THE INFLUENCE OF EARLY AMBULATION AGAINST TFU OF PUERPERIUM MOTHERS ON PUERPERIUM MOTHERS AT BPM ERLINA DARWIS. Evi Susanti *

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM SPONTAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

HUBUNGAN SENAM NIFAS DENGAN PROSES INVOLUSIO UTERI DI DESA CANDIREJO

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POSTPARTUM DI BLUD RS H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EFEKTIVITAS ANTARA SENAM NIFAS VERSI A DAN SENAM NIFAS VERSI N TERHADAP KELANCARAN INVOLUSIO UTERI DI PUSKESMAS BINUANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN PENELITIAN DOSEN YAYASAN

Jujuren Br. Sitepu Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan Keperwatan Gigi. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009). Proses pemulihan kesehatan

PERANAN MOBILISASI DINI TERHADAP PROSES INVOLUSI PADA IBU POST PARTUM (Studi di Polindes Rabiyan Puskesmas Bunten Barat Kabupaten Sampang)

BAB I PENDAHULUAN. hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kematian

JURNAL EDUHEALTH Volume 4 Nomor 2, September 2014

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN INVOLUSIO UTERUS PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

MOTIVASI IBU POSTPARTUM MELAKUKAN SENAM NIFAS SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP INVOLUSIO UTERI HARI KETIGA PADA IBU POSTPARTUM DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI BENIS JAYANTO NGENTAK, KUJON, CEPER, KLATEN

SATUAN ACARA PENYULUHAN DETEKSI DINI PADA CA MAMAE

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM YANG MELAKSANAKAN SENAM NIFAS

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kematian maternal merupakan prioritas utama dalam Millennium. Development Goals (MDG s). Kematian maternal menjadi indikator

BAB I PENDAHULUAN. melihat derajat kesehatan perempuan. Salah satu target yang ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. panggul atau ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN RETENSIO URINE PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG AMBULASI DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012

PENGARUH TEKNIK BIRTHBALL TERHADAP LAMANYA PERSALINAN KALA I DI BPS HERANOVITA KABUPATEN ACEH UTARA

BAB V PEMBAHASAN. A. Tinggi Fundus Uteri Awal pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan. Pada masa ini terjadi perubahan sistem -sistem dalam tubuh, atau

STUDI DESKRIPTIF TENTANG PEMULIHAN ORGAN REPRODUKSI PADA MASA NIFAS DI BPM SRI HARINI TOSUTAN KRANGGAN POLANHARJO KLATEN TAHUN 2016 INTISARI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERCEPATAN INVOLUSI UTERI PADA IBU POSTPARTUM PERVAGINAM DI RUANG KEBIDANAN RSUD TOTO KABILA KAB.

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP KECEPATAN INVOLUSI UTERI IBU POST PARTUM DI DESA GEDANGAN GROGOL SUKOHARJO

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

Library reference : ( ) : Early Mobilization

PENGERTIAN MASA NIFAS

BAB I PENDAHULUAN. semua orang disegala usia adalah salah satu tujuan dari. Development Goals (SDGs). Tak luput dari sasaran SDGs angka kematian ibu

PENGARUH MASASE UTERUS TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POSTPARTUM DOMISILI DEMAK DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2 Agustus 2011 EFEKTIFITAS MENYUSUI PADA PROSES INVOLUSIO UTERI IBU POST PARTUM 0-10 HARI DI BPS KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

PERBEDAAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI BERDASARKAN JENIS PERSALINAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS DAN POST SECTIO CAESAREA

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR DENGAN LAMA WAKTU INVOLUSI UTERUS DI BPS SUHARTINI KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KEBUMEN INTISARI

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara

HUBUNGAN STATUS PEKERJAANDENGAN PEMANFAATAN BUKU KIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR. Oleh:

1

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

HUBUNGAN PARTUS LAMA DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RUANG VK BERSALIN RSUD. DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian ibu mulai dari masa kehamilan, persalinan dan nifas. Pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kesehatan reproduksi wanita menjadi perhatian yang perlu

HUBUNGAN GRAVIDITAS DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RSUD

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY C P 2002 DENGAN POST HPP KARENA RETENSIO PLASENTA DI RSUD dr.soegiri LAMONGAN TAHUN 2015

TINDAKAN KEPERAWATAN POST PARTUM NORMAL DAN ADAPTASI FISIOLOGI PADA IBU POST PARTUM DI RUMAH SAKIT ACEH

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP INVOLUSI UTERUS PADA IBU POST PARTUM PRIMIPARA PERVAGINAM DI KLINIK BERSALIN TUTUN SEHATI TANJUNG MORAWA TAHUN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY C P 2002 DENGAN POST HPP KARENA RETENSIO PLASENTA DI RSUD dr.soegiri LAMONGAN TAHUN 2015

PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN SENAM NIFAS DI BPS NY.YENIE IKA SUGIARTI SST

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN INVOLUSI UTERUS IBU POST PARTUM NORMAL HARI KE 7

BAB I PENDAHULUAN kelahiran dibandingkan 16 per kelahiran di negara maju. Indonesia

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

Kata kunci: mobilisasi dini, penyembuhan luka operasi, sectio caesarea(sc)

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen.

BAB I PENDAHULUAN. persalinan dan nifas (Riswandi, 2005). Angka Kematian ibu (AKI) di Indonesia

Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas tentang Perawatan Luka Perineum

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP KECEPATAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI (TFU) PADA PRIMIPARA POST PARTUM

Referat Fisiologi Nifas

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2010

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PADA IBU POST SECTIO CAESARIA. Endang Rudjianti, Khomsiami Abdillah Akademi Kebidanan YAPPI Sragen

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMAMPUAN MOBILISASI DINI IBU POST SCDI DETASEMEN KESEHATAN RUMAH SAKIT TK IV KEDIRI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita

MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERAWATAN PAYUDARA TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRISEMESTER III DI RSUD SURAKARTA

Agus Byna 1, Laurensia Yunita 2, Indah Ratna Sari * *Korespondensi Penulis, Telepon : ,

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN SENAM HAMIL DENGAN KEMAJUAN PERSALINAN KALA 1 FASE AKTIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KAB. JOMBANG TAHUN 2013

HUBUNGAN PELAKSANAAN SENAM HAMIL TERHADAP KEJADIAN KALA II LAMA DI RSUD dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2015 ABSTRAK

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : UMI CHABIBAH

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP KECEPATAN INVOLUSI UTERUS PADA IBU NIFAS DI BPS SRI JUMIATI KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH IMD (INISIASI MENYUSU DINI) TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA UPT BLUD PUSKESMAS MENINTING KABUPATEN LOMBOK BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi kesehatan dunia yaitu Worid Health Organization (WHO) telah membuat program-program untuk meningkatkan derajat kesehatan

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang Tanda Bahaya Kehamilan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil

BAB I PENDAHULUAN. persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 2012; h. 87).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

Pengaruh Penyuluhan Tentang Mobilisasi Dini Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Post Sectio

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perawatan merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM PADA IBU BERSALIN DI RSUD PRINGSEWU TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa prevalensi infeksi pada masa nifas mencapai 10%

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harapan seseorang (Arifin dan Rahayu, 2011). diartikan sebagai rasa senang dan kelegaan seseorang dikarenakan

HUBUNGAN PERSALINAN KALA II LAMA DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU. LAHIR DI RSUD.Dr.H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN Husin :: Eka Dewi Susanti

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung

EFEKTIFITAS SENAM NIFAS TERHADAP INVOLUSIUTERI DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN. Puput Risti Kusumaningrum* ABSTRAK

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA DI RSIA NORFA HUSADA BANGKINANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

GAMBARAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU NIFAS DAN PERAN BIDAN TERHADAP BOUNDING ATTACHMENT DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. lahir sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di negara-negara

