BAB I PENDAHULUAN. oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Mengkonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dua pertiganya berada di negara berkembang.paling sedikit satu dari empat orang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) bahwa kurang lebih 3

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif)

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi

Hubungan Perilaku Merokok Orang Tua Dan Teman Sebaya Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Di SMK 2 Mei Bandar Lampung. Gede Merta Mertana

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. Rokok pada dasarnya merupakan tumpukan bahan kimia berbahaya. Satu batang rokok asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB I PENDAHULUAN. Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman Nicotiana

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

Upaya Pengendalian Tembakau di Indonesia. Oleh Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc, Ph.D Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

BAB 1 PENDAHULUAN. Global Adult Tobacco survey (GATS) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. yang penting bagi seluruh dunia sejak satu dekade yang lalu (Mayasari, 2007). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB 1 PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu pembunuh paling berbahaya di dunia. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I PENDAHULUAN. disebelah ibu yang sedang menggendong bayi sekalipun, orang tersebut tetap. sekelilingnya sering kali tidak peduli.

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

hari berdampak negatif bagi lingkungan adalah merokok (Palutturi, 2010).

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB II DESKRIPSI DAN PROFIL PENDERITA DIABETES

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN DUKUNGAN PENERAPANNYA DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Merokok masih menjadi kebiasaan banyak orang baik di negara. tinggi. Jumlah perokok di Indonesia sudah pada taraf yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. kandung kemih, pankreas atau ginjal. Unsur-unsur yang terdapat didalam rokok

BAB I PENDAHULUAN. diriwayatkan Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban: minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas.

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil dari non-perokok yang terpapar asap rokok. Hampir 80% dari lebih 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah-masalah kesehatan pada keluarga dengan anak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

Bab 1 PENDAHULUAN. Rokok adalah salah satu permasalahan kesehatan terbesar yang dialami

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomis. Oleh. menurunkan kualitas hidup manusia (Aditama,1997).

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain, bahkan merokok dapat menyebabkan kematian. Laporan dari World

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gaya hidup secara luas didefinisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia sekitarnya. Oleh karenanya, hal ini berhubungan dengan tindakan dan perilaku sejak lahir (Setiadi, 2003). Gaya hidup bisa merupakan idenditas kelompok. Gaya hidup setiap kelompok akan mempunyai ciri-ciri unit tersendiri. Jika terjadi perubahan gaya hidup dalam suatu kelompok maka akan memberikan dampak yang luas pada berbagai aspek. Pembangunan kesehatan mulai menghadapi pola penyakit baru, yaitu meningkatnya kasus penyakit tidak menular yang dipicu berubahnya gaya hidup masyarakat seperti pola makan rendah serat dan tinggi lemak serta konsumsi garam dan gula berlebih, kurang aktifitas fisik (olah raga) dan konsumsi rokok yang prevalensinya terus meningkat (Depkes RI, 2011). Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan terjadinya 25 penyakit di tubuh manusia. Analisa mendalam tentang aspek sosio ekonomi dari bahaya merokok telah dilakukan, dimana dampak kesehatan di masyarakat terbukti lebih buruk. Karena itu, diperlukan kemampuan advokasi dan mobilisasi sosial serta komunikasi risiko dalam menjalankan kegiatan penanggulangan masalah merokok di Indonesia (Depkes RI, 2012). Tembakau/rokok membunuh separuh dari masa hidup perokok dan separuh perokok mati pada usia 35-69 tahun. Data epidemi tembakau di dunia menunjukkan 1

2 tembakau membunuh lebih dari lima juta orang setiap tahunnya. Jika hal ini berlanjut terus, pada tahun 2020 diperkirakan terjadi sepuluh juta kematian dengan 70 persen terjadi di negara sedang berkembang (Depkes RI, 2009). Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2008, telah menetapkan Indonesia sebagai negara terbesar ke tiga sebagai pengguna rokok. Lebih dari 60 juta penduduk Indonesia pun mengalami ketidak berdayaan akibat dari adiksi nikotin rokok. Dan kematian akibat konsumsi rokok tercatat lebih dari 400 ribu orang pertahun. Diketahui juga statistik perokok dari kalangan anak-anak terus meningkat. WHO tahun 2008 menyebutkan proporsi perokok di Indonesia dari kalangan anakanak dan remaja yakni pria sebanyak 24,1% anak/remaja pria, wanita sebanyak 4,1 % anak/remaja wanita atau 13,5 % anak/ramaja Indonesia dan untuk jumlah statistik prokok dari kalangan dewasa, yakni pria sebanyak 63% pria dewasa, wanita sebanyak 4,5 % wanita dewasa atau 34% perokok dewasa. Pada tahun 2008 dari data WHO terdapat 5 juta orang mati karena penyakit yang disebabkan oleh rokok. WHO terus mengingatkan bahwa rokok merupakan salah satu pembunuh paling berbahaya di dunia. Dimana rokok merupakan suatu tindakan merusak diri sendiri yang menyebabkan timbulnya penyakit dan membawa kematian apabila menghirup racun rokok secara kontinyu atau sama dengan menghirup bakteri-bakteri penyakit (WHO, 2008). Berdasarkan data dari The ASEAN Tobacco Control Report tahun 2007 bahwa Indonesia merupakan negara perokok terbesar di lingkungan negara-negara ASEAN, yakni sebanyak 57.563 juta orang perokok dari jumlah perokok ASEAN sebanyak 124.691 juta orang perokok. Data Riskesdas 2007, prevalensi merokok di Indonesia

