BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh manusia terkomposis atas jaringan lemak yang relatif sama, namun perbedaan lokasi deposisi jaringan cadangan lemak menimbulkan perbedaan besar dalam peningkatan risiko kesehatan (WHO, 2008). Manusia menyimpan cadangan lemak pada jaringan subkutan di seluruh tubuh. Pada bagian abdomen, lemak terdapat pada jaringan subkutan dan di kavitas abdomen yaitu diantara organ dalam seperti liver, ginjal, usus, kandung kemih, dan limpa. Deposit lemak di bagian ini sering disebut lemak visceral atau intra-abdominal (Moore et al., 2010). Risiko yang lebih tinggi terdapat pada individu dengan deposisi lemak abdomen, terutama bagian intraabdominal, dibandingkan deposisi lemak di bagian pantat atau paha, dimana pada bagian ini lemak ada pada jaringan subkutan. Di Indonesia, gaya hidup sedentary dan makanan junk food semakin marak, terutama di kalangan dewasa muda. Gaya hidup ini semakin meningkatkan angka obesitas sentral di Indonesia. Prevalensi obesitas sentral 26.6% 1
pada tahun 2013, meningkat pesat dari tahun 2007 yang hanya 18.8% (Riskesdas, 2013). Obesitas meningkatkan risiko terhadap berbagai jenis penyakit. Jaringan lemak mensekresi beberapa mediator inflamasi dan imunitas yang disebut adipokin. Disregulasi sekresi adipokin, toksin asam lemak bebas, dan deposisi lemak pada intra-abdominal adalah faktor kausa yang memediasi resistensi insulin, kenaikan risiko diabetes, dan penyakit kardiovaskular (Phillips, 2008). Individu yang mengalami obesitas berisiko tinggi mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi) (Anderson, 1987). Hipertensi adalah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dimana penyakit kardiovaskular ini masih menjadi penyebab pertama kematian di dunia dan di Indonesia (CDC, 2014). Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 25.8% dengan cakupan tenaga kesehatan 36,8%, sehingga sebagian besar (63,2%) kasus hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis (Riskesdas, 2013). Rasio lingkar pinggang pinggul (RLPP) adalah salah satu metode untuk menilai akumulasi lemak pada tubuh. Rasio ini lebih tepat dibanding menghitung tebal lipatan tubuh serta menggambarkan jaringan adiposa subkutan dan intra-abdominal (WHO, 2008). Hasil RLPP tinggi menunjukkan akumulasi lemak lebih banyak pada abdomen. 2
Rentang nilai normal RLPP tergantung jenis kelamin, usia, dan ras. Pada perempuan Kaukasian premenopause sehat memiliki RLPP 0.67 0.80 dan pada laki laki Kaukasian sehat 0.85-0.95 (Singh, 2002). Perempuan dalam rentang RLPP sekitar 0.7 memiliki tingkat estrogen yang optimal dan berisiko rendah terkait diabetes, penyakit kardiovaskular, dan kanker ovarium. Sementara pada laki laki, RLPP sekitar 0.9 menunjukkan status kesehatan dan reproduksi yang lebih baik dengan risiko rendah kanker prostat dan testis (Marlowe et al., 2005). RLPP tinggi berkaitan dengan tingginya konsentrasi malondialdehyde dan konsentrasi rendah enzim antioksidan. Hal ini menyebabkan kenaikan stres oksidatif sebagai faktor penyebab kejadian penyakit kardiovaskular seperti acute myocard infark (AMI). Pada pasien AMI di India, rata rata memiliki RLPP 0.96 (Siddiqui et al., 2014) Sementara itu, menurut Amini (2002), terdapat mengukuran antropometri lain yang berkorelasi secara positif untuk menilai risiko pernyakit kardio-metabolik yaitu lingkar pergelangan tangan. Ukuran ini dipilih karena kemudahan pengukuran pada praktik klinis. Indeks pergelangan tangan (IPT) diukur dengan membandingkan tinggi badan dengan lingkar pergelangan tangan. Hasil 3
yang diperoleh menggambarkan body frame: besar, sedang, atau kecil (Mootz & Vernon, 1999). Klasifikasi body frame berguna untuk mengetahui besar tulang dalam mendeskripsikan komposisi tubuh atau menentukan berat badan ideal. Individu dengan body frame besar secara normal akan memiliki berat badan lebih besar daripada individu dengan body frame kecil. Body frame juga secara signifikan dan berkorelasi positif dengan fat-free-mass (FFM), body fatness, dan massa tulang pada semua berat badan di semua umur (Chumlea et al, 2002). Pada penelitian Crews (1993) disebutkan hubungan positif lingkar pergelangan tangan dengan tekanan darah pada Indian Yanomami, namun hubungan indeks pergelangan tangan yang mencerminkan body frame dan tekanan darah sampai saat ini belum diketahui. Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk dalam provinsi dengan prevalensi berat badan berlebih, obesitas, dan obesitas sentral di atas rata rata nasional (Riskesdas, 2013). Mahasiswa di Yogyakarta termasuk populasi dewasa muda yang memiliki variasi berat badan, ukuran badan, bentuk tubuh, dan status gizi. Kesamaan yang ditemukan pada populasi ini adalah akumulasi waktu yang relatif sama, yaitu mengikuti kegiatan perkuliahan yang sebagian besar dihabiskan dengan duduk dan padatnya jadwal 4
