BAB I PENDAHULUAN. tentang pendidikan wajib belajar 9 tahun. Mengingat pentingnya pengembangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, antara lain dengan memberi peluang belajar bagi anak Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Raden Aufa Mulqi, 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. terkecuali, Pemerintah Indonesia dalam Undang-undang Dasar Republik. Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang merupakan dasar hukum

PERMASALAHAN PENDIDIKAN. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kepribadiaannya sesuai dengan nilai - nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang memiliki budi pekerti luhur,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

KOMITMEN MASYARAKAT INTERNASIONAL TERHADAP PENDIDIKAN KEAKSARAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. serta dipupuk secara efektif melalui strategi dan pengelolaan pendidikan dan

Jumlah anak usia sekolah setingkat SMP (jiwa)

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. sebuah komunitas, dan komunitaslah yang membentuk masyarakat. Substansi ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan. kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sebuah proses dan sekaligus sistem yang

PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

TERWUJUDNYA LAYANAN PENDIDIKAN YANG PRIMA, UNTUK MEMBENTUK INSAN LAMANDAU CERDAS KOMPREHENSIF, MANDIRI, BERIMANDAN BERTAQWA SERTA BERBUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan

Analisis Sosial Budaya yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

BAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai

BAB I PENDABULUAN. Pembangunan pendidikan nasional Indonesia mendapat pencerahan di

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 Bab 1 pasal

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mencetak peserta didik yang mempunyai intelektual yang tinggi, mempunyai. sesuai dengan norma agama dan norma masyarakat.

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah wajib membiayainya. Sehingga memberikan bantuan guru PNS kepada sekolah

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan akhir manusia dalam menempuh pendidikan biasanya berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dikatakan sebagai sebuah kebutuhan bagi setiap orang,

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYELENGGARAAN KELOMPOK BERMAIN DI KB IDAMAN DESA SOGU KECAMATAN MONANO KABUPATEN GORONTALO UTARA.

PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI :

REVIEW DAN ANALISIS JURNAL INOVASI KOTA SUKABUMI DALAM MENGINTEGRASIKAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN AGRIBISNIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya teknologi. Diantara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 IMPLEMENTASI SISTEM D UAL MOD E UNIVERSITAS TERBUKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu bangsa adalah tingkat capaian

KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN HAK ATAS PENDIDIKAN DASAR DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. skills) sehingga mendorong tegaknya pembangunan seutuhnya serta masyarakat

PROGRAM BEASISWA PENDIDIKAN TINGKAT DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. satu usaha pembangunan watak bangsa. Pendidikan ialah suatu usaha dari setiap diri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor sangat penting dalam pembangunan nasional dimana pembangunan itu sendiri membutuhkan sumber daya

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN IPTEK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Negara Indonesia merupakan suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pemerintah menetapkan PP Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan suatu organisasi pendidikan (dalam sistem sosial)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

-23- BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan bangsa Indonesia sedang memasuki abad ke-21, era

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG

RENCANA STRATEJIK TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaannya telah mencanangkan programprogram

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, bab IV ayat 5 yang menyebutkan : Setiap warga

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

DAYA DUKUNG DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DI SD NEGERI WONOTINGAL 04 KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG TESIS

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memegang peranan penting dalam pembangunan suatu bangsa,

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Data pendidikan di Indonesia mengacu pada peraturan MENDIKNAS tentang pendidikan wajib belajar 9 tahun. Mengingat pentingnya pengembangan kapasitas individu melalui pendidikan, maka pemerintah mewajibkan setiap warga Indonesia untuk mengikuti program Wajar Dikdas (Wajib Belajar Pendidikan Dasar) yang merupakan program pemerataan penuntasan pendidikan dasar untuk seluruh warga yang berusia7-15tahun.wajar Dikdas diselenggarakan untuk menyelesaikan pendidikan umum yang lamanya 9 tahun. Pendidikan dasar 9 tahun memiliki fungsi-fungsi dasar pendidikan dalam: 1) mencerdaskan kehidupan bangsa yang diperuntukkan bagi semua warga negara tanpa membedakan golongan, agama, suku bangsa, dan status sosial-ekonomi; 2) menyiapkan tenaga kerja industri melalui pengembangan kemampuan dan keterampilan dasar untuk belajar, serta dapat menunjang terciptanya pemerataan kesempatan pendidikan kejuruan dan profesional lanjut; dan 3) membina penguasaan iptek untuk dapat memperluas mekanisme seleksi bagi seluruh siswa yang memiliki kemampuan luar biasa (Djojonegoro,1994: 3). Sejak tahun 1979 selama lebih dari kurun waktu seperempat abad sampai dengan tahun 2006, penyelenggaraan SMP terbuka telah mengalami perubahan. Baik perubahan pada pengelola, perubahan pada pengelolaan, maupun perubahan dalam sarana pembelajarannya. Salah satu wahana layanan pendidikan dasar 9 tahun untuk satuan pendidikan SMP adalah Sekolah Menengah Pertama 1

