HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA USIA DEWASA MUDA DI DESA PONDOK KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DAN LAMA KERJA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA USIA DEWASA MUDA DI DESA PONDOK KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan hipertensi. merupakan suatu keadaan di mana tekanan yang tinggi di dalam arteri

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN.

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. 1

HUBUNGAN FAKTOR KONSUMSI MAKANAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI USIA DEWASA MUDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULU KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

Keywords: hormonal contraceptive pills, hypertension, women in reproductive age.

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

DAFTAR ISI. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat...7

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang diangkut oleh darah. Penyakit ini bukan merupakan. penyakit syaraf namun merupakan salah satu penyakit yang

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

*Bidang Minat Epidemiologi *, Fakultas Kesehatan Masyarakat*, Universitas Sam Ratulangi*

Kata Kunci : Status Merokok, konsumsi alkohol, hipertensi

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK, AKTIVITAS FISIK, RIWAYAT KELUARGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGUTER

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS UMBULHARJO I YOGYAKARTA TAHUN 2009

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU OLAHRAGA DAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU SENJA CERIA SEMARANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA USIA DEWASA MUDA DI DESA PONDOK KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh : YULIANA DEWI RACHMAWATI J 410 090 023 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

2

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA USIA DEWASA MUDA DI DESA PONDOK KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO Yuliana Dewi Rachmawati Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (yuliadewi81@ymail.com) ABSTRAK Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular penyebab utama terjadinya stroke dan serangan jantung yang dapat diderita pada usia dewasa muda maupun lanjut usia. Dari hasil catatan Puskesmas Nguter Kabupaten Sukoharjo terdapat 507 kasus pada tahun 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada usia dewasa muda di Desa Pondok Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Metode penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan case control. Populasi penelitian ini adalah penduduk usia dewasa muda sebanyak 208 orang. Sampel kasus adalah penderita hipertensi sebanyak 30 orang dan sampel kontrol sebanyak 30 orang. Teknik pengambilan sampel kasus diambil seluruh penderita hipertensi berdasarkan data di Puskesmas Nguter dengan sampling jenuh, sedangkan sampel kontrol menggunakan Simple Random Sampling. Uji statistik menggunakan chi square dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi adalah aktifitas fisik (p=0,012; OR=5,152) dan konsumsi garam yang berlebihan (p=0,002; OR=6,571). Sedangkan faktor yang tidak berhubungan adalah merokok (p=0,747) dan konsumsi kopi (p=0,457). Kata Kunci : Gaya Hidup, Hipertensi, Usia Dewasa Muda ABSTRACT Hypertension is a cardiovascular disease which is the main cause of stroke and heart attack suffered by the early adults or the elder ones.from documentation goverment clinic of Nguter Sukoharjo regency there are 507 case in 2012. The aim of the research is to analyze the correlation between lifestyle and hypertension to adults in Pondok Village of Nguter in Sukoharjo. The research method was observational analytic method with case control design. The population taken is 30 Hypertension sufferers with 30 people are taken for control samples. The sampling technique is taken from all hypertension patients based on the data from the Health Center of Nguter using total sampling, while the sampling control use Simple Random Sampling. The statistic test uses chi square using SPSS. The result of research explained that the determinant have relationship with the occurrence of hypertension is physical activity (p=0,012; 1

OR=5,152) and over salt intake (p=0,012; OR=6,571). Whereas factor is not have relationship is smoking (p=0,747) and consumption of coffee (p=0,344). Key words : Lifestyle, Hypertension, Early Adult People.. PENDAHULUAN Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Apabila terjadi hipertensi secara terus menerus dapat memicu terjadinya stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik (Rudianto, 2013). Berdasarkan data pola 10 besar penyakit terbanyak di Indonesia tahun 2010, prevalensi kasus hipertensi sebesar 8,24% diantaranya 3,49% pada laki-laki dan 4,75% pada perempuan. Penyakit ini termasuk dalam kategori penyakit dengan Case Fatality Rate tertinggi setelah pneumonia yaitu 4,81% (Kemenkes RI, 2012). Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai diantara penyakit tidak menular lainnya. Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang mempunyai prevalensi hipertensi lebih tinggi dari angka nasional. Kasus tertinggi penyakit tidak menular tahun 2012 pada kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyakit hipertensi esensial. Prevalensi kasus hipertensi primer/esensial di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 1,67% mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 1,96% (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2013). 2

Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo tahun 2012, penyakit hipertensi esensial memperoleh peringkat pertama, dikarenakan mempunyai kasus tertinggi diantara penyakit tidak menular lainnya. Pada tahun 2012 prevalensi penyakit hipertensi di Kabupaten Sukoharjo sebesar 5,78%. Hal ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2011 sebesar 7,29% dan tahun 2010 sebesar 6,6%. Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai diantara penyakit tidak menular lainnya. Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang mempunyai prevalensi hipertensi lebih tinggi dari angka nasional. Kasus tertinggi penyakit tidak menular tahun 2012 pada kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyakit hipertensi esensial. Prevalensi kasus hipertensi primer/esensial di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 1,67% mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 1,96% (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2013). Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo tahun 2012, penyakit hipertensi esensial memperoleh peringkat pertama, dikarenakan mempunyai kasus tertinggi diantara penyakit tidak menular lainnya. Dari salah satu kecamatan di Kabupaten Sukoharjo terdapat kecamatan yang prevalensi hipertensi meningkat dari tahun ke tahun yaitu Kecamatan Nguter. Prevalensi penyakit hipertensi pada tahun 2010 sebesar 7,16%, tahun 2011 sebesar 7,29%, dan tahun 2012 sebesar 7,96% (Puskesmas Nguter, 2012). Berdasarkan survei pendahuluan, diantara 16 desa yang terdapat di Kecamatan Nguter, terdapat desa yang mengalami peningkatan kasus hipertensi 3

salah satunya Desa Pondok. Kasus hipertensi tahun 2010 sebanyak 222 kasus, tahun 2011 sebanyak 316 kasus, dan tahun 2012 sebanyak 507 kasus. Gaya hidup merupakan faktor risiko penting timbulnya hipertensi pada seseorang termasuk usia dewasa muda (21-40 tahun). Meningkatnya hipertensi dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat. Hal-hal yang termasuk gaya hidup tidak sehat, antara lain merokok, kurang olahraga, mengonsumsi makanan yang kurang bergizi, dan stres (Nisa, 2012). Hipertensi merupakan penyakit yang kasusnya dapat meningkat baik pada masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Terjadinya hipertensi pada usia dewasa muda dipengaruhi oleh gaya hidup, seperti pola makan, merokok, dan aktifitas fisik (Junaidi, 2010). Desa Pondok yang jaraknya dekat dengan kota Sukoharjo dan adanya gaya hidup modern telah mengubah sikap dan perilaku manusia. Oleh karena itu peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian tentang hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada usia dewasa muda. Menurut Townsend (2010), hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tekanan darah secara konsisten berada pada atau diatas 140/90 mmhg. Faktor risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi seperti gaya hidup meliputi kebiasaan melakukan aktifitas fisik, merokok, minuman berkafein, dan mengonsumsi garam berlebihan. Sedangkan faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain umur, keturunan (genetik), dan jenis kelamin (Gunawan, 2001). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara gaya hidup dengan kejadian penyakit hipertensi pada usia dewasa muda di Desa Pondok Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. 4

METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah observasional dengan menggunakan rancangan penelitian case control. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk usia dewasa muda di Desa Pondok sejumlah 208 orang. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah gaya hidup yang meliputi merokok, aktifitas fisik, konsumsi kafein, dan konsumsi garam yang berlebihan. Pengumpulan data dilakukan di Desa Pondok dengan melibatkan penderita hipertensi sebanyak 30 orang dan sampel kontrol sebanyak 30 orang yang dilakukan pada bulan Agustus 2013. Teknik pengambilan sampel pada kelompok kasus dalam penelitian ini adalah sampling jenuh, sedangkan pada kelompok kontrol yaitu dengan menggunakan metode Simple Random Sampling (acak sederhana). Jenis data dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Desa Pondok merupakan salah satu dari 16 desa yang terdapat di Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Desa Pondok memiliki luas wilayah sebesar 253,3970 Ha. Adapun batas wilayah Desa Pondok, yaitu sebelah utara adalah Kelurahan Mandan, sebelah selatan adalah Kelurahan Lawu, sebelah barat adalah Kelurahan Kepuh, sebelah timur adalah Kelurahan Tanjung. 5

