BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap aktivitas manusia pada dasarnya dilandasi oleh adanya dorongan untuk mencapai tujuan atau terpenuhinya kebutuhan. Adanya pendorong ini disebut motivasi. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi belajar, motivasi sering dipandang sebagai faktor yang cukup dominan. Meski diakui bahwa inteligensi dan bakat merupakan modal utama dalam usaha mencapai prestasi belajar, namun keduanya tidak akan banyak berarti bila peserta didik sebagai individu tidak memiliki motivasi untuk berprestasi sebaikbaiknya. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga NTT Sinun Petrus Manuk, mengatakan bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan di NTT harus memiliki tenaga pendidik yang betul-betul profesional. Namun di NTT masih memiliki 28,67% pendidik yang belum sarjana. Padahal pendidik merupakan faktor kunci dari proses pembelajaran. Menurut Manuk untuk meningkatkan mutu pendidik di NTT maka perlu diadakan UKG melalui bimtek, workshop, diklat atau juga melalui kegiatan lain dan juga meningkatakan mutu pendidik melalui peningkatan gelar dari yang SMA menjadi sarjana agar kedepannya dapat meningkatkan mutu pendidikan di NTT (Cakrawala, 2016: 7). Salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah melalui perbaikan kurikulum. Kurikulum 2013 merupakan pembelajaran yang menuntut peserta didik belajara melalui serangkaian pengalaman. Kurikulum 2013 bertujuan mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kehidupan sebagai warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara dan pearadaban dunia. Oleh sebab itu, kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian, kurikulum 2013 diharapkan mampu mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam beragama, seni, kreatif, berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi inteligensi yang sesuai dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan masyarakat, bangsa dan umat manusia. Selain kurikulum peran pendidik juga sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Dalam diri pendidik, sedikitnya ada empat aspek yang harus diberi perhatian khusus dalam rencana implementasi dan keterlaksanaan pembelajaran yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi akademik (keilmuan), kompetensi sosial, dan kompetensi manajerial atau kepemimpinan. Pendidik sebagai ujung tombak penerapan kurikulum, diharapkan bisa menyiapkan dan membuka diri terhadap beberapa kemungkinan terjadinya perubahan (kemendikbud, 2012). SMP Adhyaksa 2 Kupang merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menerapkan kurikulum 2013. Hasil observasi pada SMP Adhyaksa 2 Kupang, peserta didik dan guru dituntut untuk disiplin terhadap waktu dan melaksanakan tugastugas sesuai aturan dan ketentuan yang berlaku di sekolah.penyediaan lingkungan belajar bagi peserta didik belum memadai dalam menunjang proses pembelajaran seperti bangunan sekolah, alat pelajaran, perpustakaan, gambar-gambar, dan halaman sekolah. Sedangkan kondisi rill dalam kegiatan pembelajaran di kelas mengindikasikan bahwa: 1. Sarana dan prasarana yang disediakan sekolah belum terlalu menunjang proses pembelajaran yang diinginkan kurikulum 2013.