2 Terbuka(SMPT). Sampai dengan tahun ajaran 2008/2009 jumlah SMPT yang ada di seluruh Indonesia sabanyak 2.270 sekolah. Dengan jumlah siswa 261.731 anak, terdiri dari siswa kelas VII 83.826 anak, kelas VIII 87.094 anak dan kelas IX 90.811 anak (http://eprints.ums.ac.id/15013/4/bab_i.pdf). Penyelenggaraan Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMPT)didasarkan pada tiga landasan utama, yaitu landasan ontologi, epistomologi, dan aksiologi. Dalam tataran ontologi sistem pendidikan terbuka adalah sebagai sub sistem pendidikan jalur Sekolah Menengah PertamaTerbuka (SMPT) yang menggunakan kurikulum yang sama seperti SMP biasa, tetapi menggunakan pola belajar mengajar yang berbeda. Sebagian besar waktu belajar siswa digunakan untuk belajar secara mandiri yang dikenal dengan belajar mandiri (http://eprints.ums.ac.id/15013/4/bab_i.pdf). Istilah terbuka berarti memiliki pilihan. Siswa memiliki kebebasan untuk memilih strategi belajar sendiri. Siswa memiliki kekuasaan untuk mengontrol belajarnya sendiri. Kegiatan belajar mandiri dapat dilakukan secara kelompok atau perorangan. Sebagian besar kegiatan belajar siswa dilakukan di luar gedung sekolah (SMP). Di bawah bimbingan guru yang tidak perlu memiliki kualifikasi penuh untuk mengajar di SMP, yang disebut guru pamong. Siswa belajar secara tatap muka dengan guru SMP Induk, yang disebut guru bina, namun hanya dalam waktu sekitar 6 jam per minggu. Namun demikian lulusan SMP terbuka diusahakan sama dengan SMP biasa (reguler) (http://eprints.ums.ac.id/15013/4/bab_i.pdf menurut Race, 2006: 9).

3 Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani).pendididkan juga berarti lembaga yang bertanggungjawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat (Ihsan Fuad, 2005). Konsep pendidikan memang diprogramkan bahkan diundang-undang 1945 dinyatakan bahwa salah satu visi dan misi bangsa ini adalah mencerdaskan kehidupan bangsa juga tercantum dalam pasal 29 ayat 1 dan 2 tentang masalah pendidikan, semua warga negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Kemampuan masyarakat dalam menempuh pendidikan sangat memberikan pengaruh bagi regenerasi penerus bangsa, karena tanpa pendidikan masyarakat akan kurang dalam pengetahuan. Faktor kemiskinan merupakan salah satu penghambat bagi siswa yang kurang mampu sehingga tidak bisa meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal sepanjang sejarah bangsa Indonesia. Kemiskinan menjadi salah satu alasan rendahnya Indeks Pembangunan Manusia Indonesia. Secara menyeluruh kualitas masyarakat Indonesia relatif masih sangat rendah, dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Kemiskinan disepakati sebagai masalah yang bersifat sosial ekonomi, akan tetapi penyebab dan cara mengatasinya terkait dengan ideologi yang melandasinya. Program-program penanggulangan kemiskinan di Indonesia sudah banyak

4 dilaksanakan oleh pemerintah, seperti: pengembangan desa tertinggal, perbaikan kampung, sarana dan prasarana pendidikan. Selain itu banyak program-program penanggulangan kemiskinan di Indonesia yang menggunakan konsep pemberdayaan (Kompas, 10-08-2010). Desa Hegarsari merupakan salah satu desa yang tertinggal dan kebanyakan warganya tidak dapat mengenyam pendidikan karena kurangnya akses untuk ke sekolah, ketidakmampuan dalam segi ekonomi, dan kurangnya peran orangtua dalam pendidikan. Sehingga banyak anak yang menempuh pendidikan tidak sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Hal itu disebabkan karena paradigma yang salah yang dipandang oleh masyarakat Desa Hegarsari. Seperti halnya di Desa Hegarsari Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut, yakni adanya Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMPT) dapat mewadahi murid yang kurang mampu. Masyarakat sangat terbantu dengan adanya Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMPT) sehingga orang tua wali murid merasa ringan dan terbantu dalam hal biaya pendidikan, meskipun fasilitasnya yang terbatas akan tetapi dalam proses belajar mengajar tidak terganggu. Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMPT) yang ada di Desa Hegarsari Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut tidak hanya memberikan fasilitas sekolah gratis, namun ada juga berupa santunan bantuan yang diberikan kepada siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMPT) Desa Hegarsari Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut, yakni berupa baju seragam, alat tulis dan lain-lain. Dengan adanya Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMPT) ini

