BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kecakapannya dalam memilih dan menggunakan model

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. memiliki multi peran sehingga menciptakan kondisi belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugastugas

BAB 1 PENDAHULUAN. dijenjang pendidikan formal mulai dari tingkat SD sampai pada tingkat SMA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Pustaka Belajar, 2009), hlm Rosdakarya, 2011), hlm

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bernilai universal, artinya meliputi seluruh dimensi ruang dan

BAB II KAJIAN TEORI. perubahan dan pengalaman dalam diri seseorang yang dinyatakan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai fasilitas yang memudahkan untuk mengakses pengetahuan, maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terwujud apabila strategi-strategi belajar yang digunakan mampu menimbulkan

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PGSD OLEH : ERIKA DIANTY ASNAWATI

BAB I PENDAHULUAN. yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. 1 Salah satu masalah

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN. Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray untuk meningkatkan Aktivitas

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seseorang. Ada beberapa teori belajar salah satunya adalah teori belajar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang. pengetahuan, kebiasaan sikap, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik yang akan mendatang. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kelas. Oleh karena itu, diperlukan manajemen kelas yang baik sehingga tujuan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS ( TWO STAY TWO STRAY )

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2013, hlm Muhammad Rohman dan Sofan Amri, Strategi & Desain Pengembangan Sistem

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

Syahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Alauddin Makassar. Abstrak

Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY

BAB VI PENUTUP. semester 1 di MTsN 1 Model Palangka Raya di peroleh nilai rata-rata 3,12

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Demikian juga piranti pendidikan yang semakin canggih, oleh

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003:

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. Dalam tinjauan pustaka ini akan memaparkan pengertian-pengertian konsep yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. yang menyulitkan untuk mencapai tujuan tertentu.menurut Polya sebagaimana

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya, dan mampu berkompetensi dalam persaingan global. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual saja, akan

Norhafizah Sri Yunita

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan. yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam

Bismar Yogaswara Universitas Negeri Malang

Oleh: Muhammad Agus Sigit Sasmito Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk meningkatkan kualitas diri seseorang di

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1995, hlm Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga Haroid spear mendefinisikan bahwa "Belajar terdiri dari. pengamatan, pendengaran, membaca dan meniru.

BAB I PENDAHULUAN. ini sesuai pendapat Didi Supriadie yang menyatakan bahwa pendidikan. dapat menjalankan hidup dan kehidupannya sesuai dengan harapan

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STRUKTURAL TEKNIK TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak

Oleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur Dra.Jalinus Pendidikan Matematika, Universitas Riau

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Disamping itu pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia sebagaimana

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi dari masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Alhadad (2010: 34)

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN TAI DAN TSTS MATERI GEOMETRI SMP

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray. (TSTS) terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII MTs Al

616 Seminar Nasional dan Launching ADOBSI

BAB V PENUTUP. sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. otoritas tertinggi keilmuan (teacher centered). Pandangan semacam ini perlu

Fembriani Universitas Widya Dharma Klaten ABSTRAK

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Kata kunci: Minat, Hasil Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satu kompetensi keahlian lagi, yaitu kompetensi keahlian multimedia.

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

BAB I PENDAHULUAN. adalah guru. Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah. kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian ini adalah MIN Ilung yang beralamat di Jalan H. Damanhuri

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan salah satu bidang IPA yang menyediakan berbagai

Bayu Indra Permana, Desi Kurnia Sari ( Program Studi PPKn FKIP Universitas PGRI Banyuwangi ABSTRAK

Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 telah

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap guru pasti menginginkan keberhasilan dalam proses pembelajarannya, hal ini dapat diukur melalui evaluasi yang dilakukannya. Keberhasilan atau kegagalan guru dalam menjalankan pembelajaran banyak ditentukan oleh kecakapannya dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Guru dituntut memiliki tingkat profesionalisme tinggi dan keterampilan dalam mengajar. Adanya kemampuan dan keterampilan mengajar ini penting dimiliki dan dilaksanakan oleh guru dalam setiap proses pembelajaran agar aktivitas belajar siswa dapat berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang optimal, sehingga siswa dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pada dasarnya mengajar merupakan usaha guru dalam menciptakan suasana belajar, strategi dan model pembelajaran yang diharapkan mampu menumbuhkan berbagai kegiatan belajar bagi siswa. Selain itu guru juga memegang peran yang cukup penting dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah. Sebab apa yang dilakukan guru akan ikut menentukan keberhasilan belajar siswa di dalam kelas. Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang 1 1

2 berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. 1 Belajar adalah perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang ia dapat melalui pengamatan, pendengaran, membaca dan meniru. Manusia adalah makhluk yang berbudaya, berfikiran modern, cekatan, pandai, dan bijaksana diperdapat melalui proses membaca, melihat, mendengar, dan meniru. 2 Tentu saja agar tujuan yang ingin diraih guru tercapai maka para guru harus selalu berusaha melakukan inovasi-inovasi dalam melaksanakan tugasnya. Berkaitan dengan itu, ada sejumlah kompetensi yang harus selalu dikuasai dan ditingkatkan oleh para guru berhubungan dengan tugasnya tersebut, salah satunya adalah kompetensi menggunakan model pembelajaran. 3 Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar peserta didik di kelas. Salah satu kegiatan yang sebaiknya guru lakukan adalah melakukan pemilihan dan penentuan metode pembelajaran yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. 4 Aspek penting dalam proses belajar mengajar adalah model pembelajaran yang dipakai oleh seorang guru. Model pembelajaran adalah suatu perencanaa untuk suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial. Model pembelajaran yang akan 1 Usman Uzer Moh, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya: 2006), h.4 2 Martinis yamin, Paradigma Pendidikan Konstruktivistik (Implementasi KTSP dan UU No.14 Th.2005 Tentang Guru dan Dosen), (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h.122 3 https://tongkal09.wordpress.com/2010/04/23/urgensi-media-pembelajaran-dalam-kbm/ (diakses pada 24-03-2016, pkl 18.49 WIB) 4 Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswn Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996) h.88

3 di gunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. 5 Model pembelajaran memiliki peran penting dalam upaya mencapai tujuan dalam pembelajaran. Karena model pembelajaran merupakan kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar. Ciri utama sebuah model pembelajaran adalah adanya tahapan pembelajaran. 6 Tanpa model pembelajaran, materi pelajaran tidak akan berproses secara efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah satu cara membuat siswa aktif adalah dengan menciptakan suasana belajar sedemikian rupa sehingga siswa bekerja sama secara gotong royong. Kerja sama siswa ini biasanya diwujudkan dengan penggunaan metode belajar kelompok. Langkah operasional atau cara yang digunakan untuk menerapkan model pembelajaran yang dipilih disebut metode pembelajaran. Metode adalah cara menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. 7 Banyak sekali macam macam strategi maupun jenis model pembelajaran yang sudah ada di zaman sekarang. Karena metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. 5 Trianto, Model Pembelajaran Dalam Teori Dan Praktek, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007),h.1 6 Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013) h.89. 7 Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013) h.90

4 Pada umumnya ada tiga klasifikasi pembelajaran yang dilakukan di kelas, yaitu pembelajaran kelas, individual, dan berkelompok. 8 Pada kesempatan ini, peneliti ingin membahas pembelajaan berkelompok (pembelajaran kooperatif). Metode kooperatif dapat dikombinasikan dengan metode lainnya untuk berbagai tujuan pembelajaran. Beberapa metode pembelajaran kooperatif yang umum dikenal adalah sebagai berikut: 9 1. Numbered Heads Together (NHT) 2. Cooperative Script 3. Team Assisted Individualization 4. Team Accelerated Instuction 5. Learning Together 6. Wawancara Tiga Langkah ( Three Step Interview) 7. Kepala Bernomor Stuktur 8. Two Stay Two Stray (TSTS) Dari sekian banyak macam model pembelajaran pendidik harus lebih kreatif dalam menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan kemampuan yang akan dicapai oleh peserta didik. Dengan tujuan agar peserta didik mampu menyerap apa yang disampaikan oleh pendidik. Adapun salah satu strategi pembelajaran yang diharapkan dapat membuat keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran Fiqih adalah dengan mengunakan Metode Two Stay Two Stray (TSTS). Strategi yang diperkenalkan oleh Spence 194 8 Ibid., h.179 9 Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013), h.187-

