BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan orang-orang hanya melihat dari kulit luar semata. Lebih

MAKNA HIDUP PADA MANTAN PENGGUNA NAPZA. Oleh : Junaiedi

BAB I PENDAHULUAN. dan obat-obatan terlarang). Kepolisian dan masyarakat, sekarang sedang gencargencarnya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang memiliki jalan dan cara masing-masing dalam menjalani,

BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP. spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar diri tetap terjaga.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. dicintai, dapat lebih memaknai kehidupannya dan memiliki perasaan. yang mengalami penderitaan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah

BAB II LANDASAN TEORI. Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dihindari. Penderitaan yang terjadi pada individu akan mengakibatkan stres dan

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol

BAB 1 PENDAHULUAN. Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang

BAB I PENDAHULUAN. ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba, khususnya di Indonesia, saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan narkoba di Indonesia akhir-akhir ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Menurut Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya mengalami suatu proses perkembangan. Ia

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Tingkat Kebersyukuran Orang Tua yang Memiliki

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purpose in life). Bila hal itu berhasil


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Lieben und arbeiten, untuk mencinta dan untuk bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. selalu bergerak di luar sadar manusia. Artinya, manusia tidak sadar akan menderita

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat, secara garis besar masalah kesehatan jiwa. Masalah psikososial membutuhkan kemampuan penyesuaian dan

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. adiktif). Guna menanggulangi hal tersebut maka para pelaku pelanggaran

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. murid-murid dengan baik dan hasilnya tidak mengecewakan. Diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam diri manusia, dibuktikan dengan kata mutiara kesehatan bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun

BAB I PENDAHULUAN. Penyalahgunaan dan ketergantungan NAZA (Narkotika, alkohol dan zat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun elektronik sering menunjukkan adanya kasus penyalahgunaan NAPZA.

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari paksaan fisik, orang yang tidak dirampas hak-haknya, orang yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Unconditional Self-Acceptance (USA). USA yang timbul dari penilaian individu

Pengertian Bimbingan dan Konseling? Bimbingan dan Konseling adalah bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada semua siswa baik secara perorang

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan berbagai macam jenis obat dan zat adiktif atau yang biasa disebut

Rencana Kerja dan Sinkronisasi Pusat Daerah Bidang Rehabilitasi BNN. Deputi Rehabilitasi BNN

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan dapat menimpa siapa saja, baik laki- laki maupun perempuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan suatu proses perkembangan antara masa anakanak

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA KLIEN REHABILITASI NARKOBA DI POLI NAPZA RSJ SAMBANG LIHUM

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. kecanduan internet merupakan ketergantungan psikologis pada internet, apapun

BAB I 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengguna Narkoba. Pengguna napza atau penyalahguna napza adalah individu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

# kasus terbanyak ditemukan pada kelompok risiko tinggi termasuk pengguna narkoba suntik (penasun), pekerja seks dan pasangan/ pelanggannya, homoseksu

MAKNA HIDUP. Nama : Chitra Perdana S. NPM :

Judul : Makna Hidup Penyandang Cacat Tunanetra yang Berprofesi Sebagai Tukang Pijat. ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan fungsi mental berupa frustasi, defisit perawatan diri, menarik diri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang (developing

BAB I PENDAHULUAN. Makna hidup (the meaning of life) adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan masyarakatnya. Kondisi masyarakat yang sehat dan cerdas akan. tantangan global di masa kini dan di masa yang akan datang.

BAB V PENUTUP. kepada pihak-pihak terkait dengan penemuan makna hidup pasien gagal ginjal

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

STUDI KASUS REMAJA GANGGUAN PENYALAHGUNAAN ZAT AMPHETAMINE ABUSE DI JAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI. logoterapi. Kata logoterapi berasal dari kata logos yang artinya makna

BAB I. mengatakan DKI Jakarta merupakan kota dengan kasus penyalahgunaan. narkoba terbesar di Indonesia. Tingkat prevalensi penyalahgunaan narkoba di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergaulan dalam hidup masyarakat merupakan hubungan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) kian mengerikan sekaligus memprihatinkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ribu orang di seluruh Indonesia, hingga Oktober 2015 jumlah narapidana

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk dilaksanakan bagi pengguna narkoba. Zat yang terkandung dalam obat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA

Transkripsi:

