BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otitis media supuratif kronis (OMSK) merupakan penyakit pada telinga yang merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang ditemukan pada banyak populasi di dunia dan merupakan penyebab meningkatnya morbiditas dan mortalitas yang cukup signifikan. (Depkes, 2010). OMSK aktif tipe benigna merupakan peradangan kronis pada ruang telinga tengah akibat infeksi yang menetap selama lebih dari 2 bulan. Penyakit ini biasa ditemukan pada masyarakat kelas menengah ke bawah di negara-negara berkembang. Prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8%, sedangkan di Provinsi Bali prevalensi OMSK berkisar 3,9 % (Aboet,2007; Depkes, 2010). OMSK di dalam masyarakat Indonesia dikenal dengan istilah congek, teleran atau telinga berair sedangkan untuk masyarakat di Bali dikenal dengan sebutan curek. Kebanyakan penderita OMSK menganggap penyakit ini merupakan penyakit biasa yang nantinya akan sembuh sendiri, karena penyakit ini umumnya tidak memberikan rasa sakit kecuali sudah terjadi komplikasi (Helmi, 2005. Dhingra, 2007). Pada beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyebab OMSK adalah bakteri Gram positif seperti Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes dan Bacillus spp, sedangkan bakteri Gram negatif seperti Enterobacter spp, Pseudomonas aeruginosa dan Proteus spp. Pada penelitian Tutwuri ( 2003 ) dilaporkan bahwa bakteri Gram positif penyebab OMSK yaitu; Staphylococcus aureus 39,4 % dan Bacillus sp 3,03 %, sedangkan bakteri Gram negatif yaitu; Enterobacter spp 22,73 %, Pseudomonas aeruginosa 13,64 % dan Proteus spp 7,58 %. Sedangkan pada penelitian Susmita (2012) didapatkan hasil isolasi bakteri dari penderita
OMSK di India adalah bakteri Gram positif yaitu Staphylococcus aureus 31 % dan Streptococcus pyogenes 2,7 %, sedangkan bakteri Gram negatif yaitu; Pseudomonas aeruginosa 43,2% dan Enterobacter spp 1,3%. Penatalaksanaan OMSK sesuai standar terapi yang ditentukan oleh Departemen Kesehatan RI dilakukan secara berjenjang yaitu penanganan primer atau lini pertama adalah pada tingkat puskesmas dengan menggunakan antibiotika topikal Chloramphenicol 1% tetes telinga dan bila tidak terdapat perbaikan akan dilakukan penanganan ke tingkat sekunder sampai pada tingkat tersier dengan penanganan spesialistik di rumah sakit (Depkes,2010). Permasalahan yang timbul saat ini adalah efektivitas Chloramphenicol 1% mulai berkurang karena resistensi dan efek ototoksik sehingga penggunaannya mulai dibatasi. Menurut penelitian Afolabi (2012) di Nigeria melaporkan sentivitas Chloramphenicol 1 % terhadap bakteri Gram positif seperti Staphylococcus aureus 32 % dan Streptococcus spp 13 %, sedangkan sensitivitas Chloramphenicol 1 % terhadap bakteri Gram negatif seperti Pseudomonas aeruginosa 48 % dan Enterobacter spp 4,5 % Afolabi (2012). Demikian pula mengenai bahan baku obat yang mulai menipis serta harga yang semakin mahal sehingga menyebabkan penanganan OMSK di daerah pedesaan semakin sulit dan penderita akan datang ke pelayanan kesehatan setelah penyakit menjadi lebih berat, sehingga membutuhkan penanganan yang lebih serta biaya yang tidak sedikit, untuk itu penting di pertimbangkan untuk mencari obat alternatif pengganti dengan menggunakan bahan baku yang mudah didapat dan biaya yang murah (WHO, 2005). Pengobatan tradisional yang digunakan oleh masyarakat di Bali dari sejak jaman dahulu dan secara empiris dipercaya bisa digunakan untuk mengobati radang telinga bagian tengah seperti OMSK atau dalam bahasa daerah Bali disebut dengan curek yaitu dengan menggunakan tetes telinga dari getah daun Hoya carnosa, yang lebih dikenal dengan nama
