KEWASPADAAN UNIVERSAL PELAYANAN KESEHATAN GIGI DI PUSKESMAS SE-KABUPATEN BANYUMAS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk Dipublikasikan pada Jurnal Ilmiah Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan (safety) telah menjadi issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima (5)

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan. kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tuberkulosis, Human Immunodeficiency Virus (HIV), hepatitis B, dan hepatitis C

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berisiko tinggi terhadap penularan penyakit, mengingat ruang lingkup kerjanya

PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT. Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

ABSTRAK MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DI PRAKTIK DOKTER GIGI KABUPATEN TABANAN

PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT. Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil

Aniska Cattleya Shara*,Grahita Aditya**, Benni Benyamin**

GAMBARAN KEWASPADAAN UMUM (UNIVERSAL PRECAUTION) OLEH PERAWAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RSUD AMBARAWA ARTIKEL ILMIAH BAIQ NURJANNAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi merupakan suatu keadaan ditemukan adanya agen infeksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN

Hema Malini, Mira Susanti dan Zulkarnain Edward 2

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maju bahkan telah menggeser paradigma quality kearah paradigma quality

Pengendalian infeksi

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

Gambaran Pengetahuan dan Kecemasan Mahasiswa Profesi Kedokteran Gigi terhadap Human Immunodefficiency Virus/Acquired Immunodefficiency Syndrome

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada akhir tahun 2009 terdapat lebih dari kasus Acquired

swasta dan dari jumlah pasien 254 pasien yang beresiko (9,1) terjadi di rumah sakit ABRI (Depkes RI, 2004). Salah satu strategi pencegahan dan

BAB I PENDAHULUAN. bila upaya pencegahan infeksi tidak dikelola dengan baik. 2. berkembang menjadi sirosis hati maupun kanker hati primer.

BAB V KESIMPULAN. serta pembahasan hasil penelitian dengan judul: Analisis Kepatuhan. Penerapan Kewaspadaan Standar Pelayanan Kedokteran Gigi di RS

BAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan di berbagai belahan dunia dan merupakan risiko terhadap sistem

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

MEDICAL WASTE ANALYSIS IN PUBLIC HEALTH CENTER. Anita Dewi Moelyaningrum Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Terhadap Kepatuhan Melakukan Cuci Tangan dengan Metode Hand Wash

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

ABSTRAK TINJAUAN SISTEM KESELAMATAN PASIEN PADA RS. X DIKABUPATEN CIREBON TAHUN 2010

PANDUAN KEWASPADAAN UNIVERSAL PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA BIDAN PRAKTIK MANDIRI DI WILAYAH BANYUWANGI

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

universal precaution

TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI di PELAYANAN KESGILUT. DR.drg. Harum Sasanti SpPM PERDALIN,2011

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini perhatian terhadap infeksi nosokomial di sejumlah rumah sakit di Indonesia

ANALISIS PELAKSANAAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PELAYANAN KESEHATAN GIGI

Kata Kunci: Pengetahuan, HIV/AIDS, Pencegahan HIV/AIDS. Kepustakaan: 47 ( )

PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang merupakan sindrom

Kata kunci : pengetahuan, sikap, perilaku, perawatan ortodontik cekat, pasien ortodontik

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari. tujuan nasional (Depkes RI, 2009).

GAMBARAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS DI RUMAH SAKIT TK.II KARTIKA HUSADA KABUPATEN KUBU RAYA

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dua puluh empat jam sehari dan melibatkan berbagai aktifitas orang

BAB I PENDAHULUAN. obat-obatan dan logistik lainnya. Dampak negatif dapat berupa kecelakaan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi. Oleh: SHANGITA BALA JOTHY NIM:

KORELASI JUMLAH PASIEN DAN PRODUKSI LIMBAH MEDIS PADAT DI RUANG RAWAT INAP DAN UNIT GAWAT DARURAT RS SITI KHADIJAH, SEPANJANG SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Infeksi Nosokomial Dan Kepatuhan Perawat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terkait keselamatan di RS yaitu: keselamatan pasien, keselamatan pekerja atau

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

ABSTRAK. Kata kunci: kecemasan dental, pencabutan gigi, mahasiswa program profesi pendidikan dokter gigi, rumah sakit gigi dan mulut maranatha.