12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup Kebermaknaan hidup merupakan tujuan yang harus dicapai oleh setiap individu. Ketidakmampuan manusia dalam mencapai makna dalam hidupnya akan menimbulkan dampak psikologis yang negatif, dan diantara dampak tersebut adalah sulit merasakan kebahagiaan, merasa hidupnya hampa dan kosong, depresi bahkan dapat menuju tindakan bunuh diri (Safaria, 2008). Kebermaknaan hidup disini dimaksud untuk menjelaskan segala sesuatu mengenai makna hidup. Frankl (2003) menyatakan bahwa, makna hidup adalah sesuatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Kehidupan akan memuaskan dan individu akan mampu mengatasi berbagai kesulitan dan masalah dalam hidupnya apabila kehidupannya memiliki makna. Bastaman (2007) menyatakan bahwa, kebermaknaan hidup adalah hal-hal yang dianggap penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi individu, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan dan diyakini sebagai suatu yang benar serta dapat dijadikan tujuan. Apabila hal itu berhasil dipenuhi akan menyebabkan individu merasakan 12

13 kehidupan yang berguna, berharga dan berarti yang pada akhirnya akan menimbulkan kebahagiaan. Kebermaknaan hidup ternyata ada dalam kehidupan itu sendiri, dan dapat ditemukan dalam setiap keadaan yang menyenangkan, tak menyenangkan, keadaan bahagia, dan penderitaan. Ungkapan seperti makna dalam derita atau hikmah dalam musibah menujukkan bahwa, dalam penderitaan sekalipun kebermaknaan hidup tetap dapat ditemukan. Sebaliknya, ketidakmampuan manusia dalam mencapai kebermakna dalam hidupnya akan menimbulkan dampak psikologis yang negatif. Dampak tersebut antara lain: sulit merasakan kebahagiaan, merasa hidupnya hampa dan kosong, depresi hingga menuju tindakan bunuh diri. Ketidakberhasilan menemukan dan memenuhi kebermaknaan hidup akan menimbulkan penghayatan hidup tanpa makna, hampa, gersang, merasa tak memiliki tujuan hidup, merasa hidupnya tak berarti, bosan dan apatis (Bastaman, 2007). Jadi kebermaknaan hidup merupakan suatu dorongan yang dimiliki oleh individu yaitu, kehendak untuk memaknai hidupnya. Pencarian kebermaknaan hidup individu merupakan kekuatan utama dalam hidupnya, makna tersebut bersifat unik dan spesifik yang dapat ditemukan oleh individu itu sendiri. 2. Proses Pencapaian Kebermaknaan Hidup

14 Proses pencapaian kebermaknaan hidup inimerupakan tahapan kegiatan seseorang dalam mengubah penghayatan hidup tidak bermakna menjadi bermakna (Bastaman, 2007). Ada beberapa tahap untuk mencapai kebermaknaan hidup menurut Bastaman (2007) yaitu: a. Tahap derita dan penghayatan hidup tanpa makna Pada tahap ini, individu berada dalam kondisi hidup yang tidak bermakna. Bisa jadi ada peristiwa tragis atau kondisi yang tidak menyenangkan, seperti sakit, nista, dosa, bahkan maut. b. Tahap penerimaan diri Pada tahap ini, seseorang yang sebelumnya menderita, melakukan evaluasi terhadap diri sehingga mampu memahami diri serta mampu menerima dan merubah sikapnya. Pemahaman diri merupakan meningkatnya kesadaran atas buruknya kondisi diri pada saat ini dan keinginan kuat untuk melakukan perubahan ke arah kondisi yang lebih baik. Dengan pemahaman diri ini, seseorang menjajaki aspek kehidupan pribadi, antara lain mengenali kelemahan dan kelebihan pribadi (tubuh, penampilan, sikap, bakat, pemikiran) dan lingkungannya (keluarga, tetangga, pekerjaan, masyarakat). Selain itu, ia menyadari keinginan-keinginannya dan merumuskannya dengan lebih jelas, mengenai cita-cita dan keinginan di masa mendatang. Setelah seseorang memahami dirinya, maka seiring dengan itu, ia akan mengubah sikapnya yaitu dari semula yang tidak tepat