daerah don tebel-tebel yang berarti daunnya tebal atau sering juga disebut dengan don curek. Pada beberapa penelitian ditemukan bahwa senyawa aktif yang terkandung dalam tanaman daun tebel-tebel (Hoya carnosa) yaitu flavonoid, saponin, Phenolik dan tanin. Pemanfaatan tanaman Hoya sebagai obat bervariasi dari penggunaannya sebagai obat luka gores maupun luka bakar, pembengkakan, bisul, memar, beberapa jenis penyakit kulit yang disebabkan mikroorganisme seperti kudis, gigitan serangga dan sakit perut, namun terhadap penyakit OMSK aktif tipe benigna belum pernah dilakukan. Berdasarkan uji pendahuluan didapatkan bahwa ekstrak daun tebel-tebel (Hoya carnosa) dengan pengencer etanol 96% mampu menghambat pertumbuhan bakteri seperti Staphylococcus aureus pada konsentrasi 10% (diameter daerah hambat 6,38 mm), konsentrasi 20% (diameter daerah hambat 7,38 mm), konsentrasi 40% (diameter daerah hambat 8,25 mm), konsentrasi 80% (diameter daerah hambat 11,5 mm) dan Pseudomonas aeruginosa dengan konsentrasi 40% (diameter daerah hambat 6,38 mm), konsentrasi 80% (diameter daerah hambat 9,5 mm). Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa ekstrak daun tebel-tebel (Hoya carnosa) mampu menghambat bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif namun dengan daya hambat lemah hingga sedang, mengacu pada data antibakteri yang dimiliki tersebut, maka penelitian ini dikembangkan dengan menggunakan ekstrak daun tebel-tebel (Hoya carnosa) dengan konsentrasi yang lebih besar yaitu 80% sampai dengan 100% serta jumlah bakteri Gram positif dan Gram negatif yang lebih banyak. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka diajukan permasalahan dalam penelitian ini antara lain untuk membuktikan efektivitas antibakteri ekstrak daun
tebel-tebel (Hoya carnosa) terhadap bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif penyebab OMSK aktif tipe benigna, maka disusun rumusan masalah sebagai berikut; 1. Apakah ekstrak daun tebel-tebel (Hoya carnosa) mempunyai efek antibakteri (daya hambat) terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif penyebab OMSK aktif tipe benigna pada konsentrasi 80% dan 100%? 2. Apakah efek antibakteri (daya hambat) ekstrak daun tebel-tebel (Hoya carnosa) terhadap bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif penyebab OMSK aktif tipe benigna berbeda antara konsentrasi 80% dengan konsentrasi 100%? 3. Apakah efek antibakteri (daya hambat) ekstrak daun tebel-tebel (Hoya carnosa) terhadap bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif penyebab OMSK aktif tipe benigna berbeda antara konsentrasi 100% dengan Chloramphenicol 1%? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui adanya efek antibakteri ekstrak daun tebel-tebel (Hoya carnosa) terhadap bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif penyebab penyakit OMSK aktif tipe benigna secara in vitro. 1.3.2 Tujuan khusus a. Untuk membuktikan terdapatnya daya hambat ekstrak daun tebel-tebel (Hoya carnosa) terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif penyebab OMSK aktif tipe benigna pada konsentrasi 80% dan 100%. b. Untuk membuktikan adanya perbedaan daya hambat ekstrak daun tebel-tebel (Hoya carnosa) terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif penyebab OMSK aktif tipe benigna pada konsentrasi 80 % dan 100%.
c. Untuk membuktikan adanya perbedaan daya hambat ekstrak daun tebel-tebel (Hoya carnosa) terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif pada konsentrasi 100% dan Chloramphenicol 1%. 1.4 Manfaat Penelitian Apabila hasil penelitian ini dapat membuktikan adanya efek antibakteri dari ekstrak daun tebel-tebel (Hoya carnosa) dapat dilakukan penelitian berkelanjutan yaitu; uji invivo pada binatang coba dan uji klinis beserta efek samping OMSK yang dilakukan pada manusia sehingga ekstrak daun tersebut dapat dimanfaatkan sebagai obat standar dalam penanganan OMSK aktif tipe benigna. Obat dari ekstrak daun tebel-tebel (Hoya carnosa) ini nantinya dapat mengurangi biaya penanganan OMSK, dimana harga obat cenderung lebih murah karena bahan ekstrak yaitu daun tebel-tebel (Hoya carnosa) banyak di temukan sehingga dapat digunakan untuk terapi awal di pusat kesehatan lini pertama, seperti Puskesmas dan dapat ditanggung dalam pembiayaan melalui badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS).