INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang nomor 25 tahun 1999, tentang. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah telah memberikan

INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KECAMATAN KUBUTAMBAHAN

Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Musi Rawas

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA INSPEKTORAT KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PENGADILAN TINGGI MANADO TAHUN 2016

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN PENGELOLA PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017

2012, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Ev

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN,

INDIKATOR KINERJA UTAMA ( I K U )

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 91 TAHUN No. 91, 2016 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH KOTA MEDAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (LAKIP) (LAKIP TAHUN 2016 DINAS KOPERASI, UKM PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN GRESIK

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN TULANG BAWANG

PERATURAN GUBERNUR BANTEN

RENCANA KERJA (RENJA) PEMBANGUNAN DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN

REFORMASI BIROKRASI. Pengantar

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN DAN PELAPORAN KINERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 34 Tahun 2016 Seri E Nomor 25 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG

2016, No Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 267, Tamba

PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepo

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 21 SERI E

WALIKOTA TEBING TINGGI

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 14

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

I N S P E K T O R A T

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Dalam Modul Pembentukan Auditor Ahli yang berjudul Akuntabilitas

SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

2015 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI BALI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PERJANJIAN KINERJA

RENCANA STRATEGIS

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

L A P O R A N K I N E R J A

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI KABUPATEN MUSI RAWAS

INDIKATOR KINERJA UTAMA ( IKU )

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kantor Camat Kandis Kabupaten Siak Tahun 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH

Ikhtisar Eksekutif. vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BLITAR PENGUKURAN KINERJA ESELON 3 - TAHUN 2017

BERITA NEGARA. KEPOLISIAN. LAKIP. Penyusunan. Laporan.

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

I K U D P R K P P. I K U Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman & Pertanahan DPR K P P K a b u p a t e n L a h a t 1-1

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

KATA PENGANTAR BUPATI BARRU, TTD. Ir. H. ANDI IDRIS SYUKUR, MS.

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017

MENTERIPERHUBUNGAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA 01 L1NGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

Transkripsi:

DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 Dinas Kehutanan Jl. Sulaiman Amin Muara Beliti Sumsel Phone / Fax : (0733) 4540089 e-mail: kehutananmusirawas@yahoo.co.id

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS DINAS KEHUTANAN Komplek Perkantoran Pemda Musi Rawas Jln. Pemda I, Muara Beliti Sumatera Selatan 31661 Telp/Fax (0733) 4540089 MUARA BELITI KEPUTUSAN KEPALA DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS Nomor : /KPTS/KEHUT/2012 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR UTAMA DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010-2015 KEPALA DINAS KEHUTANAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/91M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan indikator Kinerja Utama di Lingkungan Intansi Pemerintah, perlu menetapkan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas dengan Keputusan Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas. Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Intansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);. 2. Intruksi Peresiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah; 3. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER 19/M.PAN/512007 tentang Pedoman Umum Penetanpan Indikator Kinerja Umum di Lingkungan Intansi Pemerintah; 4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 5. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Repormasi Birokerasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akutanbilitas Kinerja Intansi Pemerintah; 6. Peraturan Daerah Kabupaten Musi Rawas Nomor 2 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Musi Rawas ( Lembar Daerah Kabupaten Musi Rawas Tahun 2008 Nomor 2); 7. Peraturan Daerah Kabupaten Musi Rawas Nomor 7 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Musi Rawas Tahun 2005-2025 ( Lembar Daerah Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Nomor 7); 8. Peraturan Daerah...

8. Peraturan Daerah Kabupaten Musi Rawas Nomor 13 Tahun 2011 tentang Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 2015 (Lembar Daerah Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 2015 (Lembaran Daerah Kabupaten Musi Rawas Tahun 2011 Nomor 13); 9. Peraturan Bupati Musi Rawas Nomor 58 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas (Berita Daerah Kabupaten Musi Rawas Tahun 2008 Nomor 58); 10. Keputusan Bupati Musi Rawas Nomor 106/KPTS/KEHUT/2012 tentang Pengesahan Rencana Setrategis Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015; 11. Keputusan Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas Nomor 53/KPTS/KEHUT/2012 tentang Penetapan Rencana Strategis Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015; M E M U T U S K A N Menetapkan : KESATU : Indikator Kinerja Utama sebagaimana tercantum dalam Lampiran keputusan ini, merupakan acuan ukuran kinerja yang digunakan oleh SKPD untuk menetapkan rencana kerja tahunan, menyampaikan rencana kerja dan anggaran, menyusun dokumen penetapan kerja, menyusun laporan akutanbilitas kinerja serta melakukan evaluasi penyampaian kinerja sesuai dengan dokumen Rencanan Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015. KEDUA : Menyusun laporan akuntabilitas kinerja dan evaluasi terhadap pencapaian kinerja kepada Bupati Musi Rawas sebagai acuan dalam penyusunan laporan akuntabilitas kinerja intansi Pemerintah Kabupaten Musi Rawas untuk disampaikan kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokerasi. KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa segala sesuatunya akan diadakan perubahan dan perbaikan sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini. Ditetapkan di Muara Beliti Pada Tanggal 24 Februari 2012 KEPALA DINAS, Ir. AGUS SETYONO, MP Pembina Utama Muda NIP.19600402 198703 1 005

KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan Kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-nya Indikator Kinerja Utama (IKU) Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas ini dapat diselesaikan. Penyusunan Indikator Kinerja Utama ini pada dasarnya merupakan amanat dari Undangundang Nomor : 28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi, Nepotisme dan Inpres No. 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor : 29 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor : Per/20/MANPAN/11/2008 tentang Petunjuk Penyusunan Indikator Kinerja Utama. Kami sadar bahwa dokumen IKU ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran senantiasa kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan dalam penyusunan IKU di tahun mendatang. Akhir kata, semoga Indikator Kinerja Utama ini bermanfaat bagi Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas juga pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengevaluasi kinerja Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas. Muara Beliti, Februari 2012 Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas, Ir. Agus Setyono, MP Pembina Utama Muda NIP. 19600402 198703 1 005

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kerangka pembangunan good governance, kebijakan umum pemerintah adalah ingin menjalankan pemerintahan yang berorientasi pada hasil (result oriented government). Orientasi pada input, terutama uang, seperti selama ini dijalankan, hendak ditinggalkan. Pemerintah yang berorientasi pada hasil pertama-tama akan fokus pada kemasalahatan bagi masyarakat, berupa upaya untuk menghasilkan output dan outcome yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Output merupakan hasil langsung dari program-program atau kegiatan yang dijalankan pemerintah dan dapat berwujud sarana, barang, dan jasa pelayanan kepada masyarakat, sedangkan outcome adalah berfungsinya sarana, barang dan jasa tersebut sehingga memberikan manfaat bagi masyarakat. Output dan outcome inilah yang selayaknya dipandang sebagai kinerja, bukan kemampuan menyerap anggaran seperti persepsi yang ada selama ini. Namun demikian uang tetap merupakan faktor penting untuk mencapai kinerja tertentu berupa baik output maupun outcome. Money follows function, bukan sebaliknya, karena itu prinsip dasar manajemen berbasis kinerja adalah no performance, no money. Sehubung dengan itu maka system akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang telah dibangun dalam rangka upaya mewujudkan good govermance dan sekaligus result oriented government, perlu terus dikembangkan dan informasi kinerjanya diintegrasikan ke Dalam system penganggaran dan pelaporan sesuai dengan alamat UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara serta berbagai peraturan perundangan di bawahnya. Dengan demikian, ke depan anggaran Negara baik pusat maupun daerah menjadi anggaran berbasis kinerja, yaitu anggaran yang dihitung dan disusun berdasarkan perencanaan kinerja, atau dengan kata lain dihitung dan disusun berdasarkan kebutuhan untuk menghasilkan output dan outcome yang diinginkan masyarakat. Dengan anggaran berbasis kinerja ini akan dapat dilakukan penelusuran alokasi anggaran ke kinerja yang direncanakan, dan pada setiap akhir tahun anggaran juga dapat dilakukan penelusuran realisasi anggaran dengan capaian kinerjanya. Hal ini akan memudahkan evaluasi untuk mengetahui cost efficiency dan cost effectiveness anggaran instansi bersangkutan, sekaligus memudahkan pencegahan dan deteksi kebocoran anggaran. Salah satu upaya untuk memperkuat akuntabilitas dalam rangka penerapan tata pemerintah yang baik di Indonesia adalah telah dikeluarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : PER/09/M.PAN/5/2007, Tanggal 31 Mei 2007, tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur 1