Transkripsi:

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU NIFAS DI BPM ERLINA DARWIS DI KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2015 Evi Susanti* ABSTRAK Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin dengan melatih bagian - bagian tubuh untuk melakukan peregangan atau belajar berjalan. Dari studi pendahuluan yang penulis lakukan diperoleh 2 dari 4 orang ibu bersalin yang melakukan mobilisasi dini berupa miring kiri kanan tinggi fundusnya lebih rendah dari 2 orang ibu yang tidak melakukan mobilisasi dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada ibu nifas di BPM Erlina Darwis tahun 2015. Penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimental design dengan rancangan One Group Pretest- Posttest design. Penelitian dilakukan pada bulan September-Oktober di BPM Erlina Darwis Bukittinggi dengan sampel sebanyak 10 responden diambil secara consecutive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi dan lembar pencatatan. Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi. Data dianalisis dengan uji statistik Wilcoxon Match Repairs test dengan derajat kepercayaan 95 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 10 responden yang melakukan mobilisasi dini 9 mengalami penurunan TFU yang signifikan dan 1 responden tidak mengalami penurunan TFU. Dari uji statistik didapatkan p value = 0,011 < 0,05. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara mobilisasi dini dengan penurunan tinggi fundus uteri pada ibu nifas di BPM Erlina Darwis Bukittinggi. Diharapkan pada instansi pelayanan kesehatan khususnya bidan, agar dapat menerapkan mobilisasi dini pada ibu nifas karena sangat baik untuk menekan kejadian perdarahan. Kata Kunci : Mobilisasi Dini, Tinggi Fundus Uteri THE INFLUENCE OF EARLY AMBULATION AGAINST TFU OF PUERPERIUM MOTHERS ON PUERPERIUM MOTHERS AT BPM ERLINA DARWIS Evi Susanti * ABSTRACT Early ambulation is a set of light activity such as walking or strecthing that carried out as soon as possible to train parts of body. From first study shows two other the five maternal that are doing early ambulation such sleep sideways have lower TFU than the other three. The research aims is to observe the effect of early ambulation on reduction of TFU in puerperium mothers at Erlina Darwis BPM. The methodology of the research is using a pre-experimental design with One group pretest-posttest design. The observation and data gathering is done to 10 puerperium mothers since september to oktober in Erlina Darwis BPM using observation sheet and re cording sheet. Data processing is computerized and analyzed using wilcoxon matched pairs test with degree of confidences of 95%. The result show out from 10 respondents which doing early ambulation, 1 of them are having their TFU lowered, while the other three are not. The statistic test give p-value is 0.011 that lower than 0.05. The observation and analysis before, early ambulation have big influence to the reduction of TFU of puerperium mothers at Erlina Darwis BPM. It is better if the health agencies especially the midwifes to apply early ambulation on puerperium mothers because it reduces the bleeding accidents. Keywords: Early Ambulation, Fundus uteri (TFU) * Dosen STIKes Prima Nusantara Bukittinggi Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol. 7 No. 1 Januari 2016 1

