BAB I PENDAHULUAN. Dunant. Bemula dari perjalanan bisnis yang Ia lakukan, namun pada. Kota kecil di Italia Utara bernama Solferino pada tahun 1859.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Palang Merah Indonesia (PMI) merupakan organisasi yang

Merah/Bulan Sabit Merah Internasional

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN NASIONAL PMI DI SALATIGA

Perang Solferino. Komite Internasional. Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. A. Sejarah Gerakan

-2- Konvensi Jenewa Tahun 1949 bertujuan untuk melindungi korban tawanan perang dan para penggiat atau relawan kemanusiaan. Konvensi tersebut telah di

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Palang Merah Indonesia (PMI) merupakan organisasi yang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PALANG MERAH INDONESIA. BUDI PURWANTO, SSi, MSi

2018, No d, perlu membentuk Undang-Undang tentang Kepalangmerahan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar Negara Repub

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KEPALANGMERAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

BAB II DATA DAN ANALISA

Ditetapkan oleh: Musyawarah Nasional XIX Palang Merah Indonesia di Jakarta tanggal Desember 2009

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai. perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan

PELAKSANA TUGAS BUPATI SEMARANG

BAB II INTERNATIONAL COMMITTEE OF THE RED CROSS (ICRC)

BAB I PENDAHULUAN. ketika lawan terbunuh, peperangan adalah suatu pembunuhan besar-besaran

INDONESIA MEMBUTUHKAN UNDANG-UNDANG KEPALANGMERAHAN

BAB III PERANAN GERAKAN PALANG MERAH

KENALI PMI. Edisi I. Jakarta: PMI 2009 ISBN: Edisi Pertama: Juli 2009 Hak Merah Indonesia

BAB II ASPEK HUKUM LAMBANG PALANG MERAH

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu badan usaha.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bertindak tepat untuk sehat dengan menjaga lingkungan dan kebersihan

ANGGARAN DASAR dan ANGGARAN RUMAH TANGGA

STATUS DAN PERKEMBANGAN PERAN ICRC SEBAGAI SUBYEK HUKUM INTERNASIONAL S K R I P S I SHADRINANINGRUM S. Bagian Hukum Internasional

IFRC. Mengenal Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional Edisi I. Jakarta: JUNI 2008

PENJABAT BUPATI SEMARANG SAMBUTAN PENJABAT BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENCANANGAN BULAN DANA PMI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara ialah subjek hukum internasional dalam arti yang klasik,

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan Presiden No. 246 Tahun 1963 menjadikan PMI sebagai satu-satunya

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebagai Non Goverment Organization dan seterusnya disebut sebagai NGO mulai

PERLINDUNGAN KOMBATAN. Siapa yang boleh dijadikan obyek peperangan dan tidak. Distinction principle. Pasal 1 HR Kombatan..?

Perwujudan Prinsip Kemanusiaan oleh Anggota Palang Merah Remaja di SMA Negeri 1 Rembang Purbalingga Jawa Tengah

NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG KEPALANGMERAHAN

Norway, di Yogyakarta tanggal September 2005

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

Lex Crimen Vol. VI/No. 2/Mar-Apr/2017

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan Indonesia. Berhubung dengan masih buruk dan minimnya sarana dan prasarana

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

Setelah proses pembelajaran Pokok Bahasan ini, peserta diharapkan dapat:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PALANG MERAH INDONESIA DI KABUPATEN BARITO KUALA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pengantar Prinsip Kemanusiaan

TRANSFUSI DARAH (Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1980 Tanggal 19 April 1980) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1980 TENTANG TRANSFUSI DARAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. International Committee of the Red Cross (ICRC) dalam usahanya menegakkan

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

untuk peduli terhadap sesamanya.

Oleh : Ardiya Megawati E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PROKLAMASI TEHERAN. Diproklamasikan oleh Konferensi Internasional tentang Hak-hak Asasi Manusia di Teheran pada tanggal 13 Mei 1968

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS LAMBANG PALANG MERAH DI INDONESIA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK KASIH RAHAYU ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki fokus dan kepedulian pada bidang-bidang kemanusiaan. Didirikan

mei s doc Sejarah Singkat PMI Keppres No. 25 Tahun 1950 Keppres No. 246 Tahun 1963 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART)

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

PEDOMAN UMUM KORPS SUKARELA PALANG MERAH INDONESIA KOTA YOGYAKARTA. Ditetapkan oleh:

Sambutan Presiden RI pada Penganugerahan Satyalancana Kebaktian Sosial, Jakarta, 14 Desember 2012 Selasa, 04 Desember 2012

LESSONS LEARNED PENATALAKSANAAN MUTU DALAM PELAYANAN UNIT MOBIL BENCANA

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

PANDUAN TANDA KECAKAPAN PMR UNTUK MARKAS CABANG PMI

BAB I PENDAHULUAN. manusia meskipun dalam kadar yang berbeda. Manusia dimotivasi oleh dorongan

BAB III PENUTUP. bersenjata internasional maupun non-internasional. serangan yang ditujukan kepada mereka adalah dilarang.