Negara, Indikator Kinerja Utama adalah ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi. Setiap instansi Pemerintah wajib menetapkan indicator Kinerja Utama secara formal untuk tujuan dan sasaran strategis untuk masing-masing tingkatan (level) secara berjenjang. Indicator Kinerja Utama (IKU) instansi pemerintah harus selaras antar tingkatan unit organisasi meliputi indicator kinerja keluaran (output) dan hasil (outcome). Indicator Kinerja Utama (IKU) pada tingkat Kementrian Negara/Departemen/LPND/Pemprov/ Pemkab/Pemkot sekurang-kurangnya adalah indicator hasil (outcome) sesuai dengan kewenangan, tugas dan fungsinya masingmasing, IKU pada unit kerja setingkat Eselon I adalah indicator hasil (outcome) dan atau keluaran (output) yang singkat lebih tinggi dari keluaran (output) unit kerja dibawahnya, sedangkan IKU pada unit organisasi setingkat Eselon II/Satuan Kerja/Unit kerja mandiri sekurang-kurangnya adalah indicator keluaran (output). Dengan diterapkannya Indikator Kinerja Utama di lingkungan Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas secara formal dalam suatu lembaga pemerintah, diharapkan akan diperoleh informasi kinerja yang penting dan diperlukan dalam menyelenggarakan manajemen kinerja secara baik serta diperolehnya ukuran keberhasilan dari pencapaian suatu tujuan dan sasaran strategis Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas yang digunakan untuk perbaikan kinerja dan peningkatan akuntabilitas kinerja. Perlunya ditetapkan indicator-indikator kinerja adalah agar terdapat proses yang wajar yang digunakan baik oleh para pelaksana dan pimpinan dalam mengelola usahausaha organisasi instansi agar mencapai hasil atau berkinerja tinggi. Logika pentingnya indicator kinerja ini dapat dijelaskan mulai dari pentingnya pengukuran kinerja sampai pada hal-hal yang rinci dalam mengelola organisasi secara umum agar berjalan efektif dan efisien. Hal ini dapat dimulai dari pentingnya mengukur dan mengetahui kinerja dan hasil, dengan menjelaskan jika kita tidak bias mengetahui kinerja dan hasil kita sendiri. Jika kita tidak dapat mengukur apakah kegiatan dan program kita berhasil atau kinerja kita bagus, maka kita tidak memahami kegiatan atau program kita sendiri. Jika kita tidak paham, maka kita tidak bisa mengendalikannya. Jika kita tidak bisa mengendalikannya, maka kita tidak bisa memperbaikinya. Lebih lanjut, jika kita tidak dapat mendemonstrasikan hasil dan kinerja kita, kita tidak dapat berkomunikasi dengan para stakeholders kita secara baik, kita tidak dapat menjelaskan nilai yang dapat diciptakan dari uang rakyat yang dibelanjakan. Dan kemudian, menyangkut hal-hal yang lebih rinci lagi, jika kita tidak mengukur kinerja dan hasil kita, maka kita tidak bisa membedakan apakah kita berhasil atau gagal, kita tidak bisa belajar darinya, kita tidak bisa menghargai keberhasilan dan mempertahankan keberhasilan, dan bahkan mungkin memberi penghargaan kepada kegagalan, dan mungkin lebih parah lagi mengulangi kesalahan yang sama berkali-kali dan memboroskan sumber daya. 2

Jika dapat mengukur kinerja kita, maka kita dapat mengetahui banyak hal seperti : - Dapat member penghargaan kepada yang berhasil; - Dapat mengetahui biaya sebenarnya; - Dapat menghubungkan antara biaya dan hasil; - Dapat menentukan apakah lebih baik dikerjakan sendiri atau perlu outsourcing; - Dapat meningkatkan kinerja - Dapat memilih alternative terbaik; dsb. Singkatnya, jika kita dapat mengukur kinerjanya, kita akan dapat mengerjakan tugas-tugas kita secara baik dan lebih berhasil. Jadi secara konseptual, indicator kinerja adalah alat penting dalam membangun system pengukur kinerja. Pengukuran kinerja dilakukan untuk mengelola kinerja agar organisasi dapat mencapai hasil yang baik dan kinerja yang tinggi. B. MAKSUD DAN TUJUAN PETUNJUK PELAKSANAAN Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Indikator Kerja Utama ini dimaksudkan untuk memberikan panduan langkah-langkah kerja yang harus dilaksanakan oleh berbagai instansi pemerintah dalam menetapkan indicator kinerja utama pada berbagai tingkatan organisasi. Sedangkan tujuan penyusunan Petunjuk Pelaksanaan ini adalah agar terwujud peningkatan pemahaman tentang indicator kinerja utama diberbagai instansi pemerintah yang pada akhirnya akan memperluas instansi pemerintah yang menetapkan indicator kinerja utama. Pada akhirnya, setiap instansi pemerintah tersebut akan memanfaatkan indicator kinerja utamanya dalam perencanaan, penganggaran, pengukuran, pelaporan maupun pemberian penghargaan dan sanksi. Dengan demikian, tujuan petunjuk pelaksanaan ini dapat dijabarkan sebagai berikut : 1) Penetapan indicator yang digunakan untuk mengukur kinerja; 2) Meriviu seperangkat indicator kinerja yang sudah ada; 3) Pengembangan system pengukuran kinerja; 4) Pengembangan system pelaporan kinerja yang digunakan untuk memberikan umpan balik di berbagai tingkatan organisasi dan pengguna informasi kinerja; 5) Diseminasi informasi dan penyuluhan akan pentingnya penetapan indicator kinerja sebagai dasar pengukuran kinerja; 6) Riviu dan evaluasi kinerja secara mandiri oleh instansi pemerintah sampai satuansatuan kerja terendah. 3

C. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Agar diperoleh pemanfaatan yang optimal dari petunjuk pelaksanaan ini, maka sistematika pembahasan diupayakan untuk mampu dipahami pembaca agar dapat melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan dalam penetapan indicator kinerja utama. Sistematika tersebut adalah sebagai berikut : 1. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini disajikan latar belakang perlunya penetapan indicator kinerja utama bagi setiap instansi pemerintah serta maksud dan tujuan petunjuk pelaksanaan ini. 2. BAB 2 PENGERTIAN INDIKATOR KINERJA Pada bab ini diuraikan tentang definisi indicator kinerjanya, syarat dan kriteria indicator kinerja yang baik serta bagaimana menggunakan indicator kinerja tersebut. 3. BAB 3 PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA Bab ini menyajikan pengertian tentang indicator kinerja utama, tujuan penggunaan indicator kinerja utama, langkah-langkah yang dilaksanakan dalam rangka penetapan indicator kinerja utama, serta penerapan dan pengkomunikasian. 4. BAB 4 PENGEMBANGAN INDIKATOR KINERJA UTAMA Sangat disadari bahwa indicator kinerja yang telah ditetapkan suatu instansi pemerintah adalah bersifat dinamis, untuk itu pada bab ini akan diuraikan bagaimana langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengembangkan indicator kinerja ini agar selalu selaras dengan kebutuhan organisasi. 4

BAB II PENGERTIAN INDIKATOR KINERJA A. PENGERTIAN INDIKATOR KINERJA Indikator adalah variable-variabel yang mengindikasikan atau member petunjuk kepada kita tentang suatu keadaan tertentu, sehingga dapat digunakan untuk mengukur perubahan (Green, 1992). Sedangkan Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang hendak atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur. Berdasarkan pengertian diatas, maka pengertian indicator kinerja dapat dipahami seperti dibawah ini : Indicator kinerja adalah sesuatu yang dijadikan alat ukur kinerja atau hasil yang dicapai. Indicator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan dan sasaran yang telah ditetapkan. Indicator kinerja memberikan penjelasan, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, mengenai apa yang di ukur untuk menentukan apakah tujuan sudah tercapai. Indicator kinerja adalah suatu yang mengindikasikan terwujudnya kinerja yang diinginkan. Indicator kinerja adalah ukuran kinerja yang digunakan untuk mengetahui perkembangan upaya dalam mencapai hasil dan hasil kerja yang dicapai. Indicator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang ditetapkan organisasi. Oleh karena itu, indicator kinerja harus merupakan sesuatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja baik dalam tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, maupun tahap setelah kegiatan selesai dan berfungsi. Selain itu, indicator kinerja digunakan untuk meyakinkan bahwa kinerja hari demi hari organisasi/unit kerja yang bersangkutan menunjukan kemajuan dalam rangka menuju tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam perencanaan strategis. Dengan demikian, tanpa indicator kinerja, sulit bagi kita untuk menilai kinerja (keberhasilan atau ketidakberhasilan) kebijakan/program/kegiatan dan pada akhirnya sulit juga untuk menilai kinerja instansi/unit kerja pelaksanaanya. Membuat rencana kinerja berarti membuat rencana mengenai outcome yang akan dihasilkan oleh organisasi. Rencana yang hanya berfokus mengenai penggunaan input, pemilihan kegiatan, dan output yang akan di buat, baru merupakan rencana kerja. Instansi pemerintah belum disebut berkinerja sebelum dapat menunjukan keberhasilan pencapaian outcome-nya. Namun demikian, outcome mungkin baru bisa dicapai setelah 5

beberapa tahun kemudian. Sehingga instansi pemerintah mungkin baru benar-benar bisa menunjukan keberhasilan kinerjanya setelah beberapa tahun kemudian. Untuk hal seperti ini, instansi pemerintah harus mampu menunjukan hubungan antara output-output dan aktivitas yang telah dikerjakan setiap tahunnya dengan kinerja yang baru akan diperoleh dimasa yang akan dating. Kapan kinerja tersebut dapat dicapai juga sudah harus direncanakan sejak awal. Apabila hal tersebut dipenuhi, instansi pemerintah tersebut telah dapat menyatakan output dan kegiatan tahunannya sebagai kinerja sementara dalam rangka mencapai kinerja sesungguhnya beberapa tahun kemudian. Perlu dibedakan apa yang akan dihasilkan (kinerja) dengan apa yang akan dikerjakan (aktivitas) atau apa yang akan dibuat (output). Misal terselenggaranya sosialisasi mengenai peraturan perundang-undangan merupakan aktivitas/kegiatan sosialisasi yang sering dianggap sudah merupakan kinerja. Seharusnya apa yang dihasilkan dari adanya sosialisasi yang sering di anggap sudah merupakan kinerja. Seharusnya apa yang dihasilkan dari adanya sosialisasi tersebut yang dinyatakan sebagai kinerja. Tersusunnya peraturan perundang-undangan merupakan output yang sering di anggap sebagai kinerja. Seharusnya perubahan apa yang akan terjadi dengan adanya output tersebut yang direncanakan sebagai kinerja. Kinerja bukan juga merupakan sesuatu yang disediakan atau dibeli, misalnya tersedianya seperangkat computer/kendaraan, tetapi apa yang dihasilkan dari adanya seperangkat computer/kendaraan tersebut yang dijadikan sebagai kinerja., apakah jangka waktu yang penyelesaian pekerjaan jadi lebih cepat. B. SYARAT DAN KRITERIA INDIKATOR KINERJA Sebelum menetapkan seperangkat indicator kinerja, terlebih dahulu perlu diketahui syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu indicator kinerja. Syarat-syarat yang berlaku untuk semua indicator kinerja tersebut adalah sebagai berikut : 1. Relevan indicator kinerja harus berhubungan dengan apa yang di ukur dan secara objektif dapat digunakan untuk pengambilan keputusan atau kesimpulan tentang pencapaian apa yang diukur. 2. Penting/menjadi prioritas dan harus berguna untuk menunjukan keberhasilan, kemajuan, atau pencapaian (accomplishment). 3. Efektif dan layak; data/informasi yang berkaitan dengan indicator kinerja yang bersangkutan dapat dikumpulkan, diolah, dan dianalisis dengan biaya yang layak. Indicator kinerja yang baik dan cukup memadai, setidak-tidaknya memenuhi criteria yang terdiri dari : 1. Spesifik, artinya indicator kinerja harus sesuai dengan program dan atau kegiatan sehingga mudah dipahami dalam memberikan informasi yang tepat tentang hasil atau capaian kinerja dari kegiatan dan atau sasaran; 6