PENDAHULUAN Salah satu Tujuan Pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) 2015 adalah perbaikan kesehatan maternal.yang mana diharapkan pada tahun 2015 AKI turun menjadi 108 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI,2012). Pada dua dekade ini Indonesia mendapat pujian dari WHO karena sukses dalam program kesehatan ibu dan anak (KIA), buktinya dari survey SDKI, AKI dapat turun secara bertahap yakni tahun 1997, pemerintah mampu menurunkan AKI mencapai 334 per 100.000 kelahiran hidup dari 390 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1994. Dan terakhir dalam SDKI 2007, AKI Indonesia sudah mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup, namun pada tahun 2012 dunia kembali melirik Indonesia karena AKI melonjak drastis yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Keadaan ini membuat Indonesia kehilangan harapan untuk mencapai MDGs 2015, dan tentunya Indonesia harus bekerja keras mengatasi penyebab AKI (SDKI, 2012). Berdasarkan survey penyebab AKI di Indonesia ada dua yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung diantaranya perdarahan (42%), eklampsia/preeklamsi (13%), abortus (11%), infeksi (10%), partus lama (9%),dan lain-lain (15%). Sementara penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain kurang energi kronis pada kehamilan, anemia pada kehamilan dan pendidikan ibu yang masih rendah (widojudarwanto, 2013). Dari data diatas dapat disimpulkan bahwasanya perdarahan masih menjadi penyebab utama kematian ibu.salah satu untuk mencegah terjadinya perdarahan ini yaitu dengan melakukan asuhan pada masa nifas.masa nifas (puerperium) adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009).Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.masa nifas berlangsung kurang lebih 6 minggu (Prawirohardjo, 2008) Pada masa nifas (puerperium) ini terdiri dari tiga tahapan yaitupuerperium dini, puerperium intermedial, dan remote puerperium. Pada puerperium dini, kepulihannyayaitu ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan, sedangkan puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu, dan romate puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi (Saleha, 2009). Dari ketiga tahapan puerperiumtersebut pada tahapan pertamalah dilakukannya mobilisasi dini.mobilisasi dini ini sangat penting bagi ibu karena pada masa ini ibu akan belajar kembali untuk bergerak ringan seperti miring kanan, miring kiri, duduk dan lain-lain seusai bersalin. Dilakukannya mobilisasi dini pada ibu nifas bertujuan agar ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation, yaitu melakukan pergerakan yang mana otot-otot perut dan panggul akan kembali normal dan otot perut ibu menjadi kuat kembali, dan dapat mengurangi rasa sakit pada ibu, sehingga faal usus dan kandung kemih lebih baik. Bergerak juga akan merangsang gerak peristaltic usus kembali normal, aktivitas ini membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula (Fefendi, 2008). Menurut soelaiman mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di tempat tidur dengan melatih bagian bagian tubuh untuk melakukan peregangan atau belajar berjalan.mobilisasi dini atau Ambulasi dini (Early ambulation) ialah kebijakan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan (Saleha, 2009).Sedangkan Kasdu (2003) berpendapat tidak melakukan mobilisasi dini dapat mengakibatkan peningkatan suhu tubuh karena adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi.salah satu tanda infeksi adalah peningkatan suhu tubuh. Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri akan keras, dan tinggi fundus akan normal. Jika keadaan ibu sudah seperti itu maka resiko perdarahan abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang terbuka.tidak hanya itu mobilisasi dini juga bermanfaat untuk memulihkan kondisi tubuh ibu jika dilakukan dengan benar dan tepat.(jurnal Newborn Nursing, 2010) Selain itu mobilisasi dini dapat mengurangi bendungan lochia dalam rahim, meningkatkan peredaran darah sekitar alat kelamin, mempercepat normalisasi alat kelamin dalam ke keadaan semula (Manuaba, 2004). Mobilisasi dini penting ketika terjadinya penurunan TFU dan mempercepat proses penyembuhan pada ibu nifas sehingga mobilisasi dini sangat tepat untuk dijadikan terapi yang menjadikan tindakan nonfarmakologios yang harus diintervensikan pada ibu nifas. Namun mobilisasi ini belum efektif dilakukan, karena kebanyakan ibu mengatakan iatakut untuk bergerak karena menurutnya akanmembuat luka lama sembuh, kemudian sebagiannya lagi mengatakan ia malas dan merasa capek setelah proses bersalin. Asumsi seperti ini tidaklah benar sama sekali, sebab mobilisasi dini dapat membantu pemulihan tinggi fundus uteri secara bertahap. Dengan bergerak, hal ini akan mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga juga mengurangi nyeri, selain itu mobilisasi dini juga bermanfaat dalam kelancaran peredaran darah, memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh, serta mengembalikan kinerja fisiologis organorgan vital dan dapat mempercepat terjadinya involusi uteri.involusi uteri dipengaruhi oleh tiga hal yaitu autolysis, aktifitas otot dan iskemik. Autolysis adalah penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya hyperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang 10 kali dan menjadi 5 kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil, akan susut kembali mencapai keadaan semula. Aktifitas otot adalah adanya retraksi dan kontrksi dari otot-otot setelah anak lahir, yang diperlukan untuk menjepit pembulu darah yang pecah karena adanya kontraksi dan retraksi yang Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol. 7 No. 1 Januari 2016 2

