BAB III METODE PENELITIAN. yang dihasilkan dari kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku orang-orang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan identity formation pada gay.

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan studi kasus. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dengan mempertimbangkan: pemahaman peneliti terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi deskriptif. Hal ini berarti bahwa penelitian. menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti menggunakan penelitian kualitatif, yaitu suatu jenis penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Rancangan Penelitian. Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengkaji dan mempelajari secara

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku

BAB III METODE PENELITIAN. Moeloeng, 2005:4) merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif lebih menekankan pada cara berfikir yang lebih positifistik yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

3. METODE PENELITIAN. Universitas Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi deskriptif yaitu memaparkan

Penelitian ini tidak tergolong kepada penelitian kuantitatif karena tujuan pokok

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Bogdan dan taylor (dalam Moleong, 2009) Peneliti memilih

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE. Universitas Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang hadir dalam suatu konteks yang terbatas (bounded context), meski batasbatas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian ke lapangan, seorang peneliti harus melakukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertipe deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Dimana metode

BAB III METODE PENELITIAN. kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang membutuhkan perangkat empirik untuk mengindai secara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dalam keluarga muslim serta implementasi nilai-nilai Islam dalam

Gambaran 26konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan, subjek penelitian, metode pengumpulan data, alat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies).

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di PT. Kusuma Satria Dinasasri

BAB III METODE PENELIITIAN. sebagai metode yang dalam penelitiannya memperoleh data deskriptif. yang sedang terjadi di dalam masyarakat.

BAB III METODE PENELITIAN. gambar, foto, rekaman video, dan lain sebagainya.

BAB III METODE PENELITIAN. jelas. Penelitian kualitatif dilakukan dengan cara fenomenologis di mana

BAB III METODE PENELITIAN. diambil kesimpulannya, artinya penelitian yang dilakukan adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Bogdan dan taylor (dalam Moleong, 2009) mendefinisikan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan strategi Exploratoris Sekuensial.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB lll METODE PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di mana data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Fokus Penelitian. Hardiness yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hardiness yang diartikan. B.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mengeksplorasi gambaran umum remaja

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. (2008:24) penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bermaksud membuat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kontraktor Listrik Nasional (PAKLINA) DPC Madiun. Dalam penelitian ini agar

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif. Karena penelitian ini ingin mengkaji secara detail mengenai

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies). Menurut Moleong

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif,

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. dan Taylor (Moleong, 2000:3) penelitian kualitatif adalah prosedur

pelatihan tenaga perawat di RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung, sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. pribadi dan sosial para partisipan (Smith, 2009).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap dirinya sendiri yang sangat bersifat subyektif dan dipengaruhi oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pos PAUD di RW 04 Desa Kertamukti Kecamatan Haurwangi dan sekitarnya.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. diuraikan secara aplikatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif,

BAB III METODE PENELITIAN. proses penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang implementasi pendidikan multikultural pada anak

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai jika didekati dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan Kualitatif dan merupakan jenis penelitian Deskriptif.

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Prastowo) mendiskripsikan penelitian kualitatif sebagai sebuah metode penelitian dimana hasil dari penelitian tersebut berupa data deskriptif yang dihasilkan dari kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku orang-orang yang diamati (Prastowo, 2012, hal. 22). Sedangkan Poerwandari menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu metode penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang dihasilkan dari transkrip wawancara, catatan lapangan, foto atau gambar dan hasil observasi, data-data tersebut kemudian diolah menjadi data yang berbentuk diskriptif (Poerwandari, 2005, hal. 42). Peneliti sengaja menggunakan metode kualitatif karena informasi yang diperlukan dalam menentukan hasil penelitian hanya bisa didapatkan dari proses wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka, dengan demikian peneliti harus terjun kelapangan dan melakukan wawancara secara mendalam untuk mendapatkan informasi yang utuh. Selain itu peneliti menggunakan penelitian kualitatif karena peneliti menginginkan hasil dari penelitianya berupa data deskriptif sehingga memudahkan pembaca dalam mengetahui hasil penelitian. 38

