I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

I. PENDAHULUAN. Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya,

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan,

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

I.PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia sekarang ini

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

BAB I PENDAHULUAN. melanda bangsa Indonesia pada tahun konvensional, sehingga memilih untuk berhubungan dengan lembaga

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

BAB I PENDAHULUAN. serangan krisis. Pada tabel penyerapan tenaga kerja BPS, pada tahun 1997

SEBARAN PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT PERIODE NOVEMBER AGUSTUS 2012

TANYA-JAWAB SEPUTAR KUR

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

I PENDAHULUAN. 1 Jumlah bank di Indonesia.21 Maret inibank.wordpress.com [3 Juni 2010]

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

BAB I PENDAHULUAN. inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana. baru. Dengan liberalisasi perbankan tersebut, sektor perbankan

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. arah peningkatan taraf hidup masyarakat. sangat vital, seperti sebuah jantung dalam tubuh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan dalam banyak hal. Baik itu dari segi pemerintahan, pendidikan

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BADAN PUSAT STATISTIK

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama masalah dalam kemiskinan yang dialami oleh setiap negara,

BAB III KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan di berbagai bidang yang berpedoman pada Undangundang

- 1 - MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

KREDIT USAHA RAKYAT. Disampaikan dalam Pembukaan Pembekalan PPB MU KP Tahun 2017 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan UMKM dan Usaha Besar. Mikro, Kecil dan Menengah ,55 47, ,93 47, ,75 46,25

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

Antar Kerja Antar Daerah (AKAD)

KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH R.I. LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH ( LPDB-KUMKM )

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

Evaluasi Implementasi Kebijakan Kredit Usaha Rakyat Dalam Rangka Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan, Koperasi (UMKMK).

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Ketika sektor

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI INDONESIA PERIODE NOVEMBER 2012 APRIL 2014

BAB I PENDAHULUAN. menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013

BAB I PENDAHULUAN. berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT

I. PENDAHULUAN. Persaingan antar Bank sebagai industri jasa keuangan semakin tajam. Bank-bank

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

Sektor * 2010** 3,26 3,45 3,79 2,82 2,72 3,36 3,47 4,83 3,98 2,86 2. Pertambangan dan Penggalian

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek. Mayoritas usaha yang ada di Indonesia adalah usaha kecil yang dikelola

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI BANK RAKYAT INDONESIA UNIT LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PAPUA BARAT MARET 2017 MEMBAIK

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) semakin mendapatkan perhatian terutama dari pelaku agribisnis. Perhatian ini didasari karena sektor UMKM mampu bertahan pada saat terjadinya krisis moneter, bahkan terus tumbuh hingga saat ini. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mampu memberikan kontribusi bagi pembangunan perekonomian Indonesia, khususnya dalam pemulihan dan pembenahan perekonomian yang pernah terpuruk akibat krisis. Hal ini dapat dilihat dari jumlah UMKM di Indonesia yang mengalami peningkatan sebesar 2,18 persen, yaitu dari 48.779.151 unit pada tahun 2006 menjadi 49.840.489 unit pada tahun 2007. Sedangkan untuk usaha besar mengalami peningkatan sebesar 2,93 persen, yaitu dari 4.396 unit pada tahun 2006 menjadi 4.527 pada tahun 2007. Perkembangan jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah di Indonesia tahun 2006 s.d. 2007 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007 No. Skala Usaha Jumlah (Unit) Perkembangan Tahun 2006 Tahun 2007 (Unit) (%) 1. Usaha Mikro 46.746.567 47.702.310 955.743 2,04 2. Usaha Kecil (UK) 1.917.897 2.017.928 100.029 5,22 3. Usaha Menengah (UM) 114.687 120.253 5.566 4,85 Jumlah 48.779.151 49.840.489 1.061.338 2,18 Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2008) Persentase terbesar dari usaha mikro ini berasal dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan, yaitu sebesar 54,91 persen pada tahun 2007. Sektor ini memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia yang