15 menjadi lebih tepat dalam menghadapi masalah, kondisi hidup dan musibah yang tidak terelakkan. c. Tahap penemuan makna hidup Setelah pemahaman diri, proses selanjutnyaadalah tahapan penemuan makna hidup yang terdiri dari komponen penemuan makna hidup dan penemuan tujuan hidup. Makna hidup biasanya tersirat dan tersembunyi dalam kehidupan, sehingga perlu dipahami metode dan cara-caranya. Bastaman (2007) menyatakan bahwa dalam kehidupan ini terdapat empatbidang kegiatan yang secara potensial mengandung nilai-nilai yang memungkinkan seseorang menenemukan makna hidup didalamnya, apabila nilai-nilai itu diterapkan dan dipenuhi. Keempat nilai tersebut yaitu: 1) Nilai-nilai kreatif Nilai kreatif,yaitu kegiatan berkarya, bekerja, menciptakan serta melaksanakan tugas dan kewajiban sebaikbaiknya dengan penuh tanggungjawab. Menemukan suatu pekerjaan dan meningkatkan keterlibatan pribadi terhadap tugas serta berusaha untuk mengerjakannya dengan sebaik-baiknya. Sehubungan dengan itu perlu dijelaskan pula bahwa pekerjaan hanyalah merupan sarana yang memberikan kesempatan untuk menemukan dan mengembangkan kebermaknaan hidup, kebermaknaan hidup tidak terletak pada pekerjaan tetapi lebih bergantung pada pribadi yang bersangkutan, dalam hal ini sikap

16 positif dan mencintai pekerjaan itu serta cara bekerja yang mencerminkan keterlibatan pribadi pada pekerjaan. 2) Nilai-nilai penghayatan Nilai penghayatan, yaitu keyakinan dan penghayatan akan nilai-nilai kebenaran, kebajikan, keindahan, keimanan dan keagamaan, serta cinta kasih. Menghayati dan meyakini suatu nilai dapat menjadikan seseorang berarti hidupnya. Tidak sedikit orang-orang yang merasa menemukan arti hidupnya dari agama yang diyakininya. 3) Nilai-nilai bersikap Nilai bersikap, yaitu menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin dielakkan lagi. Sikap menerima dengan penuh ikhlas dan tabah hal-hal tragis yang tidak dapat dielakkan lagi dapat mengubah pandangan kita dari yang semula diwarnai penderitaan semata-mata menjadi pandangan mampu melihat makna dan hikmah dari penderitaan itu. Penderitaan memang dapat memberikan makna dan berguna apabila kita dapat mengubah sikap terhadap penderitaan itu menjadi lebih baik lagi. Ini berarti bahwa dalam keadaan bagaimanapun (sakit, nista, dosa, bahkan maut) makna hidup masih dapat ditemuka, asalkan saja dapat mengambil sikap yang tepat dalam menghadapinya.

17 4) Nilai-nilai pengharapan Harapan merupakan keyakinan akan terjadinya hal-hal yang baik atau perubahan yang menguntungkan di kemudian hari. Harapan dapat memberi solusi dan peluang serta tujuan baru yang menjanjikan sehingga dapat menimbulkan semangat dan optimisme. Pengharapan mengandung makna hidup karena adanya keyakinan akan terjadinya perubahan yang lebih baik, ketabahan menghadapi keadaan buruk dan sikap optimisme menyongsong masa depan. Jadi, dari realisasi 4 nilai tersebut, mantan pecandu narkoba yang menjadi konselor adiksi dapat menemukan makna dalam hidupnya d. Tahap realisasi makna Apabila makna hidup telah dipahami dan ditemukan, maka individu akan mengetahui hal yang berarti dalam hidupnya dan bermanfaat bagi dirinya sendiri. Hal selanjutnya yang mesti dilakukan adalah memenuhi makna tersebut dengan menerapkan dan merealisasikanya. Dalam tahap ini individu memiliki semangat hidup kerja yang meningkat dan dengan penuh kesadaran membuat komitmen untuk melakukan aktivitas yang lebih terarah. Tahap realisasi makna ini terdiri dari komponenkeikatan diri, kegiatan terarah dan pemenuhan makna hidup.

