BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Daya tahan keuangan syariah telah terbukti selama krisis keuangan global berlangsung pada tahun 2008 dan sepanjang tahun 2009 kinerja perbankan syariah Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang relatif stabil ditengah membaiknya ekonomi dunia. Pertumbuhan perbankan syariah tersebut didukung oleh pertumbuhan ekonomi selama tahun berjalan yang masih positif terutama didukung oleh pergerakan sektor perdagangan, manufaktur dan konsumtif. Hal tersebut dapat dibuktikan berdasarkan pertumbuhan volume usaha perbankan syariah hingga akhir tahun 2009 yaitu diantara 30% - 36% tepatnya 33,4%. Kemudian minat masyarakat
atas produk perbankan syariah mulai meningkat seiring dengan keberhasilan sosialisasi dan edukasi sehingga dana pihak ketiga (DPK) yang terhimpun sampai dengan 2009 bertumbuh 46,3%. ( Laporan perkembangan perbankan syariah pada tahun 2009). Kelahiran industri keuangan syariah disamping untuk memenuhi keinginan masyarakat terhadap produk keuangan syariah, juga untuk ikut mengurangi tingkat kemiskinan di masyarakat dengan mengangkat taraf ekonomi rakyat ke arah yang lebih baik. Oleh karena itulah, didalam keuangan syariah dikenal lembaga keuangan mikro syariah yang merupakan ujung tombak yang bersentuhan langsung dengan pebisnis dan wirausaha kecil. Pengembangan bank syariah di Indonesia jelas bertujuan menerapkan perbankan etik yaitu tidak sekedar menjual jasa atau produk perbankan dengan mengenakan bunga, tetapi bekerjasama dengan klien untuk memperbaiki kesejahteraan atau meningkatkan kehidupan ekonomi klien. Dalam upaya pengembangan industri perbankan syariah yang sehat dan memiliki daya saing tinggi maka arah kebijakan pada tahun 2009 difokuskan kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia bank, peningkatan kualitas sistem dan pengawasan SDM, penguatan permodalan, pengembangan serta pemberdayaan unit usaha syariah dan anak perusahaan, serta peningkatan efisiensi melalui pendalaman finansial. Melalui pendalaman finansial, salah satu langkah strategis yang dapat ditempuh oleh pihak perbankan adalah dengan cara meningkatkan kinerja keuangan. ( Laporan perkembangan perbankan syariah pada tahun 2009).
Peningkatan kinerja keuangan mempunyai dampak yang luar biasa terhadap usaha menjaga kepercayaan nasabah agar tetap setia menggunakan jasanya. Prinsip utama yang harus dikembangkan oleh bank syariah dalam meningkatkan kinerja keuangan adalah kemampuan bank syariah dalam melakukan pengelolaan dana. Yaitu kemampuan bank syariah memberikan bagi hasil yang optimal kepada nasabah. Dalam hal peningkatan kinerja keuangan, maka perlu dilakukan penilaian kinerja keuangan. Penilaian kinerja keuangan dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan yang diterbitkan. Dalam menganalisis laporan keuangan diperlukan adanya suatu ukuran tertentu. Ukuran yang paling sering digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah analisis rasio keuangan. Rasio keuangan ini sangat penting gunanya untuk melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi manajemen untuk perencanaan dan pengevaluasian prestasi atau kinerja perusahaan(fahmi, 2006 :52). Alat yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi dan laporan perusahaan modal. Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut (Nainggolan dalam Trisnaeni, 2007:13). Neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu. Keadaan keuangan ini ditunjukkan dengan jumlah