tidak lepas sebagai Negara Agraris. Jumlah dan perkembangan usaha mikro menurut sektor ekonomi pada tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Jumlah Usaha Mikro Menurut Sektor Ekonomi di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007 No. 1. Sektor Ekonomi Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan Jumlah (Unit) Perkembangan Tahun 2006 Tahun 2007 (Unit) (%) 26.202.369 26.149.700 52.669 0,20 2. Pertambangan dan Penggalian 232.935 249.451 16.516 7,09 3. Industri Pengolahan 2.982.053 3.043.489 61.436 2,06 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 10.056 10.199 143 1,42 5. Bangunan 133.140 140.756 7.616 5,72 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 11.899.575 12.552.862 653.287 5,49 7. Pengangkutan dan Komunikasi 2.608.085 2.680.329 72.244 2,77 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 800.852 858.674 57.822 7,22 9. Jasa - Jasa 1.877.502 2.016.850 139.348 7,42 Jumlah 46.746.567 47.702.310 955.743 2,04 Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2008) Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan merupakan bagian dari agribisnis. Agribisnis merupakan suatu kesatuan sistem usaha dimana antara satu subsistem dengan subsistem lainnya (penyediaan faktor-faktor produksi, budidaya/produksi, pengolahan/agroindustri, dan distribusi pemasaran) saling terkait. Keterkaitan tersebut dijalin oleh suatu kelembagaan yang memiliki fungsi sebagai penunjang usaha agribisnis. Sistem tersebut akan berfungsi baik apabila tidak ada gangguan pada salah satu sistem. Setiap subsistem dalam sistem agribisnis mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang, hal ini menunjukkan 2

bahwa setiap subsistem akan berfungsi baik apabila ditunjang oleh subsistem yang lainnya. Menurut Intan A.H (2006), satuan keterkaitan subsistem agribisnis adalah transaksi dimana kelembagaan (property rights), batas yuridiksi, dan aturan representasi mengkondisikan transaksi tersebut. Dengan demikian, transaksi akan ditentukan secara bermakna oleh kelembagaan, baik itu sebagai suatu aturan, norma, tradisi, hukum maupun sebagai organisasi. Perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis terdiri dari beragam perusahaan dengan berbagai bidang usaha, mulai dari usaha perdagangan, industri agribisnis, manufaktur, keuangan, dan usaha lainnya. Masalah pokok yang sering dihadapi setiap perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha apa pun selalu tidak terlepas dari kebutuhan akan dana (modal) untuk membiayai usahanya. Kebutuhan akan dana ini diperlukan baik untuk modal investasi atau modal kerja. Kredit merupakan salah satu sumber permodalan yang sangat penting untuk membiayai kegiatan suatu usaha. Usaha mikro, kecil, menengah, dan besar adalah skala bisnis yang terdapat di Indonesia yang memerlukan kredit sebagai tambahan permodalan dalam mengembangkan suatu usaha. Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga yang dapat memberikan kredit kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dalam menjalankan fungsinya, lembaga perbankan memiliki beberapa kriteria kredit yang diberikan kepada calon debitur. Pada tahun 2007, peran UMKM dalam pembentukan investasi nasional menurut harga konstan tahun 2000 lebih rendah daripada usaha besar yaitu sebesar Rp 195,05 1 triliun atau 44,32 persen dari total investasi nasional. Padahal, jumlah unit usaha UMKM jauh lebih besar daripada usaha besar. Begitu juga dengan peran usaha kecil (termasuk usaha mikro) yang lebih kecil dari usaha menengah dan usaha besar yaitu Rp 90,57 triliun atau 20,58 persen, padahal jumlah unit usaha kecil (termasuk Usaha Mikro) jauh lebih besar dari usaha menengah dan usaha besar. Mempertimbangkan kondisi tersebut, akhirnya Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Inpres No.6 tanggal 8 Juni 2007 tentang Kebijakan 1 Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2008) 3

Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM yang diikuti dengan adanya Nota Kesepahaman Bersama antara Departemen Teknis, Perbankan, dan Perusahaan Penjaminan. Nota Kesepahaman Bersama tersebut ditandatangani oleh para pihak yang berwenang pada tanggal 9 Oktober 2007 dengan ditandai peluncuran penjaminan kredit/pembiayaan kepada UMKM. Akhirnya pada tanggal 5 November 2007, Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan kredit bagi UMKM dengan nama Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kebijakan penjaminan kredit ini diharapkan akan dapat memberikan kemudahan akses yang lebih besar bagi para pelaku UMKM dan koperasi yang telah feasible namun dianggap belum bankable (pelaku UMKM tidak memiliki jaminan pinjaman yang sesuai bagi bank). Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan salah satu kredit yang sebagian jaminannya dijamin oleh pemerintah melalui PT. Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) 2 sebesar 70 persen dan 30 persen sisanya ditanggung oleh bank sendiri. Kredit Usaha Rakyat (KUR) disalurkan melalui bank-bank agen pemerintah diantaranya Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Bukopin, dan Bank Mandiri Syariah. Program KUR ini dilaksanakan di semua provinsi yang ada di Indonesia. Pada saat awal diluncurkan, skim KUR hanya satu jenis yaitu kredit untuk UMKM dengan plafond kredit sampai dengan Rp 500 juta rupiah. Namun setelah berjalan beberapa waktu, Presiden Republik Indonesia mengarahkan agar penyaluran KUR lebih banyak untuk nasabah-nasabah usaha mikro dengan plafond kredit maksimal lima juta rupiah. Total realisasi KUR di semua provinsi Indonesia pada tahun 2008 mencapai Rp 12,624 triliun dengan total debitur sebesar 1.671.668 orang (lampiran 1). Hal ini menggambarkan bahwa dalam kurun waktu satu tahun, jumlah realisasi KUR mengalami peningkatan yang signifikan karena kredit lunak yang menjadi program pemerintah ini sangat dibutuhkan para pengusaha mikro, kecil, dan menengah. 2 Tim Usaha Anda. 4 juli 2008. BRI Luncurkan Kredit Usaha Rakyat. Liputan 6.com 4

Tabel 3. Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Dirinci Menurut Provinsi per 31 Desember 2008 BRI dan BRI Mikro BRI BRI Mikro No. Provinsi Total Kredit Total Total Kredit Total (juta) Debitur (juta) Debitur 1. Nanggroe Aceh 134.096 861 128.812 27.708 2. Sumatera Utara 145.677 1.585 252.521 65.334 3. Sumatera Barat 51.146 595 141.038 31.643 4. Riau 146.695 1.095 94.461 19.512 5. Jambi 62.406 489 113.903 24.017 6. Sumatera Selatan 112..462 691 153.028 32.747 7. Bengkulu 27.355 284 57.667 12.075 8. Lampung 26.242 230 110.144 26.709 9. Kepulauan Riau 10.530 94 25.312 5.315 10. Bangka Belitung 7.296 43 21.629 4.603 11. DKI Jakarta 258.974 2.581 165.058 36.682 12. Jawa Barat 296.183 2.659 987.944 258.539 13. Jawa Tengah 254.293 2.992 1.284.677 352.698 14. D.I Yogyakarta 38.630 504 147.468 39.848 15. Jawa Timur 402.203 3.183 1.106.024 307.790 16. Banten 55.706 654 123.151 28.445 17. Bali 72.104 591 180.488 40.495 18. NTB 19.542 262 72.061 16.914 19. NTT 64.222 713 66.786 15.113 20. Kalimantan Barat 42.934 665 68.500 14.569 21. Kalimantan Tengah 41.406 386 63.999 13.224 22. Kalimantan Selatan 67.004 561 101.994 27.699 23. Kalimantan Timur 56.454 406 82.713 21.603 24. Sulawesi Utara 30.482 223 90.240 21.295 25. Sulawesi Tengah 36.042 258 84.097 18.513 26. Sulawesi Selatan 206.162 1.683 339.944 74.214 27. Sulawesi Tenggara 26.086 275 55.761 11.529 28. Gorontalo 24.456 185 42.264 10.463 29. Sulawesi Barat 30.579 284 48.709 9.871 30. Maluku 30.778 319 26.608 6.967 31. Maluku Utara 10.535 89 11.238 2.292 32. Irian Jaya Barat 30.603 122 16.308 3.520 33. Papua 58.000 374 36.346 8.063 Total 2,908.283 25.934 6.293.674 2.590.039 Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha (2009) 5