5 membuka peluang bagi warga yang kurang mampu untuk mendapatkan pendidikan sesuai dengan program pemerintah wajib belajar sembilan tahun. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasar pada uraian latar belakang masalah di atas, peneliti mengidentifikasi adanya pemberdayaan siswa kurang mampu melalui Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMPT) di Desa Hegarsari Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut. Oleh karena itu, peneliti menentukan identifikasi masalah sebagai fokus penelitian untuk mendeskripsikan dan menganalisis apa yang terjadi, yaitu diantaranya: 1. Pendidikan menjadi salah satu faktor penting dalam pengembangan sumber daya manusia dan keberlangsungan hidup manusia. 2. Banyaknya siswa yang tidak melanjutkan sekolah dikarenakan faktor ekonomi. 3. Adanya Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMPT) di Desa Hegarsari Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut. 1.3 Rumusan Masalah Berdasar pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut: 1. Apa yang menjadi dasar berdirinya Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMPT) di Desa Hegarsari?

6 2. Bagaimana bentuk pemberdayaan Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMPT) di Desa Hegarsari? 3. Bagaimana perubahan sosial yang terjadi setelah berdirinya Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMPT)? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasar pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitiannya sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dasar berdirinya Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMPT) di Desa Hegarsari. 2. Untuk mengetahui bentuk pemberdayaan Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMPT) di Desa Hegarsari. 3. Untuk mengetahui perubahan sosial yang terjadi setelah berdirinya Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMPT). 1.5 Kegunaan Penelitian Adapun Kegunaan yang di harapkan dari penelitian ini yaitu: 1.5.1 Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan khasanah ilmu pengetahuan dalam kajian sosilogi secara umum dalam bidang kajian pembangunan.

7 1.5.2 Manfaat Praktis Adapun nilai petahuaguna yang diharapkan dari penelitian adalah: 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran dan masukan tentang tata kelola pendidikan dasar melalui SMP Terbuka bagi siswa kurang mampu. 2. Sebagai salah satu usaha untuk memecahkan masalah sosial dan hasilnya dapat digunakan sebagai referensi serta menambah wawasan pembacanya. 1.6 Kerangka Pemikiran Bertolak dari permasalahan latar belakang masalah, maka dalam penelitian ini menggunakan teori, menurut JIM IFE (1995:63) ada 3 strategi yang diterapkan untuk pemberdayaan manusia: 1. Perencanaan dan kebijakan (policy and planning) untuk mengembangkan perubahan struktur dan institusi sehingga memungkinkan masyarakat untuk mengakses berbagai sumber kehidupan untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Perencanaan dan kebijakan yang berpihak dapat dirancang untuk menyediakan sumber kehidupan yang cukup bagi masyarakat untuk mencapai keberdayaan. Misalnya: kebijakan membuka peluang kerja yang luas, UMR yang tinggi (poverty dan pengangguran). 2. Aksi sosial dan politik (social and political action) diartikan agar sistem politik yang tertutup diubah sehingga memungkinkan

8 masyarakat untuk berpartisipasi. Adanya keterlibatan masyarakat secara politik membuka peluang dalam memperoleh kondisi keberdayaan. 3. Peningkatan kesadaran dan pendidikan masyarakat atau kelompok masyarakat tertentu seringkali tidak menyadari penindasan yang terjadi pada dirinya. Kondisi ketertindasan diperparah dengan tidak adanya skill untuk bertahan hidup secara ekonomi dan sosial. Untuk masalah ini peningkatan kesadaran dan pendidikan untuk diterapkan. Contohnya: memberi pemahaman kepada masyarakat tentang bagaimana struktur-struktur penindasan terjadi, membari sarana dan skill agar mencapai perubahan secara efektif. Belajar merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas kehidupan seseorang. Oleh karena itu kesempatan belajar seharusnya dapat dimiliki oleh siapapun, di manapun dan kapanpun.namun upaya ke arah itu ternyata masih banyak menemui kendala. Hingga saat ini problem pemerataan kesempatan belajar masih menjadi masalah besar dalam dunia pendidikan di Indonesia. Dalam wilayah negara Indonesia yang luas dengan karakteristik geografis dan demografis yang begitu beragam, sangat sulit memberikan layanan pendidikan yang dapat menjangkau seluruh masyarakat terutamaanak-anak yang memilikiberbagai kendala ekonomi, geografis dan waktu. Bahkan sekalipun di lokasi-lokasi seperti itu dibangun sekolah reguler, belum tentu kelompok anak yang memiliki kendala tersebut sempat mengikuti pendidikan karena kesibukannya bekerja membantu orang tua mencari nafkah. Bagi kelompok anak