39 B. Desain Penelitian Terdapat beberapa desain dalam sebuah penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Poerwandari mengartikan penelitian studi kasusu sebagai suatu fenomena yang sifatnya khusus dan hadir dalam konteks yang sangat terbatas (bounded context), akan tetapi batas-batas antara konteks dan fenomena tersebut tidak sepenuhnya dapat terlihat secara jelas (Poerwandari, 2009, hal. 124). Terdapat beberapa tipe yang digunakan dalam desain penelitian studi kasus, yaitu studi kasus intrinsik, studi kasus instrumental dan studi kasus kolektif (Poerwandari, 2009, hal. 125). Tipe studi kasus yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu studi kasus intrinsik. Studi kasus instrinsik adalah salah satu tipe penelitian studi kasus yang digunakan dalam penelitian karena peneliti mempunyai ketertarikan dan kepedulian tersendiri terhadap kasus tersebut. Penelitian studi kasus intrinsik ini dilakukan bukan untuk menghasilkan konsep-konsep baru atau mengeneralisasikan kasus tersebut, akan tetapi penelitian ini dilakukan untuk memahami kasus tersebut secara utuh (Poerwandari, 2009, hal. 125). Peneliti menggunakan desain penelitian studi kasus intrinsik. Penelitian studi kasus intrinsik ini didasarkan pada ketertarikan peneliti terhadap kasus tertentu. Peneliti ingin meneliti Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Dalam hal ini, tidak semua ODHA dapat menjadi partisipan dalam penelitian yang akan dilakukan, akan tetapi peneliti memilih partisipan yang memiliki keunikan yang berbeda dari ODHA yang lain. Pertimbangan yang

40 digunakan dalam penelitian ini karena kasus yang terdapat di dalam diri partisipan merupakan kasus yang masih terbilang ekstrim, dimana kasus tersebut merupakan sebuah kasus yang masih dipandang sebagai aib oleh sebagian masyarakat, akan tetapi dalam penelitian ini, peneliti memilih ODHA yang sudah dapat dikatakan mempunyai hidup yang lebih baik dari sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan penyebab dari kasus tersebut (terinfeksi HIV) merupakan akibat dari perilaku menyimpang yang dilakukan oleh partisipan. C. Subjek Penelitian Prastowo menjelaskan bahwa subyek atau informan merupakan individu yang dapat memberikan informasi-informasi penting yang dibutuhkan oleh peneliti sebagai hasil dari sebuah penelitian (Prastowo, 2012, hal. 195). Moleong menyatakan bahwa informan merupakan individu yang dimanfaatkan oleh peneliti dalam melakukan sebuah penelitian untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti, baik tentang situasi maupun tentang kondisi latar seperti lokasi dan tempat dalam sebuah penelitian (Prastowo, 2012, hal. 195). Sedangkan Amirin (dalam Idrus) mendiskripsikan subyek penelitian sebagai individu atau sesuatu yang berhubungan dirinya dirinya untuk diperoleh informasi sesuai dengan data yang dibutuhkan peneliti dalam sebuah penelitian (Idrus, 2009, hal. 91). Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik Non- Probability Sampling dengan teknik purposive sampling. Teknik

41 pengambilan sampel Non-Probability Sampling merupakan salah satu metode sampling dimana setiap individu maupun setiap unit dari sebuah populasi tidak memiliki kemungkinan yang sama untuk dapat terpilih menjadi partisipan dalam sebuah penelitian. Terdapat pertimbangan-pertimbangan tertentu yang mendasari peneliti dalam menentukan sampel penelitian. Pertimbangan-pertimbangan tersebut akan disesuaikan dengan latar belakang fenomena yang akan diteliti dan tujuan dari penelitian tersebut. Purposive sampling merupakan salah satu teknik non-probability sampling yang digunakan dalam penelitian. Dalam Purposive sampling subyek penelitian dipilih berdasarkan ciri-ciri yang sesuai atau dianggap cocok dengan tujuan penelitian (Hardiansyah, 2012, hal. 106). Mengenai jumlah subjek, dalam penelitian kualitatif tidak dibatasi. Jadi tergantung kebutuhan dan banyaknya informasi yang telah dikuasai oleh subjek. Untuk mendapatkan patisipan dalam penelitian, peneliti bersama teman peneliti mendatangi sebuah puskesmas yang yang menyediakan layanan VCT (Voluntary Conseling and Testing) untuk para pengidap HIV. Peneliti berharap pihak puskesmas dapat membantu untuk memberikan informasi mengenai para pengidap HIV untuk dijadikan partisipan dalam penelitian, akan tetapi ternyata pihak puskesmas tidak bisa memberikan informasi mengenai para pengidap HIV kepada peneliti karena hal tersebut merupakan rahasia bagi para pengidap HIV. Untuk membantu peneliti, pihak puskesmas membrikan informasi kepada peneliti untuk langsung pergi ke Dinkes (Dinas Kesehatan).

