BAB I PENDAHULUAN. Sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS) adalah salah satu klasifikasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. nefrotik yang tidak mencapai remisi atau perbaikan pada pengobatan prednison

BAB I PENDAHULUAN. dari 14 tahun. Kasus SN lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbanyak yang sering dijumpai pada anak. Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom

PENGARUH SUPLEMENTASI KAPSUL EKSTRAK IKAN GABUS TERHADAP KADAR NATRIUM DAN KALSIUM SERUM PADA SINDROM NEFROTIK RESISTEN STEROID ANAK

PENGARUH SUPLEMENTASI KAPSUL EKSTRAK IKAN GABUS TERHADAP KADAR NATRIUM DAN KALSIUM SERUM PADA SINDROM NEFROTIK RESISTEN STEROID ANAK

PENGARUH SUPLEMENTASI KAPSUL EKSTRAK IKAN GABUS TERHADAP KADAR ALBUMIN DAN BERAT BADAN PADA ANAK DENGAN SINDROM NEFROTIK

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH SUPLEMENTASI KAPSUL EKSTRAK IKAN GABUS TERHADAP LAJU FILTRASI GLOMERULUS PADA SINDROM NEFROTIK RESISTEN STEROID ANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sindrom nefrotik merupakan suatu penyakit ginjal yang paling sering dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proteinuria masif (lebih dari 3,5 gram/hari pada dewasa atau 40 mg/ m 2 / hari pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan sindrom klinik / kumpulan gejala : urin sewaktu > 2 mg/mg atau dipstick 2+)

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kunci dari kehidupan, kesehatan adalah milik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PATOFISIOLOGI SINDROM NEFROTIK

Pengaruh Lama Pengobatan Awal Sindrom Nefrotik terhadap Terjadinya Kekambuhan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

2. Primer/idiopatik: SN yang berhubungan dengan penyakit glomerular, tidak diketahui sebabnya, tidak menyertai penyakit sistemik

Yayan Akhyar Israr, S. Ked

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia >200 mg/dl, dan lipiduria 1. Lesi glomerulus primer

BAB 2. Terdapat beberapa definisi/batasan yang dipakai pada Sindrom Nefrotik, antara lain 1 :

PENGARUH SUPLEMENTASI KAPSUL EKSTRAK IKAN GABUS TERHADAP KADAR KOLESTEROL DAN BERAT BADAN PADA ANAK DENGAN SINDROM NEFROTIK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid

Beberapa Gejala Pada Penyakit Ginjal Anak. Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a IKA FK UWK

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

Sindrom nefrotik adalah suatu konstelasi temuan klinis, sbg hasil dari keluarnya protein melalui ginjal secara masif.

PENGARUH SUPLEMENTASI KAPSUL EKSTRAK IKAN GABUS TERHADAP KADAR ALBUMIN DAN BERAT BADAN PADA ANAK DENGAN SINDROM NEFROTIK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular dan penyebab utama end stage renal disease (ESRD). Kematian

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom klinis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada urin sewaktu >2 mg/mg atau dipstick 2+), hipoalbuminemia 2,5 g/dl,

DISTRIBUSI GEJALA KLINIK PENDERITA SINDROM NEFROTIK BERDASARKAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI DI RSUP DR.KARIADI TAHUN

KADAR KOLESTEROL DARAH ANAK PENDERITA SINDROM NEFROTIK SENSITIF STEROID SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI PREDNISON DOSIS PENUH ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Insiden sindrom nefrotik pada masa kanak-kanak dilaporkan dua

BAB I PENDAHULUAN. oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan mulai

Sindrom nefrotik (SN) adalah sindrom klinis. Menurunkan Kejadian Relaps

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

BAB I PENDAHULUAN. Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma, sekitar 60% dari total

Korelasi Kadar Albumin Serum dengan Persentase Edema pada Anak Penderita Sindrom Nefrotik dalam Serangan

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Atopi berasal dari bahasa Yunani yaitu atopos, yang memiliki arti tidak pada

17/02/2016. Rabu, 17 Februari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROFIL SINDROM NEFROTIK DI POLIKLINIK ANAK RSUP FATMAWATI

BAB I PENDAHULUAN. Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi nyeri tanpa menyebabkan. mengurangi efek samping penggunaan obat.

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

Hubungan aspek klinis dan laboratorik dengan tipe sindrom nefrotik pada anak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang albuminuria, yakni: mikroalbuminuria (>30 dan <300 mg/hari) sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Glomerulonefritis akut masih menjadi penyebab. morbiditas ginjal pada anak terutama di negara-negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada pemeriksaan berulang (PERKI, 2015). Hipertensi. menjadi berkurang (Karyadi, 2002).

