dusk Hujan deras. Pasir hitam pada lapisan teratas tempat itu perlahan terkikis, bergerak menuju ceruk-ceruk, mengisi kawah-kawah dan lubang-lubang. Tanpa terkecuali. Dua orang berjalan terbungkuk-bungkuk sambil meraba-raba dalam gelap dengan bantuan tongkat. Satu-satunya sumber cahaya mereka hanya berasal dari lampu puncak kubah yang ratusan meter jauhnya, cahaya yang nyaris hilang oleh hujan. Masing-masing dari mereka memiliki suatu alat kecil sejenis pipa yang sesekali mereka masukkan ke dalam mulut. Sudah kubilang, tidak ada. satu dari mereka bicara. Aku yakin mendengar pesawat tiba tadi. Itu bukan jadwal umum mereka. Jadi pasti ada tahanan yang dilempar kemari. Tapi kau lihat sendiri, tidak ada apa-apa. Lihat? Aku tidak bisa melihat apa-apa di sini! Salah-satu dari mereka berjongkok dan merasakan pergerakan pasir dengan tangannya. Rasakan ini! Aliran pasir ini bergerak ke arah sana dengan sangat cepat. Berarti ada lubang baru di sana. ia menunjuk ke suatu arah. Dengan perasaan semata rekannya mengikuti arah yang ditunjuk. Ke sana? Bagaimana kita bisa mengikuti arahnya dengan benar? Kita berlutut dan merangkak terus sambil merasai pasirnya.
Mereka merayap perlahan meraba dan merasakan gerakan pasir yang hanyut sampai aliran tersebut berhenti di suatu tempat. Tidak ada lubang di sini. Benar. Tapi pasirnya berhenti di sini. Ia meletakkan tangannya pada pusat hentian pasir dan merasakan sesuatu. Pasirnya tidak padat. Ia lalu mencoba membenamkan tangannya, Ini seperti bubur kental. Aku yakin ini sebuah lubang, hanya saja sudah tertutup air bercampur pasir. Kau mau kita menggalinya? Ia menatap lubang yang sekarang bagai menggelegak mengeluarkan bubur pasir hitam dari dalamnya karena sudah penuh dengan air. Tidak ada harapan lagi. Kurasa jikapun ada orang di dalamnya mereka pasti sudah mati. Mungkin juga mereka ada di tempat lain. Kuharap begitu. Tapi hujan segera reda. Mereka tidak akan bisa hidup lama... Doakan saja mereka tenang di alam sana. Mendadak mereka berdua saling tatap. Kau rasakan itu? Rekannya mengangguk ngeri lalu melihat ke bawah. Tentu saja tidak terlihat apapun dalam kesuraman dan hujan deras tapi bisa kaki-kaki mereka bisa merasakan aliran pasir yang mendadak cepat dan kuat bergerak ke tempat yang semula mereka perkirakan sebagai lubang. Pasirnya terisap!
Mereka mundur menjauh. Pasir terisap makin kuat seperti tersedot suatu kekuatan ajaib lalu mendadak sebuah ledakan terdengar bersamaan dengan muncratnya berkubik-kubik pasir ke permukaan bagai dimuntahkan. Demi Tuhan semua orang Vida, apa itu? desis orang pertama. Orang kedua mendekat dan mendapati kini sebuah lubang samar-samar tampak. Gelap masih, tapi sepertinya ada siluet beberapa manusia di bawah sana. Sebuah suara lirih terdengar. Xu Hilleven... tolong. * Aku bersumpah akan membunuh mereka semua! Soil mengamuk di dalam selnya. Gunn menarik bajunya, memintanya duduk. Jangan buang-buang energi! Sekarang saja yang bisa kau lakukan hanya marah dan mengomel. Kita bahkan tidak bisa keluar dari sini. Soil mencoba memukul dinding logam di depannya berharap bisa penyok tapi benda itu baik-baik saja. Soil, itu glor. Bahkan kau tidak akan mampu menggoresnya. Gunn menasihatinya. Sialan! makinya pelan. Ia akhirnya menyerah dan duduk di samping Gunn yang telah menekuk kakinya dan menyandarkan kepala pada lutut. Apakah kau marah padaku dan Orphann? tanya Soil. Untuk apa?
Kalau bukan karena perang itu kita pasti masih berada di gua kita yang indah dan berkeliaran mencuri. Soil, aku dan teman-teman sudah dewasa. Lagipula kami sendiri yang memutuskan untuk ikut berperang ketika Orphann memintanya. Tidak ada paksaan meskipun kami sudah tahu risikonya. Lagipula... Ia menoleh ke sekeliling sel. Pada dinding ada lubang kecil berbentuk bujur sangkar dengan jeruji rapat untuk ventilasi. Tapi lubang itu juga sedang ditutup dari luar. Udara yang mereka hirup seadanya....setidaknya tempat ini lebih kering daripada Gua Hitam yang jelek itu. Gunn tersenyum pahit. Soil menoleh ke dinding glor yang membatasi sel sebelah. Rasanya tidak ada Theft Ryder lain di sekitar mereka. Mereka pasti ditempatkan berjauhan dengan tujuan agar sulit berkomunikasi tapi kemungkinan besar mereka dibawa ke penjara yang sama. Ia dan Gunn dibawa kemari dengan semacam lift dengan mata dan telinga tertutup. Tidak tahu bagaimana caranya mereka bisa sampai dan di mana sebenarnya mereka berada Kita berada di mana? Di Kota Penjara atau di Penjara Vida? Kurasa kita berada di Kota Penjara. Penjara Vida sudah sesak dengan narapidana. Tidak mungkin mereka menempatkan kita berdua-berdua di dalam sel Penjara Vida. Kudengar di sana orang bahkan berebut tempat hanya untuk memijakkan kaki. Jadi ini adalah kemewahan. Gunn bermaksud menghibur tapi Soil tidak tampak lebih tenang.
Hanya beberapa puluh yang ada di kota bersama kita saat pemberontakan. Sisanya ikut Orphann ke Gurun Dunn. Jika mereka tidak dibawa ke sini bersama kita dan Penjara Vida sudah penuh maka ada kemungkinan mereka dibuang ke Tata Surya Huff. Soil mengambil kesimpulan dengan cepat. Gunn dan Soil berpandangan. Kemungkinan akan hal itu dan kemungkinan yang sangat besar membuat mereka lemas. Gunn memukul dinding dengan tinjunya sedangkan Soil hampir menangis. Ya, ampun, Gunn. Mereka semua akan mati. * Baca terus kelanjutannya di Goran Mulut Naga! Hanya di nulisbuku.com!