42 Beberapa hari kemudian peneliti pergi ke Dinkes dengan membawa surat izin penelitian yang isinya bahwa peneliti meminta bantuan pada Dinkes untuk menyediakan partisipan penelitian, akan tetapi hasilnya tidak seperti yang peneliti harapkan. Dinkes tidak pernah bertanggung jawab secara langsung dengan para pengidap HIV. Dinkes menyarankan peneliti untuk pergi ke LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) karena yang berhubungan langsung dengan para pengidap HIV adalah LSM. Dinkes memberikan 3 pilihan LSM kepada peneliti. Berawal dari rekomendasi Dinkes tersebut, peneliti pergi kesalah satu LSM yang telah direkomendasikan oleh Dinkes. Peneliti mengutarakan niatnya untuk melakukan penelitian tentang ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) di LSM tersebut. Pihak LSM bersedia untuk memberikan partisipan penelitian, akan tetapi peneliti harus membawa proposal penelitian dan membawa surat ijin penelitian. Beberapa hari kemudian peneliti pergi ke LSM tersebut untuk memberikan proposal penelitian dan surat ijin penelitian. Peneliti dikenalkan dengan beberapa ODHA oleh pihak LSM, akan tetapi peneliti hanya memilih satu partisipan yang dirasa cocok sebagai subjek penelitian dengan kriteria tertentu. Satu subyek dirasa kurang untuk dijadikan partisipan penelitian karena tidak akan ada perbandingan dengan ODHA yang lain, akhirnya setelah melakukan seminar proposal, peneliti mendatangi tempat LSM yang sama untuk bersedia menyediakan satu subyek dengan cara penularan HIV yang berbeda dengan partisipan pertama. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti

43 menggunakan dua partisipan untuk memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Peneliti menjelaskan maksud dari penelitian yang akan dilakukan dan peneliti memberikan informed consent sebagai bentuk bahwa partisipan telah mengerti dengan maksud dari penelitian dan bersedia berpartisipasi sebagai partisipan dalam penelitian. Adapun kriteria dalam subjek penelitian adalah: 1. Subjek merupakan Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). 2. Subjek merupakan individu yang dapat berkomunikasi dengan baik sehingga dapat memberikan informasinya secara mendalam dan menyeluruh. D. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan ditiga tempat, yaitu disebuah LSM, di kediaman kedua subjek dan sebuah puskesmas. Kedua subjek tinggal di sebuah desa bagian dari kota Malang. Untuk melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan perjanjian baik melalui pesan singkat atau telfon. E. Batasan Istilah Batasan istilah dalam penelitian ini adalah: 1. Resiliensi adalah kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian yang berat atau masalah yang terjadi dalam kehidupan. 2. Aspek-aspek resiliensi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