perkuliahan membuat mahasiswa kebanyakan jatuh dalam pola hidup sedentary. Gaya hidup sendentary dapat meningkatkan angka hipertensi dan obesitas nasional, yang berefek pada status kesehatan nasional mendatang. Situasi dan kondisi yang sejenis serta status gizi yang bervariasi membuat peneliti memilih populasi ini sebagai populasi penelitian. Berdasar uraian di atas, penting dilakukan penelitian mengenai hubungan IPT, RLPP, dan tekanan darah sehingga bila terdapat hubungan positif, dapat dilakukan perubahan gaya hidup demi mencegah bahaya hipertensi pada mahasiswa di Daerah Istimewa Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: - Apakah terdapat hubungan antara indeks pergelangan tangan dengan tekanan darah pada mahasiswa Daerah Istimewa Yogyakarta? - Apakah terdapat hubungan antara rasio lingkar pinggang pinggul dengan tekanan darah pada mahasiswa Daerah Istimewa Yogyakarta? 5
C. Tujuan 1. Tujuan Umum a. Mengetahui hubungan antara indeks pergelangan tangan dan rasio lingkar pinggang-pinggul dengan tekanan darah 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan antara indeks pergelangan tangan dan rasio lingkar pinggang-pinggul dengan tekanan darah b. Mengetahui perbedaan indeks pergelangan tangan, rasio lingkar pinggang-pinggul, dan tekanan darah pada kelompok laki-laki dan perempuan D. Manfaat 1. Bagi dunia pendidikan dan penelitian diperolehnya informasi guna menambah referensi tentang hubungan IPT, RLPP, dan tekanan darah pada mahasiswa di Daerah Istimewa Yogayakarta. 2. Bagi Masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi pada masyarakat mengenai hubungan IPT, RLPP, dan tekanan darah pada mahasiswa di Daerah Istimewa Yogayakarta sehingga diharapkan masyarakat dapat menerapkan pola hidup yang sehat. 6
E. Keaslian penelitian Penelitian mengenai hubungan IPT, RLPP, dan tekanan darah pada mahasiswa di Daerah Istimewa Yogayakarta belum pernah dilakukan penelitian yang benar-benar serupa. Penelitian yang sejenis yang pernah dilakukan, antara lain: 1. Correlates of Blood Pressure in Yanomami Indians of Northwestern Brazil oleh Crews et al. (1993). Penelitian ini mengukur asosiasi body habitus dengan tekanan darah pada 100 orang dewasa Indian Yanomami. Pada perempuan Yanomami ditemukan korelasi signifikan tebal lipatan kulit, lingkar pergelangan tangan dengan tekanan darah sistolik, sementara lingkar pinggul dan lingkar pergelangan tangan berkorelasi signifikan dengan tekanan darah diastolik. Perbedaan dengan penelitian di atas adalah pada subjek, perlakuan subjek, variabel penelitian, dan uji statistik. 2. Hubungan Lingkar Pinggang, Lingkar Pinggul, dan Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul (RLPP) dengan Tekanan Darah pada Penduduk Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta oleh Hasanah (2011). Penelitian ini dilakukan dengan metode observasional dengan cross sectional study 7
(studi potong lintang) serta menggunakan uji statistik Pearson dan t-independent. Penelitian menggunakan 202 subjek yang merupakan penduduk Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Seluruh subjek dilakukan pengukuran profil antropometri dan tekanan darah. Hasil penelitian menunjukkan hubungan positif antara lingkar pinggang, lingkar pinggul dan RLPP terhadap tekanan darah sistolik. Perbedaan dengan penelitian di atas adalah pada subjek, uji statistik, dan kriteria inklusi-eksklusi. Pada penelitian penulis, kriteria eksklusi lebih ketat yaitu mengenai hal hal yang dapat mempengaruhi tekanan darah seperti konsumsi kafein 2 jam sebelum pengukuran, konsumsi rokok, dan konsumsi obat penurun tekanan darah. 3. Waist-to-Hip Ratio is Associated with Nighttime Blood Pressure Dipping oleh Johnson et al.(2012). Penelitian dilakukan dengan 226 mahasiswa wanita sehat yang berpartisipasi selama 24 jam dimonitor, dengan pengukuran tekanan darah setiap 20 menit di pagi dan siang hari seta tiap 30 menit selama tidur. Analisis regeresi multivariate menunjukkan bahwa Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Rasio Lingkar Pinggang Pinggul (RLPP) merupakan dua predictor signifikan 8
terhadap dipping tekanan sistolik dan diastolik. Sehingga didapat kesimpulan RLPP adalah metode pengukuran komposisi tubuh yang simple dan non invasif WHR dalam mengevaluasi risiko dipping tekanan darah. Perbedaan dengan penelitian di atas adalah pada subjek, uji statistik, perlakuan subjek, dan kriteria inklusi-eksklusi. Pada penelitian penulis, subjek laki laki dan perempuan. Pengukuran tekanan darah hanya satu kali yaitu saat kondisi istirahat setelah duduk 5 menit. 9