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis Faktor Praktik Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon. Fauzul Hayat *

STANDAR PPI 1 PPI 1.1 PPI 2 PPI 3 PPI 4 PPI 5 PPI 6 PPI 6.1

BAB I PENDAHULUAN. Era perdagangan bebas dan globalisasi telah meluas di seluruh kawasan

Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan, Asam Mefenamat, Pasien Poli Gigi

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN TINDAKAN DOKTER GIGI DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN DARI KLIEN HIV/AIDS DI RUANG MELATI 1 RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI PUSKESMAS KALIBARU KULON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SPO PEMULASARAN JENAZAH. No. Revisi: 02. No. Dokumen: Halaman : 1/2. Diterbitkan Direktur, Tanggal Terbit : 01 Januari 2012

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terdapat di RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki berbagai

SKRIPSI HUBUNGAN FAKTOR ORGANISASI DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN KEWASPADAAN UNIVERSAL DI RSI IBNU SINA PADANG TAHUN 2015

Transkripsi:

KEWASPADAAN UNIVERSAL PELAYANAN KESEHATAN GIGI DI PUSKESMAS SE-KABUPATEN BANYUMAS UNIVERSAL PRECAUTION OF DENTAL HEALTH SERVICE AT PUBLIC HEALTH CENTER IN THE ENTIRE BANYUMAS REGENCY Fani Tuti Handayani dan A. Haris Budi Widodo Jur. Kedokteran Gigi, Fak. Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan, Unsoed Purwokerto ABSTRACT In the past last years, universal precaution have been introduced by The Ministry of Health, Republic of Indonesia. The sosialization of universal precaution were function as an efforts on blood and body fluids infection control. Dental treatment procedures may cause any blood and body fluids that enable become an infecting agent. This research purpose was to determine the application of universal precaution on dental treatment prosedures in the public health center (Puskesmas) in the regency of Banyumas as an efforts on blood and body fluids infection control. This is a descriptive survey research. Sample in this research were total of the population constitude 39 public health center in the regency of Banyumas. The method used to collect data was interview with questionnaire sheets. An univariate analysis was used to analyze all data by SPSS computer program version 16 for windows. The result of this research shows 25,6% of dental polyclinic at public health center in the regency of Banyumas were categorized as good in management of the needle or sharp applience perfectly. 38,5 % of dental polyclinic at public health center in the regency of Banyumas decontaminate all health appliances. 59 % of dental polyclinic at public health center in the regency of Banyumas were categorized as good in hand washing to prevent the cross infection. The application of perfect protection for blood exposure was 0%. 87,2% of dental polyclinic at public health center in the regency of Banyumas do waste disposal properly and safety. Key Words : Universal precaution, dental health, public health center. PENDAHULUAN Kesehatan gigi merupakan bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan yang sangat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. WHO pada tahun 2003 telah membuat acuan Global Goals for oral Health 2020, dimana targetnya adalah meminimalkan dampak dari penyakit mulut dan kraniofasial dengan menekankan pada upaya promotif dan mengurangi dampak penyakit sistemik yang bermanifestasi di rongga mulut dengan diagnosa dini, pencegahan 47