Berdasarkan data kependudukan, tahun 2012 Desa Pondok memiliki penduduk mencapai 4967 jiwa yang terdiri dari 2509 penduduk laki-laki dan 2458 penduduk perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 1192. Variabel aktifitas fisik dan konsumsi garam yang berlebihan memiliki hubungan dengan kejadian hipertensi pada usia dewasa muda. Sedangkan variabel merokok dan konsumsi kafein tidak memiliki hubungan dengan kejadian hipertensi pada usia dewasa muda. 1. Analisis hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi Tabel 1. Analisis hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi di Desa Pondok Tahun 2013 Kebiasaan Merokok Kasus Kontrol p n (%) n (%) value OR 95% CI Merokok 5 (16,7) 7 (23,3) 0,747 0,657 0,813-2,363 Tidak merokok 25 (83,3) 23 (76,7) Total 30 100 30 100 Tabel 1 menunjukkan bahwa responden pada kelompok kasus maupun kontrol lebih banyak yang tidak merokok dibandingkan dengan yang merokok yaitu masing-masing sebanyak 25 orang (83,3%) pada kasus dan 23 orang (76,7%) pada kontrol. Berdasarkan hasil uji Chi square diperoleh nilai p=0,747 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi di Desa Pondok. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah responden pada kelompok kasus yang merokok lebih sedikit dibandingkan yang tidak merokok. Hal tersebut disebabkan responden pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol lebih banyak perempuan. 6

2. Analisis hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi Tabel 2. Analisis hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi di Desa Pondok Tahun 2013 Kasus Kontrol p Aktifitas fisik n (%) n (%) value OR 95% CI Tidak pernah olahraga 20 (66,7) 11 (36,67) 0,012 5,152 1,573-16,872 Tidak teratur olahraga 4 (13,3) 2 (6,67) 0,168 5,667 0,818-39,267 Olahraga teratur 6 (20) 17 (56,67) - - - Total 30 100 30 100 Tabel 2 menunjukkan bahwa responden pada kelompok kasus maupun kontrol lebih banyak yang tidak pernah olahraga yaitu sebanyak 20 orang (66,7%) pada kasus dan 11 orang (36,67%) pada kontrol. Responden yang tidak menderita hipertensi lebih banyak melakukan olahraga teratur yaitu sebanyak 17 orang (56,67%). Berdasarkan hasil uji Chi square disimpulkan bahwa ada hubungan antara aktifitas fisik tidak pernah melakukan olahraga dengan kejadian hipertensi dengan nilai p=0,012. Responden yang tidak pernah olahraga lebih banyak pada kelompok kasus daripada kelompok kontrol, sedangkan yang melakukan olahraga secara teratur lebih banyak pada bukan penderita hipertensi daripada penderita hipertensi. Nilai OR sebesar 5,152 (95% CI= 1,573-16,872) sehingga dapat diartikan bahwa seseorang tidak pernah melakukan olahraga mempunyai risiko sebesar 5,152 kali terkena hipertensi dibandingkan yang melakukan olahraga`teratur. Berdasarkan hasil uji Chi square disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara aktifitas fisik tidak teratur olahraga dengan kejadian hipertensi dengan nilai 7

