BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan di bidang kedokteran juga semakin berkembang. Selain pengembangan obat-obatan kimia, kini penggunaan obat-obatan herbal sangat populer dikalangan masyarakat. Obat herbal dipilih masyarakat karena dinilai lebih mudah diperoleh, harganya yang cukup terjangkau serta minim efek samping jika dibandingkan dengan obat-obatan kimia. Perintah untuk menggunakan obatobatan herbal juga dituliskan dalam Al-Qur an, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 11 yang artinya: Dia menumbuhkan tanaman-tanaman untukmu, seperti zaitun, korma, anggur dan buah-buahan lain selengkapnya. Sesungguhnya pada hal-hal yang demikian terdapat tandatanda Kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mau memikirkan. Kemudian dari surat An-Nahl ayat 69 yang artinya: Dan makanlah oleh kamu bermacam-macam sari buah-buahan, serta tempuhlah jalan-jalan yang telah digariskan Tuhanmu dengan lancar. Dari perut lebah itu keluar minuman madu yang bermacam-macam jenisnya dijadikan sebagai obat untuk manusia. Di alamnya terdapat tanda-tanda Kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mau memikirkan. Selain itu dari Abdullah bin Mas ud ra. mengabarkan dari Nabi Muhammad SAW: Sesungguhnya Allah tidaklah menurunkan penyakit kecuali Dia turunkan pula obatnya bersamanya. (Hanya saja) tidak 1
2 mengetahui orang yang tidak mengetahuinya dan mengetahui orang yang mengetahuinya. (HR. Ahmad 1/377, 413 dan 453. Dan hadist ini dishahihkan dalam Ash-Shahihah no.451). Dari ayat-ayat dan hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa Allah telah menciptakan berbagai macam tumbuhan yang ada di bumi ini untuk dimanfaatkan oleh manusia terutama sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Dari berbagai macam tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat, jambu biji (Psidium guajava Linn.) merupakan salah satu tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Jambu biji kaya akan vitamin C. Kandungan vitamin C buah jambu biji empat kali jumlah kandungan vitamin C dalam buah jeruk (Hassimoto et al., 2005 cit Joseph, 2011). Selain vitamin C, di dalam buah dan daun jambu biji juga terkandung senyawa flavonoid. Senyawa ini berperan dalam proses pengobatan karena berperan sebagai antibakteri (Agoes, 2010). Selain itu, flavonoid yang terkandung di dalam buah dan daun jambu biji juga berperan sebagai antiinflamasi dan agen hemostasis (Liu, 1988 cit Joseph, 2011). Senyawa flavonoid adalah senyawa fenol alam yang terdapat dalam hampir semua tumbuhan dari bangsa algae hingga Gimnos-spermae (Mursyidi, 1989). Waji dan Sugrani (2009) juga mengungkapkan bahwa flavonoid berfungsi sebagai antioksidan. Selain itu flavonoid juga bermanfaat untuk melindungi struktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin C, antiinflamasi, mencegah keropos tulang, dan sebagai antibiotik.