18 Keikatan diri merupakan individu yang bertekad untuk memenuhi makna dengan mencoba merealisasikannya dalam kegiatan. Komitmen yang kuat akan membawa individu pada pencapaian makna hidup yang lebih mendalam. Keikatan diri ini merupakan hal yang prinsip yang mudah dikatakan tapi sulit dilakukan. Oleh karena itulah, hal ini juga diikuti dengan melakukan kegiatan terarah untuk memenuhi makna hidup dan tujuan hidup yang telah ditetapkan. Kegiatan terarah ini biasanya berupa pengembangan bakat, kemampuan, keterampilan dan berbagai potensi lainnya. Setelah adanya komitmen dan kegiatan terarah, maka secara tidak langsung seseorang akan memenuhi makna atau tujuan yang ia tetapkan dalam hidupnya dan memperjuangkannya agar dapat tercapai. e. Tahap penghayatan hidup bermakna Setelah melewati tahapan-tahapan sebelumnya, maka individu akan merasakan perubahan kondisi hidup yang lebih baik dan dapat mencapai kebermaknaan hidupnya sehingga merasakan kebahagiaan sebagai efek sampingnya. Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa, ada 5 tahap yang dilewati individu untuk mencapai kebermaknaan hidup yaitu: tahap derita dan penghayatan hidup tanpa makna, tahap penerimaan diri, tahap

19 penemuan makna hidup, tahap realisasi makna dan tahap penghayatan hidup bermakna B. Mantan Pecandu Narkoba yang Menjadi Konselor Adiksi 1. Mantan Pecandu Narkoba Menurut Fitriani, dkk. (2011) penggunaan narkoba secara terus menerus akan menyebabkan kecanduan (addiction), menurutnya kecanduan pada pengguna narkoba adalah suatu proses yang berkesinambungan, biasanya dimulai dari rasa ingin tahu pada narkoba sampai pada tahap kompulsif, dimana kebutuhan untuk mengkonsumsi narkoba menjadi kebutuhan psikologis dan fisiologis bagi penggunanya. Konsep dari pengguna atau pecandu narkoba adalah, pola maladaptif dari pemakaian narkoba yang secara klinis membuat individu menjadi stress dan mempunyai keterbatasan-keterbatasan dalam memenuhi perannya sebagai individu, rentan terhadap bahaya, melanggar UU, dan menyebabkan munculnya konflik sosial maupun interpersonal. Bagi orang yang telah lama menggunakan narkoba, biasanya akan timbul rasa jenuh dan memiliki keinginan untuk berhenti (Fitriani, dkk., 2011). Mantan pecandu narkoba adalah individu pengguna narkoba yang sedang melewati proses berhenti dari kebiasaan mengkonsumsi narkoba, dimulai ketika merasa malu dan bersalah, baik dengan keluarga maupun lingkungan, karena telah mengetahui kebiasaan buruknya. Pada saat itulah biasanya pengguna narkoba akan menyadari konsekuensi negatif

20 yang ditimbulkan oleh narkoba, kemudian masuk ke panti rehabilitasi (Fitriani, dkk., 2011). Sedangkan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Utami, 2014) mantan berarti eks atau bekas. Pada Pasal 58 UU Narkotika dikatakan bahwa mantan pecandu narkoba adalah orang yang telah sembuh dari ketergantungan terhadap narkoba secara fisik maupun psikis. Pecandu atau pengguna dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Lesmana & Valentina, 2015) adalah pemakai/penggemar. Menurut istilah narkotika pecandu diartikan sebagai addict, yaitu orang yang sudah menjadi budak dari obat, dan tidak mampu lagi menguasai dirinya maupun melepaskan diri dari cengkraman obat yang sudah menjadi tuannya. Undang-undang RI No.22 Tahun 1997 tentang narkoba juga menjelaskan bahwa narkoba adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan atau adiktif (Adam, S., 2012). Jadi, mantan pecandu narkoba adalah seorang pecandu narkoba yang telah dinyatakan sembuh baik secara fisik maupun psikis dari kecanduan narkoba. 2. Konselor Adiksi Secara umum jika melihat dari asal katanya, konselor adalah orang yang memiliki tugas memberikan konseling atau nasihat-nasihat