Data pada Tabel 3 menunjukkan realisasi KUR selama periode tahun 2008 untuk provinsi yang ada di seluruh Indonesia. Total kredit yang didapat BRI selama periode 2008 sebesar Rp 2,908 triliun atau 23,04 persen dari total realisasi KUR sebesar Rp 12,624 triliun. Total debitur sebesar 25.934 debitur atau 1,55 persen yang mengajukan kredit di BRI dari 1.671.668 debitur. Sedangkan untuk BRI mikro, total kredit sebesar Rp 6,293 triliun atau 49,85 persen dari total realisasi kredit dengan total debitur sebesar 1.590.039 pada tahun 2008 atau 95,11 persen di seluruh wilayah provinsi di Indonesia untuk BRI mikro. Hasil realisasi dan jumlah debitur yang didapat BRI jauh diatas bank pelaksana yang lain 3 (Lampiran 1). Total realisasi KUR dari bank pelaksana selama tahun 2008 sebesar Rp 12,624 triliun dari 1.671.668 juta debitur 4. Dalam KUR ini, pemerintah memfokuskan pada lima sektor usaha, seperti pertanian, perikanan dan kelautan, koperasi, kehutanan, serta perindustrian dan perdagangan. Selama periode tahun 2008 bank penyelenggara mengalami peningkatan dalam jumlah debitur sebesar 9.386,43 persen dari bulan Januari sampai dengan Desember 2008. Perkembangan jumlah debitur selama periode tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 4. Pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa BRI mengalami peningkatan jumlah debitur dalam penyaluran KUR yang cukup signifikan selama periode 2008 dibandingkan dengan bank-bank penyelenggara lainnya, yaitu 2.666 debitur pada bulan Januari dan 1.615.979 debitur pada bulan Desember. Jumlah debitur BRI lebih besar dibandingkan bank penyelenggara lainnya. Total debitur BRI untuk KUR sebesar 96,67 persen dari total jumlah debitur KUR. Peningkatan jumlah debitur selama tahun 2008 diharapkan membawa dampak positif bagi perekonomian negara dengan terbukanya lapangan kerja yang baru. Banyaknya jumlah debitur yang ada di BRI tak lepas karena BRI memiliki banyak unit kerja hingga ke pelosok daerah yang belum dijajaki oleh bank lain. Selain itu, BRI dianggap sebagai bank yang memiliki pengalaman dalam 3 Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Dan Menengah, Deputi Bidang Pengembangan Dan Restrukturisasi Usaha. 4 Februari 2009. www.sentraukm.com. 3 Loc.cit 6

