa kasih sayang dari orang tua dan para leluhur, adanya ajaran-ajaran yang disampaikan, dan adanya pemberian yang tak terhingga bagi kehidupan manusia dari alam semesta yang dipandang sebagai hutang atau Rna. Dari sinilah timbul istilah Tri Rna yaitu tiga macam hutang manusia yang harus dibayar yaitu : Dewa Rna, Pitra Rna, Rsi Rna. Dewa Rna adalah hutang kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan segala manifestasinya yang telah menciptakan manusia beserta alam semesta dengan segala isinya. Pitra Rna adalah hutang kehadapan orang tua atau leluhur yang telah melahirkan, memelihara serta membesarkan dan memberikan kekuatan serta perlindungan secara lahir maupun bathin dalam hidup ini. Rsi Rna adalah hutang kepada Rsi, guru dan dang guru, karena Hyang Widhi telah memberikan ajaran-ajaran tentang kesusilaan, kerohanian dan ilmu pengetahuan suci, sehingga dalam hidup ini kita dapat mengenal tentang arti hidup dan tahu tentang tujuan hidup sebenarnya Berdasarkan ajaran Tri Rna tersebut di atas, ketiga hutang ini harus dibayar melalui pelaksanaan yadnya, yang dikenal dengan Panca Yadnya yaitu lima macam korban suci yang bersifat tulus ikhlas tanpa pamrih. Adapun unsu - runsur dari Panca Yadnya tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: Dewa Yadnyaadalah suatu korban suci yang tulus ikhlas tanpa pamrih yang dipersembahkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasi- Nya. Pitra yadnya adalah suatu korban suci yang ditujukan kepada para leluhur yang telah disucikan. Hal ini hubungannya tak dapat dipisahkan dengan kehidupan sebagai manusia, karena leluhur telah memberikan kekuatan dan perlindungan secara niskala. Rsi yadnya adalah suatu korban suci yang ditujukan kepada Rsi, guru dan DhangGuru, karena guru telah memberikan ilmu pengetahuan suci dalam wujud kitab suci Weda. Melalui hal ini kehidupan sebagai manusia menjadi lebih utama dan mulia. Manusa yadnya adalah suatu korban suci yang ditujukan kepada sesama manusia, sehingga dapat mencapai kesucian lahir dan bathin serta supaya memiliki budi pekerti yang luhur. Sedangkan bhuta yadnya adalah suatu korban suci yang tulus ikhlas yang ditujukan kepada bhuta kala, tujuannya adalah untuk memelihara, menyucikan serta mendapat atau nyomia bhuta kala agar tidak mengganggu kehidupan manusia. Salah satu dari berbagai kegiatan yajña yang dilaksanakan umat Hindu adalah upacaradewayajñatercermin dari upacara piodalan yang di dalamnya terdapat upacara manusa yajñaseperti upacara mepandes atau potong gigi yang merupakan kegiatan sakral bagi umat Hindu. Upacara mepandes ini sudah dilaksanakan sejak dahulu kala dan terus berkembang sampai saat ini dengan peningkatan pengertian filsafatnya dan diarahkan kepada keagamaan.upacara mepandes mengandung arti pembersihan sifat buruk yang ada pada diri manusia, adapun keenam sifat buruk dalam diri manusia atau disebut juga sad ripu yang harus dibersihkan tersebut seperti hawa nafsu, rakus atau tamak atau keserakahan, angkara murka atau kemarahan, mabuk membutakan pikiran, perasaan bingung dan iri hati atau dengki. Dari semua sifat yang ada ini, bila tidak dikendalikan dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak baik, juga bisa merugikan dan membahayakan bagi anak-anak yang akan beranjak dewasa kelak dikemudian hari. Oleh karena itu kewajiban bagi setiap orang tua untuk dapat memberi nasehat, bimbingan serta permohonan doa kepada Sang Hyang Widhi agar anak mereka terhindar dari sad ripu. Pada dasarnya upacara agama mencangkup dua hal yaitu konsepsi dan budaya (Tradisi).Tinjauan agama yang mencangkup konsepsi, bermakna bahwa suatu penerapan 366