p=0,168. Pada kelompok kasus maupun kontrol yang olahraga teratur lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak teratur olahraga, sehingga diperoleh nilai OR sebesar 5,667. Meskipun olahraga tidak teratur hubungannya tidak signifikan dengan kejadian hipertensi namun mempunyai risiko 5,667 kali terkena hipertensi. 3. Analisis hubungan antara konsumsi kopi dengan kejadian hipertensi Tabel 3. Analisis Hubungan antara Konsumsi Kopi dengan Kejadian Hipertensi di Desa Pondok Tahun 2013 Konsumsi Kasus Kontrol p Kopi n (%) n (%) value OR 95% CI Sering 4 (13,3) 1 (3,3) 0,457 4 0,392-40,794 Jarang 13 (43,3) 16 (53,3) 0,91 0,813 0,281-2,348 Tidak pernah 13 (43,3) 13 (43,3) Total 30 100 30 100 Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah responden yang sering mengkonsumsi kopi lebih banyak pada kelompok kasus daripada kelompok kontrol, yaitu 4 orang (13,3%) pada kasus dan 1 orang (3,3%) pada kontrol. Sedangkan baik kelompok kasus maupun kontrol pada responden yang tidak pernah mengkonsumsi kopi jumlahnya sama, yaitu masing-masing sebanyak 13 orang (43,3%). Dari hasil uji Chi square diketahui bahwa nilai p=0,457>0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara sering konsumsi kopi dengan kejadian hipertensi. Responden baik kelompok kasus maupun kontrol yang tidak pernah mengkonsumsi kopi lebih banyak daripada yang sering mengkonsumsi kopi. Tetapi, responden yang sering mengkonsumsi kopi sedikit lebih banyak pada kelompok yang menderita hipertensi daripada kelompok yang tidak 8

menderita hipertensi. Nilai OR sebesar 4 (95% CI=0,392-40,794) sehingga dapat diartikan bahwa orang yang sering mengkonsumsi kopi berisiko 4 kali terkena hipertensi dibandingkan dengan yang tidak pernah minum kopi, meskipun hubungannya tersebut tidak terbukti signifikan. Dari hasil uji Chi square diperoleh nilai p= 0,910>0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara seseorang yang jarang mengkonsumsi kopi dengan kejadian hipertensi. Responden baik pada kelompok kasus maupun kontrol lebih banyak yang jarang minum kopi, sedangkan responden yang tidak pernah minum kopi jumlahnya sama antara kelompok kasus dan kontrol. 4. Analisis hubungan antara konsumsi garam yang berlebihan dengan kejadian hipertensi Tabel 4. Analisis Hubungan antara Konsumsi Garam yang Berlebihan dengan Kejadian Hipertensi Sering 23 76,7 10 33,3 0,002 6,571 2,109-20,479 Tidak sering 7 23,3 20 66,7 Total 30 100 30 100 Tabel 4 menunjukkan bahwa pada penderita hipertensi (kasus) lebih banyak yang sering mengkonsumsi garam yang berlebihan yaitu sebanyak 23 orang (76,7%) dibandingkan dengan bukan penderita hipertensi yaitu sebanyak 10 orang (33,3%). Konsumsi Makanan Asin Kasus Kontrol P n (%) n (%) value OR 95% CI Berdasarkan hasil uji Chi square diketahui bahwa nilai p=0,002<0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara konsumsi garam yang berlebihan dengan kejadian hipertensi. Responden yang sering mengkonsumsi 9

makanan asin lebih banyak pada kelompok kasus daripada kelompok kontrol, sedangkan yang tidak sering mengkonsumsi makanan asin lebih banyak pada bukan penderita hipertensi daripada penderita hipertensi. Nilai OR sebesar 6,571 (95% CI= 2,109-20,479) sehingga dapat diartikan bahwa seseorang yang sering mengkonsumsi garam yang berlebihan mempunyai risiko terkena hipertensi sebesar 6,571 kali dibandingkan dengan yang tidak sering mengkonsumsi garam yang berlebihan (makanan asin). Simpulan 1. Tidak ada hubungan antara merokok dengan kejadian penyakit hipertensi pada usia dewasa muda di Desa Pondok. 2. Ada hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian penyakit hipertensi pada usia dewasa muda di Desa Pondok. 3. Tidak ada hubungan antara konsumsi kafein dengan kejadian penyakit hipertensi pada usia dewasa muda di Desa Pondok. 4. Ada hubungan antara konsumsi garam yang berlebihan dengan kejadian penyakit hipertensi di Desa Pondok. SARAN 1. Bagi masyarakat Bagi masyarakat hendaknya merubah gaya hidup yang berisiko menimbulkan penyakit hipertensi seperti merokok, kurangnya aktifitas fisik, konsumsi kafein, dan konsumsi garam yang berlebihan, terutama yang memiliki riwayat keluarga penderita hipertensi. 10

