BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelolah berbagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2006

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dapat menikmati hasil pembangunan. Salah satu bukti telah terjadinya

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

BAB I PENGANTAR. sudah dimekarkan menjadi 11 kecamatan. Kabupaten Kepulauan Mentawai yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA. Abstract

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. udang, kakap, baronang, tenggiri, kerang, kepiting, cumi-cumi dan rumput laut yang tersebar

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. seluruh stakeholders untuk memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat melalui kontribusi terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. karena termasuk dalam Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Namun

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

PROFIL KABUPATEN / KOTA

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke periode

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

Transkripsi:

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Blakely, (1989) pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelolah berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut. Tentu saja makna pembangunan daerah tersebut amat tergantung dari masalah fundamental yang dihadapi oleh daerah itu (Lihat Kuncoro, 2004: 110). Pelaksanaan pembangunan daerah harus memanfaatkan aspek-aspek yang secara ekonomi berpotensi untuk dikembangkan. Secara harafiah, potensi ekonomi dalam kerangka pembangunan daerah dapat diartikan sebagai kesanggupan kekuatan dan kemampuan di bidang ekonomi yang dimiliki oleh suatu daerah untuk membangun daerahnya masing-masing. Potensi ekonomi dapat berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, letak geografis daerah yang dekat dengan sarana dan prasarana serta pendukung lainnya (Sudarti, 2009). Menurut Arsyad (2005: 109) tujuan utama pembangunan ekonomi daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan cara peningkatan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat setempat. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah harus mampu membuat prediksi tentang semua potensi sumberdaya yang ada, pemerintah daerah dan 1

2 masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembanguan daerah. Oleh karena itu pemerintah daerah beserta partisispasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumber daya yang ada harus mampu mengeksplorasi potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. Pembangunan sektor kelautan dan perikanan selama ini selalu menjadi sektor pinggiran dalam pembangunan ekonomi nasional. Dengan posisi semacam ini sektor kelautan dan perikanan bukanlah menjadi penentu utama dalam kebijakan pembangunan ekonomi nasional. Kondisi ini menjadi ironis mengingat perikanan dan kelautan memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. Sehingga sangat logis jika kelautan dijadikan tumpuan dalam perekonomian nasional. Peranan sektor kelautan dan perikanan dalam pembangunan nasional terutama adalah mendorong pertumbuhan agroindustri melalui penyediaan bahan baku, meningkatkan devisa melalui peningkatan ekspor hasil produk kelautan dan perikanan, meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani atau nelayan serta menunjang pembangunan nasional. Sejalan dengan itu, maka kebijaksanaan umum pembangunan sektor kelautan dan perikanan harus berorientasi pada peningkatn produktivitas, nilai tambah, perluasan kesempatan kerja dan efisiensi usaha serta peningkatan pendapatan usaha sektor kelautan dan perikanan. Menurut Fauzi (2006: 98) perikanan, seperti halnya sektor ekonomi lainnya, merupakan salah satu aktivitas yang memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan suatu bangsa. Sebagai salah satu sumber daya alam yang bersifat

3 dapat diperbaharui (renewable), pengelolaan sumber daya ini memerlukan pendekatan yang bersifat menyeluruh dan hati-hati. Berdasarkan Undang-undang Nomor 40 tahun 2003, Kabupaten Kepulauan Aru dibentuk menjadi Daerah Otonom. Kabupaten Kepulauan Aru memiliki jumlah penduduk berdasarkan hasil sensus tahun 2000 tercatat sebanyak 63.690 jiwa, di tahun 2012 jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Aru sebanyak 88.899 jiwa, ini mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2011 sebanyak 86.468 jiwa, tahun 2010 84.138 jiwa dan 81.706 jiwa di tahun 2009. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Ada beberapa parameter yang digunakan untuk mengukur adanya pembangunan wilayah. Salah satunya parameter terpenting adalah meningkatnya pendapatan masyarakat, peningkatan lapangan kerja dan pemerataan pendapatan juga sangat terkait dengan peningkatan pendapatan wilayah (Tarigan, 2007: 13) Kemampuan suatu daerah untuk mengelolah potensi ekonominya dapat digambarkan lewat penggunaan indikator-indikator yang paling sering digunakan adalah Produk Domestik Bruto Regional (PDRB). PDRB dapat dibedakan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan berdasarkan hargaharga tahun berjalan, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan berdasarkan harga tahun dasar. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kepulauan Aru

4 merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang menggambarkan kondisi ekonomi satu daerah pada kurun waktu tertentu. PDRB Kabupaten Kepulauan Aru dapat jelaskan pada Tabel dibawah ini. Tabel 1.1 Distribusi Prosentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kepulauan Aru Menurut Harga Konstan 2000, tahun 2009-2012 No Sektor Tahun 2009 % 2010 % 2011 % 2012 % 1 Pertanian 112,485.90 57.02 119,510.88 57.25 124,019.50 56.23 131,364.09 55.92 2 Pertambangan 1,399.99 0.71 1,580.17 0.76 1,757.94 0.80 1,867.78 0.80 3 Industri Pengolahan 538.83 0.27 551.33 0.26 599.35 0.27 615.03 0.26 4 Listrik dan Air Bersih 424.57 0.22 436.45 0.21 454.98 0.21 489.07 0.21 5 Bangunan 2,358.32 1.20 3,014.87 1.44 3,338.06 1.51 3,512.95 1.50 6 Perdagangan, Hotel, restoran 57,490.26 29.14 60,212.94 28.84 65,285.61 29.60 70,104.10 29.84 7 Angkutan/Komunikasi 2,916.42 1.48 3,072.83 1.47 3,187.89 1.45 3,385.64 1.44 8 Bank/Keu/Perum 4,309.77 2.18 4,422.71 2.12 4,553.23 2.06 4,745.09 2.02 9 Jasa - jasa lainnya 15,358.84 7.79 15,949.13 7.64 17,359.78 7.87 18,815.74 8.01 Total 197,282.90 100 208,751.31 100 220,556.34 100 234,899.49 100 Pertumbuhan 5.17 5.81 5.66 6.50 Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2013 Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto atau PDRB pada penghitungan atas dasar harga konstan 2000 menunjukan PDRB Kabupaten Kepulauan Aru dari sisi sektor ekonomi, masih di dominasi oleh sektor pertanian yang mencapai ratarata 56.61 per tahun dari tahun 2009-2012, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, mencapai rata-rata per tahun 29.3 persen, dan selanjutnya dan jasa lainnya yang berkisar diatas 7,8 persen, ketiga sektor tersebut sangat berpengaruh terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Kepulauan Aru. Untuk pertumbuhan ekonominya tahun 2012, mengalami kenaikan sebesar 6.5 persen dengan nilai Rp234,899.49 bila dibandingkan dengan tahun 2011 yang

5 hanya mencapai Rp220,556.34 dengan laju pertumbuhan 5.7 persen, pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan interaksi dari tiap-tiap sektor ekonomi. Sektor perikanan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap PDRB Kabupaten Kepulauan Aru. Seperti yang ditunjukan pada Tabel 1.2. No Tahun Tabel 1.2 Kontribusi PDRB Subsektor Perikanan terhadap PDRB Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2009-2012 PDRB Perikanan (Rp) PDRB Kab. Kepulauan Aru (Rp) Kontribusi % 1 2009 79,033.16 197,282.90 40.06 2 2010 85,316.30 208,751.31 40.87 3 2011 88,897.60 220,556.34 40.31 4 2012 95,040.42 234,899.49 40.46 Rerata 40.42 Sumber : Lampiran 2, diolah Dari tabel di atas tergambarkan rata-rata kontribusi sektor perikanan selama periode 2009-2012 sebesar 40.42 persen, kontribusi terbesar terjadi pada tahun 2010 sebesara 40.87 persen sedangkan kontribusi terendah pada tahun 2009 sebesar 40.06 persen. Hal ini menunjukan kemampuan sumber daya subsektor perikanan yang sangat menjanjikan baik sebagai pemenuhan kebutuhan pangan karena mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, sumber pendapatan maupun penyerapan tenaga kerja. Olehnya itu subsektor perikanan perlu dikembangkan sebagai modal kemampuan daerah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam rangka mendukung pembangunan daerah Kabupaten Kepulauan Aru ke depan. Tabel 1.3 menunjukan pertumbuhan PDRB subsektor perikanan tertinggi