44 a. Sumber resiliensi pada faktor I am berasal dari dalam diri individu. Sumber-sumber tersebut meliputi perasaan, sikap dan keyakinan yang dimiliki oleh individu. b. Faktor I have merupakan salah satu sumber pembentuk resiliensi yang berasal dari luar diri individu. Dalam hal ini besarnya dukungan sosial yang diberikan oleh orang lain sangat membantu dalam terbentuknya resiliensi. c. Sumber I can merupakan sumber pembentuk resiliensi yang berkaitan dengan keterampilan yang dimiliki oleh individu dalam menjalin hubungan sosial dan interpersonal (Desmita, 2005, hal. 229-230). 3. Faktor pembentuk resiliensi a. Regulasi emosi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu untuk tetap tenang walaupun berada dibawah kondisi yang menekan hidupnya (Reivich, 2002, hal. 36). b. Pengendalian impuls adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk mengendalikan keinginan dan dorongan yang muncul dalam diri individu tersebut (Reivich, 2002, hal. 39). c. optimisme adalah mereka mempunyai harapan dan percaya bahwa kehidupan mereka dapat berubah menjadi lebih baik. Individu yang optimis juga mempercayai bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mengatasi keadaan yang tidak menyenangkan yang akan terjadi dalam kehidupan (Reivich, 2002, hal. 40).

45 d. Causal analysis adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk mengidentifikasi secara lebih akurat tentang penyebab dari permasalahan yang sedang mereka hadapi dalam kehidupannya (Reivich, 2002, hal. 40). e. Self eficacy adalah sebuah keberhasilan dalam memecahkan sebuah masalah yang sedang dihadapi. Dalam self eficacy terdapat sebuah keyakinan individu bahwa dirinya dapat menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya untuk mencapai sebuah kesuksesan (Reivich, 2002, hal. 45). f. Reaching outmerupakan pengalaman sejak kecil yang dilimiliki oleh individu yang menjadi sumber resilien bagi individu tersebut (Reivich, 2002, hal. 46-47). 4. Faktor yang mempengaruhi resiliensi a. Protective factor, merupakan faktor pelindung sebagai sifat (attributes) atau situasi tertentu dimana situasi tersebut diperlukan dalam proses terbentuknya resiliensi (Earvolino, 2007, hal. 76). b. Risk factor, Faktor resiko dalam resiliensi merupakan kemungkinan terdapatnya keadaan yang tidak menyenangkan yang dirasakan oleh individu seperti anggota dari kelompok beresiko tinggi, yaitu anakanak yang tumbuh pada keluarga yang memiliki status ekonomi rendah, besar pada lingkungan yang penuh kekerasan, lahir dalam keadaan cacat, cidera atau mempunyai penyakit, pengalaman stres dan trauma (Schoon, 2006, hal. 8-9).

46 F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara secara mendalam dan observasi. 1. Wawancara mendalam Wawancara dilakukan karena ingin memperoleh informasi tertentu, biasanya wawancara dilakukan dalam bentuk percakapan tanya jawab. Dalam penelitian kualitatif, wawancara yang dilakukan oleh peneliti dimaksudkan untuk memperolah informasi subjektif yang dipahami oleh individu yang berkenaan dengan topik yang diteliti dan untuk mengeksplorasi isu yang ada (Poerwandari, 2009, hal. 146). Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data wawancara untuk untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dalam membuat studi pendahuluan, selain itu peneliti menggunakan teknik ini untuk mengetahui informasi yang lebih mendalam dari responden. Teknik pengumpulan data wawancara berisi tentang laporan diri sendiri (selfreport) atau keyakinan diri (Sugiyono, 2012, hal. 228). Untuk menggali informasi secara utuh, peneliti menggunakan pedoman wawancara umum dalam melakukan wawancara. Pedoman wawancara yang digunakan peneliti dalam proses wawancara sangat umum, pedoman wawancara hanya mencantumkan isu-isu yang dibutuhkan dalam penelitian dan tidak mengurutkan pertanyaan yang harus digali oleh peneliti. Dalam proses wawancara ini, pedoman umum