2. Dapat dicapai artinya indicator kinerja yang ditetapkan harus menantang namun bukan hal yang mustahil untuk dicapai dan dalam kendali instansi pemerintah; 3. Relevan, suatu indicator kinerja harus dapat mengukur sedekat mungkin dengan hasil yang akan diukur; 4. Menggambarkan sesuatu yang diukur, indicator yang baik merupakan ukuran dari suatu keberhasilan. Harus terdapat kesepakatan tentang interpretasi terhadap hasil yang akan digunakan sebagai ukuran; 5. Dapat dikuantifikasi dan diukur, indicator dalam angka (jumlah atau persentase nilai dolar, tonase, dsb) atau dapat diukur untuk dapat ditentukan kapan dapat dicapai. Sedangkan indicator kualitatif adalah indicator yang bersifat pengamatan deskriptif (pendapatan ahli atas suatu kekuatan instansi atau penjelasan mengenai suatu perilaku). C. TIPE DAN JENIS INDIKATOR KINERJA Berdasarkan tipenya, indicator kerja dapat dibagi menjadi : 1. Kualitatif; menggunakan skala (misal : baik, cukup, kurang) 2. Kuantitatif absolute; menggunakan angka absolut (missal : 30 orang, 80 unit); 3. Persentase; menggunakan perbandingan angka absolute yang diukur dengan populasinya (missal : 50%, 100%); 4. Rasio; membandingkan angka absolute dengan angka absolute lain yang terkait (missal : rasio jumlah tenaga auditor dibandingkan jumlah obyek pemeriksaan); 5. Rata-rata; angka rata-rata dari suatu populsi atau total kejadian (missal : rata-rata biaya pelatihan per peserta dalam suatu diklat); 6. Indeks, angka patokan dari beberapa variable kejadian berdasarkan suatu rumus tertentu (missal : indeks harga saham, indeks pembangunan manusia). Untuk tujuan analisis dan perencanaan indicator kinerja juga dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, seperti : 1. Sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan output dan outcome (kuantitas, kualitas, dan kehematan); 2. Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam menghasilkan barang atau jasa (frekuensi proses, ketaatan terhadap jadwal, dan ketaatan terhadap ketentuan/standar); 3. Output dalam bentuk barang atau jasa yang dihasilkan dari suatu kegiatan (kuantitas, kualitas, dan efisiensi); 4. Hasil actual atau yang diharapkan dari barang atau jasa yang dihasilkan (peningkatan kuantitas, perbaikan proses, peningkatan efisiensi, peningkatan kualitas, perubahan prilaku, peningkatan efektivitas, dan peningkatan pendapatan); 5. Akibat langsung atau tidak langsung dari tercapainya tujuan, indicator dampak adalah indicator outcome pada tingkat yang lebih tinggi hingga ultimate. 7

D. PENGGUNAAN INDIKATOR KINERJA Seiring dengan gelombang menuju kepemerintahan yang baik (good govermence) instansi pemerintah diwajibkan untuk memenuhi kinerja yang telah diperjanjikan dan memberikan bukti mengenai pemenuhan janji tersebut. Kinerja yang dijanjikan harus diukur apakah benar-benar telah dipenuhi. Untuk mengukur kinerja digunakan alat ukur yang dalam buku ini disebut dengan indicator kinerja. Indicator kinerja akan memberikan gambaran mengenai apakah instansi pemerintah berhasil atau gagal memenuhi janjinya. Lebih jauh lagi, indicator kinerja akan memberikan informasi mengenai kinerja suatu instansi pemerintah atau seseorang apakah dia berhasil atau gagal, baik atau tidak baik, sesuai ketentuan atau tidak, dan sebagainya. Dengan adanya informasi tersebut, organisasi dapat membuat keputusan-keputusan yang dapat memperbaiki kegagalan, mempertahankan keberhasilan, dan meningkatkan kinerjanya dimasa yang akan dating. Secara umum indicator kinerja memiliki beberapa fungsi, sebagai berikut : a. Memperjelas tentang apa, berapa, dan bagaimana kemajuan pelaksanaan kegiatan/program dan kebijakan organisasi. b. Menciptakan konsekuensi yang dibangun oleh berbagai pihak terkait untuk menghindari kesalahan interprestasi selama pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan dan dalam menilai kinerjanya termasuk kinerja instansi pemerintah yang melaksanakannya. c. Membangun dasar bagi pengukuran, analisis, dan evaluasi kinerja organisasi/unit kerja. 8