2. Bagi Instansi Kesehatan Petugas kesehatan memberikan upaya promotif dan preventif pada masyarakat mengenai kejadian hipertensi yang dapat dilakukan kerjasama dengan instansi kesehatan lainnya, misalnya meningkatkan informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya memeriksakan tekanan darah secara berkala. 3. Bagi peneliti lain Bagi penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor risiko terjadinya hipertensi dengan variabel penggunaan kontrasepsi hormonal. Daftar Pustaka Anggara Dwi, F H dan Prayitno N. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni Cikarang Barat. Jakarta: Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES MH. Thamrin. Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vol 5/ No. 1 Bustan, MN. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT Rineka Cipta Depkes RI. 2008. Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007. Jakarta: Depkes RI DKK Sukoharjo. 2012. Data penyakit hipertensi di Kabupaten Sukoharjo. Sukoharjo: DKK Sukoharjo Dinkes Provinsi Jawa Tengah. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012. Jawa Tengah: Dinkes Provinsi Jawa Tengah Gunawan, Lany. 2001. Hipertensi. Yogyakarta: Kanisius Haryono R dan Setianingsih S. 2013. Awas Musuh-musuh Anda Setelah Usia 40 Tahun. Yogyakarta: Goysen Publishing Junaidi, Iskandar. 2010. Hipertensi. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer 11

Kemenkes RI. 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Kemenkes RI Mappiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usana Offset Printing Muliyati Hepti, Syam Aminuddin, dan Sirajuddin Saifuddin. 2011. Hubungan Pola Konsumsi Natrium dan Kalium serta Aktifitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di RSUP. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Artikel Penelitian. Makassar: Universitas Hasanuddin Nisa, Intan. 2012. Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Penyakit Darah Tinggi. Jakarta: Dunia Sehat Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Puskesmas Nguter. 2013. Data penyakit hipertensi di Puskesmas Nguter. Nguter: Puskesmas Nguter. Pradono, Julianty. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi di Daerah Perkotaan (Analisis Data Riskesdas 2007). Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Balitbangkes. Gizi Indon. Vol. 1/ No. 33 Hal 59-66 Rudianto, Budi F. 2013. Menaklukan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta: Sakkhasukma Sigarlaki, Herke. 2006. Karakteristik dan Faktor Berhubungan dengan Hipertensi di Desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia. Makara Kesehatan. Vol. 10/No. 2 Hal 78-88. Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Sunaryati, SS. 2011. 14 Penyakit Paling Sering Menyerang dan Sangat Mematikan. Yogyakarta: Flashbooks Susilo, Y dan Wulandari. 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: Andi Syahrini E N, Susanto H S dan Udiyono Ari. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Primer di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 1/No. 2/2012 Hal 315-325. Townsend, Raymond R. 2010. 100 Tanya Jawab Soal Hipertensi. Jakarta: PT Indeks Wismanto, Bagus dan Sarwo Budi. 2007. Strategi Penghentian Perilaku Merokok. Semarang: Unika Soegijapranata 12

Widjaja dkk. 2013. Prehypertension and hypertension among young Indonesian adults at a primary health care a rural area. Jakarta: Universitas Indonesia. Vol. 22/No. 1 World Health Organization (WHO). 2011. Non Communicable Disease Country Profiles. Diunduh : 21 Mei 2013. Http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs290/en/index.html Yeni, Y, Djannah, SN, Solikhah. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan. Vol. 4/No. 2/2010 Hal. 76-143 ISSN: 1978-0575 13