47 hanya digunakan oleh peneliti sebagai pengingat mengenani aspek-aspek yang akan dibahas dan untuk mengecek apakah aspek tersebut telah ditanyakan (Poerwandari, 2009, hal. 146-147). Dalam melakukan wawancara, sebelumnya peneliti menyusun guide interview sebagai pedoman wawancara yang berisi pertanyaanpertanyaan terbuka tentang informasi yang diperlukan dalam penelitian. Guide interview digunakan oleh peneliti untuk mengingat tentang aspekaspek yang akan dibahas dalam penelitian. Pengambilan data dengan metode wawancara digunakan oleh peneliti sebagai perolehan data primer dalam penelitian ini. Adapun informasi yang akan digali dengan metode wawancara ini adalah tentang: a. Pengertian resiliensi b. Aspek-aspek resiliensi c. Faktor pembentuk resiliensi d. Faktor yang mempengarusi resiliensi Pengambilan data wawancara dilakukan sejak Pebruari hingga Maret 2014 dan untuk kemaksimalan wawancara, peneliti menggunakan alat bantu berupa voice recorder dan alat tulis untuk merekam dan mencatat hasil wawancara yang telah dilakukan. 2. Observasi Teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti untuk terjun kelapangan secara langsung dan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan

48 dan perasaan perilaku disebut dengan metode observasi. Cara yang paling tepat untuk mengamati perilaku dari subyek penelitian adalah dengan menggunakan metode observasi. Perilaku-perilaku yang biasa diamati dengan menggunakan teknik ini adalah perilaku subyek dalam lingkungan atau ruangan, waktu dan pada keadaan tertentu (Ghony, 20012, hal. 165). Peneliti menggunakan obseravasi terus terang atau tersamar untuk mendapatkan data yang lebih mendalam. Pengumpulan data observasi secara terus terang terkadang dikatakan oleh peneliti kepada subyek penelitian, peneliti mengatakan bahwa dia sedang melakukan penelitian dan melakukan pengamatan. Akan tetapi dalam waktu yang lain, peneliti tidak memberitahu kepada subyek penelitian bahwa peneliti sedang melakukan penelitian dan pengamatan terhadap perilaku subyek, penelitian tersamar atau tidak terus terang ini dilakukan untuk memperoleh data yang masih dirahasiakan oleh subyek, sehingga ditakutkan jika peneliti memberitahu kepada subyek penelitian bahwa dia sedang diamati, maka perilaku tersebut tidak akan dimunculkan (Sugiyono, 20012, hal. 228 ). Dalam hal ini peneliti melakukan observasi tentang tingkah laku atau kesan-kesan umum yang ditunjukan subjek pada saat wawancara berlangsung.

49 G. Analisa Data Analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu metode perbandingan tetap. Cara kerja analisis data dalam metode perbandingan tetap yaitu membandingkan satu datum dengan datu yang lain, kemudian datum-datum tersebut akan digunakan untuk membandingkan satu kategori dengan kategori yang lain. Proses analisis data perbandingan tetap secara umum mencakup reduksi data, kategorisasi data, sintesisasi dan hipotesis kerja (Moleong, 2007, hal. 288) Hal pertama yang dilakukan oleh peneliti dalam analisis data adalah membuat transkrip wawancara. Transkrip wawancara didapatkan dari rekaman wawancara melalui voice recorder dan ditulis ulang oleh peneliti dengan cara mendengarkan kembali wawancara yang telah dilakukan. Peneliti memerlukan waktu yang cukup lama dalam menulis ulang hasil wawancara tersebut. Hal kedua yang dilakukan oleh peneliti setelah membuat transkrip wawancara adalah mengidentifikasi satuan dari data hasil wawancara yang berkaitan dengan tema penelitian. Setelah pengidentifikasian selesai, langkah selanjutnya adalah membuat koding. Koding diberikan pada setiap pertanyaan dan jawaban dari wawancara untuk mempermudah menelusuri data yang telah ditemukan. Data yang telah diidentifikasi dan dikoding, kemudian dikategorisasikan berdasarkan kesamaan data dan setiap kategori akan diberi nama atau lebel.

50 H. Keabsahan Data Moleong menyebutkan empat kriteria yang dapat digunakan untuk memeriksa keabsahan data, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability) dan kepastian (confirmability) (Moleong, 2007, hal. 324). Dalam hal ini peneliti menggunakan kriteria kepercayaan dengan teknik triangulasi dengan sumber. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sumber-sumber yang lain (Moleong, 2007, hal. 330). Untuk mencapai keabsahan data dengan teknik ini maka peneliti melakukan perbandingan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, selain itu peneliti juga menanyakan kembali kepastian jawaban yang telah diberikan.