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan anti-inflamasi nonsteroid

KARAKTERISTIK KEJADIAN PENYAKIT GINJAL KRONIK PADA SINDROM NEFROTIK ANAK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Berdasarkan intensitasnya, nyeri

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA TERAPI KORTIKOSTEROID DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA ANAK DENGAN SINDROM NEFROTIK ABSTRAK

BAB 1: CATATAN RIWAYAT PENYAKIT

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diastolik yang di atas normal. Joint National Committee (JNC) 7 tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

FARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. multiorgan, ini disebut septic shock. Sepsis merupakan SIRS (Systemic. tempat infeksi, maka ini disebut dengan sepsis berat.

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi cross sectional untuk menilai perubahan kadar

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Gagal ginjal adalah masalah kesehatan dunia. Prevalensi yang semakin meningkat, tingginya biaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi suplemen secara teratur 2. Sementara itu, lebih dari setengah

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berat badan, dan sindrom restoran Cina, pada sebagian orang. 2, 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup bulan (Reading et al., 1990). Definisi hipoalbuminemia pada neonatus berbeda

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. glomerular. Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom klinis yang terdiri dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan yang sesuai dengan managemen hipertensi (James, et al., 2013).

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokardium akut didefinisikan sebagai kematian jaringan miokardium

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. lebih atau sama dengan 90 mmhg (Chobanian et al., 2003). Hipertensi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penatalaksanaan IM beberapa dekade terakhir berhasil memberikan impak positif

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS) adalah salah satu klasifikasi sindrom nefrotik (SN) berdasarkan respon terhadap terapi kortikosteroid. Disebut penderita SNRS apabila pasien sindrom nefrotik tidak mengalami remisi dengan pemberian terapi selama 8 minggu menggunakan prednison 60 mg/m 2 LPB/hari atau 2 mg/kg/hari untuk 4 minggu, diikuti oleh 40 mg/m 2 LPB atau 1,5 mg/kg pemberian alternatif selama 4 minggu. 1 Gambaran klinis penderita SNRS hampir sama dengan sindrom nefrotik pada umumnya yaitu proteinuria masif ( 40 mg/m 2 LPB/jam atau rasio protein/kreatinin urin sewaktu >2 atau dipstick 2+), hipoalbuminemia ( 2,5 g/dl), edema, serta dapat disertai hiperkolesterolemia. 2 Menurut International Study of Kidney Disease in Children (ISKDC) sebanyak 80-90% bentuk histopatologi lesi non-minimal ditemukan pada penderita dengan SNRS. 3 Pada pemeriksaan histopatologi ginjal penderita SNRS dapat ditemukan berbagai pola morfologi yaitu lesi minimalserta lesi non-minimal seperti Glomerulosklerosis Fokal Segmental (GSFS), Glomerulonefritis Membranosa (GNMN) dan Glomerulonefritis Mesangioproliferatif (GNMsP). Sebagian besar penderita SNRS dengan biopsi ginjal pertama menunjukkan lesi minimal, setelah dilakukan uji biopsi selanjutnya ditemukan perubahan morfologi menjadi bentuk GSFS. 1 1

2 Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Yorkshire, Inggris, angka kejadian SNRS pada anak sebesar 0,3/100.000 orang per tahun. 4 Sedangkan di Indonesia belum ada penelitian khusus mengenai besarnya angka kejadian anak dengan SNRS. Pada anak dengan sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS), kelainan ginjal yang terjadi sebagian besar disebabkan karena mutasi pada gen NPHS 2. Gen NPHS 2 berfungsi untuk memproduksi podosin pada sel-sel podosit di glomerulus ginjal. 5 Mutasi gen NPHS 2 yang terjadi pada penderita SNRS mengakibatkan malfungsi atau hilangnya slit diafragma yang merupakan bagian dari dinding kapiler glomerulus. Slit diafragma dan podosit memiliki peran yang sangat penting dalam integritas sawar filtrasi glomerulus. 6 Hilangnya komponen pada slit diafragma ini mengakibatkan kebocoran protein melalui slit pore podosit sehingga terjadilah proteinuria. Karena sebagian protein yang keluar ke dalam urin berikatan dengan molekul kalsium, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya hipokalsemi pada anak SNRS. 7 Selanjutnya, proteinuri masif dapat mengakibatkan hipoalbuminemia. Albumin berperan untuk mempertahankan tekanan onkotik plasma, sehingga apabila komponen albumin dalam darah berkurang terus-menerus dapat mengakibatkan tekanan onkotik plasma menurun dan menyebabkan peningkatan ekstravasasi cairan intravaskuler ke ruang intersisial. Hal ini mengakibatkan volume dalam darah berkurang dan memicu terjadinya aktivasi mekanisme homeostasis sistem renin-angiotensin-aldosteron dan saraf simpatis (RAAS) untuk meningkatkan volume darah melalui peningkatan retensi air dan natrium di dalam

