BABl PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis yang ketat di era pasar bebas sekarang ini memaksa perusabaan-perusabaan untuk menyesuaikan diri dalam menghadapi pesaingpesaing yang akan timbul, apalagi setelah terjadinya krisis ekonomi. Setiap unit usaba dituntut untuk bekerja lebih efektif dan efisien agar mendapatkan hasil yang optimal serta mampu menjaga kelangsungan hidupnya. Perubaban orientasi bisnis dari orientasi produk (product oriented) menjadi orientasi pelanggan (customer oriented) memberikan pengaruh yang sangat besar dalam cara menilai keberhasilan manajemen. Para manajer dituntut tidak hanya mampu menghasilkan kinerja yang bagus dalam laporan keuangan yang dikeluarkan setiap tabun, sebagai cerminan keberhasilan dalam jangka pendek, lebih dari itu mereka juga berkewajiban untuk memenangkan persaingan yang semakin ketal, diantaranya dengan meningkatkan kualitas pelayanan bagi pelanggan. Keberhasilan perusabaan untuk mendapatkan loyalitas pelanggan (customer loyality) dan membuat produk menjadi pemimpin pasar (market leader) dalam satu jenis produk yang sama tentu tidak bisa dicapai dalam waktu singkat, karena loyalitas dan kepuasan pelanggan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan jangka panjang perusabaan dan sangat penting bagi manajer guna mengetahui kinerja perusahaan pada masa yang akan datang, karena pada dasarnya pelanggan akan selalu setia pada suatu perusabaan apabila l
2 perusahaan tersebut sanggup memenuhi permintaan pelanggan tepat pada waktunya. Pengukuran kinerja tradisional menilai kinerja perusahaan dengan bertumpu pada kinerja keuangan, yaitu lebih didasarkan pada aspek penjualan, pandapatan b..:rsih, Return on Investment (ROI), laba kotor dan produktivitas (Mulyadi, 1999: 6). Perusahaan yang hanya berorientasi pada keuntungan jangka pendek serta cenderung. mengabaikan kelangsungan hid up perusahaan dalarn jangka panjang, dimana perhatian manajer hanya terfokus pada pencapaian kinerja keuangan yang tinggi. Pengukuran kinerja yang hanya bertumpu pada kinerja keuangan pada kenyataannya mengandung banyak kelemahan serta tidak mampu mengakomodir perubahan tuntutan yang semakin terbuka dan dinarnis dalarn fenomena globalisasi perekonomian. Menilai kinerja perusahaan hanya dari aspek keuangan saja akan mendistorsi informasi bagi manajemen dan sulit untuk mengukur halhal yang mempengaruhi kinerj a perusahaan dari segi non keuangan, misalnya: peningkatan kepercayaan pelanggan terhadap layanan jasa perusahaan, peningkatan kompetensi dan komitmen personal, kedekatan hubungan kemitraan antara pemasok dengan pelanggan, karena kinerja keuangan yang memuaskan saat ini sangat mungkin pula Ielah mengorbankan kepentingan~kepentingan jangka panjang perusahaan, dengan demikian kinerja keuangan dinilai tidak sepenuhnya marnpu bercerita banyak mengenai masa lalu perusahaaan termasuk keandalannya dalarn menuntun manajemen ke arah perbaikan yang berkelanjutan (Mulyadi, 1999 : 12). Di samping itu kinerja keuangan tidak man1pu mengukur kinerja harta-
3 harta yang tidak nampak (intangible assets) yang dimiliki perusah~, seperti hak intelektual, merek, loyalitas pelanggan maupun kemampuan karyawan dalam menciptakan produk baru. Dengan semakin disadarinya berbagai kelemahan yang bisa disebabkan karena ketidakseimbangan dalam penilaian kinerja maka pihak manajemen dituntut untuk mencari altematif yang lain. Guna mengatasi kebiasaan yang muncul dari metode-metode pengukuran yang hanya mengukur kinerja perusahaan dari satu aspek saja maka lahirlah altematif yang lebih baik dalam pengukuran kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan empat perspektif yaitu: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses internal bisnis serta perspektif proses pembelajaran dan pertumbuhan (Kaplan dan Norton, 2001: 7). Pendekatan ini dinilai cukup komprehensif guna memotivasi manajer dalam melakukan penilaian kinerja agar keberhasilan yang ingin dicapai perusahaan bersifat jangka panjang. Gagasan untuk menyeimbangkan pengukuran aspek keuangan dan non keuangan me1ahirkan apa yang dinamakan Balanced Scorecard. Melalui Balanced Scorecard memungkinkan para manajer perusahaan mengukur bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingan masa yang akan datang (Mirza, 1997: 14 ). Pendekatan Balanced Scorecard mampu mengatasi berbagai kelemahan yang ada pada pengukuran kinerja tradisional, selain sifatnya yang lebih komprehensif juga mempertinibangkan baik hal-hal keuangan maupun non keuangan, dengan tidak hanya mengukur hasil yang telah dicapai perusahaan
