BAB I PENDAHULUAN. keadaan dimana masyarakatnya sentosa dan makmur serta berkecukupan, baik dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dua isu sentral masalah pembangunan yang masih menghantui Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Sampai tahun 2006, BPS memperkirakan hampir 17,4 persen dari total penduduk

I. PENDAHULUAN. berdampak pada semakin meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Persoalan pengangguran dan kemiskinan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang. dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan sila Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana seseorang berpenghasilan rendah,

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2015

1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Sistematika Penulisan...

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2017

BAB I PENDAHULUAN. Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2011

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI NOPEMBER 2007

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. karena sebagian orang tua lebih memilih untuk mempekerjakan anaknya dari pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Wickenden (Basuki 1995:5) kesejahteraan sosial mencakup perundangundangan,

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2008

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2017

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MEI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2012

: Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Badung Bali. : Tyasani Taras NIM :

BAB I PENDAHULUAN. faktor terpenting bagi kehidupan manusia, karena memiliki tiga fungsi pokok yaitu :

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MEI 2017

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2014

BAB I PENDAHULUAN. Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah sebuah

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2017

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

dari laut serta karangnya sampai kepada keindahan panorama gunung yang masyarakat lokal sampai kepada tradisi adat istiadat masyarakat Bali.

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2011

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2008

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena

Perkembangan Pariwisata Bali

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan merupakan acuan utama yang mendeskripsikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era Otonomi Daerah, Bangsa Indonesia tidak dapat melepaskan diri

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI FEBRUARI 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2015

BAB I PENDAHULUAN. pula orang yang menganggur, maka semakin dirasakan pentingnya dunia wirausaha.

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI NOPEMBER 2013

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2016

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan sesuai prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah dengan

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan Pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah sudah

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI OKTOBER 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI PEBRUARI 2010

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI SEPTEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan tidak dapat ditakar hanya dengan kemampuan memenuhi kebutuhan

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI NOVEMBER 2016

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS iii KATA PENGANTAR... iv

Abstrak. Kata kunci: modal, tenaga kerja, lama usaha, jam kerja, dan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi dunia usaha termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) saat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak,

TIPOLOGI WILAYAH BALI HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI SEPTEMBER 2010

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 113 TAHUN 2011 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI AGUSTUS 2016

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah. Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor. sektor Migas, sektor Batubara, dan Kelapa Sawit.

HALAMAN PENGESAHAN...

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jumlah penduduk Indonesia akan

Abstrak. Kata Kunci: tingkat pendidikan, status pekerjaan, usia, kesejahteraan, partisipasi

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Dengan demikian usaha. dan keseimbangan dalam hidupnya, baik secara rohani dan jasmani.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujutkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. GBHN, bahwa penduduk merupakan modal dasar pembangunan yang potensial. kualitas sumber daya manusia yang baik pula.

BAB I PENDAHULUAN. harus selalu menjaga kesehatan, yang merupakan modal utama agar dapat hidup produktif,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. adalah penanggulangan kemiskinan yang harus tetap dilaksanakan Pemerintah Pusat

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terciptanya kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan utama berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kesejahteraan merupakan suatu keadaan dimana masyarakatnya sentosa dan makmur serta berkecukupan, baik dalam dimensi fisik maupun nonfisik. Sehubungan dengan usaha penciptaan kesejahteraan rakyat tersebut, pemerintah telah menetapkan agenda Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat. Agenda ini diarahkan pada pencapaian lima sasaran pokok, yaitu: 1) pengurangan kemiskinan dan pengangguran; 2) berkurangnya kesenjangan antar wilayah; 3) meningkatnya kualitas manusia; 4) membaiknya mutu lingkungan hidup; dan 5) meningkatnya dukungan infrastruktur. Pemerintah dalam upayanya mengentaskan kemiskinan telah melakukan pembangunan di segala bidang, salah satunya adalah di bidang kesejahteraan sosial. Pembangunan di bidang kesejahteraan sosial dapat mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, baik melalui peningkatan pemerataan kesejahteraan maupun peningkatan kemampuan bagi setiap warga negara untuk berperilaku yang adil dan beradab, sehingga harkat dan martabat masyarakat dapat lebih ditingkatkan. Sejak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, penanggulangan kemiskinan merupakan suatu tugas konstitusional negara ini. Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 serta beberapa pasal

yang terkandung didalamnya, memberikan amanat kepada penyelenggara negara untuk mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial, seperti yang tercantum dalam pasal 27 ayat (2) serta pasal 34 ayat (1) dan (2) yang masing-masing berbunyi: Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara dan Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan Berbagai strategi dalam menagani masalah kemiskinan telah dilakukan pemerintah. Penanganan permasalah kemiskinan yang bersifat charity dapat berakibat adanya ketergantungan dari penyandang masalah dan nantinya akan bersifat konsumtif. Oleh karena itu, pendekatan ekonomi dalam bentuk pemberdayaan menjadi salah satu strategi untuk pembangunan nasional. Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu pendekatan yang kini sering digunakan dalam meningkatkan kualitas kehidupan dan meningkatkan harkat martabat keluarga miskin. Konsep ini menjadi sangat penting karena memberikan perspektif positif terhadap orang miskin. Orang miskin tidak dipandang sebagai orang yang serba kekurangan (misalnya, kurang makan, kurang pendapatan, kurang sehat, kurang dinamis) dan objek pasif penerima pelayanan belaka. Melainkan sebagai orang yang memiliki beragam kemampuan yang dapat dimobilisasi untuk perbaikan hidupnya. Karena pada hakekatnya pemberdayaan warga atau keluarga miskin mengandung makna pengakuan potensi pemberdayaan kepercayaan dan

peluang, mendorong kemandirian serta peningkatan kemampuan untuk memecahkan masalah. Fenomena kemiskinan merupakan salah satu keadaan yang banyak dialami oleh negara di dunia ini, seperti halnya Amerika Serikat yang merupakan negara adi kuasa dan tergolong negara maju, ternyata masih banyak juga terdapat orang yang tergolong miskin (Kuncoro, 1997:121). Begitu halnya dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan memiliki 33 provinsi tidak luput juga dari masalah kemiskinan, termasuk di dalamnya adalah Provinsi Bali. Sehingga apabila membicarakan masalah kemiskinan masih tetap relevan dan penting untuk dikaji serta diupayakan penanggulangannya (Arsyad, 1999:237). Masalah kemiskinan di Provinsi Bali sendiri masih menjadi tugas pokok yang harus dikerjakan oleh pemerintah setempat maupun masyarakatnya. Provinsi Bali yang merupakan destinasi bagi para wisatawan dan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia ternyata masih cukup banyak terdapat keluarga fakir miskinnya. Apalagi Provinsi Bali sendiri merupakan salah satu provinsi penyumbang APBN terbesar melalui jasa pariwisatanya. Sehingga masalah kemiskinan ini menjadi perhatian yang serius bagi pemerintah daerah setempat agar masalah kemiskinan ini dapat ditanggulangi. Dapat dilihat bahwa keluarga fakir miskin di Bali sendiri masih cukup tinggi sebagaimana terlihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Jumlah Keluarga Miskin (KK) Menurut Kabupaten/Kota di Bali Tahun 2006 dan 2007 No. 2006 2007 Kabupaten/ Fakir miskin/ Fakir miskin/ Kota Keluarga miskin (KK) Keluarga miskin (KK) 1 Jembrana 9.146 6.998 2 Tabanan 12.348 11.672 3 Badung 4.025 5.201 4 Gianyar 5.731 7.629 5 Klungkung 7.440 8.460 6 Bangli 8.094 13.191 7 Karangasem 14.047 41.826 8 Buleleng 36.200 47.908 9 Denpasar 650 4.159 Provinsi Bali 97.681 147.044 Sumber : BPS Provinsi Bali, 2009 Tabel 1.1 menunjukkan keluarga fakir miskin yang ada di 9 kabupaten/kota di Provinsi Bali tahun 2006 sampai 2007. Jumlah keluarga fakir miskin di Bali pada tahun 2006 sebanyak 97.681 jiwa. Keluarga fakir miskin terbanyak terdapat di Kabupaten Buleleng yaitu sebanyak 36.200 jiwa. Pada tahun 2007 keluarga fakir miskinnya mengalami peningkatan yakni sebanyak 147.044. Masih seperti tahun sebelumnya keluarga fakir miskin terbayak terdapat di Kabupaten Buleleng yakni sebanyak 47.908 jiwa. Hal ini menandakan bahwa jumlah keluarga fakir miskin di Bali mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai 2007. Denpasar sebagai ibu kota provinsi Bali menempati urutan terakhir untuk jumlah keluarga fakir miskin, atau dengan kata lain jumlah keluarga fakir miskin di Denpasar adalah yang paling sedikit di antara kabupaten lainnya. Tetapi terjadi peningkatan jumlah keluarga fakir