memberikan kredit bagi usaha mikro, kecil, dan menengah dibandingkan dengan bank lainnya. Tabel 4. Perkembangan Jumlah Debitur Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Pelaksana Periode Januari 2008 s.d. Desember 2008 Bulan Bank BNI Bank BRI Bank Mandiri Bank BTN Bank Bukopin Bank BSM Total Januari 3.233 2.666 11.290 40 173 407 17.809 Februari 4.405 4.273 16.079 85 366 581 25.789 Maret 5.362 175.457 16.337 224 709 1.090 199.179 April 6.147 402.634 33.110 353 950 2.768 445.962 Mei 7.413 625.083 33.110 470 2.384 4.400 672.860 Juni 7.852 867.207 33.482 625 2.551 4.817 916.534 Juli 8.206 1.011.358 33.482 698 2.669 5.398 1.061.902 Agustus 8.507 1.141.942 33.685 769 2.808 5.770 1.193.481 September 8.856 1.276.516 33.685 889 2.960 6.345 1.329.251 Oktober 8.936 1.407.503 36.913 936 2.957 6.296 1.463.541 November 8.936 1.498.655 36.913 971 2.951 6.296 1.554.722 Desember 8.954 1.615.979 37.010 1.036 2.944 5.707 1.671.630 Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha (2009) 1.2. Perumusan Masalah Meningkatnya jumlah debitur dan realisasi jumlah KUR dari bank penyelenggara menunjukkan bahwa program KUR yang dicanangkan oleh pemerintah diminati para debitur untuk menambah modal usaha mereka. Peningkatan ini diharapkan akan memberikan pengaruh yang baik terhadap perkembangan investasi dan usaha masyarakat sehingga akan berpengaruh terhadap perekonomian negara. Dengan adanya KUR sebagai kredit lunak bagi pelaku usaha sehingga pengusaha akan memiliki pilihan-pilihan dalam menggunakan uang yang ada untuk diinvestasikan. Kredit Usaha Rakyat (KUR) memiliki potensi yang tinggi dalam pembiayaan bisnis. Minat masyarakat terhadap KUR sangat tinggi, karena saat ini para pengusaha sulit dalam mendapatkan kredit jangka pendek. Antusias 7

masyarakat yang tinggi dapat dilihat dari jumlah debitur yang ada. Peningkatan realisasi KUR dapat dilihat pada grafik di bawah ini. Gambar 1. Perkembangan Total Realisasi Penyaluran KUR di Indonesia oleh Bank-bank Penyelenggara (Januari s.d. Desember 2008) Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha (2009) Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat bahwa perkembangan realisasi KUR dari bulan Januari sampai dengan Desember cenderung meningkat. Realisasi ini diberikan kepada debitur yang membutuhkan dana untuk mengembangkan usaha khususnya UMKM. Meningkatnya realisasi KUR ini menggambarkan bahwa kredit yang menjadi program pemerintah ini benar-benar dibutuhkan oleh para debitur. Penyaluran kredit yang realisasinya selalu meningkat diharapkan membuat perusahaan dapat berkembang dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Dengan kualitas yang tinggi, perusahaan dapat bersaing dengan para pesaing besar dan dapat menembus pasar ekspor. Hal ini akan berdampak positif bagi atmosfer investasi negara dan pendapatan bagi negara. Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan fasilitas pembiayaan yang khusus diperuntukkan bagi usaha mikro, kecil, dan menengah yang usahanya layak namun tidak memiliki agunan yang sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan 8