3 tubulus ginjal. Retensi air dan natrium yang berlangsung terus menerus menyebabkan terjadinya kondisi hipervolemi dimana volume air dalam tubuh meningkat lebih banyak dibandingkan dengan volume natrium total, hal ini disebut hiponatremi yang sering muncul pada penderita sindrom nefrotik. 8 Keadaan hiponatremi dan hipokalsemi sering mengakibatkan timbulnya kondisi tetani pada penderita SNRS. 7 Terapi pada pasien SNRS selama ini belum memuaskan namun pada beberapa pasien dengan SNRS lesi minimal memberikan hasil yang baik dengan pengobatan siklofosfamid. 9 Akan tetapi, mengingat efek samping siklofosfamid yang begitu besar, maka pemberian siklofosfamid dapat digantikan dengan siklosporin yang juga terbukti mampu meningkatkan fungsi dari ginjal penderita SNRS serta mampu mengurangi gejala proteinuria. Sebagai terapi tambahan untuk mengurangi proteinuri pada pasien SNRS dapat diberikan Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor atau dengan pemberian diet standart protein. 9,10 Diet protein seimbang berdasarkan Recommended Daily Allowances (RDA) yaitu 1,5-2 g/kg BB/hari dengan kalori yang adekuat. 10 Ikan gabus (Ophiocephalus striatus) adalah salah satu sumber protein hewani yang memiliki kandungan protein tinggi mencapai 25,2% dibandingkan ikan kakap (20,0%), ikan bandeng (20,0%), ikan emas (16,0%), dan ikan sarden (21,1%). 11 Pemberian suplementasi tepung ikan gabus selama 21 hari pada penelitian yang dilakukan oleh Trully Kusumawardhani terbukti mampu meningkatkan albumin serum secara bermakna pada penderita sindrom nefrotik kelainan minimal dengan rerata perubahan sebesar 2,04±1,47 g/dl pada kelompok

4 perlakuan dibandingkan 1,75±0,59 g/dl pada kelompok kontrol dengan nilai p=0,018. 11 Pemberian suplementasi kapsul ekstrak ikan gabus selama 14 hari pada penelitian yang dilakukan oleh Geniza Gilda juga terbukti mampu meningkatkan kadar albumin secara bermakna pada penderita sindrom nefrotik di RSUP dr. Kariadi Semarang dengan rerata perubahan sebesar 0,92±1,105 g/dl pada kelompok perlakuan dibandingkan 0,57±0,422 g/dl pada kelompok kontrol dengan nilai p=0,015. 12 Ekstrak ikan gabus mengandung kadar albumin serta protein yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan untuk mengoreksi keadaan hipoalbuminemia pada pasien dengan sindrom nefrotik. Koreksi dari keadaan hipoalbuminemia ini diharapkan mampu meningkatkan kadar kalsium yang terikat oleh albumin serta mengurangi retensi air dan natrium dalam ginjal sehingga kadar natrium dalam serum penderita dapat naik perlahan. Perbaikan keadaan hiponatremi dan hipokalsemi dengan penambahan asupan albumin ini diharapkan mampu mencegah kondisi tetani pada pasien SNRS dalam jangka panjang. Penelitian kali ini dilakukan selama 21 hari karena waktu paruh albumin dalam tubuh sekitar 14 hingga 20 hari. 13 Oleh karena itu, berdasarkan hal yang telah diuraikan di atas penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian suplementasi ekstrak ikan gabus dengan dosis 2x500 mg per hari selama 21 hari untuk meningkatkan kadar natrium dan kalsium dalam plasma. Pemberian ekstrak ikan gabus dalam penelitian ini dipilih dalam bentuk kapsul agar dosisnya terukur. Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan informasi dan

5 solusi untuk meningkatkan kadar albumin plasma sehingga mampu memberikan koreksi terhadap kadar natrium dan kalsium serum anak SNRS. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: Apakah suplementasi kapsul ekstrak ikan gabus 2x500 mg selama 21 hari dapat meningkatkan kadar natrium dan kalsium serum anak dengan sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS) usia 2-18 tahun? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk membuktikan pengaruh suplementasi ekstrak ikan gabus 2x500 mg selama 21 hari terhadap peningkatan kadar natrium dan kalsium serum pada anak dengan sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS) usia 2-18 tahun. 1.3.2 Tujuan khusus 1) Menganalisis perbedaan kadar natrium serum pada anak sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS) usia 2-18 tahun sebelum dan setelah suplementasi kapsul ekstrak ikan gabus 2x500 mg selama 21 hari. 2) Menganalisis perbedaan kadar kalsium serum pada anak sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS) usia 2-18 tahun sebelum dan setelah suplementasi kapsul ekstrak ikan gabus 2x500 mg selama 21 hari.