miskin dari tahun 2006 sampai 2007. Untuk itu itu diperlukan kajian untuk mengukur sampai sejauh mana tingkat efektivitas program penanggulangan kemiskinan yang ada di Kota Denpasar mengingat wilayah tersebut memiliki jumlah KK miskin terendah dibandingkan dengan kabupaten yang lainnya. Untuk lebih memperjelas mengenai jumlah KK miskin yang ada di Kota Denpasar dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Jumlah dan Persentase KK Miskin di Kota Denpasar Tahun 2007 No. Kecamatan Jumlah KK Jumlah KK Miskin KK Miskin (%) 1 Denpasar Utara 38.141 1.371 3,59 2 Denpasar Timur 30.613 1.044 3,41 3 Denpasar Selatan 46.460 891 1,92 4 Denpasar Barat 46.799 1.059 2,26 Kota Denpasar 162.013 4.265 2,63 Sumber : Kantor Kecamatan Denpasar Selatan, 2009 Ket. : Kepala Keluarga (KK) Jumlah KK di Kota Denpasar pada tahun 2007 tercatat 162.013 KK sedangkan jumlah KK miskin Kota Denpasar sebanyak 4.265 KK yang tersebar di empat kecamatan. Jumlah KK miskin paling banyak pada empat kecamatan di Kota Denpasar terdapat pada Kecamatan Denpasar Utara yaitu sebanyak 1.371 KK, sedangkan jumlah KK yang paling sedikit pada empat kecamatan di Kota Denpasar terdapat pada Kecamatan Denpasar Selatan yaitu sebanyak 891 KK. Akan tetapi, apabila dilihat berdasarkan persentase KK miskin di Kota Denpasar, maka persentase KK miskin paling tinggi terdapat pada Kecamatan Denpasar Utara

dan persentase KK miskin terendah terdapat pada Kecamatan Denpasar Selatan. Sehingga sangat diperlukan upaya dan keseriusan pemerintah dalam melaksanaan program kerja penanggulangan kemiskinan agar dapat menurunkan jumlah keluarga fakir miskin. Pemerintah dalam mengatasi kemiskinan, telah memiliki komitmenn yang tinggi guna kelangsungan pembangunan. Komitmen pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan ini ditegakan dalam INPRES RI No. 5 Tahun 1993 tentang Program Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan dan diperkuat kembali melalui INPRES No. 3 Tahun 1996 tentang Pembangunan Keluarga Sejahtera (PKS) Dalam Rangka Peningkatan Penanggulangan Kemiskian. Realisasi dari kebijakan tersebut, pemerintah mengulirkan beberapa program antara lain: Program Kesejahteraan Rakyat (PROKESRA) oleh BKKBN, Impres Desa Tertinggal (IDT) oleh Bappenas dan Program Kesejahteraan Sosial Kelompok Usaha Bersama (PROKESOS KUBE) oleh Departemen Sosial. Pemerintah provinsi Bali selama ini telah mengupayakan berbagai macam program dalam menanggulangi kemiskinan, salah satunya yaitu melalui Program Kesejahteraan Sosial Kelompok Usaha Bersama (PROKERSOS KUBE). Program yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial Provinsi Bali ini bertujuan untuk memberdayakan fakir miskin melalui kerjasama dalam kelompok, sehingga nantinya akan dapat meminimalkan jumlah penduduk miskin dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja mereka. Apabila pendapatan meningkat dan kesempatan kerja juga meningkat, diharapkan kesejahteraan

masyarakat akan lebih terjamin. Terjaminnya kesejahteraan masyarakat, maka akan membawa dampak yang positif bagi perkembangan perekonomian di Bali khususnya dan Indonesia pada umumnya. Pemerintah Kota Denpasar sendiri telah melakukan Program Kesejahteraan Sosial Kelompok Usaha Bersama (PROKERSOS KUBE) melalui Dinas Kesejahteraan Sosial Kota Denpasar. Untuk jumlah KUBE yang diberikan kepada fakir miskin di Kota Denpasar dapat dilihat pada Tabel 1.3 Tabel 1.3 Jumlah Kelompok Usaha Bersama Keluarga Fakir Miskin Tahun 2007 di Kota Denpasar Tahun Kecamatan Lokasi Desa/Kelurahan Jumlah Kube Jumlah Anggota (KK) Jumalah bantuan 2007 Denpasar Ds. Pemogan 2 22 2 bh sound sistem 450 bh kursi Selatan plastik 5 set tenda Denpasar Ds. Dangin 2 20 2 bh sound sistem 450 bh kursi Timur Puri Kelod plastik 5 set tenda Denpasar Kel. Pemecutan 2 20 2 bh sound sistem 450 bh kursi Barat plastik 5 set tenda Jenis UEP/KUBE KUBE penyewaan tenda KUBE penyewaan tenda KUBE penyewaan tenda Denpasar Utara Ds. Pemecutan Kaja 2 18 5 bh mesin slip kelapa, 2bh mesin tepung, 5bh set kompor gas, 2 set oven gas KUBE pembuatan jajan & minyak kelapa Jumlah 8 80 Sumber : Dinas Sosial Kota Denpasar, 2009