6 pada tahun 2010 mencapai 7.95 persen melebihi pertumbuhan PDRB Kabupaten Kepulauan Aru yang hanya sebesar 5.81 persen, sedangkan pertumbuhan terendah sebesar 4.03 persen pada tahun 2011 bila dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB Kabupaten Kepulauan Aru yang mencapai 5.66 persen. Pada tahun 2012 pertumbuhan subsektor perikanan mencapai angka 6.91 persen, PDRB Kabupaten sebesar 6.50 persen. Rata-rata prosentase pertumbuhan ekonomi subsektor perikanan lebih besar dari prosentase rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten kepulauan Aru selama periode tahun 2009-2012. No Tahun Tabel 1.3 Pertumbuhan Subsektor Perikanan dan PDRB Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2009-2012 PDRB Perikanan (Rp) % PDRB Kab. Kepulauan Aru (Rp) 1 2009 79,033.16 4.34 197,282.90 5.17 2 2010 85,316.30 7.95 208,751.31 5.81 3 2011 88,897.60 4.03 220,556.34 5.66 4 2012 95,040.42 6.91 234,899.49 6.50 Rerata 5.81 5.76 Sumber : Lampiran 2, diolah Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Aru Nomor 34 Tahun 2008 tentang Retribusi Ijin Usaha Perikanan (IUP) dan Peraturan daerah Kabupaten Kepulauan Aru Nomor 35 tahun 2008 tentang Retribusi Pengiriman Hasil Perikanan. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Aru sesuai Tugas Pokok dan Fungsinya bertanggungjawab penuh dalam rangka peningkatan Retribusi Daerah melalui Ijin Usaha Perikanan dan Pengiriman Hasil Perikanan. %

7 Tabel 1.4 Kontribusi Subsektor Perikanan terhadap PAD Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2009-2012 No Tahun Retribusi Perikanan (Rp) PAD Kab. Kepulauan Aru (Rp) Kontribusi % 1 2009 1,665,402,995.00 61,313,470,290.00 2.72 2 2010 1,493,451,500.00 10,139,712,230.00 14.73 3 2011 1,509,981,760.00 24,826,272,093.00 6.08 4 2012 2,043,624,831.00 15,374,804,000.00 13.29 Sumber : BAPEDA Kabupaten Kepulauan Aru, 2013 Pada Tabel 1.4 menunjukan kontribusi subsektor perikanan terhadap PAD terbesar pada tahun 2010 sebesar 14.73 persen, bila dilihat dari jumlah pendapatan maka yang terbesar pada tahun 2012 dengan nilai 2,043,624,831.00 milyar atau kontribusinya sebesar 13,29 persen. Bila dibandingkan kontribusi subsektor perikanan terhadap retribusi daerah maka kontribusi sektor perikanan memberikan kontribusi yang sangat besar mencapai nilai 1,493,451,500.00 milyar dengan kontribusi sebesar 80.07 persen pada tahun 2010 dan yang terendah sebesar 35.57 persen namun nilainya mencapai 2,043,624,831.00 milyar, seperti ditunjukan pada Tabel 1.5. Tabel 1.5 Kontribusi Subsektor Perikanan terhadap Retribusi Daerah Tahun 2009-2012 No Tahun Retribusi Perikanan (Rp) Retribusi Daerah (Rp) Kontribusi % 1 2009 1,665,402,995.00 3,244,281,795.00 51.33 2 2010 1,493,451,500.00 1,715,315,288.00 87.07 3 2011 1,509,981,760.00 2,969,648,767.00 50.85 4 2012 2,043,624,831.00 5,746,150,000.00 35.57 Sumber : BAPEDA Kab. Kepulauan Aru, 2013