BAB I PENDAHULUAN. respon terhadap penanggulangan bencana sangat berperan penting.

Haryomataram membagi HH menjadi 2 (dua) atura-aturan pokok, yaitu 1 :

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia, tidak hanya perusahaan

PROTOKOL TAMBAHAN PADA KONVENSI-KONVENSI JENEWA 12 AGUSTUS 1949 DAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERLINDUNGAN KORBAN-KORBAN PERTIKAIAN-PERTIKAIAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. individu yang menjalani kehidupan didunia ini. Proses seorang individu dalam

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DAN HAK ASASI MANUSIA. Lembar Fakta No. 13. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN PENDUKUNG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ISBN : Disusun atas dukungan: International Federation Red Cross and Red Crescent Societies

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia. disebabkan karena sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari Jepang.

BAB I PENDAHULUAN. juga memiliki akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Sebagai

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Protokol Tambahan Konvensi Hak Anak Terkait Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

PRES IDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG KEPALANGMERAHAN

Sambutan Presiden RI Pd Penganugerahan Tanda Kehormatan Satyalancana Kary tgl 17 Des. 2013, di Jkt Selasa, 17 Desember 2013

KONVENSI DASAR ILO dan PENERAPANNYA DI INDONESIA

UU 27/1997, MOBILISASI DAN DEMOBILISASI. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1997 (27/1997) Tanggal: 3 OKTOBER 1997 (JAKARTA)

BAB V KESIMPULAN. Internasional yang bergerak untuk tujuan kemanusiaan. Pertama kali didirikan untuk

BUPATI GRESIK PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 10 TAHUN 2014

PERLINDUNGAN RELAWAN KEMANUSIAAN

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict

PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Palang Merah terbentuk dari situasi sulit di dunia seperti peperangan dan bencana alam. Awal mula terbentuknya Palang Merah yaitu pada abad ke-19, atas prakarsa seorang pebisnis berkebangsaan Swiss yang bernama Jean Henry Dunant. Bemula dari perjalanan bisnis yang Ia lakukan, namun pada kenyataannya di hadapkan pada perang yang mengerikan yang terjadi di sebuah Kota kecil di Italia Utara bernama Solferino pada tahun 1859. Pengalaman selama perang di Solferino membuat hati Henry Dunant tersentuh dan menuangkannya dalam sebuah buku yang berjudul Un Souvenir de Solferino (Kenangan Solferino) pada tahun 1862. Dalam buku ini menguraikan tentang kondisi yang ditimbulkan suatu peperangan dan mengusulkan agar segera dibentuk satuan tenaga sukarela yang bernaung di bawah suatu lembaga yang memberikan pertolongan kepada orang-orang yang terluka di medan perang. Beberapa bulan setelah pertemuan dengan Perhimpunan Kesejahteraan Umum dan pembentukan ICRC, Komite Lima bekerja sama dalam suatu aktivitas. Aktivitas itu berhasil mengantarkan mereka pada sebuah konferensi Internasional di Jenewa pada bulan Oktober 1863. Pertemuan itu dihadiri oleh 16 negara. Selama konferensi berlangsung, lambang palang merah diatas dasar putih yang merupakan kebalikan dari bendera Swiss, diadopsi sebagai lambang untuk mengidentifikasi satuan kesehatan tentara dan selanjutnya melindungi sukarelawan yang memberikan pertolongan bagi prajurit yang terluka. 1

KIPM telah banyak memiliki anggota sukarelawan. Dalam perkembangannya, tahun 1876 ketika Turki terlibat perang dengan Rusia, mereka mengusulkan pemakaian tanda Bulan Sabit Merah dengan fungsi yang sama dan kemudian lambang tersebut diakui juga sebagai lambang Gerakan Palang Merah. (50 Tahun Palang Merah Indonesia, 1995 : 1) International Committe of The Red Cross (ICRC) adalah sebuah lembaga swasta dan mandiri, ICRC bertindak sebagai penengah yang netral antara dua negara yang berperang atau bermusuhan dalam konflik bersenjata internasional, konflik bersenjata non-internasional dan pada kasus-kasus kekerasan internasional dan berusaha untuk menjamin bahwa korban kekerasan, baik penduduk sipil maupun militer, menerima perlindungan dan pertolongan. Pada tahun 1919 terbentuk International Federation of the Red Cross and Red Cresent (IFRC) atau Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah yang beranggotakan 163 perhimpunan. IFRC diprakarsai oleh Henry P. Davidson, Presiden Komite Perang Palang Merah Amerika yang menganggap pentingnya didirikan suatu badan Internasional yang memberikan bantuan, memperbaiki kesehatan, mencegah penyakit dan mengurangi penderitaan secara koordinir akibat dari peperangan dunia yang menimbulkan berbagai epidemi penyakit dan kelaparan yang menelan korban ribuan jiwa. (50 Tahun Palang Merah Indonesia, 1995:2) Perhimpunan Nasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah adalah organisasi sukarelawan kemanusiaan yang ada di setiap negara anggota penandatanganan Konvensi Jenewa. Tidak ada negara yang dapat memiliki lebih 2

