BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang menyatakan menyerah pada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945. Pada tanggal 17 Agustus Indonesia menyatakan kemerdekaan.kerena sulitnya informasi kabar bahagia itu belum sampai ke seluruh Nusantara, Jepang masih menguasai sebagian Sumatera Utara, serdadu Belanda mendarat di Pantai Cermin, pada tanggal 10 Oktober 1945 atau hampir dua bulan setelah Republik Indonesia berdiri, dengan membonceng para serdadu sekutu (Inggris). Serdadu sekutu yang mendarat itu berjumlah 800 orang dengan bersenjata lengkap dan mutakhir, Royal Artelery 26 Th Indian Division dipimpin oleh Brigjen Ted Kelly, yang sebenarnya bertugas menyerbu daratan Semenanjung Malaya 1. Setelah kemerdekaan para pemuda membentuk organisasi-organisasi yang non politik yang berencana membantu keamanan dan bertujuan membentuk laskar-laskar. Organisawsi itu disebut Barisan Pemuda Indonesia (BPI). Pada tanggal 29 September 1945 di Kabanjahe telah terbentuk Barisan Pemuda Indonesia (BPI) cabang Tanah Karo, dipimpin oleh Matang Sitepu. Dalam proses sejarah selanjutnya, BPI kemudian berubah menjadi BKR (Badan Keselamatan Rakyat) yang merupakan tentara resmi pemerintah 2. Pemebentukan BPI di Tanah Karo melahirkan barisan laskar rakyat. Selamat Ginting bersama Tama Ginting sebagai pelopor Barisan Pemuda Indonesia di tanah Karo, meleburkan semua BPI menjadi Napindo. Peleburan ini terjadi karena BPI yang berubah nama menjadi Pesindo yang awalnya Non-politik berubah menjadi politik. Anggota dari BPI ini di desa masing-masing tercatat sebagai anggota PNI. Untuk menghindari konflik Selamat Ginting membuat sebuah rapat dengan seluruh Ranting-ranting BPI. Dalam rapat ini selamat Ginting meminta agar seluruh anggota BPI bergabung dengan Napindo di bawah PNI. Seluruh peserta rapat setuju hanya ranting Berastagi dan Bunuraya yang tidak setuju sehingga mereka tetap menjadi BPI Pesindo. Napindo yang terbentuk di Tanah Karo dinamakan Napindo Resimen Halilintar. 1 Tridah Bangun, Kilap Sumagan: Biografi Selamat Ginting, Jakarta: Cv Haji Masagung. 1994. Hal 52 2 Teridah Bangun, Pejuang dan Pelopor Industri Kabel Indonesia: Biografi K.Pri Bangun, Jakarta, Kesain Blanc, 1995. Hal 67. 13
Napindo Resimen Halilintar di Tanah Karo juga mengalami penyusunan organisasi. Barisan lasykar rakyat Napindo Halilintar Tanah Karo dipimpin oleh Selamat Ginting dan Ulung Sitepu dibantu oleh Koran Karo-karo, Tama Ginting, T.M. Sinulingga, Turah Perangin-angin, Batas Perangin-angin, dan Matang Sitepu. Para pemuda yang bergabung dalam barisan Napindo ini pada mulanya bersifat sukarela dan tidak terikat secara organisatoris, kecuali terdaftar dalam organisasi itu di kampung masing-masing 3. Pemuda-pemuda ini berlatih pada sore hari di bawah pimpinan seseorang yang pernah mendapat latihan militer atau semi militer. Pelatih ini umumnya adalah bekas Gyugun, Haiho, Talapeta, atau peserta kursus sekolah guru. Napindo Halilintar merupakan barisan pemuda dari Partai Nasional Indonesia (PNI), Napindo merupakan singkatan kata dari Nasionalis Pelopor Indonesia, untuk resiman 3 bernama Napindo Halilintar. Halilintar itu bermakna pasukan yang bergerak secara cepat, mengadakan penyerangan-penyerangan mendadak dan mengundurkan diri secara cepat pula. Kesatuan yang seperti ini sangat diidamkan 4 Oleh Selamat Ginting sehingga dia membentuk nama barisan nya Napindo Halilintar Saat revolusi sosial di Tanah Karo, tindakan yang dilakukan oleh pemudapemuda tidak menimbulkan kerugian harta benda dan korban