6 1.4. Manfaat Penelitian 1. Segi pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pustaka medis dan data mengenai pengaruh suplementasi kapsul ekstrak ikan gabus 2x500 mg terhadap koreksi kadarnatrium dan kalsium serum pada anak SindromNefrotik Resisten Steroid (SNRS) usia 2-18 tahun. 2. Segi pengembangan penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi untuk penelitian selanjutnya. 3. Segi pelayanan kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi para klinisi sebagai bahan untuk menetapkan strategi dalam meningkatkan penatalaksanaan anak dengan SindromNefrotik Resisten Steroid (SNRS) hingga tahap paripurna. 4. Segi masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi masyarakat mengenai gejala SindromNefrotik Resisten Steroid (SNRS), penanganan SNRS, serta kesimpulan mengenai suplementasi albumin dari kapsul ekstrak ikan gabus diperlukan bagi anak SNRS atau tidak.

7 1.5. Keaslian Penelitian Dalam penulusuran pustaka dan publikasi penelitian yang telah ada sebelumnya, penelitian mengenai pengaruh pemberian kapsul ekstrak ikan gabus terhadap kadarnatrium dan kalsium serum pada sindrom nefrotik resisten steroid anak jarang ditemukan di Indonesia. Tabel 1. Daftar penelitian yang hampir serupa Orisinalitas Metode Penelitian Hasil Penelitian 1 Kusumawardhani T. Pemberian Diet Formula Tepung Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus) pada Penderita Sindrom Nefrotik. 2004. 10 Uji klinik terbuka. Subjek penelitian: 36 anak dengan Sindrom Nefrotik kelainan minimal di RS dr. Kariadi (18 sampel kelompok perlakuan dan 18 sampel kelompok kontrol. Variabel bebas: Pemberian diet formula tepung ikan gabus (Ophiocephalus striatus) Variabel terikat: Kadar albumin serum Terdapat peningkatan indeks masa tubuh, kadar protein total, dan albumin serum pada akhir penelitian dibandingkan dengan data awal pada kedua kelompok. Tidak didapatkan perbedaan kadar protein total dan globulin pada akhir penelitian antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. 2 Gilda G. Pengaruh Suplementasi Kapsul Ekstrak Ikan Gabus terhadap Kadar Albumin dan Berat Badan pada Anak dengan Sindrom Nefrotik. 2014. 11 Uji klinis dengan historitical control. Subjek penelitian: 17 pasien anak sindrom nefrotik dan 17 data pasien anak sindrom nefrotik. Variabel bebas: Suplementasi kapsul ekstrak ikan gabus Variabel terikat: Kadar Albumin dan Berat Badan. Terdapat perbedaan bermakna kadar albumin dan berat badan anak dengan sindrom nefrotik usia 2-14 tahun pada kelompok suplementasi kapsul ekstrak ikan gabus dengan kelompok kontrol.

8 Tabel 1. Daftar penelitian yang hampir serupa (lanjutan) 3 Pattiiha A. Manfaat Ekstrak Ikan Gabus terhadap Kadar Pre- Albumin, Albumin, dan CD 4 pada penderita HIV/AIDS. 2011. 14 Randomized pre dan post test group design. Subjek penelitian: 36 penderita HIV/AIDS usia 22-53 tahun (18 sampel kelompok ekstrak ikan gabus dan 18 sampel kelompok plasebo). Variabel bebas: Ekstrak ikan gabus Variabel terikat: Kadar Pre- Albumin, Albumin, dan CD 4 Terdapat kecenderungan peningkatan prealbumin dan albumin pada kelompok ekstrak ikan gabus dibandingkan kelompok plasebo. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna terhadap kadar CD 4 pada kelompok ekstrak ikan gabus dengan kelompok plasebo. Penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya dari segi subjek penelitian yaitu penderita Sindrom Nefrotik Resisten Steroid (SNRS) usia 2-18 tahun. Disamping itu, variabel bebas pada penelitian ini adalah suplementasi kapsul ekstrak ikan gabus dan variabel terikatnya adalah kadarnatrium dan kalsium serum. Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di poliklinik anak RSUP dr. Kariadi Semarang.