dari satu Perhimpunan Nasional. Sebelum sebuah perhimpunan baru diakui oleh ICRC dan menjadi anggota Federasi, beberapa syarat ketat harus dipenuhi. Menurut Statuta Gerakan, Perhimpunan Nasional yang baru didirikan harus diakui oleh ICRC. Semua kegiatan kemanusiaan yang dilakukan oleh ICRC, IFRC maupun Perhimpunan Nasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah seperti Palang Merah Indonesia dilandasi oleh 7 prinsip, yaitu: 1. Kemanusiaan: Gerakan ini lahir dari keinginan untuk membeikan pertolongan kepada korban yang terluka dalam pertempuran tanpa membeda-bedakan mereka dan untuk mencegah serta mengatasi penderitaan sesama manusia yang terjadi dimanapun. Tujuannya, melindungi jiwa dan kesehatan serta menjamin penghormatan terhadap umat manusia. 2. Kesamaan: Gerakan ini memberikan bantuan kepada orang yang menderita tanpa membeda-bedakan berdasarkan kebangsaan, ras, agama, tingkat sosial atau pandangan politik. Tujuannya semata-mata ialah mengurangi penderitan orang per orang sesuai dengan kebutuhannya dan mendahulukan keadaan yang paling parah. 3. Kenetralan: Gerakan ini tidak memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, ras, agama atau ideologi. 4. Kemandirian: Gerakan bersifat mandiri. Setiap perhimpunan Nasional sekalipun merupakan pendukung bagi pemerintah di bidang kemanusiaan dan harus menaati peraturan hukum yang berlaku dinegara masing-masing, 3

namun gerakan bersifat otonom dan harus menjaga tindakannya agar sejalan dengan Prinsip Dasar Gerakan. 5. Kesukarelaan: Gerakan memberi bantuan atas dasar sukarela tanpa unsur keinginan untuk mencari keuntungan apapun. 6. Kesatuan: Didalam satu negara hanya boleh ada satu Perhimpunan Nasional dan hanya boleh memilih salah satu lambang yang digunakan. Gerakan bersifat terbuka dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah negara yang bersangkutan. 7. Kesemestaan: Gerakan ini bersifat semesta. Artinya, Gerakan hadir diseluruh dunia. Setiap Perhimpunan Nasional mempunyai status yang sederajat, serta memilliki hak dan tanggung jawab yang sama dalam membantu satu sama lain. Ide untuk membentuk badan kepalangmerahan sudah ada sejak sebelum kemerdekaan, namun sulit untuk melaksanakannya karena masih dijajah dan tidak memungkinkan bangsa Indonesia membentuk organisasi Palang Merah sendiri. Pada tanggal 21 Oktober 1873, Belanda mendirikan Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (NERKAI) atau Palang Merah Hindia-Belanda. Semakin sulit Indonesia membuat badan kepalangmerahan sendiri. Palang Merah Indonesia atau lebih dikenal dengan PMI terbentuk pada tanggal 17 September 1945. Terbentuknya badan kepalangmerahan ini tepat sebulan setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah sebelumnya pada tanggal 3 September 1945, Presiden Republik Indonesia, Soekarno, memerintahkan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 4

