BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara bisa berjalan dengan lancar. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan pada semester kedua tahun 2008 yang bermula dari

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat dan

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah, dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa bank syariah wajib

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa jasa perbankan. Bank memiliki

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kegagalan usaha (Kemendag,2013). yang dianggap penting dan mampu menopang perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, perbankan Indonesia telah mengalami pasang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu. menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bank Umum Syariah (BUS) Nasional di Indonesia dengan tahun amatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk menilai kesehatan suatu bank, di mana bank dengan kinerja yang

I. Pendahuluan. optimal dalam industri perbankan nasional. Paska terbitnya Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara. Ketika sektor perbankan terpuruk maka akan berdampak pada

I. PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB I PENDAHULUAN. untuk menggerakkan roda perekonomian suatu negara, seperti dalam hal penciptaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karolina, 2014 Pengaruh Kecukupan Modal Terhadap Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. institution) sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pengertian bank umum

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan pembangunan ekonomi nasional. Bank berfungsi. menghimpun dana dari masyarakat (to receive deposit) dan kemudian

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB I PENDAHULUAN. telah menetapkan undang-undang mengenai Mortgage (Perumahan). Peraturan

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakteristik perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang begitu pesat perkembangannya menyebabkan dampak terhadap muncul

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perekonomian suatu negara umumnya diukur oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. semua kebutuhan keuangan.perekonomian suatu negara sudah sangat bergantung

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah. mengalami perkembangan yang cukup pesat, ini dibuktikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. bank yang sehat dan dapat beroperasi secara optimal. syariah atau bank yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil, sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah

BAB V PENUTUP. likuiditas (CR) dan financial leverage (DR) terhadap profitabilitas pada perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa secara global. Krisis ini tentunya berdampak negatif bagi

BAB I PENDAHULUAN. membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga atau badan usaha yang saat ini mulai

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Perkembangan bank yang makin pesat

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang menghimpun dana (Funding) dari masyarakat yang. kembali kepada masyarakat yang kekurangan dana (Deficit unit) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya. Modal dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I Pendahuluan. Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada keputusan yang

BAB I PENDAHULUAN. No.7 Tahun 1992 Bank Syariah berdiri ditengah-tengah krisis ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1997 mempunyai dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, bank syariah telah muncul semenjak awal tahun 1990-an dengan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai keunikan secara prinsip dapat mendukung usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

BAB 1 PENDAHULUAN. melemahnya aktivitas bisnis secara umum yang disebabkan Global Financial

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan sistem bagi hasil atau profit sharing (Kasmir, 2006:23).

BAB I PENDAHULUAN. dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek kehidupan. Proses pemulihan perekonomian dunia pada tahun 2011

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 Bank adalah badan usaha

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN. di bedakan dalam beberapa jenis kredit. Pembedaan jenis-jenis kredit sangat

PENDAHULUAN. usaha yang dibiayainya. Risiko ini dapat diatasi dengan cara memberikan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian banyak pihak akhir-akhir ini. Tidak sedikit kajian dilakukan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang sustainable. Dari sisi

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dibanding usaha besar yang hanya mencapai 3,64 %. Kontribusi sektor

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis, sebuah perusahaan menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas ekonomi. Bank untuk bisa menjaga kepercayaan masyarakat, maka harus

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah adalah Bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. lain yang ditopang oleh bank tersebut. Fungsi bank sebagai perantara (financial

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi merupakan sesuatu yang melekat erat keberadannya pada sistem perekonomian suatu negara. Adapun penyebab terjadinya krisis ekonomi tersebut,secara umum dapat bersumber dari luar (eksternal) maupun dari dalam (internal) negara itu sendiri. Melihat dari perkembangam sistem keuangan, tidak terlepas dari peran perbankan yang secara mutlak menjadi bagian didalamnya, kondisi tersebut tercermin pada kondisi Indonesia saat mengalami krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997 dan 2008, yang dimana ketika perbankan mengalami keterpurukan maka perekonomian juga ikut terpuruk, demikian sebaliknya (Kiryanto, 2007). Dampak yang terjadi dari adanya krisis ekonomi tahun 1997, yakni; stok hutang luar negeri swasta sangat besar dan umumnya berjangka pendek, sehingga menciptakan ketidakstabilan ekonomi. Kondisi seperti itu berakibat pada kedudukan posisi pelaku sektor ekonomi, yakni perusahaan-perusahaan besar satu persatu menjadi collapse karena bahan baku impor meningkat secara drastis, biaya cicilan utang meningkat sebagai akibat dari nilai tukar rupiah terhadap dolar yang menurun dan berfluktuasi. Sektor perbankan yang ikut terpuruk, turut memperparah sektor industri dari sisi permodalan. Banyak perusahaan yang tidak mampu lagi meneruskan proses usahanya karena tingkat bunga yang tinggi, begitupun pada tahun 2008 ketika terjadinya krisis ekonomi global yang diakibatkan oleh buruknya manajemen tanpa memperhatikan kemampuan financial para kreditur, yang pada gilirannya menyebabkan terjadinya kredit macet sehingga berdampak langsung pada kondisi keuangan lembaga-lembaga keuangan besar di Amerika Serikat dan mendorong terjadinya likuidasi lembaga keuangan yang lain, yang notabene sebelumnya baik lembaga yang berada di 1