tattwa agama merupakan suatu ajaran konseptual yang patut dijadikan pegangan, sedangkan budaya (tradisi) muncul dari ketentuan-ketentuan melembaga dan berlangsung secara terusmenerus.ketentuan-ketentuan tersebut kemudian diterapkan dalam kehidupan sosial-budaya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.selain dari upacara juga ada yang namanya tradisi.dimana tradisi yaitu suatu kebiasaan, adat istiadat yang berlaku dalam kelompok masyarakat secara turun temurun diwarisi yang bersumber pada adat maupun agama.banyak tradisi yang ada di Bali, seperti halnya tradisi Nyurud Ayu yang diadakan di Desa Berangbang yang merupakan tradisi yang sakral. Salah satu upacara yang terdapat di desa Berangbang Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana di bilang cukup unik karena dapat di lihat dari tata cara pelaksanaannya yang sangat berbeda dengan daerah lain, dimana tradisi Nyurud Ayu dalam upacara Piodalan juga terdapat upacara manusa yadnya yaitu upacara mepandesatau potong gigi yang dilakukan di Merajan Gede atau di Merajan keluarga. Karena keunikan sehingga tradisi ini di sebut dengan Tradisi Nyurud Ayu dalam Upacara Piodalan, selain keunikan tersebut tradisi ini belum dipahami makna, fungsi, dan nilai yang terkandung di dalamnya oleh masyarakat desa Berangbang, oleh karena itu penulis sangat tertarik untuk meneliti Pendidikan Nilai Pada Tradisi Nyurud Ayu Dalam Upacara Pioadalan di Desa Berangbang, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana. II. PEMBAHASAN 2.1 Prosesi Tradisi Nyurud Ayudalam Upacara Piodalan Tradisi nyurud ayudalam upacarapiodalan adalah suatu rangkaian kegiatan upacara penyineban atau penutupan piodalan guna memohon keselamatan kepada Hyang Widhi Wasa, Bhatara Bhataridan leluhur.adapun bentuk pelaksanaan dari tradisi Nyurud Ayudi Desa Berangbang Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana adalah sebagai berikut : 2.1.1 Persiapan Tradisi Nyurud Ayu dalam Upacara Piodalan Sebelum dilaksanaannya tradisi nyurud ayudalam upacara piodalan yang dirangkaikan dengan upacara manusa yajna yaitu upacara mepandes akan dilaksanakan beberapa persiapan yang harus dilakukan oleh pihak keluarga yang dibantu oleh seorang pinandita, agar upacara yang dilaksanakan berjalan lancar dan tidak ada suatu kejadian yang diluar kehendak. Adapun persiapan yang dimaksud yaitu Nunas Dewasa ke Griya, Mengumpulkan Sarana/Upakara, Matur Piuning di Pelinggih Kemulan, Pelinggih Penunggu Karang, Pelinggih Surya/Indra Blaka. 2.1.2 Bentuk Sarana UpakaraTradisi Nyurud Ayu dalam UpacaraPiodalan Upakara/banten yang digunakan dalam tradisi Nyurud Ayudalam upacara Piodalanadalah dalam bentuk banten pulagembal, banten tersebut akan ditempatkan di bale piyasanyang bertujuan sebagai upasaksi dan sahnya dari berjalannya upacara piodalan dan nyurud ayu.yang dimaksud dengan banten pulagembal ialah sebuah banten yang terdiri dari beberapa jenis jajan dilengkapi dengan buah-buahan, bantal, tape, tebu, sedangkan sampiannya disebut dengan sri kekili berbentuk kojong. Mengenai jajannya berdasarkan nama-nama, maka jajan tersebut dapat dibagi menjadi beberapa golongan yatu, jajan yang termasuk isi lautan: toro-toro dan kerang, yang termasuk tumbuh-tumbuhan: ancak, bingin, ubi, keladi, ambengan, kayu sugih, kesegseg, simbar dan lain-lain. Yang termasuk bunga: kecita, bungan temu, sekar agung dan lain-lain. Yang termasuk jenis burung: manuk dewata, dakah, dikoh, ngos-ngosan, kedis tingkih dan lain-lain. Yang termasuk orang (manusia): dukuh (laki-perempuan), cili megandong, cili mesinggal, penunggun taman dan lain-lain. Yang termasuk upacara / banten: peras, penyeneng, tulung dan sesayut. Yang melukiskan bangunan: kemulan, taksu, cakraning pedati dan lain-lain. Yang termasuk air: taman, gumelar dan gumulung (yang terakhir ini menggambarkan air laut). Yang melukiskan waktu: 367

jajan yang disebut lemah peteng yang berwarna hitam dan putih. Jajan yang melukiskan senjata: cakra, bajra dan lainnya sebanyak 9 buah sesuai dengan senjata Nawa Dewata. 2.1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tradisi Nyurud Ayudalam Upacara Piodalan Waktu pelaksanaan tradisi nyurud ayu dalam upacara piodalan yaitu dilaksanakan pada siang atau sore hari yakni setelah proses upacarapiodalan dan persembahyangan bersama selesai. Sebelumdilaksanakannya upacara mepandes terlebih dahulu dilakukan upacara pengekeban atau ngekeb.ngekebberasal dari kata nyekeb yang berarti meredam unsur-unsur yang bersifat negatif yaitu sifat-sifat keraksasaan yang dikenal dengan Sad Ripu, serta menumbuhkan rasa Tri Guna yang terdiri dari sattwam, rajas dan tamas.tempat pelaksanaan tradisi nyurud ayu dalam upacara piodalan.sebagaimana diketahui bahwa pada umumnya setiap akan melaksanakanupacara yadnya, sudah barang tentu akan memilih tempat yang dianggap suci.adapun tempat suci agama Hindu disebut dengan istilah Pura.Di samping itu ada pula tempat-tempat suci untuk mendekatkan diri dengan Ida Sang HyangWidhi Wasa yang terdapat di setiap rumah tangga yang disebut sanggah atau pemerajan. 2.1.4 Proses Pelaksanaan Tradisi Nyurud Ayudalam Upacara Piodalan Tradisi nyurud ayudalam upacara piodalan merupakan suatu tradisi yang dirangkaikan dalam sebuah upacara manusa yajña yang disebut dengan upacaramepandes. Jadi setiap rangkaian ataupun tahapan upacara dari tradisi nyurud ayumerupakan satu kesatuan dari upacara mepandes.prosesi myurud ayu yang dirangkaikan dalam sebuah upacara manusa yajna yaitu upacaramepandes dilaksanakan dengan beberapa tahapan/rangkaian diantaranya yaitu: Pebersihan,Ngekeb,Medilah/Merajah, Mepandes, Natab Upakara di Bale Gading,Natab Oton Mepandes di Bale, Mepandel, Pelaksanaan Tradisi Nyurud Ayu 2.2 Fungsi Tradisi Tradisi Nyurud Ayu Dalam UpacaraPiodalan 2.2.1 Fungsi Religius Fungsi religius pada hakekatnya memberikan sebuah pemahaman tentang hakikat mendasar dalam kegiatan keagamaan yang dilaksanakan oleh umat Hindu berdasarkan sistem keyakinan dan agama yang dianut oleh masyarakat. Adapun fungsi religius yang terdapat dalam pelaksanaan tradisinyurud ayuyaitumenggunakan sarana upakara untuk menyucikan pelaksanaan tradisi tersebut 2.2.2 Fungsi Sosial Fungsi sosial dapat dilihat dari tahap persiapan atau pengumpulan bahan sampai pelaksanaan upacara selesai.sistem gotong-royong dalam aktifitasnya sangat menonjol yang sering diistilahkan dengan istilah metulungan. 2.2.3 Fungsi Penghormatan Fungsi Penghormatan dalam tradisi Nyurud Ayu, yang mana masyarakat dalam melaksanakan tradisi Nyurud Ayu dalam Upacara Piodalan merupakan hal yang sangat penting karena hal ini mengacu pada nilai etika serta menumbuhkan kembali kesadaran mengenai pentingnya rasa hormat yang telah terlupakan itudengan harapan dapat saling mengormati anatara sesama manusia dan bisa menghormati Ida Sang Hyang Widhi Wasa serta leluhur yang telah tiada. 2.3 Pendidikan Nilai Pada Tradisi Nyurud Ayu Dalam UpacaraPiodalan 2.3.1 Pendidikan Nilai Sradha Pendidikan Nilai Sradhha yaitumerupakan suatu kepercayaan atau keyakinan yang semua bersumber pada agama terutama terdapat dalam keyakinan masyarakat di Desa Berangbang terhadap penyucian prosesi tradisi Nyurud Ayutersebut. 368

2.3.2 Pendidikan Nilai Etika Pendidikan Nilai Etikamerupakan peraturan tingkah laku yang baik dan mulia yang harus menjadi pedoman hidup manusia.untuk menganalisis nilai pendidikan etika yaitu adanya rasa saling menghormati antar sesama masyarakat, selalu mengucapkan salam om swastyastu saat bertemu dan berpakaian sopan saat memasuki areal pura. 2.3.3 Pendidikan Nilai Sosial Budaya Pendidikan Nilai Sosial Budaya merupakan perwujudan kehidupan bersama manusia karena didalam masyarakat berlangsung proses kehidupan sosial, proses antar hubungan dan antaraksi. untuk menganalisis pendidikan nilai social budayayaitu suatu kewajiban sebagai masyarakat Hindu untuk melakukan suatu cerminan tingkah laku seseorang yang mencakup pengetahuan