harta yang dimiliki yang disebut aktiva dan jumlah kewajiban perusahaan yang disebut passiva. Neraca mempunyai dua sisi yang nilainya harus seimbang.laporan Rugi Laba adalah suatu laporan atas kegiatan-kegiatan perusahaan selama waktu periode akuntansi tertentu (Nainggolan dalam Trisnaeni,2007:14). Penilaian kinerja keuangan dilakukan dengan menganalisa tingkat profitabilitas pada perbankan syariah. Tingkat profitabilitas yang dimaksud adalah dengan menggunakan tiga rasio yaitu Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) dan rasio perbandingan antara total laba bersih dengan total aktiva produktif. Semakin besar rasio yang diperoleh berarti kemampuan perbankan syariah dalam memberikan keuntungan bagi hasil kepada nasabah semakin baik, dan sebaliknya jika perolehan rasio kinerja keuangan kecil berarti kemampuan perbankan syariah memberikan keuntungan berupa bagi hasil kepada nasabah rendah. Pada saat ini para pengguna laporan keuangan (nasabah, karyawan, pemerintah, masyarakat, manajemen) dihadapkan satu kondisi dimana laporan keuangan bank syariah belum dapat melakukan analisa laporan keuangan secara tepat, dimana hanya memuat sejumlah laporan keuangan sebagaimana laporan keuangan bank konvensional, ditambah dengan beberapa laporan seperti Laporan Perubahan Dana Investasi, Laporan Dana Zakat, Infaq dan Shodaqoh serta Laporan Qardul Hasan. Selain itu di dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah disebutkan bahwa tujuan keuangan bank syariah adalah penyediaan informasi keuangan ditambah dengan seputar informasi yang berkaitan terhadap prinsip syariah, yang merupakan karakteristik
dari bank syariah. Jika dikaji secara lebih mendalam, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan laporan keuangan bank syariah masih berorientasi pada kepentingan direct stakeholders. Tujuan ini sama dengan tujuan yang termuat dalam laporan keuangan bank-bank konvensional. Sedangkan tujuan dari bank syariah tidak hanya sebatas menyediakan informasi yang berkaitan dengan pengambilan keputusan ekonomi saja, akan tetapi adalah muamalah yaitu Amar Ma ruf Nahi Munkar, keadilan dan kebenaran, kerja sama, menghapus riba, dan mendorong zakat. Tujuan-tujuan tersebut perlu dilakukan dalam rangka memenuhi tanggung jawab bank kepada direct stakeholders maupun indirect stakeholders. Dengan kata lain tujuan tersebut lebih menekankan pemenuhan akuntabilitas (kepada direct stakeholders, indirect stakeholders dan kepada Tuhan).(Wahyudi,2005 :2) Baydoun dan Willet (1994 & 2000) mengembangkan sebuah teori tentang pelaporan keuangan lembaga yang beroperasi dengan prinsip Islami yang dinamakan Islamic Corporate Reporting (ICRs). Secara spesifik, dalam teori tersebut disarankan bahwa organisasi Islam akan lebih baik menggunakan model Islamic Corporate Reporting yang didalamnya terdapat antara lain Neraca Nilai Sekarang dan Laporan Nilai Tambah sebagai komponen laporan keuangan pada organisasi bisnis yang didalam operasionalnya menggunakan prinsip syariah Islam, dibandingkan bila hanya menggunakan laporan keuangan konvensional yang didalamnya menggunakan Neraca Nilai Historis dan Laporan Laba Rugi. (Soraya,2008:4). Konsep nilai tambah merupakan perwujudan dari kepedulian manajemen terhadap pihak-pihak lain yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung
terhadap proses mendapatkan nilai tambah. Kepedulian itu diwujudkan dengan kesediaan manajemen untuk mendistribusikan nilai tambah kepada semua pihak yang dimaksud secara adil, yaitu nasabah sebagai pihak ketiga yang telah menggunakan jasanya, karyawan yang telah mencurahkan daya dan upaya yang dimiliki agar perusahaan mendapatkan keuntungan, pemerintah (melalui pajak), pemilik modal (melalui deviden), masyarakat (melalui zakat). Prinsip full disclosure merupakan cerminan kepekaan manajemen terhadap proses aktifitas bisnis terhadap pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Kaitannya dengan kinerja keuangan bank syariah, laporan nilai tambah memperhitungkan kemampuan bank syariah dalam menghasilkan profitabilitas dihitung dengan memperhatikan kontribusi karyawan, masyarakat, pemerintah dan lingkungan. Berbeda dengan laporan laba rugi yang lebih memperhatikan kepentingan stakeholders, berupa pencapaian profit yang maksimal, dengan mengesampingkan kepentingan dari pihak lain. BRI Syariah merupakan salah satu perbankan syariah yang mengalami perkembangan yang cukup baik. Pada saat BRI Syariah untuk pertama kali ditetapkan sebagai bank umum syariah, aset awal pada Januari 2009 hanya satu triliun. Kemudian pada akhir 2009 mencapai tiga triliun. Pertumbuhan berlanjut dengan pertambahan aset menjadi enam triliun pada akhir tahun 2010. Untuk menggenjot aset pada tahun 2011, BRI Syariah akan fokus ke pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), pembiayaan pemilikan rumah (PPR), dan program kemitraan dengan perusahaan pembiayaan, koperasi, ataupun bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS). Selain itu, pada 2011 kita juga akan
mendorong hadirnya kantor layanan syariah (KLS) di kantor induk BRI.(zona ekonomi islam) Berdasarkan latar belakang ini, peneliti tertarik melakukan penelitian terhadap kinerja keuangan bank syariah dengan menggunakan pendekatan nilai tambah. Penelitian ini berjudul, ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BRI SYARIAH MENGGUNAKAN PENDEKATAN LABA RUGI DAN NILAI TAMBAH 1.2 Perumusan Masalah Analisis terhadap kinerja keuangan bank syariah selama ini dilakukan hanya didasarkan pada laporan laba rugi yang belum memberikan informasi yang akurat tentang seberapa besar rasio kinerja keuangan yang dihasilkan, karena profit yang menjadi dasar perhitungan rasio kinerja keuangan yang dihasilkan masih mengesampingkan kontribusi dari pihak lain (karyawan, masyarakat, sosial dan pemerintah). Sehingga hasil analisis kinerja keuangan belum menunjukkan kondisi yang riil. Sementara itu dengan menggunakan laporan nilai tambah, hasil analisis kinerja keuangan akan lebih riil karena profitabilitas yang dijadikan dasar pengukuran rasio kinerja keuangan dihitung dengan memperhatikan kontribusi dari pihak lain (karyawan, masyarakat, sosial dan pemerintah). Dengan menggunakan pendekatan nilai tambah ( Value Added Statement) penelitian ini dimaksudkan ingin menganalisis kinerja keuangan bank syariah dengan membandingkan antara hasil kinerja keuangan yang menggunakan pendekatan laba rugi dan yang menggunakan menggunakan pendekatan nilai
tambah. Penelitian ini mengambil sampel pada laporan keuangan yang diterbitkan oleh PT BRI Syariah Tahun 2008,2009 dan 2010. Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimana kinerja keuangan PT BRI Syariah Tahun 2008,2009 dan 2010, jika di analisis dengan menggunakan pendekatan laba rugi dan nilai tambah. 2. Bagaimana perbedaan kinerja keuangan PT BRI Syariah Tahun 2008,2009 dan 2010, jika dianalisis dengan menggunakan pendekatan laba rugi dan nilai tambah. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kinerja keuangan PT BRI Syariah Tahun 2008, 2009 dan 2010, jika di analisis dengan menggunakan pendekatan laba rugi dan nilai tambah. 2. Untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan PT BRI Syariah Tahun 2008,2009 dan 2010, jika di analisis dengan menggunakan pendekatan laba rugi dan nilai tambah. 1.4 Manfaat Penelitian Hal penting dari sebuah penelitian adalah kemanfaatan yang dapat dirasakan atau diterapkan setelah terungkapnya hasil penelitian. Adapun kegunaan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :