BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5.1 Konsep Perencanaan Konsep Lokasi dan Tapak Memuat persyaratan-persyaratan atau batasan dan paparan kondisi tapak serta luasan tapak.

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB III KONSEP. Konsep edukasi pada redisain galeri Saptohoedojo ini ditekankan pada

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI SENI LUKIS MODERN DI YOGYAKARTA

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Bab V Konsep Perancangan

dan perancangan Pasar Seni di Muntilan adalah bagaimana wujud rancangan sebagai tempat pemasaran dan wisata berdasarkan kontinuitas antar ruang

Penjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

KONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

BAB VI HASIL RANCANGAN

BABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut:

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Batu convention and exhibition center merupakan salah satu

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

1. Tingkat pendengaran (listening level), biasanya besaran ini dinyatakan dengan besaran dba.

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

sesuatu yang bergerak atau berkembang kreatif menemukan bentuk visualisasinya dan memiliki ekspresi -ekspresi bebas ekspresif.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI HASIL PERANCANGAN

MUSEUM SENI RUPA DI YOGYAKARTA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Taman

1. ASPEK PENAMPAKAN SIMBOL KULTURAL

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

KONSEP DESAIN. WARNA Warna yang digunakan adalah warna khas budaya Toraja yang terdapat pada elemen arsitektural dan motif ornamen.

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Gaya dari perancangan interior Museum permainan tradisional Jakarta ini mengarah pada gaya

BAB V KONSEP PERANCANGAN


BAB VI HASIL PERANCANGAN. simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT SENI RUPA DI YOGYAKARTA DENGAN ANALOGI BENTUK

BAB III KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Seni Tradisi Sunda di Ciamis Jawa Barat menggunakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN HASIL DESAIN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

5.1 Konsep macam dan besaran ruang

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB IV DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 HASIL RANCANGAN

bahasa dan mulai menyebarkan ajaran Kristus kepada orang lain yang beranekaragam. Hal tersebut mirip dengan karakter umat di Gereja St. Monika BSD yan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

dan perancangan konsep perencanaan 45 I BAB 4 Sehingga akan menimbulkan kemudahan akses terhadap perencanaan fasilitas panggung terbuka

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

Transkripsi:

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5. 1. Konsep Perencanaan 5.1.1. Penentuan lokasi Lokasi yang dipilih adalah pada kawasan jalan Yos Sudarso penentuan ini didasarkan pada faktor - faktor yang menjadi pertimbangan yang telah ditentukan pada bab sebelumnya yang meliputi : RUTRK : kesesuain kawasan dengan rencana umum tata ruang kota dimana lahan yang menjadi alternatif lokasi merupakan kawasan pengembangan terbatas. AKSESIBILITAS : lokasi yang telah ada sekarang mudah dijangkau dari jalan-jalan utama, dan tidak jauh dari pusat Kalimantan tengah. (kira-kira 5 menit dari pusat kota), serta dilalui oleh jalur transportasi umum. LINGKUNGAN : taman budaya berada pada kawasan yang diperuntukkan bagi pengembangan tata kota dalam jangka panjang. SARANA PENDUKUNG : dilengkapi dengan adanya sarana penunjang pelayanan umum. 219

5.1.2. Penentuan Site Untuk site taman budaya lokasi ditentukan pada site taman budaya yang telah ada saat ini yaitu Jalan Yos Sodarsa karena telah memenuhi kriteria-kriteria dasar pertimbangan pemilihan site yang juga merupakan kawasan lahan pengembangan daerah pusat kota. Dengan luas lahan 15.400m2 yang berbatasan dengan : Sebelah selatan : Hotel Sebelah Timur : Bundaran (Pusat kota) Sebelah Barat : Pemukiman Warga Sebelah utara : Site terpilih 5. 2 Konsep Perancangan Konsep perancangan ini dimaksudkan untuk menciptakan bangunan Taman Budaya dengan penonjolan corak tradisional modern sebagai pemberi citra bangunan serta menampilkan ruang pameran sebagai bangunan utama dengan fleksibilitas ruang yang memungkinkan kewadahan bagi berbagai macam kegiatan seni dan budaya. 6 3 2 5 1 4 Gambar 5.1. Zoning ( Sumber : Penulis ) 220