oleh bank. Tujuan dari program KUR adalah meningkatkan perekonomian, pengentasan kemiskinan, dan penyerapan tenaga kerja. Daerah DKI Jakarta merupakan salah satu tempat pelaku agribisnis, salah satunya adalah daerah Tanjung Priok yang terletak di Kotamadya Jakarta Utara. Daerah Tanjung Priok memiliki total realisasi KUR yang tinggi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Jumlah Realisasi Kredit Usaha Rakyat Unit Kerja BRI Cabang Tanjung Priok Periode Desember 2008 s.d. April 2009 Bulan Debitur (Orang) Pertumbuhan (%) Realisasi (Rp) Pertumbuhan (%) Desember 3.848 1,02 17.330.100.000 1,02 Januari 3.925 1,01 17.682.600.000 1,01 Februari 3.998 1,02 17.878.100.000 1,02 Maret 4.068 1,02 18.206.100.000 1,02 April 4.153 4,82 18.616.600.000 4,82 Total 19.992 89.713.500.000 Sumber : Bank Rakyat Indonesia Cabang Tanjung Priok, Jakarta (2009) Dari data pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa total realisasi KUR pada BRI Cabang Tanjung Priok terus meningkat setiap bulannya. Peningkatan realisasi rata-rata 1,02 persen per bulan. Dengan melihat total realisasi pada Gambar 1 jelas terlihat bahwa total penyaluran KUR di Indonesia selalu meningkat. Hal ini berbanding lurus dengan realisasi yang ada di BRI Tanjung Priok, dimana realisasi KUR selalu meningkat setiap bulannya. Penyaluran KUR di Cabang Tanjung Priok dilakukan di unit-unit kerja Cabang Tanjung Priok atau disebut kantor unit BRI. Kantor unit memiliki peran dalam menyalurkan KUR karena kantor unit diperuntukkan untuk kredit yang memiliki plafond di bawah Rp 100 juta, sedangkan KUR memiliki plafond sebesar lima juta rupiah sehingga penyaluran KUR dilakukan di kantor unit BRI. 9

Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Tanjung Priok memiliki 12 kantor unit yang menyalurkan KUR. Unit-unit yang ada telah memiliki debitur KUR sampai saat ini dan terus meningkat. Unit Tongkol memiliki jumlah debitur lebih tinggi dibandingkan dengan unit kerja lain yang ada di bawah cabang kerja Tanjung Priok. Jumlah debitur unit-unit kerja cabang Tanjung Priok dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah Debitur Kredit Usaha Rakyat Unit-unit Kerja BRI Cabang Tanjung Priok Periode Desember 2008 s.d. April 2009 No. Unit Kerja Desember Januari Februari Maret April 1. Tongkol 375 411 462 501 533 2. Kramat 453 453 453 453 453 3. Podomoro 186 186 186 186 186 4. Sindang 270 274 276 284 299 5. Mandiri 374 391 392 392 392 6. Warakas 252 255 257 261 269 7. Cilincing 407 410 410 410 410 8. Semper 338 338 338 338 338 9. Cakung 396 397 398 402 406 10. Boulevard 396 396 396 396 405 11. S. Hijau 289 291 294 295 297 12. Plumpang 112 123 136 150 165 Total 3.848 3.925 3.998 4.068 4.153 Sumber : Bank Rakyat Indonesia Cabang Tanjung Priok, Jakarta (2009) Pada Tabel 6 dapat dilihat jumlah debitur yang mengajukan kredit di Unit Tongkol terus meningkat sebesar 142,13 persen dari Desember 2008 sampai dengan April 2009. Hal ini menggambarkan bahwa kinerja prestasi Unit Tongkol lebih baik dibandingkan dengan unit lain yang berada di bawah Cabang Tanjung Priok. Dalam menjalankan fungsinya sebagai penghubung antara pemerintah dan debitur, BRI Unit Tongkol telah menjalankan tugasnya dalam bentuk realisasi kredit. Dibandingkan dengan unit-unit kerja di Cabang Tanjung Priok, realisasi 10