5 Kagan, strategi ini pada dasarnya dibangun melalui berfikir, berbicara, dan menulis. Struktur Dua Tinggal Dua Tamu member kesemptan siswa untuk membagikan informasi kepada kelompok lain. Metode Two Stay Two Stray adalah dua orang siswa tinggal dikelompok dan dua orang siswa lain berkunjung ke kelompok lain. Dua orang yang tinggal memberikan informasi kepada kelompok yang bertamu, sedangkan yang bertamu bertugas mencatat hasil diskusi kelompok yang dikunjunginya. 10 Pembelajaran kooperatif model TSTS terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: 11 1. Persiapan Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok. 2. Presentasi Guru Pada tahap ini guru menyampaikan indicator pmbelajaran dan menjelaskan materi sesuai rencana. 3. Kegiatan Kelompok Pada kegiatan ini menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugastugas yang harus dipelajari siswa dalam satu kelompok. Masing-masing kelompok menyelesaikan dengan caranya sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota kelompok bertamu ke kelompok lain, sementara 2 orang yang 10 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013 (Ar-Ruzz Media, 2013), h. 222 11 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013 (Ar-Ruzz Media, 2013), h. 223

6 lain tinggal dikelompoknya. Setelah memperoleh informasi 2 orang yang bertamu kembali ke kelompoknya dan melaporkan hasil kerja mereka. 4. Formalisasi Setelah menyelesaikan permasalahan yang diberikan, salah satu kelompok mempesentasikan hasil diskusi kelompoknya. 5. Evaluasi Kelompok dan Penghargaan Tahap evaluasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model TSTS. Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan model TSTS, yang dilnjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor tertinggi. Dalam proses pembelajaran metode TSTS, guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang, kemudian guru menginformasikan materi yang akan dibahas serta tujuan yang ingin dicapai, setelah itu guru menyajikan materi atau menyampaikan suatu masalah untuk didiskusikan dalam kelompok, atau dengan memberikan tugas-tugas kepada siswa untuk dikerjakan secara kerja sama diantara kelompoknya. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok menjadi tamu kelompok lain, sedangkan yang tinggal bertugas membagikan informasi kepada kelompok yang bertamu. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompoknya dan mendiskusikan lalu menyampaikan hasil diskusi di depan kelas. 12 12 Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013), h.191

7 Proses pembelajaran dengan menggunakan metode Two Stay Two Stray (TSTS) memiliki manfaat yang besar terhadap siswa, diantaranya adalah siswa menjadi lebih aktif dalam belajar, menambah kekompakan serta rasa percaya diri pada siswa, dan membantu meningkatkan minat dan prestasi siswa. Metode Two Stay Two Stray (TSTS) ini memiliki kelebihan diantaranya dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan, belajar siswa lebih bermakna, lebih berorientasi pada keaktifan berpikir siswa, meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, memberikan kesempatan terhadap siswa untuk menentukan konsep sendiri dengan cara memecahkan masalah, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan kreatifitas dalam melakukan komunikasi dengan teman sekelompoknya, membiasakan siswa untuk bersikap terbuka terhadap teman, dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Metode ini juga memiliki kekurangan, yaitu membutuhkan waktu yang lama, siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok, terutama yang tidak terbiasa belajar kelompok akan merasa asing dan sulit untuk bekerjasama, bagi guru, membutuhkan banyak persiapan ( materi, dana dan tenaga), seperti kelompok biasa, siswa yang pandai menguasai jalannya diskusi, sehingga siswa yang kurang pandai memiliki kesempatan yang sedikit untuk mengeluarkan pendapatnya, guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas. Madrasah Tsnawiyah Negeri 2 Surabaya merupakan sekolah negeri yang sederajat dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang beralamat di Jl. Citra Raya No. 27 Lakarsantri. Madrasah ini sudah maju dan berkembang serta memiliki akreditasi A. adapun kurikulum yang diterapkan di MTs Negeri 2

8 Surabaya adalah Kurikulum 2013 (K13). Madrasah ini juga sudah memiliki fasilitas yang mampu menunjang siswa dalam kegitan pembelajaran. Fasilitas tersebut meliputi dari kelas yang nyaman, perpustakaan, UKS, lapangan yang luas. Kemajuan MTsN 2 Surabaya ini tidak lepas dari kemampuan guru dalam mendidik para siswanya. Pendidik di madrasah ini adalah guru yang sudah berkompeten, dan sesuai dengan bidangnya. Selain itu penggunaan media serta metode dalam pembelajaran pun sudah sangat baik. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Metode Two Stay Two Stray (TSTS) Terhadap Keaktifan Belajar Siswa Kelas VIII Pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Negeri 2 Surabaya. B. Rumusan Masalah Dari permasalahan yang ada diatas, peneliti merumuskan pertanyaan sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud metode TSTS terhadap keaktifan belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran Fiqih di MTs Negeri 2 Surabaya? 2. Bagaimana penerapan metode TSTS terhadap keaktifan belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran Fiqih di MTs Negeri 2 Surabaya? 3. Adakah pengaruh metode TSTS terhadap keaktifan belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran Fiqih di MTs Negeri 2 Surabaya?

9 C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini, adalah : 1. Untuk mengetahui pembelajaran Fiqih dengan metode TSTS pada siswa Kelas VIII di MTs Negeri 2 Surabaya. 2. Untuk mengetahui pengaruh metode TSTS terhadap keaktifan belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran Fiqih di MTs Negeri 2 Surabaya? D. Kegunaan Penelitian Peneliti berharap banyaknya manfaat dari penelitian ini: 1. Bagi peneliti hal ini sangat bermanfaat dan dapat menambah wawasan, pengalaman, serta mendapat informasi baru dari kegiatan penelitian ini. Dan selain itu, peneliti juga melakukan penelitian ini, sebagai syarat untuk peneliti menyelesaikan program strata satu (S1). 2. Bagi lembaga pendidikan MTs Negeri 2 Surabaya untuk mengetahui penggunaan metode Two Stay Two Stray dalam pembelajaran Fiqih efektif dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa. 3. Dari hasil penelitian ini peneliti dapat menyumbang ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan yang sedang diteliti dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pengembangan metode pembelajaran pada mata pelajaran Fiqih.

10 E. Hipotesa Dari permasalahan diatas, peneliti membatasi masalah dengan rumusan masalah, maka peneliti mencoba merumuskan hipotesa yang hanya bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian. 1. Hipotesa Kerja (Ha) yaitu hipotesa alternatif yang menyatakan adanya hubungan antara Independen Variabel dengan Dependen Variabel, yaitu : Ada pengaruh antara penerapan metode Two Stay Two Stray (TSTS) terhadap keaktifan belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran Fiqih di MTs Negeri 2 Surabaya F. Variabel Penelitian Menurut Sumadi S. variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yanag akan diteliti. 13 Dari pengertian tersebut, maka penelitian ini menemukan dua variabel penelitian yaitu: 1. Variabel Independen Variabel Independen yaitu variabel penyebab atau yang sering disebut dengan variabel bebas yang dalam masalah ini terdapat dalam kata metode Two Stay Two Stray (TSTS) Indikator yang diteliti adalah sebagai berikut: h.21 a) Pengertian metode Two Stay Two Stray (TSTS) 13 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005),