Ket : 1. Kelompok kegiatan unit pelayanan umum 2. Kelompok kegiatan unit pameran 3. Kelompok kegiatan unit pendukung 4. Kelompok kegiatan unit pengelola 5. Kelompok kegiatan unit pengunjung 6. Kelompok kegiatan unit servis umum Zona yang setiap saat dilalui Zona terakhir yang dikunjungi Zona yang jarang dikunjungi Zona yang sering dilalui oleh pengelola Zona langkah awal untuk masuk Zona yang dilalui oleh pengunjung dan pelajar. 5.2.1. Pengelompokkan kegiatan Berdasarkan program kegiatan taman budaya maka dilakukan pengelompokkan terhadap kegiatan dengan maksud untuk memudahkan dalam tingkat pelayanan berdasarkan karakter dari masing-masing kegiatan. Secara umum pengelompokkan kegiatan tersebut dibedakan menjadi 3 bagian yaitu : 221

1. kelompok kegiatan utama yang meliputi : kegiatan pertunjukkan/pementasan, seminar, diskusi, pameran, dll. 2. kelompok kegiatan pengelola yang terdiri dari : bimbingan dan pembinaan seni budaya, pelayanan informasi budaya, kegiatan administrasi, teknik operasional, dll. 3. kelompok kegiatan pendukung meliputi : kegiatan pelestarian terhadap benda-benda seni budaya yang hampir punah, identifikasi terhadap seni budaya tradisional, dll. 4. Kelompok kegiatan service umum, pelayanan, dan unit pengunjung meliputi : kegiatan pelayanan ke masyarakat. 5.2.3. Konsep Dasar Bentuk dan Gubahan Massa Bangunan Taman Budaya 5.2.3.1. Konsep Dasar Bentuk Konsep dasar tradisional suku Dayak Kalimantan Tengah dengan budaya Rumah Betang yaitu semangat kebersamaan dan kekerabatan yang memiliki rasa kekeluargaan antar warga suku Dayak. Konsep dasar itulah yang akan diterapkan pada Taman Budaya Kalimantan Tengah. 222

Suasana yang mendukung terjadinya kebersamaan dan kekerabatan itu dapat tercipta adalah 223

Tabel 5.1. Suasana yang mendukung terjadinya kebersamaan dan kekerabatan Suasana Maknanya Keakraban Membangun suasana yang erat dan hangat dalam suatu ruangan yang ditampilkan melalui penataan dan wujud elemen dalam ruang. Hangat, luwes, melebur menjadi satu, toleransi, netral, menimbulkan kemauan untuk menjadi dekat dan menimbulkan rasa percaya diri Kehangatan Merasa nyaman, hangat berada disekeliling orang menjadi lebih dekat membuat diri mersakan kebersamaan. Ruang Pameran Pola sirkulasi pengunjung merupakan hal yang penting dalam penataan/display karya seni yang akan dipamerkan dalam ruang pameran. Pola sirkulasi tersebut harus memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut : Pola sirkulasi pengunjung diharapkan dapat memberikan kenyamanan pada pengunjung pada saat mengamati sebuah karya. 224

Pola sirkulasi yang digunakan juga harus dipertimbangkan agar pengunjung dapat menikmati keseluruhan karya yang dipamerkan, sehingga tidak ada satupun karya yang terlewatkan oleh pengunjung. Berdasarkan pertimbangan aspek-aspek yang mempengaruhi tingkat kenyamanan pengunjung, maka dipilih model sirkulasi pengunjung seperti pada gambar di bawah ini: Masuk keluar Gambar 5.2. Sirkulasi ruang pameran Sumber : ( Penulis) Pola sirkulasi pengunjung pada bangunan Taman Budaya pada ruang pameran, ini dimaksudkan agar pengunjung dapat terarah alur pergerakannya sehingga tidak langsung menyebar tetapi tertata sehingga dapat lebih terasa dekat dengan yang lain yang memberikan rasa keakraban, kebersamaan dan kekerabatan dan 225

dapat melihat keseluruhan dari karya yang sedang dipamerkan, sehingga tidak ada satu karya yang terlewatkan. Ruang Seminar Pada ruang seminar penataan meja dibuat melingkar karna agar dengan mudah berinteraksi dengan didasari keakraban yang ditimbulkan dari pengaruh bentuk meja yang melingkar dan penataannya yang memberi kesan lebih dekat sehingga mendukung terjadinya kebersamaan dan kekerabatan. Ruang Pengelola Gambar 5.3. penataan ruang pengelola Sumber : ( Penulis) Penataan ruang pengelola pada ruang kerja sengaja tidak diberi dinding partisi agar pada ruang kerja pengelola dapat berinteraksi secara langsung dan memberi suasana keakraban antar rekan kerja yang menciptakan suasana kebersamaan dan kekerabatan. Penataan/Display Karya Penataan/display karya diatur dengan tujuan agar tidak mengganggu sirkulasi pengunjung, sehingga selain dapat memberikan kenyamanan sebagai faktor pendukung terciptanya 226

suasana kebersamaan dan kekerabatan pada pengunjung, juga untuk menghindari terjadinya kerusakan karya apabila terjatuh pada saat tersenggol oleh pengunjung. Teknik Penyajian Obyek Pamer : 1. Standar Luas Ruang Obyek Pamer Semua jenis materi obyek pamer disediakan tempat dengan menganggap bahwa semua jeni materi memiliki rata-rata ukuran yang sama dengan mempertimbangkan penyimpangan ukuran terbesar dan terkecil. 2. Tata Letak Obyek Pamer Berikut ini akan diuraikan mengenai tata letak obyek pamer dalam. Galeri Seni Rupa, antara lain : a. Dari segi letak obyek pameran : dapat digantung, ditempel pada dinding, sistem panel dan disangga. b. Dari segi pengamatan terhadap obyek pamer : dapat sejajar obyek pamer, dibawah obyek pamer dan diatas obyek pamer. 3. Penerapan Obyek Pamer a. Obyek Pamer 2 Dimensi -. Sistem panel -. Ditempel pada dinding b. Obyek Pamer 3 Dimensi - Box / kotak kaca - Digantung 227

- Split level - Disangga Faktor Kenyamanan Pandangan Terhadap Obyek Pamer Dalam menikmati hasil karya seni rupa, terdapat beberapa faktor kenyamanan dalam menikmati obyek pamer yang dapat dicapai dengan : Pencahayaan Dalam hal ini pengunjung dibantu dengan sistem pencahayaan, khususnya pencahayaan buatan di dalam ruang pamer sehingga dalam menikmati obyek pamer dapat terlihat lebih jelas. Tata pencahayaan secara buatan pada ruang pamer dapat mempengaruhi obyek yang dipamerkan. Ada 2 macam cara penerangan dalam ruang pamer, yaitu : 1. Pencahayaan Alami - Digunakan hanya sebagai faktor pembentuk suasana ruang - Digunakan pada ruang-ruang pendukung kegiatan pameran. 2. Pencahayaan Buatan - Digunakan sebagai faktor pendukung penampilan obyek pamer. - Digunakan sebagai pembentuk kenyamanan suasana ruang pamer. - Memperjelas jalur pergerakan dan pengarahan. - Mengurangi kejenuhan selama pergerakan. 228

Tata pencahayaan secara buatan pada ruang pameran dapat mempengaruhi obyek yang dipamerkan. Ada beberapa cara penerangan dalam ruang pamer, yaitu : Peletakan Lampu Dari Atas Gambar 5.4. Peletakan lampu dari atas Sumber : penulis Penataan Cahaya pada Ruang Pameran Penataan cahaya pada ruang pamer bertujuan untuk menampilkan karya seni dengan sentuhan lebih indah dan mengagumkan, oleh karena itu penataan cahaya pada objek karya seni ditata agar dapat menampilkan kesan tersebut. Sebaiknya digunakan cahaya yang berwarna kuning agar dapat memberi kesan kehangatan, kekuatan yang dapat mendukung terciptanya kebersamaan dan kekerabatan. Telah diketahui bersama bahwa symbol, fungsi, teknologi Struktur dan bahan merupakan aspek-aspek yang mempengaruhi bentuk dari bangunan, dan ketiga aspek tersebut memiliki keterkaitan dan identitas tersendiri yang mampu mewakili citra dari bangunan Taman Budaya. 229

1. Symbol Simbol simbol yang akan diterapkan merupakan alat yang mudah dalam menyampaikan maksud yang ingin ditujukan kepada masyarakat sehingga akan memberikan identitas yang akan menjadi kesan / image yang akhirnya menjadikan persepsi tersendiri bagi orang yang melihatnya terhadap obyek yang dilihat. Setiap warga Dayak memiliki ikatan yang sangat kuat rasa kebersamaan dan kekerabatannya karena masyarakat Dayak memiliki simbol simbol leluhur yang sangat mereka hormati dan mereka jaga sebagai pedoman acuan dalam kehidupan adat istiadat suku Dayak. Melalui simbol simbol inilah suku Dayak menyampaikan rasa penghormatan, persatuan, kebersamaan dan kekerabatannya. Adapun simbol simbol yang menimbulkan adanya kebersamaan dan kekerabatan itu tercipta adalah : Gapura pada Taman Budaya yang terbuat dari kayu ulin penuh dihiasi ornamen yang dipadu dengan ukiran khas Dayak. Adapun bagian atas gapura menggambarkan masyarakat Dayak yang sedang menyambut kedatangan tamu yang mereka hormati, lengkap dengan pakaian kebesaran mereka. 230

Bagian atap bangunan kiri-kanan berbentuk menyilang, yang melambangkan kekuatan, yang mendukung agar terciptanya kekerabatan itu terjadi yang berfungsi untuk mempertahankan diri dari lambang persatuan dan erat. bentuk atap yang tinggi ke atas, sehingga menimbulkan bayangan dan memberikan kesan dekat dan akrab dengan bumi. Gambar 5.5. Bentuk Atap (Sumber: Penulis) Ketinggian atap ruang pameran disesuaikan dengan perbandingan sehingga mampu mendukung dari tinjauan standart akustik serta fleksibilitas auditorium ruang pameran 1 lantai. Fungsi - Pada ruang Audience yang bersifat public memiliki fungsi yang sama. - Penataan fungsi dilakukan dengan pengaturan setting dan pengolahan ornamen pada pintu dan jendela yang mencerminkan keteraturan seat pada ruang audience. 231

Teknologi Struktur dan Bahan Menggunakan bahan beton sebagai bahan utama agar lebih kuat. Bahan lain yang digunakan adalah bahan-bahan yang mampu mewakili karakter tradisional. Antara lain kayu dengan sifat yang mudah dibentuk untuk ornamenornamen tradisional dan memberikan kesan penampilan bangunan yang hangat, alamiah, dan menyegarkan. Penggunaan batu alam yang mudah diolah sebagai penutup dinding yang memiliki sifat sederhana dan informal serta marmer sebagai bahan penutup lantai yang berkesan kuat dan agung dengan tekstur dan warna yang beraneka ragam. Penggunaan warna-warna gelap pada kolom-kolom pertemuan dinding dan warna terang pada dinding ruang auditorium sebagai pemberi kesan luas. Warna warna ini diartikan sebagai corak, intensitas yang mewakili simbol simbol atau ornamen ornamen Rumah Betang suku Dayak Kalimantan Tengah yang memberikan efek dan mendukung terjadinya kebersamaan dan kekerabatan melalui aura atau pengaruh warna yang ditimbulkan. Kebersamaan dan kekerabatan itu dapat terjadi jika 232

didukung dengan suasana yang ditimbulkan oleh warna warna di bawah ini : Tabel 5.2. Suasana yang ditimbulkan dari simbol budaya Betang yang mendukung terciptanya kebersamaan dan kekerabatan. Warna Merah Hijau Coklat Abu-abu Kuning Suasana Semangat, panas, keintiman, menggairahkan, keingintahuan, enerjik, kaya dengan gagasan, dominant, kuat dan optimis. Penggunaan warna merah disesuaikan dengan kondisi thermal terutama dalam interior ruangan yang berac atau daerah bersuhu dingin, untuk memberikan kesan hangat secara visual Kesegaran, kesejukan, ketenangan, mewakili warna alam, menentramkan emosi, memberikan rangsangan secara psikologis Hening, tenang, mewakili warna alam (seperti : kayu,tanah), menentramkan, aman, stabil. Namun bila teralu dominan digunakan, akan menimbulkan perasaan sesak. Hening, tenang, penetralistik suasana dan memberi pengaruh magnet yang menarik Ceria, cerah, semangat, senang, hangat, temperamental, menarik perhatian, kecerdikan, kaya dengan ide dan sumber kekuatan. Berfungsi sebagai penghangat suasana pada ruang-ruang yang suram, karena kurang pencahayaan. 5.2.3.2. Konsep Dasar Gubahan Massa Bangunan Taman Budaya Ruang pameran dijadikan sebagai orientasi bagi massa bangunan pendukungnya 233

Mengikuti pola organisasi ruang cluster Ruang-ruang diorganisir terhadap tepat masuk ke dalam bangunan atau disepanjang alur gerak yang melaluinya. Arah orientasi bangunan secara keseluruhan disesuaikan dengan jalan Yos Sudarso yaitu menghadap ke utara. 5.2.4. Konsep Dasar Citra atau Penampilan Bangunan Ruang Pameran Skala heroic atau sacral pada ruang pameran ditampilkan pada penggunaan atap Rumah Betang dengan perbandingan antara kepala dan badan untuk memberikan kesan suasana monumental. Dari berbagai literatur, didapatkan satu unsur pemberi skala kekerabatan dan skala visual. 1. Skala kekerabatan, menciptakan suasana yang nyaman dan akrab. Langit - langit. 234

Gambar 5.6. Skala Akrab (Sumber : Penulis) 2. Sedangkan skala visual merujuk pada perbandingan ukuran suatu unsur, yang menunjukkan ukuran relatif terhadap ukuran lain yang sudah diketahui atau diasumsikan. Misalnya, tangga sebagai pembanding skala terhadap proporsi keseluruhan. Posisi/letak ruang pameran sebagai pusat orientasi yaitu berada pada bagian paling depan dan dikelilingi oleh massa bangunan pendukung. Konsentrasi dan stabilitas pada bangunan difokuskan pada area sekitar ruang pameran yang membentuk pola asimetris. Penggunaan bahan-bahan dengan warna terang pada dinding ruang pameran untuk memberi kesan luas dan warna gelap pada penonjolan kolom pertemuan dinding serta material dengan tekstur yang berbeda sebagai penegas bentuk pada ruang pameran sehingga mampu mendukung citra tradisional yang ingin ditampilkan. Bangunan ruang pameran satu lantai dengan tinggi keseluruhan kurang lebih 12m dan luasan sekitar 1560m2 menampilkan karakter atap Rumah Betang yang mencerminkan corak tradisional. 235

5.2.5. Penataan Ruang Dalam Penataan ruang dalam ini meliputi : 1. Bentuk ruang Bentuk dasar persegi panjang dijadikan alternative terpilih pada bentuk ruang pameran sebab ditinjau dari aspek fleksibilitas dan penataan akustik ruang sangat mendukung. Dimungkinkan adanya penggabungan/kombinasi dari bentuk ruang lainnya. 2. Equipment ruang Desain dan layout ruang pameran tergantung pada jenis kegiatan yang diwadahi dan disesuaikan dengan perencanaan sirkulasinya.. Untuk kegiatan pameran pada dinding menggunakan ornamenornamen suku Dayak yang mendukung citra tradisional yang ingin ditampilkan. Langit-langit ruang pameran dapat memberikan kesan luas dengan pengolahan ketinggian serta penggunaan warna yang muda dan garis-garis vertikal pada dinding. Penataan elemen-elemen pada cahaya serta pengkondisian udara pada langit-langit disesuaikan dengan persyaratan standar akustik ruang. 236

