IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA

METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 TELUKJAMBE TIMUR

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA SMP KELAS VII

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika UNSIKA, 1 Dosen Prodi Pendidikan Matematika UNSIKA,

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP N 1 BAMBANGLIPURO

PENERAPAN MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS XI DI MAN RENGASDENGKLOK

PENERAPAN PENDEKATAN METAPHORICAL THINKING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH METODE BERBASIS PROYEK MEMANFAATKAN POTENSI LOKAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP

PERAN TEORI CONDITIONING-REINFORCEMENT- SCAFFOLDING BERBANTUAN BAHAN AJAR MASTERY LEARNING PADA KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SERTA SELF-EFFICACY MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING MODEL POLYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MTs

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA SISWA SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TPS BERBASIS RME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 2 PAKISJAYA

BAB II KAJIAN TEORITIK

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

Muhamad Soeleman Universitas Suryakancana Cianjur

IMPLEMENTASI STRATEGI THINK-TALK-WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP 1 KARAWANG TIMUR

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Oleh : Yeyen Suryani dan Sintia Dewiana. Abstrak

EFEKTIFITAS PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

PENERAPAN PENDEKATAN OPEN-ENDED DISERTAI REINFORCEMENT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki peningkatan pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN

IMPLEMENTASI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP KELAS VIII

PROJECT-BASED LEARNING MENGGUNAKAN DYNAMIC SOFTWARE PADA MATERI GEOMETRI SMP

PENCAPAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING (PBL)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

III. METODE PENELITIAN. Pringsewu yang terdiri dari enam kelas, yaitu VIII-1 sampai VIII-6 dengan ratarata

METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Metro

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA SISWA SMP NEGERI 1 RAWAMERTA

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 1 Pringsewu

Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan Vol. 1 No.2 November 2015

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 1 ISSN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN IMPROVE DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA KELAS VIII

METODE PENELITIAN. Bandarlampung Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 200

Keterangan: O : Pretes dan postes X : Pembelajaran dengan pendekatan MEAs : Sampel penelitian tidak dipilih secara acak (Ruseffendi, 1994)

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MTs

Kelas Eksperimen : O X O

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang

PENGARUH MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER BERBANTUAN GEOGEBRA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SAINTIFIK BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Quasi Experimental Research (penelitian

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat 2

Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen karena pemilihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini diuji suatu perlakuan untuk mengetahui hubungan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL TREFFINGER

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Al-Hikmah

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sidosari Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada semester genap Tahun Pelajaran

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: Pembelajaran, hal.

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK

MENINGKATKAN DAYA MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP Tamansiswa

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment).

ASEP GUNAWAN. Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Yogyakarta

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu (quasi experimental research). Menurut Sugiyono (2012:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taufik Rahman, 2015

PENERAPAN PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH PADA ASPEK MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP ABSTRAK

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Bandarlampung yang berlokasi di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Dalam implementasinya di lapangan, penelitian ini menggunakan dua

MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS PADA SISWA SMP

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gerak di Kelas X SMA Negeri 6 Sigi

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 29 Bandar Lampung. Populasi yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Way Pengubuan kabupaten Lampung

Mukti Herdiana, Eko Setyadi Kurniawan, Ashari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperbandingkan kedua model pembelajaran tersebut untuk mengetahui model

[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN GROUP TERHADAP PRESTASI BELAJAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VISUALIZATION AUDITORY KINESTHETIC (VAK)TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA KELAS VIII MTS AL-I ANAH KOSAMBI

BAB III METODE PENELITIAN. matematik siswa dengan menerapkan pendekatan Model Eliciting Activities

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas Eksperimen : O X O... Kelas Kontrol : O O (Sugiyono, 2013)

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Eksperimen Semu (quasi

Transkripsi:

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 293-297 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP DINA MARYAM 1, MOKHAMMAD RIDWAN YUDHANEGARA 2, ATTIN WARMI 3 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Singaperbangsa Karawang, dina.maryam2017@gmail.com 2 Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Singaperbangsa Karawang, mridwan.yudhanegara@staff.unsika.ac.id 3 Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Singaperbangsa Karawang, attin.warmi@yahoo.com Abstrak. Treffinger merupakan model pembelajaran yang mendorang siswa belajar kreatif menggambarkan susunan tiga tahap yang dimulai dengan unsur-unsur dasar dan menanjak ke fungsi-fungsi berpikir yang lebih majemuk. Yaitu tahap basic tools, tahap practice with process, tahap working with real problem. Penelitian ini bertujuan 1) Mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran treffinger lebih baik dari pada model pembelajaran langsung, 2) Mengetahui bagaimana disposisi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran treffinger, 3) Mengetahui bagaimana disposisi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran langsung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan mengambil sampel siswa kelas VII H dan siswa kelas VII I di sekolah SMP Negri 2 Karawang Timur. Analisis data diukur dari nilai pretest dan posttest menggunakan skor N-gain, berdasarkan skor ratarata N-gain diperoleh nilai sebesar 0,76 untuk kelas eksperimen dan 0,63 untuk kelas kontrol. Dari hasil penelitian dan wawancara siswa, disposisi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran treffinger lebih baik dari pada model pembelajaran langsung. Kata kunci : Treffinger, Komunikasi Matematis, Disposisi Matematis Siswa. 1. Pendahuluan Kemampuan komunikasi matematika dan disposisi matematika adalah kemampuan hard skill dan soft skill matematik yang esensial yang perlu dimiliki dan dikembangkan pada siswa yang belajar matematika. Pentingnya memiliki hard skill dan soft skill matematik tersebut adalah sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika. Tujuan pembelajaran antara lain: a) berkomunikasi dengan menggunakan simbol dan idea matematik; b) menumbuhkan rasa percaya diri, menunjukkan apresiasi terhadap keindahan keteraturan sifat-sifat matematika, sikap objektif dan terbuka, rasa ingin tahu,perhatian dan minat belajar matematika (kurikulum matematika 2013). Sumarno dalam Lestari dan Yudhanegara [3] merangkum indikator kemampuan komunikasi matematik meliputi: menyatakan suatu situasi, gambar, diagram atau situasi dunia nyata ke dalam bahasa matematik, simbol, idea, dan model matematika; menjelaskan dan membaca secara bermakna, menyatakan, memahami, menginterpretasi, dan mengevaluasi suatu idea matematika dan sajian matematika secra lisan, tulisan, atau secara visual; mendengarkan, mendiskusikan, dan menulis tentang matematika; dan menyatakan suatu argumen dalam bahasanya sendiri. Aswandi,dkk [1] bahwa disposisi matematik seperti karakter dan nilai tidak diajarkan namun dikembangkan melalui empat langkah yaitu: pemahaman terhadap pengertian karakter 293

294 Implementasi Model Pembelajaran Treffinger untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis.. dan nilai, keteladanan guru dan pembiasaan dalam berperilaku sesuai dengan karakter dan nilai yang diharapkan, dan dilaksanakan dalam pembelajaran yang bersinambung. Untuk meningkatkan komunikasi dan disposisi matematis perlu diterapkan model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran yang cocok salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran treffinger. Model pembelajaran treffinger dapat membantu siswa untuk berpikir kreatif dalam memecahkan masalah, membantu siswa dalam menguasai konsep-konsep materi yang diajarkan, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan potensi-potensi kemampuan yang dimilikinya termasuk kemampuan kreativitas dan kemampuan pemecahan masalah. Tujuan dalam penelitian ini yaitu: a. Untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran treffinger lebih baik dari pada model pembelajaran langsung. b. Untuk mengetahui bagaimana disposisi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran treffinger. c. Untuk mengetahui bagaimana disposisi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran langsung. 2. Metode Menurut Sugiyono, Lestari dan Yudhanegara [3] metode penelitian eksperimen terbagi menjadi 3 bentuk desain yaitu Pre-experimen design, True experimental design, dan Quasy experimental design, karena menurut Sugiyono, Lestari dan Yudhanegara [3] metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode Ekperimen, desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berpungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi experimental, dan bentuk desain penelitian yang digunakan Nonequivalent Pretest-Posttest Control Group Desigen. Dalam desain ini penelitian yang dilakukan pada satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, yaitu satu kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan), dan satu lagi untuk kelompok kontrol atau yang tidak diberi perlakuan. Hanya saja pada desain ini, peneliti memberikan pretes dan postes paa kedua kelompok. Desain ini digunakan dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu ingin mengetahui implementasi model pembelajaran treffnger untuk menigkatkan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa. Berikut merupakan bentuk desain penelitian Nonequivalent Pretest-Posttest Control Group Design O 1 X O 2 O 3 O 4 dan : Test awal (pretest) sebelum perlakuan diberikan : Test akhir (posttest) setelah perlakuan diberikan X : penggunaan moodel pembelajaran Treffinger dalam pembelajaran matematika Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Karawang tahun pelajaran 2016/2017. Sedangka target populasinya adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 2 Karawang Timur yang berjumlah 357 siswa. Menurut Sugiyono, Lestari dan Yudhanegara [3] mengungkapkan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Menurut Lestari dan Yudhanegara [3] menyatakan bahwa purposive sampling teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Maka sampel dalam penelitian ini ditetapkan kelas VII H yang berjumlah 35 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas I yang berjumlah 35 siswa sebagai kelas kontrol yaitu rekomendasi dari guru mata pelajaran matematika.

295 DINA MARYAM, MOKHAMMAD RIDWAN YUDHANEGARA DAN ATTIN WARMI Kemampuan komunikasi sangat penting, dimana siswa diharapkan mampu menyatakan, menjelaskan, mengambarkan, mendengar, menanyakan dan bekerja sama sehingga dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang matematika. Kemampuan komunikasi dipandang sebagai kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan matematika yang dipelajarinya sebagai isi pesan yang harus disampaikan. Menurut Wahyudin [6] komunikasi bisa mendukung belajar para siswa atas konsep-konsep matematis yang baru saat mereka memainkan peran dalam situasi, mengambil, menggunakan objek-objek, memberikan laporan dan penjelasan-penjelasan lisan, menggunakan diagram, menulis, dan menggunakan simbol-simbol matematis. Adapun Indikator Komunikasi Matematis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berdasarkan komunikasi model Jacobsin,dkk, Fachrudin dalam Sutiyani [5] meliputi: 1) Menulis matematis: Pada kemampuan ini siswa dituntut untuk dapat menuliskan penjelasan dari jawaban permasalahannya secara matematis, masuk akal, jelas serta tersusun secara logis dan sistematis; 2) Menggambar secara matematis: Pada kemampuan ini siswa dituntut untuk dapat melukiskan gambar, diagram, dan tabel secara lengkap dan benar; 3) Ekspresi matematik: Pada kemampuan ini siswa diharapkan mampu untuk memodelkan permasalahan matematis secara benar, kemudian melakukan perhitungan atau mendapat solusi secara lengkap dan benar. Disposisi merupakan kecenderungan untuk berlaku dengan cara tertentu. Sedangkan kemampuan disposisi matematis keinginan, kesadaran, kecenderungan dan dedikasi yang kuatpada diri siswa untuk berpikir dan berbuat secara matematis. Berikut uraian indikator disposisi matematis menurut Sumarno, Lestari dan Yudhanegara [3] yaitu: a. Rasa percaya diri dalam menggunakan matematika, menyelesaikan masalah, memberikan alasan dan mengkomunikasikan gagasan. b. Fleksibilitas dalam menyelidiki gagasan matematis dan berusaha mencari metode alternative dalam menyelesaikan masalah. c. Tekun mengerjakan tugas matematika. d. Memiliki minat, rasa ingin tahu dan daya temu dalam melakukan tugas matematika. e. Memonitor dan merefleksikan performance yang dilakukan. f. Menilai aplikasi matematika kesituasi lain dalam matematika dan kehidupan sehari-hari. g. Mengapresiasiperan matematika dalam kultur dan nilai matematika sebagai alat dan sebagai bahasa. Dari hasil yang telah diamati, maka dapat dijabarkan bahwa kemampuan disposisi matematis adalah kemampuan afektif yang ada atau timbul setelah pembelajaran matematika. Ketika dalam proses belajarnya siswa merasa harus menyelesaikan permasalahan-permasalahan matematika tersebut. Model treffinger merupakan salah satu dari model yang menangani masalah kreativitas secara langsung dan memberikan saran-saran praktis bagaimana mencapai keterpaduan. Menurut treffinger, Huda [2], model treffinger adalah model yang berupa untuk mengajak siswa berpikir kreatif dalam memecahkan masalah dengan memperhatikan fakta-fakta penting yang ada di lingkungan sekitar lalu meluncurkan berbagai gagasan dan memilih solusi yang tepat untuk di implementasikan secara nyata. Menurut Shoimin [4] model treffinger untuk mendorong belajar kreatif menggambarkan susunan tiga tahap yang mulai dari unsur-unsur dasar dan menanjak ke fungsi-fungsi berpikir yang lebih majemuk, siswa terlibat dalam kegiatan membangun keterampulan pada dua tahap pertma untuk kemudian menangani masalah kehidupan nyata pada tahap ketiga. Menurut Munandar, Shoimin [4] model treffinger terdiri dari langkah-langkah berikut: a. Tahap I: Basic Tools atau teknik kreativitas meliputi kterampilan berpikir divergen dan teknik kreatif. b. Tahap II: Practice With Process yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan keterampilan yang telah di pelajari pada tahap I dalam situasi praktis. c. Tahap III: Working With Real Problems yaitu menerapkan keterampilan yang dipelajari pada dua tahap pertama terhadap tantangan pada dunia nyata.