11 b) Kelebihan Metode Two Stay Two Stray (TSTS) c) Kekurangan Metode Two Stay Two Stray (TSTS) d) Langkah-langkah Metode Two Stay Two Stray (TSTS) e) Manfaat Metode Two Stay Two Stray (TSTS) 2. Variabel Dependen Variabel Dependen yaitu variabel akibat atau yang biasanya disebut dengan variabel terikat. Variabel ini terdapat pada kata keaktifan belajar siswa Indikator yang diteliti adalah keterampilan berbicara siswa dalam pembelajaran Fiqih yang telah dicapai siswa yang meliputi : a) Pengertian Keaktifan Belajar b) Prinsip Prinsip Keaktifan Belajar c) Klasifikasi Keaktifan Belajar d) Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar G. Keterbatasan Penelitian Agar pembahasan skripsi ini menjadi jelas dan fokus terhadap permasalahan maka skripsi ini perlu adanya keterbatasan dalam penelitian, antara lain: 1. Obyek Penelitian : Siswa Kelas VIII MTs Negeri 2 Surabaya 2. Materi pembelajaran : Mata Pelajaran Fiqih pada bab Ibadah Haji dan Umrah

12 H. Definisi Operasional Untuk menghindari salah persepsi dalam memahami konsep pokok dalam judul skripsi ini, penulis perlu emberikan batasan pengertian sebagai berikut: 1. Metode Pembelajran Two Stay Two Stray (TSTS) Metode pembelajaran TSTS adalah metode yang mengacu kepada belajar kelompok siswa dimana dua orang siswa tinggal dikelompok dan dua orang siswa bertamu ke kelompok lain. Dua orang yang tinggla bertugas memberikan informasi sedangkan dua orang yang bertamu bertugas mencatat hasil diskusi dari kelompok yang mereka kunjungi. 14 2. Keaktifan Belajar Siswa Kata keaktifan berasal dari kata aktif artinya giat atau sibuk. Kata keaktifan sama artinya dengan kegiatan dan kesibukan. 15 Sedangkan keaktifan yang dimaksud disini adalah segala aktifitas atau kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar disekolah. Sedangkan definisi belajar, beberapa ahli mengemukakan pandangan yang berbeda tentang belajar: Menurut pendapat tradisional, belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Di sini yang dipentingkan adalah 14 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013 (Bandung: Ar- Ruzz Media, 2013), h. 219 15 Dep Dik Nas. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), h. 23

13 pendidikan intelektual. Kepada anak-anak diberikan bermacam-macam pelajaran untuk menambah pengetahuan yang dimiliki, terutama dengan jalan menghafal. I. Sistematika Pembahasan Agar pembahasan mengenai permasalahan yang diteliti ini lebih mengarah pada tujuan yang ingin dicapai, maka peneliti membahas bab yang meliputi: Bab Satu membahas tentang permasalahan yang telah peneliti temukan di lapangan. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, hipotesis penelitian, definisi operasional, dan sistematika penelitian. Bab Dua memuat mengenai teori yang terdapat pada literatur literatur yang digunakan peneliti. Pada bab ini peneliti akan membahas : 1. Tinjauan tentang metode pembelajaran TSTS yang mencakup pengertian metode TSTS, langkah-langkah, kelebihan metode TSTS, kekurangan metode TSTS, kelebihan metode TSTS, manfaat metode TSTS. 2. Tinjauan tentang keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih yang meliputi pengertian, prinsip prinsip keaktifan belajar siswa, klasifikasi keaktifan siswa, faktor yang mempengaruhi keaktifan siswa. 3. Pengaruh penerapan metode TSTS terhadap keaktifn belajar siswa dalam pembelajaran Fiqih.

14 Bab Tiga dalam bab ini akan dipaparkan mengenai jenis penelitian, variabel penelitian, rancangan penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, populasi dan sampel, dan teknik analisis data. Bab Empat membahas tentang laporan hasil penelitian yang telah peneliti laksanakan di lapangan mengenai sejarah dan latar belakang berdirinya, lokasi, keadaan guru, keadaan peserta didik, sarana dan prasarana di, pelaksanaan pembelajaran, penyajian data, pengujian hipotesis dan analisa data. Bab Lima dalam bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari seluruh pembahasan ini sekaligus saran-saran.