Amerika Serikat maupun di luar Amerika Serikat menginvestasikan uangnya melalui instrumen lembaga keuangan besar di Amerika Serikat tersebut. Salah satu pelajaran yang bisa dipetik dari krisis 1997 dan 2008 ialah kurangnya kepedulian sektor perbankan pada kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) produktif. Dimana sebelum krisis 1997, kredit perbankan amat terkonsentrasi pada kredit korporasi dan juga konsumsi. Hanya sebahagian kecil kredit yang disalurkan bank pada sektor UMKM. Bank cenderung menganggap remeh sektor ini, padahal sektor ekonomi UMKM justru memperlihatkan indikator kemampuan untuk bertahan menghadapi krisis ekonomi dibandingkan dengan usaha besar lainnya, serta dapat menjadi penopang bagi perekonomian di Indonesia apabila terjadi krisis ekonomi yang disebabkan baik oleh faktor-faktor internal, maupun eksternal, karena sektor UMKM berkembang diatas usaha sendiri dan memiliki segmentasi pasar tersendiri. Di negara Indonesia, sektor UMKM merupakan penggerak utama perekonomian, hal ini dilatarbelakangi karena mayoritas penduduk Indonesia adalah masyarakat dengan penghasilan ekonomi menengah kebawah. Selain itu pula, sektor UMKM merupakan sektor yang paling sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. Adapun fungsi utama UMKM dalam menggerakan ekonomi Indonesia, yaitu (1) sektor usaha kecil dan menengah sebagai penyedia lapangan kerja bagi jutaan orang yang tidak tertampung di sektor fotmal, (2) sektor usaha kecil dan menengah mempunyai kontribusi terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), dan (3) sektor usaha kecil dan menengah sebagai sumber penghasil devisa Negara melalui ekspor berbagai jenis produk yang dihasilkan sektor ini. Akan tetapi dalam proses pengembangan usahanya, UMKM dihadapkan pada beberapa kendala, salah satunya adalah kemampuan untuk mendapatkan modal pinjaman atau pembiayaan dari bank. Pada kondisi sebagaimana tersebut di atas, kehadiran bank syariah diharapkan dapat menjadi solusi bagi kendala yang dihadapi oleh sektor UMKM, mengingat peluang perbankan syariah untuk memberikan pembiayaan pada sektor 2

ekonomi UMKM sangat besar, karena nampaknya bank-bank konvensional belum mampu memerankan diri sebagai bank of the poor. Pemahaman seperti tersebut dilandasi oleh adanya dasar dan prinsip-prinsp yang ditetapkan oleh bank syariah yang sangat compatible dengan ketimpangan sosial, kemiskinan dan ketidakadilan. Dengan hadirnya lembaga keuangan syariah merupakan momentum strategis bagi upaya pembebasan masyarakat pengusaha kecil dari kesulitan penambahan modal dalam mengembangkan usaha ekonomi mereka dan memberikan kesempatan kepada seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi. Berdasarkan fakta empiris (literatur) yang ditemukan bahwasanya menurut Athanasoglou et al. (2006), menyatakan bahwa profitabilitas bank merupakan fungsi dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor mikro atau faktor spesifik bank yang menentukan profitabilitas. Sedangkan faktor eksternal merupakan variabel-variabel yang tidak memiliki hubungan langsung dengan manajemen bank, tetapi faktor tersebut secara tidak langsung memberikan efek bagi perekonomian dan hukum yang akan berdampak pada kinerja lembaga keuangan. Menurut Ogunleye (2001), faktor yang tidak dapat dikontrol atau faktor eksternal dapat mempengaruhi kinerja bank. Lebih lanjut Athanasoglou et al., (2006) menyatakan bahwa faktor eksternal yang perlu diperhatikan adalah inflasi, suku bunga dan siklus output, serta variabel yang mempresentasikan karakteristik pasar. Dari segi internal peningkatan pemberian pembiayaan bagi sektor UMKM terus ditingkatkan oleh berbagai lembaga keuangan syariah, seperti salah satu BUS yang paling lama berdiri adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI). Bank yang berdiri tanggal 1 November 1991 dan mulai beroperasi tanggal 1 Mei 1992 ini memiliki asset Perseroan 28,9% terhadap total asset bank syariah nasional. Sesuai dengan fungsinya sebagai financial intermediary, BMI dalam menjalankan aktivitasnya menghimpun dana berupa giro, tabungan dan deposito serta menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan 3

