BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperlukan adanya pembinaan dan bimbingan yang dapat dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. prenatal sampai fase lanjut usia. Di antara rentang fase-fase tersebut salah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. Hendriyati Agustiyani, Psikologi Perkembangan, PT. Refika Aditama, 2006, Hlm 1-2 Ibid

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja juga merupakan priode yang penting, dimana pada masa remaja

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja cenderung mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibuktikan dari hasil penelitian Institute of Management Development (dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam suku dan sebagian besar suku yang menghuni kabupaten Merangin

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya ini mengakibatkan ilmu pengetahuan memiliki. dampak positif dan negatif. Agar dapat mengikuti dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting karena pendidikan salah satu penentu mutu sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah suatu periode transisi dari fase anak hingga fase

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan suatu sistem, pengorganisasian,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja merupakan masa perubahan dari yang semula anak-anak menuju

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beberapa tahun terakhir, beberapa sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Pendahuluan. Masa remaja secara psikologi merupakan masa peralihan dari masa anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode penting dalam rentang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

IRRA MAYASARI F

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat disamping

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diharapkan oleh kelompok sosial, serta merupakan masa pencarian identitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

I. PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan sesuatu yang berada di luar batasan-batasan kemampuan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan saat ini, banyak terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial budaya. Dengan sendirinya segala perubahan tersebut akan berpengaruh terhadap kehidupan individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan yang makin lama makin meningkat. Demikian juga dengan keadaan di Indonesia, hal tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan nilai-nilai sosial budaya. Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia ini, generasi muda sebagai tunas bangsa dan penerus cita-cita pembangunan perlu diperhatikan. Hal ini sejalan dengan posisi generasi muda sebagai kader bangsa yang tangguh, ulet serta tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan pada mereka. Membentuk individu yang berkualitas dan matang baik secara intelektual, emosional, dan sosial bukan merupakan hal yang mudah dan dapat dicapai dalam waktu yang singkat, tetapi memerlukan suatu proses yang melibatkan peran lingkungan, mulai dari indivu tersebut lahir sampai mencapai usia dewasa. Peranan keluarga dalam pembinaan generasi muda cukup dominan. Pembentukan perilaku yang positif yang harus dimiliki oleh seorang warga Negara yang baik, bermula dari keluarga. Agustiani (2009) menyatakan bahwa pada saat ini pembinaan terhadap kaum remaja belum menemukan format yang

2 maksimal. Perilaku remaja akhir-akhir ini marak, berupa tawuran dan berbagai kenakalan remaja lainnya, dianggap sebagai akibat dari proses keterasingan dari kehidupan yang wajar. Pembangunan yang terlalu berorientasi pada pertumbuhan ekonomi semata, telah mengubah nilai hidup manusia menjadi pemburu materi, dengan mengabaikan berbagai akibat sosial yang dapat terjadi. Salah satu akibatnya ialah, remaja dapat menjadi terasing dari kasih sayang dan perhatian orang tua. Hal ini menimbulkan rasa rasa benci atau tidak puas dalam diri anak yang dipendam dalam hati. Anak menjadi terasing dan merasa tidak mempunyai hak untuk menyatakan keinginannya karena orang tua selalu memberi petunjuk dan pengarahan, tanpa memberi peluang pada anak untuk mengembangkan keinginannya. Akibatnya, anak merasa dirinya tidak dipahami oleh orang tuanya sendiri, sehingga rasa keterasingan banyak melanda remaja pada saat ini. Di sekolah banyak peraturan yang disusun menurut persepsi dan kehendak pengelola pendidikan. Jarang sekali penyusunan peraturan tersebut dilakukan bersama dengan para remaja selaku murid. Ketidaksetujuan pada peraturan yang disusun tanpa melibatkan siswa, merupakan penyebab timbulnya ketidakpuasan yang terpendam pada diri para siswa. Melaksanakan suatu peraturan atau program yang disusun oleh orang lain tanpa keterlibatan mereka, sering menimbulkan perasaan terpaksa. Umumnya banyak orang tua dalam mendampingi anak mereka yang tengah menginjak masa remaja, penuh dengan perasaan was-was. Selama anak dalam masa remaja, yaitu periode transisi antara masa anak akhir ke masa dewasa, lebih dari satu dekade, orang tua menyaksikan anak yang mereka yang mereka