8 Pada laju pertumbuhan subsektor perikanan dan PAD Kabupaten Kepulauan Aru mengalami pasang surut seperti yang digambarkan pada Tabel 1.6. bahwa pertumbuhan tertinggi di sektor perikanan terjadi pada tahun 2012 mencapai 35.34 persen dengan nilai sebesr 2.043.624.831 milyar. Sementara laju pertumbuhan PAD Kabupaten Kepulauan Aru periode 2009-2012 mencapai angka 144.84 persen dengan nilai 24.826.272.093 milyar di tahun 2011, bila dibandingkan tahun 2010 dan 2012 yang mengalami pertumbuhan yang negatif sebesar -83.46 persen dan -35.07 persen. Tabel 1.6 Laju Pertumbuhan Subektor Perikanan terhadap PAD Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2009-2012 No Tahun Retribusi Perikanan (Rp) % PAD Kab. Kepulauan Aru (Rp) 1 2009 1,665,402,995.00 61,313,470,290.00 % 2 2010 1,493,451,500.00 (10.32) 10,139,712,230.00 (83.46) 3 2011 1,509,981,760.00 1.11 24,826,272,093.00 144.84 4 2012 2,043,624,831.00 35.34 15,374,804,000.00 (38.07) Sumber : BAPEDA Kab. Kepulauan Aru, 2013 Ekspor hasil perikanan selama periode 2009 2012 mengalami pertumbuhan yang sangat besar dengan nilai yang sangat signifikan. Tabel 1.7 menunjukan bahwa pertumbuhan ekspor hasil perikanan Kabupaten Kepulauan Aru sangat tinggi di tahun 2010 dengan laju pertumbuhan 180.73 persen. Sementara tahun 2011 dan 2012 mengalami pertumbuhan masing-masing 21.85 persen dan 30.84, namun mempunyai nilai yang sangat besar yaitu 36.424.923,20 $ dan 46.941.15,05 $ bila dibandingkan dengan nilai di tahun 2010 yang hanya

9 mencapai 24.026.105,48 $. Hal ini menujukan bahwa sumber daya perikanan bukan hanya diminati oleh dalam masyarakat dalam negeri saja tetapi juga sangat disukai dan minati oleh masyarakat dan kalangan pengusaha internasional. Sumber daya perikanan sangat prospek untuk dijadikan lahan bisnis, karena dapat diolah bukan hanya dalam bentuk hidangan cepat saji tetapi juga dapat dikemas dalam bentuk obat-obatan maupun cinderamata perikanan yang sangat berharga. Tabel 1.7 Pertumbuhan Ekspor Subsektor Perikanan Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2009-2012 No Tahun Hasil Perikanan Pertumbuhan Jumlah (Kg) Nilai (US $) % 1 2009 17,313,921.00 6,135,689.30-2 2010 48,606,106.00 24,026,105.48 180.73 3 2011 59,226,136.00 36,424,923.20 21.85 4 2012 77,493,879.00 46,941,125.05 30.84 Sumber : DKP Kabupaten Kepulauan Aru, 2013 Tingginya daya serap tenaga kerja di subsektor perikanan perlu diimbangi dengan pengembangan sumber daya manusia di bidang kelautan dan perikanan. Pengembangan ini memiliki peranan strategis dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya kelautan dan perikanan dan dilaksanakan melalui bidang pendidikan, pelatihan dan penyuluhan. Keadaan perkembangan tenaga kerja di Kabupaten Kepulauan Aru seperti yang ditunjukan pada Tabel 1.8, di mana sektor pertanian memberikan kontribusi yang sangat besar dan mengalami peningkatan selama periode 2009-2012. Kontribusi terbanyak terjadi pada tahun 2012 mencapai angka 2.541 orang atau 50.21 persen dari total tenaga kerja Kabupaten Kepulauan Aru yang berjumlah

10 5.061 orang. Kemudian disusul dengan sektor bangunan dan jasa-jasa lainnya, masing-masing sebanyak 850 orang (16.80 persen) dan 465 orang atau 9.19 persen. No Tabel 1.8 Distribusi Tenaga Kerja Kabupaten Kepulauan Aru Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun 2009-2012 Sektor Tahun 2009 % 2010 % 2011 % 2012 % 1 Pertanian 654 37.35 801 39.77 943 41.09 2,541 50.21 2 Pertambangan 140 8.00 180 8.94 201 8.76 218 4.31 3 Indsutri Pengolahan 120 6.85 142 7.05 156 6.80 182 3.60 4 Listrik dan Air Bersih 35 2.00 38 1.89 45 1.96 240 4.74 5 Bangunan 240 13.71 258 12.81 308 13.42 850 16.80 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 134 7.65 148 7.35 160 6.97 191 3.77 7 Angkutan/Komunikasi 235 13.42 240 11.92 258 11.24 269 5.32 8 Bank/Keuangan 46 2.63 52 2.58 65 2.83 105 2.07 9 Jasa-jasa lainnya 147 8.40 155 7.70 159 6.93 465 9.19 Total 1,751 100 2,014 100 2,295 100 5,061 100 Sumber : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2013 Perencanaan dan penganggaran yang berkualitas dan tepat merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Untuk Alokasi anggaran Dinas Kelauatan dan Perikanan seperti ditujukan pada Tabel 1.9, distribusi prosentase anggaran Dinas Kelautan dan Perikanan selama periode 2009-2012. Kurang lebih 42 % anggaran tersebut telah digunakan untuk program non fisik sedangkan 68 % telah digunakan untuk kegiatan fisik berupa peningkatan sarana dan prasarana perikanan.