3. Kapasitas Ruang Kapasitas ruang auditorium diprediksikan mampu menampung kurang lebih 150 pengunjung dalam kegiatan pementasan atau pertunjukan dan kegiatan pameran. Kegiatan seminar dan diskusi diperkirakan memiliki daya tampung 150 orang dengan layout ruang yang memenuhi standar kenyamanan dan keamanan juga mendukung dalam standar akustik ruang. 5.2.5.1. Penataan Ruang Luar Pemanfaatan area parkir di sekitar ruang pameran dalam mendukung eksistensi ruang pamer dalam mewadahi keanekaragaman kegiatan kesenian dan kebudayaan. Penempatan materi pameran yang memanfaatkan cahaya pada siang hari sehingga mendukung dalam display materi pameran. Gambar 5.7. Penerangan Pada Patung ( Sumber : Penulis ) 237

Untuk mendukung penampilan Taman Budaya Kalimantan Tengah sebagai bangunan dengan citra tradisonal modern, pengolahan lansekap dilakukan dengan penataan miniatur dari taman-taman tradisional Kalimantan Tengah. Selain sebagai pemberi citra tradisonal modern pada bangunan, taman-taman tradisonal ini juga berfungsi sebagai jalur sikulasi, pembentuk iklim mikro, pemberi nilai estetis sebagai pembalut bentuk dan memberikan kesan alami pada lingkungan bangunan. Juga tersedia tempat untuk pementasan outdoor, dapat digunakan sebagai sanggar tari dan sanggar musik. Gambar 5.8. Pertunjukan Outdoor ( Sumber : Penulis) 5.2.5.2. Sirkulasi Ruang Dalam Perletakan ruang sirkulasi pada ruang pameran dengan memperhatikan arah pandang penonton yang baik yaitu disepanjang sumbu longitudinal dari panggung. 238

Pada ruang pameran diberi bukaan bukaan jendela dan pintu yang lebih banyak agar mendapat sirkulasi yang baik dan memberi kesan yang luas. Lebar ruang sirkulasi minimal cukup dilalui oleh 3 orang yang berjalan berderet, untuk menjaga keamanan, terutama dalam keadaan darurat. Jumlah pintu masuk ke ruang audotorium harus dapat menampung atau mewadahi sirkulasi penonton pada masuk. 5.2.5.3. Sirkulasi Ruang luar Pencapaian ke arah bangunan Taman Budaya bagi manusia diarahkan langsung melalui jalan yang segaris dengan sumbu bangunan. Dengan pencapaian yang tersamar dengan mempertinggi efek perspektif pada fasade depan dan bentuk bangunan pada taman hal ini ruang pameran sebagai point of interest. Untuk pencapaian kearah bangunan pendukung dilakukan dengan perpanjangan jalan yang segaris dengan sumbu bangunan utama. 239

Pencapaian kearah bangunan bagi kendaraan dilakukan dengan jalan berputar dimulai dari arah pintu masuk dari bangunan Taman Budaya menerus ke arah pintu keluar khusus kendaraan yang diletakkan pada bagian samping area bangunan Taman Budaya yang berupa side and trance. Untuk mendukung visual pada arah berputar bagi kendaraan dilakukan dengan mempertegas bentuk 3 dimensi bangunan pendukung disepanjang alur sirkulasi. 5.5.2.4 Konsep Utilitas Tabel 5.3. Konsep utilitas No. Perlengkapan Konsep bangunan 1. Jaringan air bersih Sumber dari sumur dan PDAM yang disalurkan pada tiap-tiap bak penampung air. 2. Jaringan air kotor Pembuangan limbah cair langsung ke riol kota. 3. Jaringan pengkondisian udara Penggunaan AC sentral pada ruangan yang menggunakan penghawaan buatan. 4. Jaringan fire protection Sistem keamanan menggunakan sistem semi otomatis, yang melibatkan peralatan represif pada kebakaran dan controling dari pihak pengelola 240

241