jiwa yang besar, karena ketua Pesindo Suwarno menghubungi Selamat ginting untuk mengumpulkan Para Sibayak dan Raja Urung di suatu tempat, sehingga mereka terhindar dari aksi pembunuhan, namun harta mereka di rampas semua. Jika dibandingkan dengan kelakuan laskar-laskar yang lain pada saat revolusi yang begitu kejam menyiksa dan merampas harta benda para sultan justru berbanding terbalik yang di lakukan oleh Laskar Napindo Resimen Halilintar ini. Mereka mengasingkan para Sibayak dan raja Urung ke Aceh Tenggara. Pada saat agresi Militer Belanda kesatuan laskar Resimen Halilintar ini ikut mengambil peran dapat dilihat seperti peristiwa Bertah. Disini anggota resimen halilintar berjuang mati-matian untuk menghalau Belanda masuk ke ibu kota yaitu Tiga Binanga. Untuk memperingati perjuangan Resimen Halilintar sehingga di desa 5 Berteh di dirikan Tugu Halilintar. 3 Tridah Bangun, Op. cit. Hal 77. 4 Wawancara dengan Ny.Piah Malem Br Karo (Istri Aml. Selamat Ginting) salah satu anggota Napindo Halilintar di Jambur Halilintar, Tanggal 25 Januari 2014. 5 Wawancara dengan Nurupi Sitepu, anggota Napindo Halilintar, di Kantor Vetran Legiun Tanah Karo, Tanggal 27 maret 2014. 14
Penelitian ini membahas tentang Gerakan Napindo Halilintar Di Tanah Karo (1945-1949). Tahun 1945 merupakan periode awal dari kemerdekaan Indonesia dimana untuk mempertahankan kemerdekaan Negara membutuhkan pasukan untuk mempertahankan kemerdekaan. Pada tanggal 10 Oktober 1945 atau hampir dua bulan setelah Republik Indonesia berdiri Belanda mendarat di Pantai Cermin, dengan membonceng para serdadu sekutu (Inggris). Dalam situasi demikian, api perjuangan semakin membara di Sumatera timur maka saat bersamaan dengan mendaratnya pasukan sekutu di Pantai Cermin. Di kota Medan dibentuklah tentara Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dipimpin oleh Mayor Achmad Tahir dengan kepala markas umum Kapten R. Sucipto. Sebelum TKR terbentuk BPI sudah terbentuk terlebih dahulu sehingga TKR dan BPI di leburkan menjadi BKR 6. Partai politik pun ikut mengambil peran untuk membantu dan mempertahankan kemerdekaan sehingga awal tahun 1946 terbentuklah Lasykar-Lasykar Rakyat salah satunya Napindo Halilintar. Tahun 1949 adalah akhir dari penelitian ini karena pada tahun ini tanah karo sudah bebas dari penjajahan. Seluruh masyarakat keluar dari pengungsian dan kembali ke kampung mereka masing-masing. Selama mempertahankan kemerdekaan Napindo Halilintar mengambil peran yang sangat penting terutama dalam revolusi sosial. Gerakan gerakan Napindo Halilintar tidak banyak merugikan para sibayak ataupun urung. Gerakan menurut kamus antropologi adalah aktivitas dan terencana dan berulang-ulang yang dilancarkan berbagai macam organisasi untuk mewujudkan citacita atau tujuan. Sedangkan gerakan sosial, adalah suatu gerakan dari kelompok sosial untuk kepentingan sosial dan tujuan sosial, sehingga dapat mempertahankan, mengubah, dan mengganti atau menghapus hal-hal yang kurang sesuai dari suatu masyarakat. Sedangkan menurut kamus sosiologi, gerakan sosial adalah suatu organisasi informal yang mungkin mencakup unit-unit yang terorganisasi secara formal yang bertujuan mencapai tujuan-tujuan tertentu. Definisi gerakan di atas sangat sesuai untuk manggambarkan dan menganalisis Gerakan Napindo Halilintar Di Tanah Karo ( 1945-1949). Gerakan sosial di Tanah karo merupakan gerakan dari kelompok sosial yang bertujuan untuk mengubah, mengganti dan menghapus hal-hal yang kurang sesuai dengan tata sosial suatu masyarakat. Peristiwa Di Tanah Karo digerakkan oleh Napindo Halilintar yang merupakan aliansi organisasasi PNI yang dipimpin oleh Mayor Selamat Ginting. 6 Wawancara dengan Manjangi Karo-karo, anggota Napindo Halilintar di Rumah Bpk Manjangi karo-karo Desa Gurusinga, Tanggal 23 Maret 2014. 15