48 Jurnal Kesmas Indonesia. Volume 3, Nomor 1, Januari 2010, hlm. 47-55 dan manajemen yang efektif untuk penyakit sistemik. Indonesian Health Profile 2003 menyebutkan bahwa penyakit jaringan pulpa dan periapikal termasuk sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit umum di seluruh Indonesia, maka dapat dinilai bahwa besarnya masalah penyakit gigi dan mulut tidak hanya merupakan masalah kesehatan masyarakat tetapi sekaligus masalah sosial. Penyakit gigi dan mulut dapat menjadi faktor risiko penyakit lain, sebagai infeksi fokal misalnya tonsilitis, faringitis, otitis media, bakteremia, toksemia, bayi timbangan rendah (BBLR), diabetes melitus, dan bahkan penyakit jantung. Penderita HIV / AIDS, hepatitis dan penyakit sistemik lain dapat memiliki manifestasi kelainan di dalam rongga mulut. Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah menyusun Prosedur Standar Kewaspadaan Universal yang berisi panduan spesifik yang dapat diimplementasikan di berbagai sarana kesehatan di Indonesia dan dapat juga digunakan oleh kalangan lain yang membutuhkan seperti keluarga pasien, petugas kepolisian, petugas pengurus jenazah dan masyarakat lain. Penerapan kewaspadaan universal pada pelayanan kesehatan meliputi: cuci tangan, pemakaian alat pelindung, pemakaian antiseptik dan disinfektan, dekontaminasi, pembersihan dan sterilisasi/disinfeksi tingkat tinggi untuk bahan/alat kesehatan, pengelolaan khusus untuk alat bekas pakai dan benda tajam, pengelolaan limbah Profil Kesehatan Kabupaten Banyumas 2007 menyebutkan bahwa pelayanan dasar kesehatan gigi yang diberikan oleh Puskesmas selama tahun 2007 adalah sebanyak 4.741 penambalan permanen dan 3.830 pencabutan gigi. Perilaku petugas kesehatan harus memenuhi standar kewaspadaan universal (universal precaution) untuk mencegah penularan berbagai penyakit infeksi yang penularannya dapat melalui darah dan cairan tubuh, baik pada petugas kesehatan maupun kepada pasien lainnya. Penerapan standar kewaspadan universal pada pelayanan kesehatan gigi di Kabupaten Banyumas belum pernah diteliti. Sehubungan dengan hal tersebut dirumuskan permasalahan Bagaimana penerapan kewaspadaan universal pada

Fani Tuti Handayani, Kewaspadaan Universal Pelayanan Kesehatan Gigi... 49 pelayanan kesehatan gigi di Kabupaten Banyumas? METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif atau explanatory study yang mempunyai maksud menguraikan atau mendeskripsikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakat. Tabel 1 Definisi operasional No Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran 1 Pengelolaan benda tajam secara aman untuk meminimalkan risiko tusukan 2 Dekontaminasi semua alat kesehatan 3 Cuci tangan dengan benar untuk mencegah infeksi silang Dilihat dari 4 indikator: 1.Tersedianya wadah tahan tusukan sebagai tempat membuang benda tajam 2. Wadah berisi kurang dari ¾ penuh 3.Benda tajam bekas pakai tidak menonjol 4. 4. Penyarungan one hand technique Kategori indikator: 0 : Tidak; 1 : Ya Kategori Variabel: Baik : skor 4 Buruk : skor 0-3 Dilihat dari 3 indikator: 1. Tersedia sterilisator,msh berfungsi baik 2. Semua peralatan dibersihkan dengan baik setiap kali habis pakai 3. Alat kesehatan bersih tersimpan dlm lemari Kategori indikator: 0 : Tidak; 1 : Ya Kat. Variabel: Baik : skor 3; Buruk : skor 0-2 Dilihat dari 3 indikator: 1. Tersedia air mengalir bersih dan sabun 2. Tersedia lap bersih 3.Petugas kesehatan selalu mencuci tangan dan mengeringkannya setiap setelah kontak dengan cairan tubuh dan membuka sarung tangan setiap setelah kontak dengan pasien Kategori indikator: 0 : Tidak; 1 : Ya Kat. Variabel: Baik : skor 3; Buruk : skor 0-2 Observasi dan Wawancara dengan menggunakan check list kuesioner. skala data: Ordinal Observasi dengan menggunakan check list kuesioner. skala data: Ordinal Observasi dengan menggunakan check list kuesioner. skala data: Ordinal