4 melainkan juga faktor-faktor pemicu yang menyebabkan keberhasilan tersebut terjadi. Balanced Scorecard merupakan sistem pengukuran kinerja yang tetap mempertahankan tolok ukur keuangan sebagai indikator tindakan manajemen di masa lalu dengan menambahkan ukuran-ukuran dalam perspektif pelanggan, perspektif proses internal bisnis, serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan sebagai pemicu kinerja di asa depan (Anthony dan Govindarajan, 2001: 54). Seperti pada penelitian terdahulu Niviari (2008) menge~ukakan akan peran Balanced Scorecard dalam menganalisa kinerja dari suatu perusahaan, dimana Balanced Scorecard dapat melakukan pengukuran kinerja manajemen baik lag factor seperti pengukuran financial dan lead factor seperti pada pengukuran non finansial. Penelitian lain yang dilakukan oleh Budiarti (2007) yang mengemukakan peran lebih dari Balanced Scorecard sebagai alat ukur kinerja dan alat pengendali sistem manajemen strategis. Budiarti menyatakan bahwa Balanced Scorecard dapat menghasilkan berbagai proses manajemen penting, yaitu memperjelas dan menerjemahkan visi dan starategi, mengkomunikasikan dan mengaktifkan berbagai tujuan dan ukuran strategis, merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis. Namun dikatakan pula bahwa Balanced Scorecard tergantung dari kebijakan organisasi. Banyak perusahaan yang mengklaim telah menerapkan Balanced Scorecard. Padahal mereka baru menerapkan model pengukuran yang relatif lebih seimbang dibandingkan hanya menggunakan pengukuran kinerja yang berbasis pada ukuran keuangan semata. Keberhasilan implementasi Balanced Scorecard
5 sangat ditentukan oleh proses penyusunan atau pengembangan Balanced Scorecard itu sendiri. Pengembangan Balanced Scorecard yang tidak tepa! pada akhimya akan kembali mengantarkan perusahaan kepada model pengukuran yang tidak mampu menjelaskan strategi perusahaan. Atau dengan kata Jain perusahaan menerapkan model pengukuran yang relatif berimbang saja atau bahkan hanya merupakan model pengukuran kinerja yang berbasis finansial belaka. PT. Bank Syariah Mandiri Indonesia telah menetapkan pengukuran manajemen kinerjanya berbasis Balanced Scorecard sejak tahun 2006. Dalam rangka mengelola kinerja perusahaan secara komprehensif dan terintegrasi mulai dari strategic planning, budgeting, executing dan evaluasi strategi perusahaan. Alasan Manajemen PT. Bank Syariah Mandiri memilih untuk menggunakan metode Balanced Scorecard sebagai framework pengelolaan kinerja perusahaannya diharapkan dapat menjadi inti sistem manajemen strategis dalam meningkatkan value perusahaan. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melakukan evaluasi atas implementasi Balanced Scorecard sebagai sistem pengukuran kinerja PT. Bank Syariah Mandiri Indonesia. Evalmisf dilakukan untuk mengetahui apakah implementasi Balanced Scorecard pada perusahaan tersebut sudah beijalan sesuai konsep dan teori Balanced Scorecard, serta apakah telah disusun dan diimplementasikan sesuai dengan visi, misi, maupun strategi perusahaan. Hal ini perlu dilakukan karena implementasi Balanced Scorecard pada perusahaan bisnis maupun non bisnis khususnya di Indonesia masih terbilang bam dan dinilai banyak yang belum dapat mengimplementasikan dengan optimal. Untuk itu,
6 penyusunan dan implementasi Balanced Scorecard yang optimal diharapkan dari PT. Bank Syariah Mandiri Indonsia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan Jatar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya. Maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: I. Apakah penyusunan Balanced Scorecard PT. Bank Syariah Mandiri sesuai dengan visi dan misi PT. Bank Syariah Mandiri? 2. Apakah implementasi Balanced Scorecard sudah mendukung strategi PT. Bank Syariah Mandiri? 3. Apakah faktor-faktor keberhasilan penyusunan dan implementasi Balanced Scorecard PT. Bank Syariah Mandiri? 1.3 Tujuan Pcncliti:m Penelitian ini dilakukan untuk mencapai tujuan sebagai berikut: I. Untuk memperoleh bukti empiris tentang penyusunan Balanced Scorecard PT. Bank Syariah Mandiri telah sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Hal ini diperlukan karena pada dasarnya penyusunan Balanced Scorecard adalah penerjemahan visi dan misi perusahaan. 2. Untuk memperoleh bukti empiris bahwa implementasi Balanced Scorecard telah mendukung strategi PT. Bank Syariah Mandiri. Hal ini diperlukan untuk menjelaskan bahwa implementasi Balanced Scorecard telah sesuai dengan strategi perusafiaan dan konsep Balanced Scorecard. 3. Untuk memperoleh bukti empiris tentang faktor-faktor keberhasilan penyusunan dan implementasi Balanced Scorecard PT. Bank Syariah
7 Mandiri. Sehingga diharapkan apabila terdapat faktor-faktor yang belwn menunjang keberhasilan implementasi Balanced Scorecard bisa diperoleh rekomendasinya yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengoptimalkan implementasi Balanced Scorecard-nya. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Kotribusi Praktis. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan bahan perbandingan bagi penelitian berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian tentang Balanced Scorecard, dengan menambah ruang lingkup dan obyek penelitian yang lebih luas dan berbeda. 2. Kotribusi Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai altematif penilaian kinerja perusahaan yang lebih komprehensif dengan pendekatan Balanced Scorecard dan sebagai bahan masukan untuk perbaikan serta. penyempumaan pengukuran kinerja yang telah ada. 3. Kotribusi Kebijakan Diharapkan dengan usulan rekomendasi yanag dihasilkan dari penelitian ini, PT. Bank Syariah Mandiri mampu melakukan langkah-langkah yang tepa! agar investasi yang ditanamkan untuk implementasi sistem ini bisa mencapai tujuannya, yaitu menggunakan Balanced Scorecard untuk mencapai keunggulan strategis bagi perusahaan.