11 Tabel 1.9 Distribusi Prosentase Anggaran Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2009-2012 No Tahun Anggaran DKP (Rp) APBD (Rp) % 1 2009 15,198,969,477.00 393,999,569,000.00 3.86 2 2010 7,350,630,076.00 462,967,518,534.00 1.59 3 2011 6,453,421,355.00 466,872,142,348.00 1.38 4 2012 12,892,727,412.00 455,200,547,496.00 2.83 Sumber : BAPEDA Kabupaten Kepulauan Aru, 2013 Perencanaan dan penganggaran yang telah disusun dalam bentuk rencana kerja yaitu pada tahun 2012 tercatat sebanyak 15 program dan 38 kegiatan, untuk sebanyak 11 program dan 27 kegiatan di tahun 2011, di tahun 2010 dilaksanakan 11 program dan 27 kegiatan, serta 22 kegiatan dan 11 program dilaksanakan di tahun 2009. Program-program dan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan merupakan implementasi dari strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Kepulauan Aru. Selanjutnya dengan ditetapkan Paraturan Menteri Kalutan dan perikanan Nomor PER.01/MEN/2009 tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia (WPPI), maka Kabupaten Kepulauan Aru berada pada WPPI 718 yang meliputi laut arafura dan Laut Aru seluas ±180.000 km², memiliki potensi perikanan sebesar 1,6 juta ton dengan JTB sebesar 765.060 ton/tahun. Pengelolaan dan pemanfaatn potensi perikanan yang merupakan kewenangan daerah otonom kabupaten/kota (0-4 mil), maka potensi perikanan Kabupaten Kepulauan Aru di perkirakan sebesar 516.800 ton dengan JTB sebesar 205,944,80 ton/tahun. Pertumbuhan produksi perikanan Kabupaten Kepulauan Aru selama

12 periode 2009-2012 yaitu pemanfaatan potensi perikanan Kabupaten Kepulauan umumnya masih didominasi oleh usaha perikanan tangkap yakni sebesar 84,23 persen, usaha budidaya perikanan sebesar 22,51 persen, pengolahan hasil perikanan sebesar 4,26 persen. Tabel 1.10 menunjukan pertumbuhan produksi hasil perikanan baik tangkap maupun budidaya di Kabupaten Kepulauan Aru setiap tahun mengalami kenaikan. Produksi perikanan umumnya berasal dari penangkapan ikan yang bersumber dari pengolahan hasil perikanan/pasca panen periode tahun 2009-2012. Pemanfaat potensi perikanan selama 2012 sebesar 86.111 ton/tahun sekitar 41.8 persen dari jumlah tangkapan yang diperbolehkan. Tabel 1.10 Pertumbuhan Produksi Perikanan Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2009-2012 No Tahun Produksi (ton) Nilai (Rp) % 1 2009 61,713.89 408,883,950,000.00 21.66 2 2010 65,055.52 485,324,168,000.00 5.41 3 2011 74,357.46 665,628,629,000.00 14.30 4 2012 86,118.00 675,541,500,000.00 15.82 Sumber : DKP Kabupaten Kepulauan Aru, 2013 Kelemahan dari penggunaan armada kecil antara lain para nelayan memiliki hari layar yang singkat (one day fishing), daya tampung ikan hasil tangkapan yang kecil, kualitas ikan yang kurang terjaga atau tingginya tingkat kehilangan mutu (losses) yang berakibat pada daya jual yang rendah sedangkan biaya produksi terus meningkat. Kelemahan tersebut sangat berpengaruh terhadap pendapatan nelayan dan produksi nelayan untuk perlu adanya penerapan teknologi modern bagi armada penangkapan, alat penangkapan dan pengetahaun nelayan sendiri.