BAB III PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA A. PENGERTIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA Dalam rangka pengukuran dan peningkatan kinerja serta lebih meningkatkan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, maka setiap instansi pemerintah perlu menetapkan indikator kinerja utama (IKU). Untuk itu pertama kali yang perlu dilakukan instansi pemerintah adalah menentukan apa yang menjadi kinerja utama dari instansi pemerintah yang bersangkutan. Kinerja utama dari instansi adalah hal utama apa yang akan diwujudkan oleh instansi yang bersangkutan, atau untuk mewujudkan apa instansi pemerintah dibentuk, yang menjadi core areal business dan tertuang dalam tugas dan fungsi serta kewenangan utama instansi pemerintah. Dengan demikian kinerja utama terkandung dalam tujuan dan sasaran strategis instansi pemerintah, sehingga IKU adalah merupakan ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis instansi pemerintah. Dengan kata lain IKU digunakan sebagai ukuran keberhasilan dari instansi pemerintah yang bersangkutan. B. TUJUAN PENGGUNAAN INDIKATOR KINERJA UTAMA Tujuan dari ditetapkannya indicator kinerja utama bagi setiap instansi pemerintah adalah : 1. Untuk memperoleh informasi kinerja yang penting dan diperlukan dalam menyelenggarakan manajemen kinerja secara baik. 2. Untuk memperoleh ukuran keberhasilan dari pencapaian suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi yang digunakan untuk perbaikan kinerja dan peningkatan akuntabilitas kinerja. Dengan ditetapkannya indicator kinerja utama, instansi pemerintahan dapat menggunakannya untuk beberapa dokumen, antara lain : Perencanaan Jangka Menengah. Perencanaan Tahunan Perencanaan Anggaran Penyuluhan Dokumen Penetapan Kinerja Pendukung Kinerja Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Evaluasi Kinerja Instansi Pemerintah Pemantauan dan Pengendalian Kinerja Pelaksanaan Program dan Kegiatan-kegiatan. Dalam penyusunan perencanaan jangka menengah seperti Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Rencana Strategis (RENSTRA) K/L maupun SKPD, maka 9

IKU ini akan digunakan untuk mengukur sejauh mana keberhasilan pelaksanaan dokumen perencanaan tersebut. Dalam berbagai literature selalu disebutkan bahwa kriteria dokumen perencanaan yang baik adalah jika dokumen tersebut dapat dievaluasi sejauh mana keberhasilannya. Evaluasi keberhasilan tersebut hanya dapat dilakukan jika dalam dokumen perencanaan telah dilengkapi dengan seperangkat indicator kinerja yang akan mengukur capaian pelaksanaan perencanaan. Dalam perencanaan kinerja tahunan, maka IKU ini akan menjadi pemadu dalam menentukan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada suatu tahun tertentu. Dengan demikian setiap tahunnya, suatu instansi pemerintah harus merencanakan program dan kegiatan sesuai dengan ukuran keberhasilan yang telah ditetapkan. Selanjutnya program dan kegiatan yang telah direncanakan tersebut yang harus diajukan usulan anggarannya dalam dokumen RKA K/L ataupun RKA SKPD. Dengan pendekatan ini maka akan diperoleh beberapa manfaat, yaitu : Program dan kegiatan yang dilaksanakan suatu instansi pemerintah akan terkait langsung dengan ukuran keberhasilan instansi tersebut yang merupakan penjabaran dari tugas dan fungsi instansi. Terdapat keselarasan antara indicator kinerja kegiatan dengan IKU instansi yang bersangkutan. Anggaran hanya dipergunakan untuk program dan kegiatan yang memang akan mendukung keberhasilan instansi dalam upaya pelaksanaan tugas dan fungsi. Setelah pelaksanaan program dan kegiatan, maka dilakukan pengukuran berdasarkan IKU yang telah ditetapkan tersebut. Hasil pengukuran ini selanjutnya dituangkan dalam laporan kinerja instansi yang bersangkutan serta sebagai dasar pelaksanaan evaluasi kinerja untuk mewujudkan perbaikan kinerja secara berkesinambungan. C. LANGKAH-LANGKAH PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA Menentukan IKU suatu instansi pemerintahan memerlukan suatu proses langsung yang meliputi penyaringan yang berulang-ulang, kerjasama, dan pengembangan consensus serta pemikiran yang hati-hati. Penetapannya wajib mengguanakan prinsipprinsip kehati-hatian, kecermatan, keterbukaan, dan transparansi guna menghasilkan informasi kinerja yang handal. IKU pada setiap tingkatan unit organisasi meliputi indicator keluaran (output) dan hasil (outcome) dengan tatanan sebagai berikut : Pada tingkat kementerian Negara/departemen/LPND/Pemerintah/Provinsi/Kabupaten Kota sekurang-kurangnya menggunakan indicator hasil (outcme) sesuai dengan kewenangan, tugas dan fungsi; 10