2. Pendidik sering menggunakan metode ceramah selama pembelajaran berlangsung dan jarang sekali menggunakan pendekatan pembelajaran yang efektif dan kreatif guna membangun motivasi dan partisipasi peserta didik untuk belajar. 3. Peserta didik dalam pembelajaran, belum terbiasa belajar menemukan, merumuskan masalah, membuat hipotesis, dan belum mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan pengalaman hidup mereka sehari-hari. 4. Interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran tidak sepenuhnya aktif karena ketidakseriusan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. 5. Peserta didik dalam proses pembelajaran jarang sekali bertanya meskipun materi yang diajarkan belum dipahami. 6. Evaluasi pembelajaran yang digunakan belum optimal, karena guru menilai dari segi aspek kongnitif sedangkan aspek pesikomotornya, afektif penilaian diri, penilaian antara sesama diabaikan. Untuk itu dikatakan bawah kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran belum optimal karna telihat pada evaluasi pembelajaran. Kondisi ini terbukti dengan rendahnya hasil belajar peserta didik kelas VII A pada mata pelajaran fisika, yang ditandai dengan nilai rata-rata ulangan dari sebagian besar peserta didik masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah yaitu 75. Hal ini dapat dilihat dalam tabel jumlah peserta didik yang tuntas dan tidak tuntas pada materi suhu dan kalor berikut: Tabel 1.1 Jumlah peserta didik yang tuntas dan tidak tuntas pada materi kalor dan perpindahannyas No Tahun pelajaran Jumlah peserta didik Tuntas Tidak Tuntas 1 2013/2014 24 10 14 2 2014/2015 26 11 15
(Sumber : Guru Fisika SMP Adhyaksa 2 Kupang) Masalah di atas membawa konsekuensi bagi guru yang secara langsung terlibat dalam proses pembelajaran agar mampu menyesuaikan pendekatan pembelajaran yang tepat dalam pelaksanaan pembelajaran serta lebih kreatif mengembangkan cara yang lebih menarik bagi peserta didik dalam mempelajari ilmu fisika agar peserta didik lebih aktif belajar dan kreativitas yang mereka miliki dapat berkembang dengan baik. Salah satu pendekatan inkuiri adalah pendekatan inkuiri terbimbing, dimana inkuiri yang banyak dicampuri oleh guru. Guru banyak mengarahkan dan memberikan petunjuk lewat prosedur yang lengkap dan pertanyaan pertanyaan pengarahan selama proses inkuiri. Peserta didik dalam menyelesaikan persoalan menyesuaikan dengan prosedur yang telah ditetapkan guru (S. Amri & Ahmadi, 2010: 86). Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran IPA, dan merupakan ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Dan dapat dikatakan bahwa hakikat fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting yang berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal. Kalor adalah salah satu materi pada mata pelajaran fisika yang diajarkan pada kelas VII A semester ganjil tingkat SMP. Dalam materi ini salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai yaitu menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat. Dalam kompetensi dasar ini peserta didik dituntut untuk mampu menunjukkan adanya
pengaruh kalor terhadap kenaikan suhu suatu benda, dan pengaruh kalor terhadap perubahan wujud. Ketiga hal tersebut dapat ditunjukkan melalui praktikum yaitu: merancang dan melakukan pemecahan masalah, melakukan pengamatan dan pengumpulan data, analisis data dan penarikan kesimpulan. Penelitian terdahulu dari saudari Maria Fatima Bano yang menerapkan pendekatan inkuiri tebimbing secara umum berada pada kategori baik. Dimana dari 31 peserta didik secara keseluruhan berada dalam kategori tuntas. selain itu juga respon peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran berada dalam kategori baik dengan skor rata-rata 87,8%. Oleh karena itu peneliti mencoba menerapkan pendekatan inkuiri terbimbing dalam penelitian ini. Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian dengan judul PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING MATERI POKOK KALOR DAN PERPINDAHANNYA PADA PESERTA DIDIK KELAS V11 A SEMESTER GANJIL SMP ADHYAKSA 2 KUPANG TAHUN AJARAN 2016/2017. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana hasil Penerapan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Materi Pokok Kalor dan Perpindahannya Kelas VII A Semester Ganjil SMP Adhyaksa 2 Kupang Tahun Ajaran 2016/2017? Secara terperinci perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran dengan menerapkan pendekatan inkuiri terbimbing pada materi pokok Kalor dan perpindahannya peserta didik kelas V11 A SMP Adhyaksa 2 kupang?