13 Tahun Tabel 1.11 Perahu/Kapal Motor Penangkap Ikan Menurut Jenis Tahun 2009-2012 Perahu Tanpa Motor Motor Tempel Kapal Motor 2009 2214 1261 1605 2010 2069 1199 1549 2011 1798 1028 1308 2012 1565 882 1125 Sumber : DKP kabupaten Kepulauan Aru, 2013 Produktivitas para nelayan Kabupaten Kepulauan Aru hingga saat ini masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan penggunaan armada perikanan yang masih didominasi kapal berukuran kecil, yaitu perahu tanpa motor, perahu motor tempel dan kapal ikan berukuran 0,5 sampai 7 Gross Tonnage (GT). Seperti yang ditunjukan Tabel 1.11 di atas. Alat penangkapan merupakan sarana pendukung utama yang digunakan untuk produksi hasil tangkapan nelayan. Untuk alat penangkapan ikan yang sering digunakan dapat ditujukan pada Tabel 1.12 dibawah ini. Tabel 1.12 Alat Penangkapan Ikan Kabupaten Kepulauan Aru Menurut Jenis Tahun 2009-2012 Jenis Tahun 2009 2010 2011 2012 Pukat Udang 124 154 179 218 Pukat Ikan 80 99 116 160 Jaring Insang 1990 2770 3193 3250 Jaring Angkat 691 1376 1608 1659 Pancing 4750 5640 6583 6643 Alat Pengumpul Kerang 4453 5530 6038 6089 Sero 348 441 513 565 Pengumpul Rumput Laut 49 70 81 120 Bubu 1041 1786 2.057 2.119 Lain-lain 3204 4497 4881 4.943 Sumber : DKP Kabupaten Kepulauan Aru, 2013

14 Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Jumlah nelayan dan kelompok nelayan di Kabupaten Kepulauan Aru pada tahun 2012 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya namun pada tahun 2010 jumlah nelayan mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan dengan jumlah nelayan pada tahun 2009 seperti yang ditunjukan pada Tabel 1.13. Tabel 1.13 Nelayan dan Kelompok Nelayan Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2009-2012 Tahun Nelayan Kelompok Nelayan 2009 13.403 2.219 2010 13.876 2.611 1011 17.982 2.943 2012 18.039 3.044 Sumber : DKP Kabupaten Kepulauan Aru, 2013 Terdapat sejumlah tantangan dan permasalahan mendasar bagi Indonesia jika ingin berpaling membangun ekonomi berbasis kelautan dan perikanan. Persoalan yang harus dipecahkan mulai dari identifikasi dan pemanfaatan sumberdaya kelautan, manajemen pemerintah melalui peraturan dan birokrasi, penurunan nilai investasi serta kompleksitas permasalahan perikanan yakni sumber daya ikan yang kian kritis akibat menurunnya areal penangkapan, kondisi cuaca dan iklim yang tidak menentu, tingkat pengetahuan dan peralatan nelayan dan kualitas produk perikanan yang dihasilkan. Untuk menjawab segala tantangan dan permasalahan tersebut, pemerintah perlu melakukan usaha yang lebih signifikan guna menjadikan sektor kelautan dan perikanan sebagai tulang punggung pembangunan ekonomi bangsa. Dengan adanya dukungan semua pihak serta usaha yang lebih

15 komprehensif dan nyata dari pemerintah, diharapkan sektor kelautan dan perikanan mampu menjadi sektor basis yang menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi negara. Pertumbuhan tersebut akan menciptakan efek pengganda (multiplier effect) yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan negara secara keseluruhan serta memacu pertumbuhan sektor-sektor lainnya. Dengan demikian mengacu pada latar belakang, penulis mencoba merumuskan beberapa permasalahan: (1) seberapa besar kontribusi sektor perikanan terhadap pembangunan ekonomi regional Kabupaten Kepulauan Aru; (2) seberapa besar basis ekonomi atau sektor unggulan, yang dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan; (3) berapa besar produksi perikanan (hasil tangkapan) yang didapatkan oleh para nelayan di Kabupaten Kepulauan Aru. 1.2 Keaslian Penelitian Fokus penelitian ini untuk melihat potensi atau basis sektor ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan hasil tangkapan nelayan yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi regional Kabupaten Kepulauan Aru. Adapun beberapa penelitian sebelumnya mengenai basis ekonomi dan faktor produksi hasil perikanan adalah sebagai berikut. Putra dan Kartika (2013) melakukan penelitian tentang analisis sektorsektor potensial dalam menentukan prioritas pembangunan di Kabupaten Badung, dengan menggunakan alat analisis yaitu Location Quotient (LQ), Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dan Analisis overlay. Hasil penelitiannya bahwa sektor dominan di Kabupaten Badung adalah sektor bangunan, perdagangan, hotel dan restoran dan sektor pengangkutan dan komunikasi.