3 Inflamasi merupakan respon dari tubuh apabila terjadi luka pada jaringan yang disebabkan oleh bakteri, bahan kimia, panas, atau fenomena lainnya. Jaringan luka tersebut akan melepaskan substansi yang menimbulkan perubahan sekunder yang dramatis dalam jaringan (Guyton & Hall, 2007). Inflamasi ditandai dengan adanya vasodilatasi pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah setempat menjadi berlebihan, peningkatan permeabilitas kapiler yang memungkinkan terjadi banyak sekali kebocoran cairan ke dalam ruang intersisial, terjadi pembekuan cairan di dalam ruang intersisial yang disebabkan oleh fibrinogen dan protein lainnya yang bocor dari kapiler dalam jumlah besar, migrasi sejumlah besar granulosit dan monosit ke dalam jaringan, dan pembengkakan sel jaringan (Guyton & Hall, 2007). Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran, dan tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 2004). Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan (Sjamsuhidajat dan de Jong, 2010). Mukosa mulut dan gingiva merupakan jaringan lunak pelapis rongga mulut yang dapat mengalami perlukaan baik secara sengaja maupun tidak sengaja (Indraswary, 2011). Beberapa tindakan seperti perawatan gigi sering menimbulkan perlukaan pada gingiva (Ismardianita dkk, 2003). Proses penyembuhan luka dapat dibagi dalam tiga fase, yaitu fase inflamasi, fase proliferasi, dan remodeling (Potter dan Perry, 2010). Fase
4 proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah proses proliferasi fibroblas. Asal fibroblas adalah dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida, asam aminoglisin, dan prolin yang merupakan bahan dasar kolagen serat yang akan mempertautkan tepi luka (Sjamsuhidajat dan de Jong, 2010). B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan suatu masalah, yaitu: Bagaimana perbedaan ekstrak buah dan ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) pada proses penyembuhan luka gingiva ditinjau secara mikroskopis (peningkatan jumlah fibroblas)? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan ekstrak buah dengan daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) terhadap proses penyembuhan luka gingiva pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan secara mikroskopis dengan meninjau peningkatan jumlah fibroblas. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Di bidang Kedokteran Gigi, penelitian ini diharapkan nantinya bisa menjadi salah satu ilmu pengetahuan baru yang bisa diterapkan dalam melakukan perawatan dan bisa memberikan kontribusi langsung dalam
5 perkembangan pengobatan tradisional atau herbal. Selain itu diharapakan penelitian ini bisa dijadikan dasar atau acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang terus berkembang. 2. Manfaat bagi Masyarakat Penelitian ini mampu memberikan informasi kepada masyarakat tentang kandungan dan khasiat buah dan ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) terhadap proses penyembuhan luka gingiva dan memberikan alternatif pengobatan untuk masyarakat karena buah dan jambu biji relatif mudah diperoleh masyarakat, harganya terjangkau serta dapat mengurangi penggunaan obat-obatan kimia yang cenderung memberikan efek samping. E. Keaslian Penelitian 1. Re-Epitelisasi, Kepadatan Fibroblas dan Serabut Kolagen Pada Proses Penyembuhan Luka Gingiva Labial Tikus Sprague dawley Setelah Pemberian Topikal Ekstrak Adas (Foeniculum vulgare Mill.) 50% oleh Nur Rachmawati, UGM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian topikal ekstrak buah adas 50% dapat mempercepat penyembuhan luka gingiva labial dengan meningkatkan ketebalan lapisan epitel, kepadatan fibroblast dan serabut kolagen. pemberian topikal ekstrak buah adas 50% dapat mempercepat penyembuhan luka gingiva labial dengan meningkatkan ketebalan lapisan epitel, kepadatan fibroblast dan serabut kolagen. Perbedaan dengan penelitian saya adalah dari subjek penelitian yaitu tikus Sprague dawley dan ekstrak yang digunakan yaitu buah adas. Persamaannya sama-sama mengamati fibroblas dan objek penelitian yaitu luka gingiva.
6 2. Efek Konsentrasi Ekstrak Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) Topikal Pada Epitelisasi Penyembuhan Luka Gingiva Labial Tikus Sprague Dawley In Vivo oleh Recita Indraswary tahun 2011, UNISSULA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dari hasil penelitian yang dilakukan pada tikus Spraque dawley mengenai efek pemberian konsentrasi ekstrak buah adas (Foeniculum vulgare Mill.) topikal pada penyembuhan luka mukosa gingiva labial, dapat disimpulkan bahwa ekstrak buah adas 10%, 20%, 40%, 60%, dan 80% dapat meningkatkan kepadatan fibroblas. Secara histologis dan ditunjang pemeriksaan klinis, ekstrak buah adas konsentrasi 40% ditemukan sebagai konsentrasi terbaik dalam proses penyembuhan luka gingiva tikus Spraque dawley. Perbedaan dengan penelitian saya adalah dari subjek penelitian yaitu tikus Sprague dawley dan ekstrak yang digunakan yaitu buah adas. Persamaannya samasama mengamati fibroblas dan objek penelitian yaitu luka gingiva.