Berdasarkan Tabel 1.3 bahwa jumlah KUBE yang diberikan sebanyak 8 dengan jumlah anggota keluarga fakir miskin yang mendapatkan sebanyak 80 KK, yang tersebar di 4 Kecamatan yang berlokasi di 3 Desa dan 1 Kelurahan. Jenis KUBE yang diberikan adalah KUBE penyewaan tenda dan KUBE pembuatan jajan dan minyak kelapa. Pelaksanaan Program Kelmpok Usaha Bersama (KUBE) yang diberikan oleh Dinas Sosial Kota Denpasar pada tahun 2007 dalam upaya pemberdayaan fakir miskin di Kota Denpasar belum diketahui efektivitas pelaksanaannya serta dalam peningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja keluarga miskin, sehingga perlu dilakukan penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu: 1) Bagaimana tingkat efektivitas Program Kesejahteraan Sosial Kelompok Usaha Bersama (PROKERSOS KUBE) dalam memberdayakan fakir miskin di Kota Denpasar? 2) Bagaimanakah dampak dari Program Kesejahteraan Sosial Kelompok Usaha Bersama (PROKERSOS KUBE) terhadap pendapatan yang diperoleh fakir miskin di Kota Denpasar? 3) Bagaimanakah dampak dari Program Kesejahteraan Sosial Kelompok Usaha Bersama (PROKERSOS KUBE) terhadap kesempatan kerja yang diperoleh fakir miskin di Kota Denpasar?

1.2 Tujuan Penelitian Sesuai dengan uraian pada latar belakang dan pokok permasalahan maka penelitian ini memiliki tujuan: 1) Untuk mengukur tingkat efektivitas Program Kesejahteraan Sosial Kelompok Usaha Bersama (PROKERSOS KUBE) dalam memberdayakan fakir miskin di Kota Denpasar 2) Untuk mengetahui dampak dari Program Kesejahteraan Sosial Kelompok Usaha Bersama (PROKERSOS KUBE) terhadap pendapatan yang diperoleh fakir miskin di Kota Denpasar 3) Untuk mengetahui dampak dari Program Kesejahteraan Sosial Kelompok Usaha Bersama (PROKERSOS KUBE) terhadap kesempatan kerja yang diperoleh fakir miskin di Kota Denpasar. 1.3 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut: 1) Bagi Khasadah Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan khasadah ilmu pengetahuan pada bidang ilmu ekonomi dan memperkaya ragam penelitian mengenai pemberdayaan fakir miskin melalui Program Kesejahteraan Sosial Kelompok Usaha Bersama (PROKERSOS KUBE).

2) Bagi Penentu Kebijakan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah sebagai dasar dalam mengambil kebijakan khususnya dalam Program Kesejahteraan Sosial Kelompok Usaha Bersama (PROKERSOS KUBE) untuk mencegah penurunan kesejahteraan masyarakat miskin. 3) Bagi Mahasiswa Penelitian ini diharapkan dapat memeberikan manfaat bagi mahasiswa, untuk membandingkan dan mengaplikasikan teori atau ilmu yang diperoleh selama bangku kuliah. 1.4 Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dikemukakan mengenai latar belakang masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penyajian. BAB II Kajian Pustaka Dalam bab ini berisikan tentang berbagai teori-teori yang melandasi sumber teori. Adapun teoritis yang dimaksud dalam bab ini adalah konsep kemiskinan, pengertian pemberdayaan dan kesejahteraan sosial, penjelasan mengenai program KUBE, pembahasan hasil penelitian sebelumnya dan hipotesis.

BAB III Metode Penelitian Dalam bab ini diuraikan tentang lokasi dan objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, responden penelitian, metode penentuan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB IV Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini disajikan data desertai pembahasan berupa gambaran umum daerah penelitian dan pembahasan hasil dari model yang digunakan, yang merupakan jabaran dari permasalahan yang ada. BAB V Simpulan dan Saran Merupakan bab akhir yang menyimpulkan dari seluruh pembahasan dan hasil analisis dari bab-bab sebelumnya serta diakhiri dengan saran saran sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan langkah-langkah yang dilakukan pada masa yang akan datang.