16 Papaioannou, dkk (2012) meneliti tentang pengembangan dan penggunaan basis data spasial untuk kemajuan dan karakterisasi sektor perikanan skala kecil Jerman Baltic. Database yang digunakan mengenai teknis spesifikasi kapal SSF (panjang kapal, tenaga mesin dll), jangkuan operasional, spesies sasaran utama, lahan perikanan, pelabuhan pendaratan, volume dan harga pendaratan. Model analisinya yaitu model Perikanan Skala Kecil (SSF) Sistem Informasi Geografis (GIS). Hasil analisis menunjukkan karakterisasi keadaan Jerman Baltic SSF untuk tahun 2008 memberikan gambaran rinci dan keterkaitan antara: ukuran armada, karakteristik teknis kapal, distribusi pelabuhan perikanan, sasaran utama spesies, kisaran operasi sektor ini, distribusi pendaratan per daerah penangkapan (ICES Rectangle), berat dan harga dari pendaratan per pelabuhan. Penelitian yang dilakukan Erawati dan Yasa (2011) tentang analisis pola pertumbuhan ekonomi dan sektor potensial Kabupaten Klunkungan, dengan alat analisis yang digunakan berupa Location Quotient (LQ), Model Rasio Pertumbuhan (MRP), Analisis overlay dan Rasio Penduduk Pengerjaan (RPP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pertumbuhan ekonomi Kabupaten Klunkung periode 2008-2010 berada pada zona daerah makmur yang sedang. Sektor ekonomi yang potensial dikembangkan, yaitu sektor bangunan dan jasajasa. Peluang kesempatan kerja yang diciptakan sektor bangunan rata-rata hanya 3.01 persen dan sektor jasa rata-rata 5.96 persen. Fauziyah, Agustriani, dan Afridanelly (2011) melakukan penelitian di pelabuhan perikanan nusantara (PPN) Sungailiat Provinsi Bangka Belitung tentang model produktivitas hasil tangkapan bottom gillnet. Faktor-faktor yang

17 diduga berperan dalam meningkatkan produktivitas hasil tangkapan adalah trip penangkapan, ukuran mesin kapal (GT), jumlah bahan bakar (BBM), ukuran alat tangkap dan tenaga kerja (ABK). Metoda ekonometrika yang digunakan model regresi linier. Hasil penelitiannya bahwa model terbaik menggunakan pendekatan persamaan regresi linier dengan metoda backward analysis regression yaitu Y= 2.517.314 + 214.110X1 + 304.646X2, untuk itu menjadi tolok ukur produktivitas hasil tangkapan bottom gillnet adalah jumlah trip (X₁) dan GT kapal (X₂). Penelitian yang dilakukan Setyowijanarko (2010) mengenai peranan subsektor perikanan dalam pembangunan perekonomian Kabupaten Belitung dengan metoda analisis yang digunakan adalah kontribusi terhadap PDRB, PAD, ekspor, tenaga kerja yang terserap serta analisis LQ, MRP dan regresi cross section faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksi nelayan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subsektor perikanan mempunyai kontribusi rata-rata terhadap PDRB sebesar 18.25 persen, PAD sebesar, 1.59 persen, ekspor, 0.07 persen daya serap tenaga kerja, 10.54 persen. Subsektor perikanan merupakan sektor unggulan dan basis ekonomi yang bisa dikembangkan lebih lanjut. Regresi cross section menunjukkan bahwa ukuran kapal dan jumlah pancing tidak signifikan mempengaruhi hasil produksi, sedangkan jumlah bubu, jumlah ABK dan waktu melaut signifikan mempengaruhi hasil produksi nelayan. Akanni (2008) melakukan penelitian tentang tingkat produksi penangkapan dan tingkat penanaman modal nelayan artisanal di Lagos State, Nigeria. Dalam tiga dekade terakhir, pasokan ikan di pasar Nigeria terus menurun disebabkan tingkat tangkapan yang rendah akibat penggunan teknik penangkapan yang