terus-menerus ini menyebabkan terganggunya peredaran darah di dalam uterus yang mengakibatkan jaringanjaringan otot-otot tersebut menjadi lebih kecil. Iskemik adalah kekurangan darah pada uterus. Kekurangan darah ini bukan hanya karena kontraksi dan retraksi yang cukup lama seperti tersebut diatas tetapi disebabkan oleh pengurangan aliran darah yang pergi ke uterus di dalam masa hamil, karena uterus harus membesar menyesuaikan diri dengan pertumbuhan janin. Seperti dijelaskan di atas bahwa mobilisasi dini dapat meningkatkan tonus otot yang sangat dibutuhkan untuk mempercepat proses involusi uteri dan pada akhirnya dapat mengurangi insiden perdarahan post partum. Seperti yang kita ketahui bahwasanya perdarahan masih menempati posisi pertama yang memicu kematian ibu di Indonesia bahkan di dunia(usu Repository, 2009). Jadi pelaksanaan mobilisasi dini bagi ibu post partum sangat bagus sekali. Mobilisasi dini yang dilakukan secara teratur, dapat mempercepat involusi uteri. Bila involusi uteri berjalan lancar maka tinggi fundus uteri dengan sendirinya akan turun. Dengan demikianperdarahan post partum dapat dicegah sebab otot-otot uterus berkontraksi sehingga pembuluhpembuluh darah yang terbuka akibat perlekatan placenta akan terjepit, dan secara tidak langsung angka kematian ibu (AKI) dapat ditekan. Penelitian ini pernah dilakukan oleh Indah mahasiswa UPN yang dilakukan di Paviliun Melati RSUD Jombang dengan judul hubungan mobilisasi dini dengan penurunan TFU dan hasilnya terdapat hubungan antara mobilisasi dini dengan penurunan tinggi fundus ibu nifas. Dari studi pendahuluan yang penulis lakukan di BPM Erlina Darwis pada tanggal 12 September sampai15 oktober 2015, didapatkan bahwa 2 dari 4 orang ibu bersalin yang melakukan mobilisasi dini berupa miring kiri dan miring kanan pada ibu nifas tinggi fundusnya lebih rendah dari pada 2 orang ibu yang tidak melakukan mobilisasi dini, alasan ibu tidak melakukan mobilisasi dini diantaranya karena takut, malas dan juga capek karena habis bersalin. Di Klinik Bersalin Harapan Bunda Kabupaten Dharmasraya pasien bersalin dalam sebulan kurang lebih 5-10 orang, dan di BPM ini bidan sering menerapkan konsep mobilisasi dini kepada pasiennya. Dengan begitu sampel yang dibutuhkan dalam penelitian dapat terpenuhi, dan dengan konsep mobilisasi dini yang diterapkan diklinik ini maka dapat mempermudah serta menunjang penelitian penulis. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian ini, yaitu tentang pengaruh mobilisasi dini terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada ibu nifas di BPM Erlina Darwis Bukittinggi tahun 2015. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh mobilisasi diniterhadap penurunantinggi fundus uteri pada ibu nifas di BPM Erlina Darwis tahun 2015. SUBJEK DAN METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode pra eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui segala gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu.pendekatan yang digunakan pada pra eksperimen ini adalah one group pretest posttest.dalam one group pretest posttest ini peneliti membandingkan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan (intervensi) (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai oktober 2015, yang bertempat di BPM Erlina Darwis Bukittinggi. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu nifas 24 jam post partum di BPM Erlina Darwis Bukittinggi. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah ibu nifas 24 jam post partum, dengan jumlah sampel 10 responden ibu nifas. Pengambilan sampel dilakukan dengan tekhnik consecutive sampling. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Univariat Umur Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di BPM Erlina Darwis Bukittinggi 2015 Kelompok Umur Jumlah < 35 tahun 9 responden > 35 tahun 1 responden Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa ibu nifas yang berumur 35 tahun yaitu sebanyak 9 responden. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu nifas tidak mengalami resiko tinggi. Paritas Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas di BPM Erlina Darwis Bukittinggi Tahun 2015 Paritas Jumlah Primigravida 1 responden Multigravida 9 responden Berdasarkan tabel 2 didapatkan bahwa responden multipara lebih banyak dari pada primigravida yaitu 9 responden. Hal ini menunjukkan bahwa responden lebih didominasi oleh ibu multipara. Tinggi Fundus Uteri Tabel 3. Tinggi Fundus Uteri Sebelum dan Sesudah Mobilisasi Dini Di BPM Erlina Darwis Bukittinggi Tahun 2015 Tinggi Fundus Uteri Std. Std. Eror Mean N (TFU) Deviation Mean Pre-Mobilisasi Dini 11.8000 10 1.61933.51208 Post-Mobilisasi Dini 8.6000 10 1.71270.54160 Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa adanya penurunan tinggi fundus uteri responden setelah melakukan mobilisasi dini, yaitu pada nilai rerata tinggi fundus uteri ibu turun sebesar 3 cm. Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol. 7 No. 1 Januari 2016 3