21 dan masukan-masukan praktis bagi orang yang mengalami kendalakendala tertentu. Sedangkan konselor adiksi adalah tenaga konselor yang merupakan mantan pecandu narkoba, yang telah menyelesaikan proses rehabilitasinya (Widyaningrum, 2014). Willis (2011) menyatakan bahwa, konselor yang berkualitas memiliki kriteria keunggulan termasuk pribadi, pengetahuan, wawasan, keterampilan dan nilai-nilai yang dimilikinya yang akan memudahkannya dalam menjalankan proses konseling sehingga mencapai tujuan berhasil (efektif). Salah satu kualitas yang jarang dibicarakan adalah kualitas pribadi konselor. Kualitas pribadi konselor adalah kriteria yang menyangkut segala aspek kepribadian yang amat penting dan menentukan keefektifan konselor jika dibandingkan dengan pendidikan dan latihan yang ia peroleh. Gladding (2012) juga menyatakan bahwa seorang konselor yang efektif memilih serta mengatur waktu tindakan mereka secara intuitif, dan didasarkan pada apa yang menurut hasil pengamatan adalah yang terbaik. Akan sangat membantu apabila selama hidupnya konselor tersebut sudah mengalami berbagai macam pengalaman hidup yang memungkinkan mereka menyadari apa yang akan atau tengah dialami klien mereka sehingga waspada dan bertindak tepat. Kemampuan konselor untuk bekerja dari perspektif pengalaman emosional yang sudah teratasi, yang membuat seseorang peka terhadap diri sendiri dan orang lain adalah karakter yang disebut Gladding (2012)

22 sebagai penyembuh luka. Hal ini merupakan fenomena paradoks. Individu yang pernah tersakiti dan mampu mengatasi rasa sakit tersebut serta memperoleh wawasan untuk diri sendiri dan dunia, akan mampu menolong orang lain yang berjuang untuk mengatasi masalah emosionalnya. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa mantan pecandu narkoba yang menjadi konselor adiksi adalah orang yang pernah melakukan penyalahgunaan narkoba, memakai, serta mengalami ketergantungan atau kecanduan terhadap narkoba dan telah dinyatakan sembuh dan lepas dari ketergantungan tersebut baik secara fisik maupun psikologis yang kemudian memilih untuk memberikan konseling/masukan pada pecandu narkoba lainnya terkait pengalamannya sebagai pecandu narkoba. C. Proses Pencapaian Kebermaknaan HidupMantan Pecandu Narkoba yang Menjadi Konselor Adiksi. Mantan pecandu narkoba adalah seorang pecandu narkoba yang telah dinyatakan sembuh baik secara fisik maupun psikis dari kecanduan narkoba (Utami, 2014). Konsep dari pengguna atau pecandu narkoba adalah, pola maladaptif dari pemakaian narkoba yang secara klinis membuat individu menjadi stress dan mempunyai keterbatasan-keterbatasan dalam memenuhi perannya sebagai individu, rentan terhadap bahaya, melanggar UU, dan menyebabkan munculnya konflik sosial maupun interpersonal.

23 Setelah sembuh dari kecanduan narkobapun, menurut Pinel (2012) mantan pecandu narkoba juga rentan akan terjadinya relapse, hal ini disebabkan oleh 3 faktor yaitu: pertama, kebanyakan mantan pecandu menunjukkan stres sebagai faktor utama relapse. Salah satu permasalahan yang dapat memicu terjadinya stres pada mantan pecandu narkoba adalah adanya labelling dari masyarakat. Seorang mantan pecandu narkoba yang ingin kembali hidup dengan normal seperti bekerja dan beraktivitas dengan lingkungan sosialnya, terbentur oleh masalah diskriminasi yang kental dari masyarakat sekitarnya. Mantan pecandu narkoba yang telah pulih, tetap dianggap pecandu yang meresahkan masyarakat dan dapat membawa dampak buruk bagi lingkungannya karena perilakunya yang dulu sebagai pecandu narkoba. Pada akhirnya, mantan pecandu narkoba menjadi merasa terkucilkan, hingga timbul kembali perasaan tidak berharga, dan perasaanperasaan negatif lainnya. Sehingga, apa yang telah didapatkan selama rehabilitasi menjadi tidak berguna dan hal ini menghambat potensi-potensi yang seharusnya dapat diolah mantan pecandu narkoba tersebut. Kedua drug primiting, yaitu mengutamakan obat satu paparan obat yang sebelumnya disalahgunakan. Faktor ini merupakan faktor dari individu sendiri yang terjadi karena rasa kangen terhadap narkoba, dan hal tersebut biasanya terjadi saat sugesti dari dirinya mengenai narkoba tersebut sedang tinggi. Ketiga paparan isyarat-isyarat lingkungan, misalnya orang, waktu, tempat atau objek yang sebelumnya terkait dengan pecandu narkoba tersebut.