2. Bagaimana ketuntasan indikator dalam pembelajaran dengan menerapkan pendekatan inkuiri terbimbing pada materi pokok Kalor dan perpindahannya peserta didik kelas V11 A SMP Adhyaksa 2 Kupang? 3. Bagaimana ketuntasan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran dengan menerapkan pendekatan inkuiri terbimbing pada materi pokok Kalor dan perpindahannya peserta didik kelas V11 A SMP Adhyaksa 2 Kupang? 4. Bagaimana respon peserta didik dalam pembelajaran dengan menerapkan pendekatan inkuiri terbimbing pada materi pokok Kalor dan perpindahannya peserta didik kelas V11 A SMP Adhyaksa 2 Kupang? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran dengan menerapkan pendekatan inkuiri terbimbing pada materi pokok Kalor dan perpindahannya peserta didik kelas V11 A Adhyaksa 2 Kupang. 2. Mendeskripsikan ketuntasan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran dengan menerapkan pendekatan inkuiri terbimbing pada materi pokok Kalor dan perpindahannya peserta didik kelas V11 A Adhyaksa 2 Kupang. 3. Medeskripsikan ketuntasan indikator dalam pembelajaran dengan menerapkan pendekatan inkuiri terbimbing materi pokok Kalor dan perpindahannya peserta didik kelas V11 A Adhyaksa Kupang. 4. Mendeskripsikan respon peserta didik dalam pembelajaran menerapkan pendekatan inkuiri terbimbing pada materi pokok Kalor dan perpindahanya peserta didik kelas V11 A Adhyaksa 2 Kupang.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi Univesitas Sebagai referensi pelengkap bagi peneliti selanjutnya 2. Bagi Sekoloh a. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam mengelolah pembelajaran dengan Menerapkan pendekatan inkuiri terbimbing sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran peserta didik b. Memberi informasi bagi peserta didik untuk memperbaiki cara belajar agar dapat mengembangkan semangat belajar peserta didik 3. Bagi peneliti Agar peneliti juga memiliki pengetahuan yang luas tentang pendekatan inkuiri terbimbing dan dapat mengembangkn kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran khususnya pelajaran IPA. E. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini hanya dilakukan pada materi pokok kalor dan perpindahannya.
2. Penelitian ini hanya dilakukan pada peserta didik kelas VII A Semester Ganjil SMP Adhyaksa 2 Kupang Tahun ajaran 2016/2017. 3. Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan pendekatan inkuiri terbimbing F. Asumsi Penelitian Beberapa asumsi dalam penelitian ini adalah : 1. Peserta didik mengerjakan tes awal dan tes akhir yang diberikan secara perorangan tanpa dibantu oleh pihak manapun sehingga hasil yang diperoleh peserta didik benar-benar mencerminkan kemampuan masing-masing peserta didik. 2. Peserta didik sungguh-sungguh mengikuti proses pembelajaran dari awal hingga akhir. 3. Peneliti berlaku objektif dalam memberikan penilaian terhadap peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. 4. Pengamat berlaku objektif dalam mengamati dan memberikan penilaian terhadap peneliti selama proses pembelajaran berlangsung. G. Batasan Istilah Batasan istilah bertujuan menghindari penafsiran yang beraneka ragam terhasap penelitian ini, Berbagai istilah yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pendekatan Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu peroses yang sifatnya masih umum, didalamnya mewadahi menginspirasi, menguatkan dan melatari metode atau model pembelajaran dengan cangkupan terotis tertentu (Sanjaya, 2006: 127)
2. Pendengkatan inkuiri Pendekatan inkuiri merupakan suatu pendekatanyang tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada termasuk pengembangan emosional dan keterampilan inkuiri yang merupakan suatu peroses dalam merumuskan maslah, merumuskan hipotesis, mengumplkan data, menganalisis data dan membuat kesimpilan (Trianto, 2007: 137) 3. Pendekatan inkuiri terbimbing adalah salah satu jenis pendekatan dalam peroses pembelajaran diman pembelajaran yang banyak dicampuri oleh guru. Guru banyak mengarahkan dan memberikan petunjuk kepada peserta didik baik lewat produser yang lengkap dan pertanyaan- pertanyaan selama prroses inkuiri 4. Kalor adalah: Bentuk energi yang secara almiha berpindah dari benda yang bersuhu tinggi kebenda yang bersuhu rendah. 5. Peserta didik Peserta didik adalah seorang yang sedang berkembang memiliki potensi tertentu dan dengan bantuan guru peserta didik mengembangkan potensinya tersebut secara optimal.