Analisa Bivariat Tabel 4. Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Penurunan TFU Ibu Nifas di BPM Erlina Darwis Bukittinggi 2015 Tinggi Fundus Standar Standar P Mean N Uteri (TFU) Deviation Eror Value Pre-Mobilisasi Dini 11,80 1,61 0,51 0,001 10 Post-Mobilisasi Dini 8,60 1,71 0,54 Pada tabel 4 dapat dilihat perubahan tinggi fundus uteri setelah dan sebelum responden diberikan treatment. Disana terlihat jelas bahwasanya penurunan tinggi fundus unteri ibu setelah melakukan mobilisasi dini menurun 3 cm yaitu dari 11.80 cm menjadi 8.60 cm, sedangkan standar deviasi 1,61 cm menjadi 1,71 dan standar error 0,51 cm menjadi 0,54. Dari hasil uji statistik α 0,05. Pada bab ini dengan membandingkan nilai pre test dan post test didapatkan tingkat signifikansi nilai P-Value = 0.001 yang artinya lebih kecil dari α 0.05 berarti Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh mobilisasi dini terhadap penurunan TFU pada ibu nifas di BPM Erlina Darwis Bukittinggi Tahun 2015. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap ibu nifas sebanyak 10 responden. Didapatkan rerata sebelum melakukan mobilisasi dini sebesar 11.80 cm. Sebelum melakukan mobilisasi dini rata-rata tinggi fundus uteri ibu setelah 24 jam post partum adalah setinggi pusat, hal ini termasuk dalam kategori normal namun perlu pengawasan yang ketat agar tidak terjadi perdarahan pada ibu. (Fefendi, 2008) Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di tengah, kira-kira 2 jari di bawah pusat. Pada saat ini besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu beratnya kira-kira 1000 gr. Dalam waktu 12 jam, TFU mencapai kurang lebih 1 jari di atas pusat. Dalam beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-kira 1 sampai 2 jari setiap 24 jam. Pada hari pascapartum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara pusat dan simfisis. Uterus tidak bisa di palpasi pada hari ke-9 masa nifas. (Bobak dkk, 2004) Adapun hal-hal yang mempengaruhi penurunan tinggi fundus uteri pada ibu yaitu kehamilan multiple, hidramnion, kelelahan akibat persalinan yang panjang dan kesulitan melahirkan, multipara atau efek fisiologis akibat kelebihan analgesic, ada bagian plasenta atau membran yang tertahan, kandung kemih penuh. (Saleha, 2009) Berdasarkan tinggi fundus uteri sebelum mobilisasi dini yang didapatkan pada penelitian ini, maka terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki tinggi fundus normal dan hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Indah mahasiswa UPN yang meneliti tentang Hubungan mobilisasi Dini dengan penurunan Tinggi Fundus Uteri Ibu dengan hasil 15 dari 20 responden memiliki tinggi fundus uteri normal sebesar 12-13 cm. Menurut asumsi peneliti penurunan tinggi fundus uteri ibu nifas sebelum mobilisasi dini sangat berpengaruh terhadap karakteristik yang ada, yaitu berdasarkan umur ibu dan juga paritas atau jumlah persalinan yang dilalui ibu. Ini sesuai dengan teori yang mana menyatakan umur dan paritas mempengaruhi penurunan tinggi fundus uteri