24 Faktor lingkungan ini salah satunya, dimana saat mantan pecandu tersebut tersugesti begitu besar oleh temannya yang sedang atau masih menggunakan narkoba, maka timbul perasaan yang sulit dicegah untuk kembali menggunakan narkoba meskipun hanya sekedar mencicipi. Sebaliknya bagi mantan pecandu narkoba yang mampu bangkit dari permasalahan yang ia hadapi, maka akan mampu mengubah kondisi penghayatan dirinya dari tidak bermakna menjadi bermakna yang pada akhirnya akanmerasakan kebahagiaan sebagai hasil dari pencapaian kebermaknaan hidupnya. Sehingga, bisa dikatakan bahwa makna hidup sesuatu hal yang penting dalam hidup, dan mencapai kebermaknaan hidup merupakan salah satu hal yang mempengaruhi mantan pecandu narkoba agar mampu menghadapi permasalahannya hingga ia menjadi seseorang yang bahagia dalam menjalani hidup. Mantan pecandu narkoba yang memilih menjadi konselor adiksi dapat menjadikannya menemukan kebermaknaan hidup. Penemuan kebermaknaan hidup ini tentu tidak terjadi secara instan, namun melewati beberapa proses. Ada beberapa tahap untuk mencapai kebermaknaan hidup menurut Bastaman (2007) yaitu: pertama tahap derita dan penghayatan hidup tanpa makna. Tahap derita ini dialami individuyang mengalami pengalaman buruk dalam hidupnya, yang dapat membuatnya tertekan. Hal ini dapat menyebabkan individu menghayati kehidupan tanpa makna atau ketidakbermaknaan hidup. Kedua tahap penerimaan diri, pada tahap ini individu yang sebelumnya menderita, melakukan evaluasi terhadap dirinya sehingga mampu memahami

25 diri, mampu menerima keadaan dan mengubah sikapnya. Pemahaman diri merupakan meningkatnya kesadaran atas buruknya kondisi diri pada saat ini dan keinginan kuat untuk melakukan perubahan ke kondisi yang lebih baik. Ketiga tahap penemuan makna hidup, setelah pemahaman diri, proses selanjutnya adalah penemuan makna hidup yang terdiri dari komponen penemuan makna dan tujuan hidup. Makna hidup biasanya tersirat dan tersembunyi dalam kehidupan sehingga perlu dipahami metode dan caracaranya. Menemukan makna hidup dapat dilakukan dengan merealisasikan 4 nilai menurut Bastaman (2007)yaitu nilai kreatif, nilai penghayatan, nilai bersikap dan nilai pengharapan. Keempat tahap realisasi makna, apabila makna hidup telah dipahami dan ditemukan, maka mantan pecandu narkoba akan mengetahui hal yang berarti dalam hidupnya dan yang bermanfaat bagi dirinya sendiri. Hal selanjutnya yang mesti dilakukan adalah memenuhi makna tersebut dengan menerapkan dan merealisasikannya, salah satunya adalah dengan menjadi konselor adiksi. Kelima tahap penghayatan hidup bermakna, setelah melewati tahapantahapan sebelumnya, maka mantan pecandu narkoba yang menjadi konselor adiksi akan merasakan perubahan kondisi hidup yang lebih baik dan dapat mencapai kebermaknaan dalam hidupnya sehingga akan merasakan kebahagiaan sebagai efek sampingnya.

26 D. Kerangka Berpikir Mantan pecandu narkoba Tantangan Untuk Hidup Bermakna (Pinel, 2012) Fisik Sosial Psikologis : rentan mengalami relapse : stigma dan diskriminasi lingkungan, jaringan pertemanan sesama pecandu : stres, perasaan tidak berharga dan emosi negatif lainnya. Tahap Pencapaian Kebermaknaan Hidup (Bastaman, 2007) Tahap derita dan penghayatan hidup tanpa makna Tahap penerimaan diri Tahap penemuan makna hidup Tahap realisasi makna Pada Konselor Adiksi Keterangan: Penghayatan hidup bermakna : Akibat : Tahapan Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir

27 E. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana proses pencapaian kebermaknaan hidup pada mantan pecandu narkoba yang menjadi konselor adiksi?