Pada unit organisasi setingkat eselon I menggunakan indicator hasil (outcome) dan atau keluaran (output) yang setingkat lebih tinggi dari keluaran (output) unit kerja dibawahnya. Pada unit organisasi setingkat eselon II/SKPD/Unit kerja mandiri sekurangkurangnya menggunakan indicator keluaran (output). Dengan memperhatikan persyaratan dan criteria indicator kinerja, maka langkahlangkah yang umum dalam penentuan IKU instansi pemerintah dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Tahap pertama : klarifikasi apa yang menjadi kinerja utama, pernyataan hasil (result statemen) atau tujuan/sasaran yang ingin di capai. 2) Tahap kedua : menyusun daftar awal IKU yang mungkin dapat digunakan. 3) Tahap ketiga : melakukan penilaian setiap IKU yang terdapat dalam daftar awal indicator kinerja. 4) Tahap keempat : memilih IKU. Berdasarkan pendekatan sumber data, data kinerja dapat dibagi menjadi data primer dan sekunder. Data kinerja primer adalah data kinerja yang diperoleh langsung dari responden, data kinerja sekunder adalah data kinerja yang dipereoleh secara tidak langsung dari responden tetapi dari pihak/instansi lain. Data primer dikumpulkan sendiri pada setiap unit kerja terendah atau pelaksana pelayanan. Data primer ini lazimnya diperoleh dari pencatatan pelaksanaan kegiatan beserta hasilnya yang sering disebut sebagai registrasi. Jika data tidak dapat dipenuhi dari system informasi yang ada pada instansi, maka perlu dilakukan survei untuk mendapatkan data dari luar instansi. D. PENYUSUNAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI BERBAGAI TINGKATAN Menurut beberapa peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini, terdapat beberapa tingkatan perencanaan dan pertanggung jawaban. Seperti yang dianut pada Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, terdapat tiga tingkatan yaitu : 1) Tingkat satuan kerja 2) Tingkat unit kerja 3) Tingkat kementerian/lembaga Yang dimaksud dengan Kementerian Negara adalah organisasi dalam Pemerintahan Republik Indonesia yang dipimpin oleh menteri untuk melaksanakan tugas pemerintah dalam bidang tertentu. Sedangkan Lembaga adalah organisasi non-kementerian Negara dan instansi lain pengguna anggaran yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu 11

berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 atau peraturan perundang-undangan lainnya. Kemudian yang dimaksud dengan unit organisasi adalah bagian dari suatu Kementerian Negara/Lembaga yang bertanggung jawab terhadap pengkoordinasian dan/atau pelaksanaan suatu program, dan yang dimaksud dengan satuan kerja adalah bagian dari suatu unit organisasi pada Kemeterian Negara/Lembaga yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program. 12

BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR KINERJA UTAMA Penetapan oleh pimpinan tertinggi suatu instansi pemerintah ini sangatlah penting untuk meningkatkan komitmen seluruh jajaran managemen dan anggota organisasi. Penetapan ini dapat dilakukan bersamaan dengan penetapan Rencana Strategis Organisasi, namun tidak tertutup kemungkinan dilakukan penetapan tersendiri untuk IKU pada berbagai tingkatan organisasi. Selain menetapkan IKU itu sendiri, dalam keputusan pimpinan ini sebaiknya juga dimuat beberapa hal, antara lain : Kewajiban menggunakan IKU sebagai ukuran keberhasilan organisasi; Kewajiban menggunakan IKU yang ditetapkan tersebut dalam perencanaan tahunan, penganggaran, pengukuran, dan pelaporan serta dalam pemberian ganjaran dan sanksi; Pelaksanaan reviu dan evaluasi pelaksanaan IKU. Agar evaluasi dapat dilakukan secara efisien dan efektif, perlu diidentifikasi metode yang akan diimplementasikan dalam tahap-tahapan evaluasi. Metodelogi yang dapat diimplementasikan meliputi metode kuantitatif dan metode evaluasi kualitatif dan metode evaluasi kualitatif. Metode yang dapat digunakan meliputi antara lain : 1. Performance monitoring, metode ini dimaksudkan untuk mengetahui manfaat input dalam menghasilkan output. Teknik ini akan membantu organisasi dalam mengidentifikasi terjadinya keterlambatan dan masalah-masalah dalam pelaksanaan kegiatan dan program; 2. Diagnostic studies, untuk memahami mengapa terjadi permasalahan dalam implemetasi; 3. Midterm assessment, berguna untuk menilai dan mengetahui kemajuan pelaksanaan kegiatan secara menyeluruh. Dengan mengetahui hal-hal tersebut, instansi pemerintah akan dapat menyiapkan perubahan-perubaha yang diperlukan; 4. Completion, untuk mengetahui keberhasilan instansi dalam mencapai kinerja yang telah ditetapkan; 5. Monitoring operations, maintenance, and sustainability, teknik yang diimplementasikan akan dapat menilai kapasitas instansi pemerintah dalam rangka mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. 13