pada ibu nifas. Dari hasil penelitian, pada tabel 4.3 dengan memberlakukan mobilisasi dini pada semua responden secara bertahap untuk menurunkan tinggi fundus uteri maka didapatkan rerata sebesar 8.60 cm, sehingga ini menurun dari hasil sebelum melakukan mobilisasi dini sebesar 3 cm. Jika dilihat dari data tersebut maka responden mengalami penurunan tinggi fundus uteri setelah melakukan mobilisasi dini. Hal ini karena mobilisasi dapat memperlancar darah ke dalam uterus sehingga kontraksi uterus akan baik dan fundus uteri akan menjadi keras. Kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang terbuka dan perdarahan tidak terjadi sehingga penurunan TFU berlangsung dengan cepat. Mobilisasi dini merupakan aktivitas segera yang dilakukan secepat mungkin setelah beristirahat beberapa jam dengan beranjak dari tempat tidur ibu pada persalinan normal. Mobilisasi dapat mengurangi bendungan lochia dalam rahim, meningkatkan peredaran darah sekitar alat kelamin, mempercepat normalisasi alat kelamin dalam ke keadaan semula. (Bobak dkk, 2004) Berdasarkan hasil tinggi fundus uteri setelah mobilisasi dini yang didapatkan pada penelitian ini, maka terlihat bahwa sebagian besar responden mengalami penurunan tinggi fundus uteri dan hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh martini mahasiswa pasca sarjana UI yang meneliti tentang Efektivitas Mobilisasi Dini Terhadap Percepatan Penurunan Tinggi Fundus Uteri dengan hasil 25 dari 30 responden mengalami penurunan tinggi fundus uteri. Menurut asumsi peneliti mobilisasi dini sangat penting dilakukan, sebab mempercepat penurunan tingi fundus, sehingga proses involusi pada ibu nifas berjalan lancar. Dengan begitu mobilisasi dini sangat tepat untuk dijadikan terapi yang menjadikan tindakan nonfarmakologios yang harus diintervensikan pada ibu nifas. Ini terbukti pada hasil penelitian dimana sebagian besar ibu mengalami penurunan tinggi fundus uteri namun masih terdapat 3 responden yang tidak mengalami penurunan tinggi fundus uteri, yangmana sebagian besar ibu tersebut adalah primigravida. Dari observasi peneliti penurunan tinggi fundus uteri ini tidak terjadi karena ibu tidak maksimal dalam melakukan mobilisasi dini, dimana ibu takut untuk bergerak sebab ibu primigravida kebanyakan mengalami robekan pada jalan lahir sehingga ia diheating untuk memberhentikan perdarahan. Maka disini dibutuhkan peran bidan untuk menjelaskan kepada ibu betapa pentingnya mobilisasi dini dan hal tersebut tidak akan berdampak buruk pada jahitan ibu. Berdasarkan data hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pengaruh mobilisasi dini terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada ibu nifas adalah sengat besar dimana terjadinya penurunan sebesar 3 cm yaitu dari 11.80 cm menjadi 8.60 cm. Dari data hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa setelah melakukan mobilisasi dini ibu nifas mengalami penurunan tinggi fundus uteri. Ini Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol. 7 No. 1 Januari 2016 4