Unit Tongkol lebih baik dibandingkan dengan unit yang lain. Realisasi KUR di unit-unit kerja BRI Cabang Tanjung Priok dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Realisasi Kredit Usaha Rakyat Unit-unit Kerja BRI Cabang Tanjung Priok Periode Desember 2008 s.d. April 2009 No. Unit Kerja Desember (Rp) Jumlah Realisasi (milyar) Februari (Rp) Januari (Rp) Maret (Rp) April (Rp) 1. Tongkol 1,644 1,797 1,888 2,066 2,215 2. Kramat 2,082 2,082 2,082 2,082 2,082 3. Podomoro 896 896 896 896 896 4. Sindang 1,318 1,336 1,345 1,383 1,458 5. Mandiri 1,803 1,888 1,893 1,893 1,893 6. Warakas 1,182 1,197 1,207 1,227 1,266 7. Cilincing 1,620 1,631 1,631 1,631 1,631 8. Semper 1,619 1,619 1,619 1,619 1,619 9. Cakung 1,808 1,813 1,818 1,838 1,856 10. Boulevard 1,449 1,449 1,449 1,449 1,494 11. S. Hijau 1,361 1,371 1,386 1,389 1,399 12. Plumpang 545 600 661 730 805 Total 17,327 17,679 17,875 18,203 18,614 Sumber : Bank Rakyat Indonesia Cabang Tanjung Priok, Jakarta (2009) Jumlah debitur maupun realisasi di Unit Tongkol setiap bulannya selalu mengalami peningkatan dibandingkan unit-unit yang lain. Jumlah debitur KUR di BRI Unit Tongkol sampai bulan Juli 2009 sebanyak 19.992 orang dengan total realisasi sebesar Rp 9.611.500,00. Jumlah tersebut berada pada urutan pertama dibandingkan dengan unit-unit yang lain. Batas maksimum dalam mengajukan KUR di BRI unit sebesar lima juta rupiah. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah sehingga pelaku usaha UMKM dapat meningkatkan permintaan realisasi KUR oleh nasabah. Secara deskriptif diketahui bahwa penyaluran KUR oleh BRI Unit Tongkol belum pernah mencapai target realisasi kredit sebesar Rp 12 milyar per bulan, padahal permintaan relatif tinggi dari para pelaku usaha mikro. Sejak bulan Desember 2008, realisasi KUR mengalami peningkatan yang signifikan hingga 11

bulan April 2009, namun belum mampu mencapai target realisasi, sehingga perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR di Unit Tongkol agar permintaan KUR dapat terus meningkat dan dapat diikuti oleh unit yang lain. Tingkat realisasi yang belum mencapai target mengidentifikasikan belum maksimalnya kinerja dari BRI Unit Tongkol dalam menyalurkan KUR. Untuk itu, pentingnya menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kredit sehingga mendorong BRI Unit Tongkol untuk membantu para pelaku usaha mikro dalam memperoleh KUR sebagai modal pengembangan usahanya dan pada akhirnya akan membantu pencapaian target realisasi kredit. Dengan melihat uraian diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana karakteristik nasabah KUR di BRI Unit Tongkol? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi KUR di BRI Unit Tongkol? 3. Apa saja faktor-faktor yang dapat menigkatkan total realisasi KUR? 1.3. Tujuan Penelitian Setelah memaparkan dan menjelaskan latar belakang yang mendasari perumusan masalah dalam penelitian, maka tujuan dari penelitian ini yaitu : 1. Menganalisis karakteristik nasabah KUR di BRI Unit Tongkol. 2. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi KUR ditingkat debitur pada BRI Unit Tongkol. 3. Mendeskripsikan faktor apa saja yang dapat mempengaruhi meningkatnya realisasi KUR 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat, informasi serta masukkan bagi berbagai pihak yang berkepentingan yaitu : 1. Bagi BRI Unit Tongkol, diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan total realisasi KUR sesuai target dan tepat sasaran dengan melihat faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan realisasi pinjaman KUR. 12

2. Bagi mahasiswa, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pustaka dan referensi untuk penelitian yang akan dilakukan. 3. Bagi penulis, yaitu dapat menerapkan disiplin ilmu yang diperoleh saat kuliah, mengaplikasikan teori, berpikir kritis, dan sistematis sebagai bekal yang dapat diaplikasikan dalam dunia kerja. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan kepada analisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kredit, khususnya realisasi terhadap Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh debitur yang bergerak dalam bidang agribisnis di wilayah Kecamatan Warakas, Jakarta Utara. Studi kasus pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Tongkol. 13