50 Jurnal Kesmas Indonesia. Volume 3, Nomor 1, Januari 2010, hlm. 47-55 Tabel 1 Definisi operasional 4 Pengguna-an alat pelindung yang sesuai untuk mencegah pajanan darah 5 Pembuang-an limbah yang benar dan aman Dilihat dari tersedianya alat pelindung sebagai berikut untuk dipakai petugas: 1. Sarung tangan sekali pakai 2. Sarung tangan multiguna 3. Masker 4. Jubah, pakaian kerja 5. Kacamata pelindung (pelindung mata) Kategori indikator: 0 : Tidak; 1 : Ya Kat. Variabel: Baik : skor 5; Buruk : skor 0-4 Dilihat dari indikator berikut: 1. Penguburan atau Pembakaran reguler 2. Tidak tampak ada pencemaran limbah Kategori indikator: 0 : Tidak; 1 : Ya Kategori Variabel: Baik : skor 2 Buruk : skor 0-1 Observasi dengan menggunakan check list kuesioner. Skala data: Ordinal Observasi; menggunakan check list kuesioner. skala data: Ordinal Lokasi penelitian adalah poli gigi di 39 puskesmas se-kabupaten Banyumas. Populasi pada penelitian ini adalah semua Puskesmas di Kabupaten Banyumas sejumlah 39. Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi yaitu semua puskesmas di Kabupaten Banyumas, sejumlah 39. Responden pada penelitian adalah dokter gigi, perawat gigi atau paramedis yang bertugas pada poli gigi puskesmas setempat dengan minimal masa tugas telah mencapai 1 bulan. Apabila dokter gigi dan perawat gigi keduanya telah bertugas minimal 1 bulan, maka responden dipilih adalah dokter gigi. Apabila dokter gigi dan perawat gigi setempat belum bertugas minimal 1 bulan, maka tidak dilakukan penelitian pada puskesmas tersebut. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner daftar tilik standar Ditjen P2M & PL Depkes RI tahun 2004.

Fani Tuti Handayani, Kewaspadaan Universal Pelayanan Kesehatan Gigi... 51 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini sebagian besar adalah perempuan (79,5 %). Jabatan responden yang terbanyak adalah dokter gigi (53,8 %) kemudian perawat gigi (38,5 %) dan 7,7 % adalah lainnya. Sebanyak 7,7 % responden disebut lainnya sebab responden bukan dokter gigi ataupun perawat gigi namun responden merupakan perawat umum yang ditugaskan untuk membantu dokter gigi di poli gigi pada puskesmas tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan benda tajam secara aman untuk risiko tusukan (variabel 1) hanya diterapkan pada 25,6 % poli gigi puskesmas se-kabupaten Banyumas. Indikator dari variabel 1 yang paling banyak tidak dilakukan adalah one-hand technique. 61,5 % poli gigi di puskesmas se-kabupaten Banyumas tidak menerapkan one-hand technique untuk penggunaan dan pembuangan jarum suntik. Hasil penelitian Depkes (2003) menunjukkan bahwa 17 % kecelakaan kerja disebabkan oleh luka tusukan sebelum atau selama pemakaian, 70 % kecelakaan kerja terjadi sesudah pemakaian dan sebelum pembuangan dan 13 % kecelakaan kerja terjadi seusai pembuangan dan jarum dan alat tajam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 38,5 % atau kurang dari separuh poli gigi di puskesmas se- Kabupaten Banyumas melakukan dekontaminasi alat kesehatan. 10,3 % atau 4 poli gigi tidak mempunyai sterilisator yang masih berfungsi dengan baik. 8 poli gigi (20,5 %) tidak melakukan pencucian alat dengan baik setiap kali habis pakai dan 18 poli gigi (46,2 %) tidak mempunyai lemari penyimpan alat yang sudah bersih. Hasil penelitian Depkes (2001) menunjukkan adanya perubahan kepatuhan untuk melakukan disinfeksi/sterilisasi alat sesuai prosedur setelah dilakukan pelatihan penerapan kewaspadaan universal di Pusat Kesehatan Putat Jaya Surabaya dengan kenaikan sekitar 35%. Cuci tangan dengan benar untuk mencegah infeksi silang hanya dapat dilakukan bila tersedia air mengalir bersih dan sabun serta tersedia lap bersih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 6 poli gigi (15,4%) yang tidak didukung dengan air mengalir yang bersih serta sabun. Sedangkan 12 poli gigi (30,8%)