9 seperti ini, pergi ke sekolah setiap hari dengan segala konsekwensinya, merupakan kegiatan yang dianggap terlalu mahal. Anak-anak tersebut berada di luar jangkauan pendidikan konvensional. Oleh karena itu, perlu adanya alternatif program pendidikan nonkonvensional untuk dapat menjangkau mereka. Sistem pendidikan terbuka dan sistem pendidikan jarak jauh dapat dijadikan alternatif untuk memberikanlayanan pendidikan bagi kelompok anak yang memiliki kendala semacam itu. Untuk pendidikan tingkat SLTP, salah satu bentuk pendidikan terbuka yang telah dilaksanakan saat ini adalah Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMP Terbuka). Pendidikan nonformal kata lain dari pendidikan luar sekolah sebenarnya bukanlah barang baru dalam khasanah budaya dan peradaban manusia. Pendidikan luar sekolah telah hidup dan menyatu di dalam kehidupan setiap masyarakat jauh sebelum muncul dan memasyarakatnya sistem persekolahan. PLS mempunyai bentuk dan pelaksanaan yang berbeda dengansistem yang sudah ada di pendidikan persekolahan. PLS timbul dari konsep pendidikan seumur hidup, dimana kebutuhan akan pendidikan tidak hanya pada pendidikan persekolahan/pendidikan formal saja. PLS pelaksanaannya lebih ditekankan kepada pemberian keahlian dan keterampilan dalam suatu bidang tertentu. Ada istilah yang berkaitan dengan pendidikan nonformal seperti halnya pendidikan Luar sekolah, atau pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan yang terorganisasi dan sistematis di luar sistem persekolahan yang mapam, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang

10 sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu didalam mencapai tujuan belajarnya (Coombs, dalam Sudjana, 2000). Tujuan pendidikan nonformal adalah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan (belajar) warga masyarakat dimana kebutuhan pendidikan sangat beragam, dengan memberikan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang dibutuhkan dalam rangka meningkatkan kualitas kepribadian, meningkatkan kesejahteraan hidup, membangun kehidupan sosial yang dinamis, dan terwujudnya kehidupan berpolitik yang partisipatoris. Seperti halnya SMPT yang berada di Desa Hegarsari.Adanya SMPT tersebut merupakan suatu bentuk pemberdayaan terhadap siswa-siswa yang kurang mampu. Sehingga dalam penelitian ini, kerangka berpikir yang dipakai beberapa teori-teori seperti teori pemberdayaan, siswa, kemiskinan, dan teori perubahan sosial seperti berikut ini: Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomiyang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma barupembangunan, yakni yang bersifat people centred, participatory, empowering, andsustainable (Chambers, 1995). Konsep ini lebih luas dari hanya semata-matamemenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untukmencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety net), yang pemikirannya belakanganini banyak dikembangkan sebagai upaya mencari alternatif terhadap konsep-konseppertumbuhan di masa yang lalu. Konsep ini berkembang dari upaya banyak ahli danpraktisi untuk mencari apa yang antara lain oleh Friedman (1992) disebut sebagaialternative development, yang

11 menghendaki inclusive democracy, appropriateeconomic growth, gender equality and intergenerational equaty (Kartasasmita,1997). Menurut Enung Rukiyati, lembaga pendidikan adalah suatu tempat proses pendidikan bersama dengan proses kebudayaan berlangsung. Dalam hal ini lembaga pendidikan bisa berbeda-beda bentuknya sesuai dengan kebudayaan yang ada di daerah dimana lembaga pendidikan berada. Pendapat ini juga mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan bukan hanya menyelenggarakan pendidikan formal saja, namun juga nilai-nilai moral dan kebudayaan yang ada pada suatu daerah dimana lembaga pendidikan berada. Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahapperkembanganya. Perkembangan anak adalahperkembangan seluruh aspek kepribadianya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Hal yang sama siswa juga dapat dikatakan sebagai sekelompok orang dengan usia tertentu yang belajar baik secara kelompok atau perorangan. Siswa juga dapat dikatan sebagai murid atau pelajar, ketika berbicara siswa maka fikiran kita akan tertuju kepada lingkungan sekolah, baik sekolah dasar maupun menengah (Jawa pos, 1949). Perubahan sosial dapat diartikan sebagai segala perubahan pada lembagalembaga sosial dalam suatu masyarakat. Perubahan-perubahan pada lembagalembaga sosial itu selanjutnya mempunyai pengaruhnya pada sistem-sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, pola-pola perilaku ataupun sikapsikap dalam masyarakat itu yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial (YesmilAnwar, 2013:247).

12 Perubahan masyarakat dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, terjadi dimana saja, niscaya dan merupakan cirri tak terhindarkan dari realitas sosial. jika terlihat stabilitas atau stagnasi, itu ditafsirkan sebagai perubahan yang tertahan, terhalang dan dipandang sebagai perkecualian (Piotr Sztompka, 2007:125-126).