18 bersifat tradisional dan faktor terkait lainnya. Data kuisioner sebanyak 222, terdiri dari 120 nelayan kapal tanpa motor (MPF) dan 102 nelayan menggunakan kapal dengan motor (MF). Hasil penelitian dengan statistik deskriptif dan probit model rata-rata tangkapan mingguan untuk operator MPF adalah 26.1 kg, yang hanya mewakili 41.0 persen dari 64.1 kg operator MF. Tingkat pendidikan nelayan, jarak memancing, tingkat menangkap ikan, fasilitas kredit yang tersedia, jumlah kontak dengan penyuluh dan jenis kelamin berpengaruh dalam penggunaan teknologi perikanan. Penelitian yang dilakukan mukhlisa (2006) mengenai optimalisasi pengembangan usaha perikanan di Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan. Alat analisis yang digunakan yaitu metoda ekonometrika regresi linear berganda. Hasilnya menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi adalah ukuran kapal (X₁), kekuatan mesin (X₂), konsumsi bahan bakar (X₃), panjang jaring (X₄), tinggi jarring (X₅), jumlah ABK (X₆) dan jumlah lampu (X₇). Hasil penelitian secara parsial, kekuatan mesin (X₂), panjang jaring (X₄), dan jumlah lampu (X₇). yang memberikan pengaruh nyata dan signifikan terhadap produksi mini purse seine pada α 5 persen. Penelitian yang dilakukan Suharso (2006) mengenai elastisitas produksi perikanan tangkap kota tegal, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai elastisitas melalui analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dan untuk analisis kuantitatif menggunakan program computer SPSS. Hasil penelitian menjelaskan bahwa model ketiga dengan tujuh variabel bebas nilai R2 = 0,78. Model kedua dengan tiga variabel bebas dengan R2 = 0,43 dan model pertama dengan satu

19 variabel bebas nilai R2 = 0,032. Ketiganya berpengaruh nyata terhadap produksi perikanan laut Kota Tegal pada taraf kepercayaan 95%. Dibandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu, maka penelitian ini memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaan terletak pada alat analisis yang digunakan yaitu Location Quotient (LQ), Model Rasio Pertimbuhan (MRP), overlay, Rasio Penduduk-Pengerjaan (RPP) dan metoda ekonometrika dan beberapa variabel pendukung sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penggabungan alat analisis yang digunakan, variabel produksi ikan (hasil tangkapan) di Kabupaten Kepulauan Aru, lokasi penelitian, dan data penelitian. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut. 1. Menganalisis sektor basis ekonomi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kepulauan Aru. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan nelayan di Kabupaten Kepulauan Aru. 1.3.2 Manfaat penelitian Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah. 1. Sebagai bahan kajian bagi Pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru, khususnya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Aru, dalam rangka meningkatkan kontribusi subsektor perikanan terhadap pembangunan ekonomi regional Kabupaten Kepulauan Aru.

20 2. Penelitian ini diharapkan dapat membantu dinas kelautan dan perikanan dalam menyusun arah kebijakan dan rencana strategi ke depan. 3. Sebagai bahan referensi serta informasi bagi peneliti selanjutnya, khususnya penelitian di Kabupaten Kepulauan Aru Provinsi Maluku. 1.4 Sistematika Penulisan Sistematikan penulisannya adalah sebagai berikut: BAB I pengantar menggambarkan latar belakang, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II tinjauan pustaka dan alat analisis menguraikan tinjauan pustaka, landasan teori, metoda penelitian dan alat analisis yang digunakan. BAB III hasil dan pembahasan menjelaskan tentang cara penelitian, hasil analisis dan pembahasan. BAB IV kesimpulan dan saran berisikan kesimpulan hasil analisis dan saran-saran dalam perumusan arah kebijakan dan rekomendasi sesuai temuan penelitian.