52 Jurnal Kesmas Indonesia. Volume 3, Nomor 1, Januari 2010, hlm. 47-55 tidak menyediakan lap yang bersih. Perilaku petugas kesehatan untuk selalu mencuci tangan dan mengeringkannya setiap setelah kontak dengan cairan tubuh sudah dilakukan pada 37 poli gigi (94,9%) puskesmas se-kabupaten Banyumas. 2 poli gigi hasil observasi yang menunjukkan perilaku tidak mencuci tangan memiliki alasan bahwa selama melakukan prosedur kerja selalu menggunakan instrumen gigi sehingga kemungkinan tangan mengenai cairan saliva maupun permukaan mukosa mulut amat kecil. Hasil penelitian terhadap variabel cuci tangan dengan benar untuk mencegah infeksi silang pada poli gigi di puskesmas se-kabupaten Banyumas menunjukkan 59 % poli gigi telah melakukan. Hasil penelitian Wibowo, dkk (2009) menunjukkan bahwa dari 32 responden dokter gigi puskesmas di Surabaya yang diambil secara random sampling, 75% melakukan cuci tangan sebelum memeriksa pasien dan 87,5% mencuci tangan setelah memeriksa pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100 % poli gigi puskesmas se- Kabupaten Banyumas memiliki kriteria buruk dalam penggunaan pelindung yang sesuai untuk pajanan darah. Hanya 76,9 % poli gigi yang selalu menggunakan sarung tangan sekali pakai untuk pajanan darah. Sarung tangan multi guna sebagai sarana pelindung pengelolaan alat dengan pajanan darah hanya dilmiliki oleh 4 poli gigi (10,3 %). Penggunaan masker selama prosedur tindakan dental hanya dilakukan oleh 71,8 % petugas poli gigi puskesmas se-kabupaten Banyumas. Jubah kerja tidak pernah diwajibkan sehingga 100 % petugas kesehatan poli gigi puskesmas se- Kabupaten Banyumas tidak menggunakan jubah kerja. Kacamata pelindung hanya dimiliki oleh 2 poli gigi (5,1 %). Kesadaran penggunaan pelindung sebagai media proteksi diri masih kurang terutama bagi petugas kesehatan di poli gigi se-kabupaten Banyumas. Hasil penelitian Wibowo, dkk (2009) menyebutkan bahwa sebanyak 56,3% responden mengganti sarung tangan setiap pergantian pasien, 62,5% responden memakai masker setiap kali memeriksa pasien dan 62,5% responden ternyata tidak pernah menggunakan kacamata pelindung ketika memeriksa pasien. 87,2% poli gigi di puskesmas se- Kabupaten Banyumas memiliki kategori