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS Lampiran Keputusan Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas Nomor : 54/KPTS/KEHUT/2012 Tanggal : 24 Februari 2012 Nama SKPD : Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas Tugas : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kehutanan Fungsi : 1. Menyelenggarakan penyusunan perencanaan bidang kehutanan 2. Menyelenggarakan perumusan kebijakan teknis bidang kehutanan 3. Menyelenggarakan pelaksanaan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang kehutanan 4. Pembinaan, koordinasi, pengendalian dan fasilitasi pelaksanaan kegiatan bidang rehabilitasi dan pengelolaan hutan, sarana dan prasarana kehutanan, perlindungan dan pengamanan hutan, serta produksi dan bina usaha kehutanan; 5. Pelaksanaan kegiatan penatausahaan Dinas Kehutanan; 6. Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas Kehutanan; 7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati, sesuai bidang tugas dan fungsinya. No Sasaran Renstra Indikator Kinerja Utama Penanggungjawab Sumber Data Keterangan 1.1.1 Meningkatnya optimalisasi kawasan hutan 2.1.1 Meningkatnya upaya rehabilitasi hutan dan lahan 1. Jumlah KPHP yang meningkat kelembagaannya 2. Peningkatan PAD Sektor Kehutanan 3. Persentase Luas areal pencadangan HTR yang diberikan ijin dan aktif 4. Persentase jumlah Hutan Tanaman Industri aktif 5. Jumlah aparat kecamatan yang meningkat pengetahuan tentang kawasan hutan 6. Jumlah kelompok kawasan hutan yang mempunyai data kondisi kawasan hutan unit KUPT KPHP Laporan Semester Jumlah organisasi KPHP yang beroperasi dan meningkat kelembagaannya % Kepala Bidang Bina Produksi Hasil Hutan % Kepala Bidang Rehabilitasi Hutan dan Lahan Laporan Bulanan (PAD tahun berjalan-pad tahun sebelumnya) x 100 % PAD tahun sebelumnya Laporan Triwulan Luas areal yang diberikan ijin x 100 % Luas areal pencadangan HTR % Kepala Bidang INTAG Laporan Triwulan Jumlah pemegang IUPHHK-HT yang produktif x 100 % Jumlah pemegang IUPHHK-HT Orang Kepala Bidang INTAG Laporan akhir kegiatan Jumlah aparat kecamatan yang mengikuti sosialisasi kawasan hutan Kelompok 1. Berkurangnya lahan kritis % Kepala Bidang RHL Laporan Triwulanan Lahan kritis yang direhabilitasi x 100 % Total lahan kritis 2. Produksi bibit tanaman kehutanan Batang Kepala Bidang RHL Laporan Triwulanan Jumlah produksi bibit

No Sasaran Renstra Indikator Kinerja Utama Penanggungjawab Sumber Data Keterangan 3.1.1 Meningkatnya perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan danllahan 4.1.1 Meningkatnya upaya pengelolaan dan pembangunan kehutanan 1. Penurunan jumlah hotspot % Kepala Bidang LINHUT Laporan Bulanan Pemantauan Titik Api 2. Penurunan jumlah kasus perambahan kawasan hutan dan illegal logging 1. Jumlah usaha masyarakat sekitar kawasan hutan 2. Lestarinya kawasan lindung dan Hutan Adat Bulian Jumlah hotspot yang terpantau x 100 % Jumlah hotspot tahun sebelumnya Kasus Kepala Bidang LINHUT Laporan Triwulanan Jumlah Penyelesaian kasus perambahan dan illegal logging Kelompok Kepala Bidang RHL Laporan Semester Jumlah kelompok usaha yang dibina dan difasilitasi Ha Kepala Bidang LINHUT dan Kepala Bidang RHL Laporan Triwulanan Jumlah kawasan lindung dan hutan adat yang terpelihara 3. Luas kawasan terbuka hijau Ha Kepala Bidang RHL Laporan Triwulanan Luas hutan kota, arboretum dan atalase kehutanan,turus Jalan 4. Penggunaan kawasan hutan sesuai peraturan % Kepala Bidang INTAG Laporan Semester Jumlah izin penggunaan kawasan hutan KEPALA DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS, Ir. AGUS SETYONO, MP NIP. 19600402 198703 1 005