moral, hukum, kepercayaan, kesenian, adat istiadat, kemampuan kemampuan, kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia terutama di Desa Berangbang. III. SIMPULAN 1. Tradisi Nyurud Ayu yang dilaksankan di Desa Berangbang, tradisi nyurud ayudalam upacara Piodalanini dirangkaikan dalam pelaksanaan upacara manusa yajna. Rangkaian tradisi nyurud ayu ini dilaksanakan dengan terlebih dahulu nunas dewasa ke griya, mengumpulkan banten/sarana upakara, matur piuning di sanggah kemulan, matur piuning di sanggah penunggu karang, matur piuning di sanggah surya/indra blaka. Prosesi tradisi nyurud ayu dalam upacara piodalan yang dirangkaikan dalam sebuah upacara mepandes yaitu dilaksanakan dari pebersihan,ngekeb,medilah atau merajah,mepandes, natab upakara di bale gading, natab oton mepandes dan mepandel. Sarana upakara atau banten yang digunakan dalampiodalan :banten pulagembal, sedangakan banten yang digunakan dalam tradisi nyurud ayu : banten peras penyeneng. 2. Pada hakekatnya fungsi tradisi nyurud ayu sebagai suatu sarana untuk memohon restu, sebagai lambang terima kasih, serta untuk menyambung rasa bhakti terhadap Hyang Widhi Wasa, Bhatara Bhatari, dan Leluhur kita yang telah tiada, adapun fungsi dari tradisi nyurud ayu dalam upacarapiodalan di Desa Berangbang, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana terdiri dari: fungsi religious,fungsi sosial,fungsi penghormatan. 3. Pendidikan Nilai yang terkandung dalam tardisinyurud ayu adalah: (1) Pendidikan Nilai Sraddha yaitu terdapat dalam keyakinan masyarakat di Desa Berangbang terhadap penyucian prosesi tradisi nyurud ayutersebut, (2) Pendidikan NilaiEtika adalah adanya rasa saling menghormati antara seorang anak dengan orang tua, orang tua dengan anaknya, dan (3) Pendidikan NilaiSosial Budaya terdapat dalam bentuk saling bantu membantu atau gotong royong masyarakat di Desa Berangbang. DAFTAR PUSTAKA Bungin, Burhan. 2006. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Masyhuri dan Zainuddin. 2008. Metodologi Penelitian (Pendekatan Praktis dan Aplikatif). Bandung: PT Refika Aditama. Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial.Jakarta : Gadjah Mada University Press. Ngurah, I Gusti Made, dkk.1999.buku Pendidikan Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi. Surabaya: Paramita. 369

Kadjeng, I Nyoman, 1997. Sarasamuscaya. Proyek bingbingan dan penyuluhan kehidupan beragama tersebar di sembilan Dati II. S. Pendit, Nyoman. 2002. Bhagavad-Gita. Jakarta: C.V. Felita Nursatama Lestari. Sudarsana, I. K. (2016). PEMIKIRAN TOKOH PENDIDIKAN DALAM BUKU LIFELONG LEARNING: POLICIES, PRACTICES, AND PROGRAMS (Perspektif Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia). Jurnal Penjaminan Mutu, (2016), 44-53. Sudarsana, I. K. (2015). PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM UPAYA PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA. Jurnal Penjaminan Mutu, (Volume 1 Nomor 1 Pebruari 2015), 1-14. Sudarsana, I. K. (2017). Interpretation Meaning of Ngaben for Krama Dadia Arya Kubontubuh Tirtha Sari Ulakan Village Karangasem District (Hindu Religious Education Perspective). Vidyottama Sanatana: International Journal of Hindu Science and Religious Studies, 1(1), 1-13. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kalitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suryabrata, Sumadi. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Swastika, I Ketut Pasek. 2010. Mepandes(Potong Gigi) Pendewasaan Anak Melalui Yadnya Dan Butiran-Butiran Susila.Skripsi (tidak dipublikasikan).denpasar: Kayumas Agung cv. Titib. I Made. 1996. Veda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan. Surabaya: Paramita. Tim Penyusun. 1995. Kamus Bahasa Bali Indonesia. Denpasar : Dinas Pengajaran Daerah. Yulius, Dkk. 1990. Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya: Usaha Nasional. 370