Fani Tuti Handayani, Kewaspadaan Universal Pelayanan Kesehatan Gigi... 53 baik dalam pembuangan limbah yang aman dan benar. Sebanyak 34 puskesmas (87,2%) melakukan pembakaran sampah secara reguler. Pencemaran limbah tidak nampak pada 38 puskesmas (97,4%), artinya ada 1 puskesmas yang tampak pencemaran limbah. Kelalaian pembuangan limbah sangat terkait dengan sikap dan perilaku para petugas kesehatan. Bloom (2001) menyebutkan bahwa sikap merupakan kesiapan untuk beraksi terhadap objek. Sikap menyetujui, menerima pengetahuan mengandung pengertian sanggup berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang didapat. Perlu ada teguran bagi puskesmas yang lalai mengelola limbah sehingga berpotensi merugikan masyarakat setempat. Bednarsh dan Eklund (1997) menyebutkan bahwa kewaspadaan universal belum 100% diterapkan dan kekurangannya bukan terletak pada prosedur standar melainkan perilaku petugas kesehatan. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Responden dalam penelitian ini sebagian besar adalah wanita (79,5 %). Jabatan responden yang terbanyak adalah dokter gigi (53,8 %) kemudian perawat gigi (38,5 %) dan 7,7 % adalah bukan dokter gigi maupun perawat gigi melainkan perawat umum. 2. Pengelolaan benda tajam secara aman untuk risiko tusukan di poli gigi se-kabupaten Banyumas dilakukan oleh 10 poli gigi (25,6%). 3. Dekontaminasi semua alat kesehatan di poli gigi se- Kabupaten Banyumas dilakukan oleh 15 poli gigi (38,5 %). 4. Cuci tangan untuk menghindari infeksi silang di poli gigi se- Kabupaten Banyumas dilakukan oleh petugas kesehatan pada 23 poli gigi (59 %). 5. Penggunaan pelindung untuk pajanan darah tidak diterapkan oleh seluruh poli gigi se- Kabupaten Banyumas (0%). 6. Pembuangan limbah yang benar dan aman dilakukan oleh 33 poli

54 Jurnal Kesmas Indonesia. Volume 3, Nomor 1, Januari 2010, hlm. 47-55 gigi (87,2 %) dari seluruh poli gigi se-kabupaten Banyumas. B. Saran 1. Perlunya sosialisasi dan pelatihan penerapan kewaspadaan universal untuk petugas kesehatan gigi di Kabupaten Banyumas. 2. Perlunya peningkatan sarana dan prasarana kesehatan yang menunjang penerapan kewaspadaan universal antara lain : penambahan jumlah instrumen tindakan, lemari alat, sterilisator, sabun antiseptik, jubah kerja, kacamata pelindung, sarungtangan multiguna 3. Perlunya penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tidak diterapkannya berbagai variabel dalam penerapan standar kewaspadaan universal. DAFTAR PUSTAKA Bednarsh, HS., Kathy J.E. 1997. Universal Precautions Reconsidered. Access vol 11(1): 16-24 Ditjen P2M & PL Depkes RI. 1998. Standard Operating Procedure of Standard Precautions Against HIV/AIDS and Other Infections in Health Facility. Depkes RI. Jakarta Bachroen, C. 2004. Pre and Post Training Evaluation on Universal Precautions (UP) Practices at Putat Jaya Health Centre Surabaya. Badan Litbang Kesehatan Depkes RI. Jakarta Departemen Kesehatan. 2003. Indonesian Health Profile. Depkes RI. Jakarta Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. 2007. Profil Kesehatan Kabupaten Banyumas. Dinkes Kab. Banyumas. Purwokerto Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar Depkes RI. 2009. Grand strategik pelayanan kesehatan gigi dan mulut 2009 2014. Depkes RI. Jakarta Georgescu, C.E. 2002. Cross Infection in Dentistry. Roum Biotechnol Lett 7(4): 861-8 Gourlay, DL., Howard A.H., Abdulaziz A. 2005. Universal Precaution in Pain Medicine: a Rational Approach to the Treatment of Chronic Pain. Pain Medicine Vol.6 No.2: 107-112 Kent G. 1984. Anxiety, Pain and Type of Dental Prosedure. Behav. Res. Ther. 22, 465-9 Olsen, R.J., Lynch P., et.al. 1993. Examination Gloves as Barriers to Hand Contamination in Clinical Practice. Journal of the American Medical Association 270(3):350-353

Fani Tuti Handayani, Kewaspadaan Universal Pelayanan Kesehatan Gigi... 55 Pedersen, Gordon W. 1998. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. EGC. Jakarta Salehi AS., Paul G. 2010. Occupational Injury History and Universal Precautions Awarness: a Survey in Kabul Hospital Staff. BMC Infectious Diseases 10:19. Wibowo, T., Kristanti P., Dwi H. 2009. Proteksi Dokter Gigi sebagai Pemutus Rantai Infeksi Silang. Jurnal PDGI Vol 58 No.2: 6-9