menunjukkan mobilisasi dapat mempengaruhi penurunan tinggi fundus uteri pada ibu nifas setelah 24 jam post partum. Mobilisasi dini dapat langsung dilakukan setelah melahirkan, asalkan rasa nyeri dapat ditahan dan keseimbangan tubuh tidak lagi menjadi gangguan, dengan bergerak masa pemulihan untuk mencapai keadaan seperti sebelum melahirkan dapat dipersingkat. Hal ini akan mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga juga mengurangi nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang pada akhirnya justru akan mempercepat penurunan tinggi fundus uteri. (Bobak dkk, 2004) Dari hasil penelitian ini, tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Indah mahasiswa UPN yang meneliti tentang hubungan mobilisasi dini dengan penurunan tinggi fundus uteri ibu yang mendapatkan hasil yang signifikan dengan p-value 0.00. Selain itu juga pernah diteliti oleh martini mahasiswa pasca sarjana UI yang meneliti tentang efektivitas mobilisasi dini terhadap percepatan penurunan tinggi fundus uteri, didapatkan p- Value sebesar 0.013. Menurut asumsi peneliti, jika dilihat dari hasil observasi dan juga penelitian sebelumnya mobilisasi dini sangat bermanfaat bagi ibu nifas. Dengan melakukan mobilisasi dini secara bertahap proses penurunan tinggi fundus uteri lebih cepat sehingga pengeluaran lochea dan sisa plasenta menjadi lancar serta kontraksi uteruspun menjadi lebih bagus, ini akan memperkecil terjadinya resiko perdarahan post partum pada ibu dan komplikasi masa nifas lainnya. DAFTAR PUSTAKA Bobak, dkk. 2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC Hidayat, Alimul, 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulsian Ilmiah, Jakarta ; Salemba Medika. Indah, 2010, Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri. Kebidanan. UPN. http://www.jurnal.com. Yogyakarta, diakses bulan Mai 2015. Selekta, Kapita, Kejadian Perdarahan Dalam Masa Nifas. 2000. http://www.pdgorgkapitapustaka.com, diakses bulan Mai 2015. Kasdu, 2003. Periode-Periode Nifas. http://www.pdgorgkasdu64646.com. Jakarta, diakses bulan Mai 2015. Martini, 2011, Efektivitas Mobilisasi Dini Terhadap Percepatan Penurunan Tinggi Notoatmodjo, Soekidjo, 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta ; Rineka Cipta. Nursalam, 2008. Metodologi Penelitian, Jakarta : Salemba Medika Prawirohardjo, Sarwono, 2008. Ilmu Kebidanan, Jakrta ; PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Saleha, Sitti, 2009. Asuhan Pada Masa Nifas, Jakarta : Salemba Medika KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN 1. Sebagian besar responden memiliki tinggi fundus uteri normal sebelum melakukan mobilisasi dini yaitu dengan rerata sebesar 11.80 cm. 2. Sebagian besar responden mengalami penurunan tinggi fundus uteri setelah melakukan mobilisasi dini yaitu dengan rerata sebesar 8.60 cm. 3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara mobilisasi dini dengan penurunan tinggi fundus uteri pada ibu nifas. Setelah dilakukan analisis statistik dengan Uji T didapatkan nilai p-value = 0,001. SARAN Agar dapat meningkatkan pengetahuan dan merubah pola pikir serta sikapnya mengenai pentingnya mobilisasi dini terhadap ibu nifas. Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol. 7 No. 1 Januari 2016 5