Kabinet I yaitu Dr. Boentaran Martoadmojo untuk membentuk perhimpunan Palang Merah Indonesia. Pembentukan PMI dimaksudkan juga untuk menunjukkan pada dunia Internasional bahwa negara Indonesia adalah satu fakta nyata. Pada tahun 1950, Palang Merah Internasional memberikan pengakuan terhadap Palang Merah Indonesia sebagai anggota Palang Merah Internasional. Pemerintah segera menyambut pengakuan Internasional dengan mengeluarkan Keputusan Presiden (KEPPRES) No. 25 tahun 1950 mengenai pengesahan keberadaan Palang Merah Indonesia dan KEPPRES No. 246 tahun 1963 mengenai pemberian pertolongan dan bantuan kepada korban bencana, apapun sebabnya tanpa membedakan suku, agama, ras, warna kulit dan bahasa. Banyaknya jumlah korban yang diakibatkan oleh perang kemerdekaan di berbagai daerah, sehingga mendukung pembukaan cabang Palang Merah diberbagai daerah di Indonesia. Palang Merah hadir di Medan bersamaan waktunya dengan kehadiran Palang Merah Indonesia (nasional), dan proses pengakuan terhadap Palang Merah Nasional, berarti sekaligus pengakuan terhadap Palang Merah Indonesia Kota Medan. Palang Merah Indonesia Kota Medan membentuk kegiatannya dengan menggabungkan prinsip kepalangmerahan dengan orientasi sosial. Kegiatan Palang Merah Indonesia Kota Medan selalu aktif dalam masalah kesehatan yang menekankan kehidupan sosial. Gerakan kepalangmerahan di Medan berfokus pada kegiatan medis serta tanggap darurat bencana. 5

Relawan PMI Kota Medan yaitu: Palang Merah Remaja (PMR), Korp Sukarela (KSR) dan Tenaga Sukarela (TSR) merupakan ujung tombak PMI Kota Medan di lapangan. Seorang anggota relawan PMI Kota Medan harus selalu sadar untuk mengabdi bagi tugas kemanusiaan dalam mewujudkan visi dan misi PMI dengan melakukan upaya agar dapat melaksanakan tugas dengan sempurna. Pembentukan anggota Relawan PMI Kota Medan sendiri ialah melalui pelatihan dan pendidikan agar dapat memiliki kemampuan yang dipersyaratkan dalam tugas-tugas kemanusiaan. Salah satu alasan menarik peneliti untuk meneliti lebih lanjut adalah Palang Merah Indonesia Kota Medan sudah mulai melaksanakan tugas kemanusiaannya pada masa-masa Indonesia melawan penjajah dan dalam kondisi berperang dan tetap memegang prinsip dasar gerakan Palang Merah sampai sekarang. Di samping itu, hal lain yang menarik perhatian peneliti adalah pendidikan dan pelatihan seperti apa yang didapatkan setelah menjadi anggota PMI dan bagaimana peranan anggota PMI untuk masyarakat dalam hal mengabdi untuk kemanusiaan. Dengan ini peneliti akan melakukan penelitian dengan judul Peranan Relawan Palang Merah Indonesia bagi Masyarakat Kota Medan dengan menggunakan sudut analisis sejarah sosial. 6

1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Awal terbentuknya relawan PMI Kota Medan. 2. Perkembangan relawan PMI Kota Medan mencakup: Jumlah relawan PMI Kota Medan Aktivitas relawan PMI Kota Medan 3. Peranan relawan PMI bagi masyarakat Kota Medan 4. Prestasi dan hasil kerja PMI bagi masyarakat Kota Medan 1.3 Rumusan Masalah Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana sejarah terbentuknya relawan PMI di Kota Medan? 2. Bagaimana perkembangan relawan PMI Kota Medan ditinjau dari jumlah dan aktivitas relawan PMI Kota Medan? 3. Bagaimana peranan relawan PMI bagi masyarakat Kota Medan? 4. Apa saja prestasi dan hasil kerja PMI Kota Medan bagi Masyarakat Kota Medan? 1.4 Tujuan Penelitian Adapun penelitian yang dilakukan peneliti memiliki beberapa tujuan, ialah: 1. Untuk mengetahui latar belakang terbentuknya relawan PMI di Kota Medan. 7

2. Untuk mengetahui perkembangan relawan PMI Kota Medan berdasarkan jumlah dan aktivitasnya. 3. Untuk mengetahui peranan anggota PMI bagi masyarakat Kota Medan. 4. Untuk mengetahui prestasi dan hasil kerja PMI Kota Medan bagi masyarakat Kota Medan. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun dengan pelaksanaan penelitian ini, peneliti berharap hasil penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai kepalangmerahan khususnya mengenai anggota PMI serta menjadi masukan bagi peneliti dalam pengembangan mutu pendidikan melalui pengetahuan tentang organisasi dan sejarah lokal Indonesia 2. Bagi Anggota PMI, sebagai bahan referensi untuk menambah ilmu pengetahuan tentang Kepalangmerahan. 3. Bagi masyarakat, sebagai penambah wawasan untuk turut ikut andil menjadi bagian dari PMI dan ikut bergabung menjadi anggota PMI agar dapat mengabdi dan melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan. 4. Bagi pembaca, sebagai penambah wawasan dalam hal memperkenalkan PMI. 8