3 asuh memperlihatkan tingkah laku, keterampilan, emosi, dan tata nilai yang telah mereka pelajari. Selama masa prasekolah dan masa sekolah, orang tua merasa berat hati tapi juga bangga sewaktu mereka melihat anak-anak mulai mandiri, bahkan meskipun anak-anak remaja ini masih minta dukungan keluarga, mereka mungkin sudah mulai sering menolak sebagian tata nilai dan tradisi yang sudah lama dianut keluarga itu. Perubahan tingkah laku mendapat cukup perhatian dalam dunia psikologi. Penyesuaian diri sangat diperlukan pada remaja yang merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa atau mental remaja (Mu tadin, 2005). Penyesuaian diri ini akan berpengaruh terhadap self-esteem remaja. Dunia remaja merupakan dunia penuh tantangan sekaligus harapan, dan tergantung pada remaja yang bersangkutan, apakah ia tidak dapat bertahan ketika diberi tantangan dan menghindari hambatan atau sebaliknya. Ia dapat mengubah tantangan dan hambatan menjadi sebuah prestasi yang dapat membanggakan dan mewujudkan harapannya serta harapan orang disekitarnya, yaitu menjadi manusia dewasa yang dapat mandiri dan tidak bergantung atau menimbulkan masalah pada orang lain, baik keluarga maupun masyarakat pada umumnya dan dapat menjadi anggota masyarakat yang dapat memberi kontribusi bagi kelanjutan pembangunan bangsa dan negara. Dalam mencapai hal tersebut yang dibutuhkan remaja adalah akses terhadap berbagai peluang yang tepat serta dukungan dari keluarga maupun

4 lingkungan sebagai pegangannya. Akses serta dukungan terhadap remaja akan menjadi pengalaman berharga bagi dirinya. Sebaliknya penolakan dan celaan akan menjadi pengalaman yang tidak mengenakkan. Dukungan atau penolakan akan keberhasilan atau kegagalan yang dihadapi remaja akan berpengaruh terhadap penilaian atas kemampuan yang dimilikinya (Santrock, 2004) Penilaian atau evaluasi yang dibuat individu mengenai seberapa positif atau negatif dirinya dan bagaimana perasaannya terhadap hasil penilaian tersebut dikenal sebagai self-esteem Coopersmith (Virgita, 2010). Dalam perkembangan sosialnya, self-esteem akan berpengaruh besar terhadap apapun yang dilakukan remaja. Self-esteem berperan dalam pembentukan pribadi yang kuat, sehat dan memiliki kemampuan untuk menentukan pilihan, termasuk mampu berkata tidak dalam menghadapi hal-hal negative dan tidak berpengaruh berbagai godaan yang dihadapi remaja setiap hari dari teman sebaya mereka. Self-esteem pada seorang remaja akan sering kali dikaitkan dengan berbagai tingkah laku khas remaja seperti tawuran, penyalahgunaan obat-obatan, pacaran, sampai prestasi olah raga. Perkembangan self-esteem pada seorang remaja akan menentukan keberhasilan maupun kegagalannya di masa mendatang (Tambunan, 2010). Hal ini sangat penting pada lingkungan sekolah dimana remaja banyak menghabiskan waktunya disekolah. Institusi pendidikan merupakan tempat terbesar dimana remaja dapat dijangkau dan memiliki peranan yang sangat penting dalam membentuk dunia sosial remaja dan membentuk perkembangan identitas dari remaja. Sekolah

5 Menengah Kejuruan merupakan jenjang pendidikan berikutnya setelah melewati jenjang pendidikan tiga tahun di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada jenjang pendidikan di SMK ini remaja akan diberikan pengetahuan dan keterampilan lebih lanjut, dan pada masa transisi ini remaja akan menemui lebih banyak tekanan dalam prestasi, pertemanan dan juga pengawasan guru yang lebih ketat. SMK terdiri atas tiga jenjang pendidikan, yaitu kelas X sampai dengan kelas XII. Kelas XI SMK berada dalam masa remaja madya, yaitu 15 18 tahun yang merupakan masa ketika remaja mulai memasuki tahap krisis identitas Erikson (Upton, 2012). Pada masa ini, remaja mencari identitas dirinya berdasarkan informasi atau feedback yang diterimanya dari lingkungan sektitarnya, baik orang tua, teman sebaya, guru dan orang lain. Menurut Coopersmith (Virgita, 2010) self- esteem dibagi menjadi tiga kategori yaitu self-esteem tinggi, self-esteem sedang dan selfesteem rendah. Dengan yang telah diuraikan diatas maka peneliti mendapatkan nilai urgensi yang sangat penting untuk mengambil sebuah penelitian mengenai penyesuaian diri dan self-esteem pada siswa kelas XI SMK TSP Jakarta. Hal tersebut menurut penelitian sangat memberi gambaran untuk masa depan sekolah dan siswanya sendiri, memiliki pengaruh besar pada dunia industri dan perkuliahan.

6 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka didapat suatu rumusan masalah adalah Apakah ada hubungan antara penyesuaian diri dengan self-esteem pada siswa kelas XI SMK TSP Jakarta? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penyesuaian diri dengan self-esteem pada siswa kelas XI SMK TSP Jakarta 1.3.2. Tujuan Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan penyesuaian diri dengan self-esteem. 1.4. Manfaat dan Kegunaan Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk sumbangan yang diharapkan dapat memperkaya pemahaman dan penelitian kajian bidang Psikologi Perkembangan dan Psikologi Pendidikan, terutama mengenai penyesuaian diri dan self-esteem.

7 1.4.2. Manfaat Praktis Manfaat Praktis dari penelitian ini adalah remaja dapat mengetahui penyesuaian diri dan self-esteem yang dimiliki sehingga dapat membantu dalam kehidupan sosial.