3 naik dari tahun ke tahun. Persentase pada penduduk berumur >15 tahun adalah 35,4 persen aktif merokok (65,3 persen laki-laki dan 5,6 persen wanita), artinya 2 diantara 3 laki-laki adalah perokok aktif (Depkes RI, 2011). Secara nasional prevalensi penduduk umur 15 tahun ke atas yang merokok tiap hari sebesar 28,2 persen. Provinsi dengan prevalensi tertinggi yaitu di Kalimantan Tengah (36,0%), Kepulauan Riau (33,4%), Sumatera Barat (33,1%), Nusa Tenggara Timur dan Bengkulu masing-masing 33 persen. Rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap tiap hari oleh lebih dari separuh (52,3%) perokok adalah 1-10 batang dan sekitar 20 persen sebanyak 11-20 batang per hari (Kemenkes RI, 2010). Penduduk yang merokok 1-10 batang per hari paling tinggi dijumpai di Maluku (69,4%), disusul oleh Nusa Tenggara Timur (68,7%), Bali (67,8%), DI Yogyakarta (66,3%), dan Jawa Tengah (62,7%). Sedangkan persentase penduduk merokok dengan rata-rata 21-30 batang per haritertinggi di Provinsi Aceh (9,9%) dikuti Kepulauan Bangka Belitung (8,5%) dan Kalimantan Barat (7,4%). Persentase penduduk merokok dengan rata-rata lebih dari 30 batang per hari tertinggi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (16,2%), Kalimantan Selatan (7,9%) serta Aceh dan Kalimantan Tengah (5,4%) (Kemenkes RI, 2010). Rata-rata umur mulai merokok secara nasional adalah 17,6 tahun dengan persentase penduduk yang mulai merokok tiap hari terbanyak pada umur 15-19 tahun dimana yang tertinggi dijumpai di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (52,1%), disusul oleh Riau (51,3%), Sumatera Selatan (50,4%), Nusa Tenggara Barat (49,9%) dan Lampung (49,5%). Perokok yang terbanyak mulai merokok 15-19 tahun

4 cenderung menurun dengan meningkatnya umur, demikian juga pada anak umur 5-9 tahun. Mereka yang mulai merokok baik pada umur 15-19 tahun maupun pada umur 5-9 tahun lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan, berstatus kawin dan tinggal di perkotaan. Menurut pendidikan, perokok yang mulai merokok pada 15-19 tahun cenderung banyak pada pendidikan tinggi sedangkan yang mulai merokok pada umur 5-9 tahun pada pendidikan rendah. Menurut pekerjaan, perokok yang mulai merokok pada umur 15-19 tahun maupun 5-9 tahun, paling banyak pada anak sekolah dan cenderung meningkat dengan meningkatnya status ekonomi (Kemenkes RI, 2010). Kemudian menurut data WHO, jumlah perempuan perokok di seluruh dunia mencapai 22% dari jumlah keseluruhan perokok. Ada tren jumlah perokok perempuan terus meningkat sedangkan perokok laki-laki stabil. Angka ini juga turut meningkatkan jumlah gangguan kesehatan pada perempuan akibat merokok. Sudah jamak diketahui bahwa rokok merupakan barang yang paling banyak menimbulkan gangguan kesehatan. Kemudian terdapat 22% dari 1 miliar penduduk wanita di seluruh dunia ternyata perokok aktif (Depkes RI, 2008). Aiman dalam Minarsih (2012) berpendapat perilaku merokok tidak hanya dilakukan oleh kaum laki-laki, namun sekarang banyak kaum perempuan yang melakukan perilaku merokok ini, salah satunya adalah mahasiswi. Pernyataan ini didukung oleh data yang diperoleh Departemen Kesehatan RI menyatakan bahwa jumlah wanita di Indonesia yang merokok mencapai 40,5%, dari keseluruhan jumlah penduduk wanita di Indonesia. Peringkat pertama yaitu mahasiswa putri, kemudian disusul oleh pelajar (Minarsih, 2012). Ada beberapa alasan untuk merokok, antara lain

5 untuk penampilan pribadi, agar lebih percaya diri, untuk membangkitkan semangat, agar diterima oleh kelompok, dan agar terlihat lebih jantan (Suhardi, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Suhariyono (1993) dalam Chasanah (2010) menyebutkan bahwa ketika remaja ditanya mengapa merokok, mempunyai harga diri dan daya tarik adalah jawaban yang diberikan. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan Medan merupakan salah satu kampus yang terletak di tengah Kota Medan yang strategis untuk mendapatkan informasi tentang rokok misalnya dari baliho dan spanduk yang ada dijalan. Menurut observasi awal yang dilakukan peneliti di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan Medan, ditemukan bahwa adanya mahasiswi yang mengkonsumsi rokok. Berbagai lokasi merokok berada pada tempat-tempat khusus, seperti kantin, dalam dan luar ruangan, kemudian ada ditemukannya mahasiswi yang merokok pada suatu ruangan yang sebenarnya tidak boleh merokok yaitu ruangan kuliah berpendingin udara. Perokok wanita yang dimaksud adalah kalangan mahasiswi yang merupakan calon-calon penerus bangsa Indonesia. Begitu juga perokok bagi mahasiswi merupakan hal yang tabu bagi budaya masyarakat Indonesia sendiri selain mempunyai bahaya kesehatan yang lebih buruk ketimbang perokok pria. Bagi mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan Medan merokok sudah menjadi hal yang sangat biasa dan sudah tidak dianggap tabu lagi bagi mahasiswi karena bagi mereka merokok membuat mereka tampak kelihatan lebih gaul lagi, menambah penampilan dan merokok bagi mereka merupakan tren jaman sekarang sehingga menambahkan kepercayaan dalam diri mereka.

6 Menurut Target dalam Tarigan (2008) beberapa orang merupakan perokok sosial, mereka merokok bukan karena kebutuhan fisik yang dalam atau kecanduan melainkan untuk penampilan umum atau bahkan penampilan pribadi. Mereka berperan sebagai wanita dalam khayalan mereka sendiri, sebagai idola atau apa saja dalam pikiran mereka, termasuk geretan mahal di tangan, mata yang meredup karena hembusan asap rokok dari mulut, menjentikkan abu rokok pilihan perlahan-lahan, sentuhan yang menggoda dan rasa nyaman di ujung lidah setelah mengisap sebatang rokok, semuanya ini sangat berarti bagi perokok (Tarigan, 2008). Jumlah laki-laki dan perempuan perokok yang mencoba berhenti merokok hampir sama, tetapi laki-laki berhasil dua kali lebih banyak dari perempuan, penyebabnya adalah perempuan melaporkan depresi lebih berat ketika mereka berhenti merokok. Dan depresi membuat seseorang cenderung kembali kepada kebiasaan merokok (Sitanggang, 2005). Menurut observasi yang dilakukan peneliti di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan (STIE-Harapan) Medan, menemukan bahwa merokok sudah populer di kalangan mahasiswi. Menurut seorang mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan (STIE-Harapan) Medan yang diwawancarai oleh peneliti, dia telah merokok sejak dari duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) karena ajakan dari salah satu temannya. Mahasiswi tersebut juga merasa kesulitan untuk menghentikan kebiasaan ini karena apabila berhenti merokok, kepala terasa pening dan serasa ada yang kurang apalagi tidak merokok setelah makan. Mahasiswi tersebut sudah mencoba berhenti merokok dengan mengurangi jumlah rokok yang dikonsumsi dengan cara

7 mengkonsumsi permen, namun gagal karena lingkungannya pergaulan tidak mendukung. Biasanya informasi yang berlebihan mengenai merokok akan dihindari mahasiswi seperti misalnya saat disuruh untuk menjelaskan bagaimana tubuh seorang perokok, mahasiswi tersebut mengatakan hal itu terlalu berlebihan. Mereka beranggapan bahwa hal itu tidak akan sampai menimpa dirinya sendiri. Berdasarkan uraian di atas peneliti tetarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Perilaku Merokok Pada Mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan (STIE-Harapan) Medan Tahun 2012. Cukup banyaknya mahasiswi yang merokok di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan (STIE-Harapan) Medan menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian ini. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas dimana merokok berbahaya terhadap kesehatan mahasiswi, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Perilaku Merokok Pada Mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan (STIE-Harapan) Medan Tahun 2012. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Perilaku Merokok Pada Mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan (STIE-Harapan) Medan Tahun 2012.

8 1.3.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran gaya hidup mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan (STIE-Harapan) Medan yang merokok di kawasan kampus tahun 2012. b. Untuk mengetahui perilaku merokok mahasiswi yang merokok di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan (STIE-Harapan) Medan tahun 2012. c. Untuk mengetahui pengaruh gaya hidup Terhadap Perilaku Merokok Pada Mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan (STIE-Harapan) Medan tahun 2012. 1.4. Manfaat Penelitian a. Bagi mahasiswi dapat digunakan sebagai bahan referensi dan bahan bacaan untuk menambah pengetahuan tentang merokok. b. Dapat sebagai masukan dan informasi bagi kampus bersama-sama dengan mahasiswa untuk menanggulangi masalah merokok. c. Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan (STIE-Harapan) Medan dapat sebagai informasi tambahan untuk merancang strategi menciptakan kawasan bebas rokok di kampus. d. Bagi peneliti dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam bidang penelitian.