296 Implementasi Model Pembelajaran Treffinger untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis.. 3. Hasil dan Pembahasan Berikut merupakan hasil analisis data pretest dan posttest kedua kelas sampel, yang disajikan dalam tabel 1.1: Tabel 1.1 Data Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Nilai Kelas Eksperimen Kelas Kontrol S.dev S.dev Pretest 11,89 4,38 12,31 4,14 Posttest 26,60 15,39 24,29 13,20 Pada tabel 1.1 terlihat bahwa selisih rata-rata skor pretest kelas eksperiman dan kelas kontrol adalah 0,42 sehingga dapat dikatakan kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda jauh. Nilai rata-rata untuk skor posttest kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas eksperimen adalah 26,60 dan kelas kontrol adalah 24,49. Terlihat bahwa selisih kemampuan komunikasi matematis siswa kedua kelas yaitu sekitar 2,11. Sehingga dapat dikatakan bahwa skor kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran Treffinger lebih tinggi dibandingkan skor kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran langsung. Skor pretest kemampuan komunikasi matematis siswa masing-masing memiliki standar deviasi sebesar 4,38 untuk kelas eksperimen dan sebesar 4,14 untuk kelas kontrol, jadi dapat dikatakan bahwa kedua kelas tersebut memiliki penyebaran kemampuan komunikasi matematis siswa yang hampir sama dengan selisih hanya sekitar 0,24. Sedangkan untuk skor posttest kemampuan komunikasi matematis siswa memilki standar deviasi sebesar 15,39 untuk kelas eksperimen dan sebesar 13,20 untuk kelas kontrol. Terlihat bahwa kedua kelas tersebut memiliki perbedaan penyebaran kemampuan komunikasi matematis siswa pada skor posttest, selisih dari kedua standar deviasi skor posttest antara kelas eksperimen dan kontrol sebesar 2,19. Sehingga penyebaran kemampuan akhir komunikasi matematis siswa pada kelas eksperimen lebih menyebar dibandingkan pada kelas kontrol. Data yang diperoleh diuji menggunakan uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Data yang berdistribusi normal pada taraf signifikan lebih dari 0,05 kemudian dilanjutkan dengan uji homogenitas, pada uji ini diketahui bahwa varians kedua kelompok sampel homogen maka selanjutnya dilakukan uji perbedaan dua rata-rata untuk mengetahui kemampuan awal komunikasi matematis siswa kedua kelompok sampel. Pada uji ini dapat diketahui perbedaan kemampuan komunikasi awal siswa dengan melihat nilai t. Nilai = -0,422 dan = 1,995 hal ini menunjukan bahwa < yaitu -0,422 < 1,995 selain itu berdasarkan taraf signifikan terlihat bahwa p-value > 0,05 yaitu 0,674 > 0,05, maka diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal komunikasi matematis siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Untuk mengetahui apakah rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Treffinger lebih baik dari pada siswa yang memperoleh model pembelajaran langsung. Maka dilakukan pengujian statistik terhadap data posttest. Hasil uji menunjukan data kedua kelompok sampel berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Karena data berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen maka dilakukan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji Independent Sampel T-Test untuk melihat rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Treffinger lebih baik dari pada siswa yang memperoleh model pembelajaran langsung. Untuk melihat perbedaannya dapat diketahui dengan membandingkan nilai dan berdasarkan hasil uji perbedaan dua rata-rata diketahui bahwa > yaitu 2,503 > 1,991 selain itu berdasarkan taraf signifikan terlihat bahwa p-value < 0,05 yaitu 0,015 < 0,05, maka ditolak. Sehingga dapat dikatakan bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa

297 DINA MARYAM, MOKHAMMAD RIDWAN YUDHANEGARA DAN ATTIN WARMI yang memperoleh pembelajaran Treffinger lebih baik dari pada siswa yang memperoleh model pembelajaran langsung. Selain itu untuk melihat perbedaan peningkatan antara kedua kelompok sampel maka menggunakan bantuan N-gain untuk melihat rata-rata peningkatan antara kedua kelompok sampel. Berdasarkan hasil perhitung terlihat bahwa rata-rata N-gain kelas eksperimen sebesar 0,76 sedangkan untuk rata-rata N-gain kelas kontrol sebesar 0,63. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa rata-rata peningkatan kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan rata-rata peningkatan kelas kontrol. Kemudian berdasarkan analisis angket kemampuan disposisi matematis siswa yang mendapatkan model pembelajaran Treffinger didapatkan rata-rata persentase sebesar 47,87%. Hal ini menunjukan dengan menggunakan model pembelajaran Treffinger hampir setengah siswa telah memiliki kemampuan disposisi matematis. 4. Kesimpulan Setelah dilakukan analisis terhadap data pretest,maka didapatkan hasil berupa data a. Kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran treffinger lebih baik dari pada model pembelajaran langsung. b. Mengetahui bagaimana disposisi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran treffinger. c. Mengetahui bagaimana disposisi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran langsung. Referensi [1] Aswandi, dkk, (2010) disposisi matematik. pada Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran.mengembangkan kemampuan komunikasi dan disposisi matematika siswa smp melalui discovery learning. [2] Huda, M. (2013). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. [3] Lestari, K. E., dan Yudhanegara, M. R. (2015). Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung: Refika Aditama. [4] Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. [5] Sutiyani, W. (2011). Pengaruh model pembelajaran generatif terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta. [6] Wahyudin, (2012) Pengertian Komunikasi. Pada Jurnal Penerapan Pembelajaran Reciprocal Teaching Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kemandirian Belajar Matematika Siswa.