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, untuk mempermudah penulis dalam penulisan dan menghasilkan penelitian yang objektif, maka penulis perlu membatasi masalah yang dibahas. Pokok permasalahan yang dibahas yaitu Gerakan Napindo Halilintar Di Tanah Karo (1945-1949). Dari judul diatas, maka pokok permasalahan yang dibahas kemudian dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana latar belakang berdirinya Laskar Napindo Halilintar di Tanah Karo? 2. Bagaimana proses pembentukan Laskar Napindo Halilintar di Tanah Karo? 3. Bagaimana Pergerakan Laskar Napindo Halilintar di Tanah Karo? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Segala sesuatu yang dilakukan manusia tentunya mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Menjelaskan latar belakang berdirinya Laskar Napindo Halilintar di Tanah Karo. 2. Menjelaskan proses pembentukan Laskar Napindo Halilintar menjadi sebuah laskar rakyat di Tanah Karo. 3. Menjelaskan pergerakan Laskar Napindo Halilintar di Tanah Karo. Manfaat Penelitian Dengan diadakannya penelitian tersebut, diharapkan dapat member manfaat, yaitu : 1. Sebagai sebuah penulisan sejarah yang berguna bagi generasi sekarang khususnya bagi mahasiswa sejarah terutama sebagai bahan perbandingan untuk penelitian sejarah yang lebih dalam di masa depan. 16
2. Menambah khasanah penulisan sejarah lokal, khususnya bagi masyarakat Karo. 3. Sebagai pengembangan ilmu bagi penulis dan pembaca untuk mengembangkan ilmu selanjutnya. 1.4. Tinjaun Pustaka Dalam penyelesaian tulisan tersebut perlu dilakukan tinjauan pustaka dengan menggunakan buku yang berhubungan dengan judul tulisan yakni tentang Gerakan Napindo halilintar Di Tanah Karo (1945-1949). Untuk itu penulis menggunakan beberapa litetatur yang dapat mendukung penulisan skripsi tersebut. Antony Reid, dalam Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya kerajaan Sumatra Timur (1987) di jelaskan bagaimana Gerakan Napindo Halilintar yang menjadi pelopor terjadinya Revolusi di Tanah Karo. Dibalik sebagai pelopor pemimpin Mayor Selamat Ginting mengasingkan para Sibayak atau Raja Urung ke Aceh tenggara sehingga para Sibayak atau Raja Urung terhindar dari Peristiwa Maret yang banyak memakan korban dari kalangan Sultan atau Raja seperti di kerajaan atau kesultanan Serdang dan Langkat. Tridah Bangun, dalam Kilap Sumagan: Biografi Selamat Ginting (1994) buku tersebut merupakan buku Biografi pimpinan Laskar Napindo Halilintar yaitu Mayor Selamat Ginting. Dalam buku tersebut sangat banyak dijelaskan bagaimana awal Napindo Halilintar dibentuk dan gerakan-gerakan yang mereka lakukan dalam mempertahankan kemerdekaan. A.R Surbakti, dalam Perang Kemerdekaan Di Tanah Karo (1979), Kabanjahe Dan Dairi dijelaskan bahwa pada awal tahun 1946 terbentuk berbagai laskar-laskar pemuda dan menghalau penjajah belanda, namun diantara anggota tersebut sering terjadi salah pengertian yang mengakibatkan bentrokan senjata sesama mereka antara lain pasukan Barisan Harimau Liar dengan Napindo Halilintar. Kesalahpahaman terjadi ketika perstiwa revolusi sosial karena Mayor Selamat Ginting mengasingkan para Sibayak atau Raja Urung ke daerah Aceh Tenggara menimbulkan kecurigan Barisan Harimau Liar terhadap Napindo Halilintar. Barisan Harimau Liar beranggapan Napindo Halilintar membela dan mendukung para Sibayak atau Raja Urung. 17
Biro Sejarah Prima, dalam Medan Area Mengisi Kemerdekaan (1976), dijelaskan bagaimana peranan Napindo Halilintar yang dibentuk kedalam tubuh Tentara Republik Indonesia bersama dengan Barisan Harimu Liar menyerang pos-pos pertahanan sekutu di Tanah Karo. 1.5. Metode Penelitian Dalam penulisan sejarah ilmiah, pemakaian metode sejarah sangatlah penting. Metode penelitian sejarah lazimnya disebut sebagai metode sejarah. Metode penelitian tersebut dimaksudkan untuk merekontruksi masa lampau manusia sehingga menghasilkan suatu karya ilmiah yang bernilai. Penelitian tersebut menggunakan metode sejarah yaitu proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dari peninggalan masa lampau 7. Ada beberapa tahap yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tahap heuristik, kritik sumber, interpretasi dan histiografi 8. Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian tersebut adalah heuristik atau pengumpulan data atau bahan-bahan sebanyak mungkin yang memberi penjelasan tentang masalah dalam penelitian yaitu Gerakan Napindo halilintar Di Tanah Karo. Pengumpulan data ini dilakukan dengan dua cara yaitu melalui studi kepustakaan dan studi lapangan. Studi kepustakaan yaitu mencari sumber tertulis yang berasal dari buku seperti dari perpustakaan, perpustakaan daerah maupun dari toko-toko buku lainnya, majalah, surat kabar, hasil laporan penelitian, dan data yang diperoleh dari internet. Adapun buku yang didapat dari perpustakan yaitu buku karangan Payung Bangun yang berjudul Dari Medan Area ke Sipirok Area, buku karangan Tridah Bangun yang berjudul Kilap Sumagan, buku Koentjaraningrat yang berjudul Manusia dan Kebudayaan Indonesia, buku karangn Anthony Reid yang berjudul Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya kerajaan di Sumatera Timur dll. Penulis mencari sumber tentang Napindo Halilintar dan gerakan-gerakan yang dilakukan di Tanah Karo. Studi lapangan dilakukan dengan cara mewawancarai para anggota Napindo Halilintar seperti Ny Piah Malem Br Karo ( Istri Almarhum Mayor Selamat Ginting Pimpinan Napindo Halilintar, Manjangi Karo-karo, M.S. Sembiring,dll. Langkah berikutnya, melakukan kritik terhadap sumber. Untuk memeriksa keabsahan sumber melalui kritik intern yang bertujuan untuk memperoleh fakta yang kredibel dengan cara menganalisis isi ataupun penjelasan dalam sumber tertulis dan 7 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah terjemahan (Nugroho Notosusanto), Jakarta: UI Press,1971, hal. 18. 8 Dudung Abdurahman, Metode Sejarah, Yogyakarta: Logos, 1999,hal. 35. 18
kritik ekstern dalam memperoleh fakta yang otentik dengan cara meneliti asli atau tidaknya sumber tersebut. Data yang ada tentang Gerakan Napindo Halilintar Di Tanah Karo sangat perlu dilakukan kritik sumber. Sesudah melakukan langkah pertama dan langkah kedua berupa heuristik dan kritik sumber, langkah selanjutnya dilakukan interpretasi. Langkah tersebut merupakan metode yang dilakukan untuk menafsirkan fakta-fakta yang sudah diseleksi dan menghasilkan data yang valid. Langkah terakhir yang dilakukan dalam metode penelitian tersebut adalah metode penulisan sejarah atau historiografi. Langkah ini penulis menjabarkan data hasil penelitian sekaligus rangkaian secara kronologis dan sistematis dalam bahasa tulisan dapat berbentuk deskriptif naratif sehingga menghasilkan sebuah karya ilmiah sejarah. Langkah ini menuliskan hasil yang didapatkan selama penelitian yaitu seperti apa Gerakan Napindo Halilintar di Tanah Karo. 19