dan lainnya, yang dimana tahun 2005 Bank Muamalat Indonesia menargetkan penyaluran pembiayaan hingga 275 miliar seperti pada tahun 2005 Bank Muamalat Indonesia menargetkan penyaluran pembiayaan hingga 275 miliar, dan pembiayaan ini terus ditingkatkan, selanjutnya BUS yang lain yaitu Bank Bukopin Syariah, yang merupakan unit Syariah dari bank umum milik pemerintah, juga telah menyalurkan lebih dari 50 persen pembiayaan kepada UMKM. Terakhir, Bank Syariah Mandiri (BSM) juga ikut memeberikan kontribusi kepada sektor UMKM. Mencermati data-data sebagaimana dipaparkan diatas, maka jelaslah bahwa keberadaan bank syariah sangat mendukung bagi sektor UMKM, karena Bank Syariah berprinsip menjalankan amanah yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat lain yang memerlukannya, bank syariah menunjukkan komitmen dan memberikan peluang yang sama kepada semua sektor usaha yang dianggap potensial dan secara finansial memberikan keuntungan baik kapada nasabah maupun pada bank itu sendiri, akan tetapi penyaluran pembiayaan yang dilakukan perbankan tidak menuntut adanya resiko yang ditimbulkan, salah satu resiko yang diakibatkan dari penyaluran pembiayaan salah satunya adalah terjadinya Non Performing Financing (NPF). Pertumbuhan pembiayaan yang cukup tinggi dalam kondisi sektor rill yang belum kondusif, berdampak pada meningkatnya jumlah pembiayaan bermasalah (non performing financing). Idealnya rasio NPF suatu bank tidak lebih dari 5%. Semakin kecil rasio semakin baik (Suhardjono, 2003: 93). 4

Tabel 1.1 Non Performing Financing (NPF) tahun 2009 (Dalam Persen) NPF NAMA BANK GROSS PT BANK MUAMALAT INDONESIA 8,86 PT BANK SYARIAH BRI (B, DJASA ARTA) 4,01 PT BANK SYARIAH MANIDRI.Tbk 5,87 PT BANK SYARIAH MEGA INDONESIA 1,6 PT BANK SYARIAH BUKOPIN (PERSYARATAN) 3,14 Sumber : BI Laporan Pengawasan Perbankan (LPP) 2009, data diolah. Pembiayaan yang disalurkan tidak semuanya tergolong lancar, tetapi juga bisa menjadi bermasalah. Pembiayaan yang tergolong bermasalah (NPF) yaitu bila kolektibilitasnya termasuk ke dalam kategori kurang lancar, diragukan, dan macet (PSAK No. 31). Non performing financing muncul manakala nasabah tidak dapat mengembalikan pinjaman sesuai dengan waktu yang ditentukan. Dilihat dari LPP BI tahun 2009, masih ada non performing financing yang melebihi dari 5% seperti PT Bank Muamalat Indonesia dan PT Bank Syariah Mandiri yang masingmasing mempunyai non performing financing sebesar 8,86 % dan 5,87%. Pada dasarnya, kepercayaan masyarakat bergantung pada kinerja bank dalam mengelola dana (capability), integritas, dan kredibilitas manajemen bank (Gustian, 2008: 7). Selain itu hal lain yang mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank yakni dinilai berdasarkan tinggkat kesehatan bank yang meliputi permodalan, kualitas asset, manajemen likuiditas, profitabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan bank. Salah satu indikator utama yang digunakan dalam menentukan tingkat kesehatan bank yaitu berdasarkan pembiayaan. Hal ini disebabkan karena 5

pembiayaan merupakan asset terbesar dan sumber pendapatan tertinggi yang di miliki oleh bank. Dari segi ekstrnal peningkatan dan penurunan profitabilitas selain dipengaruhi oleh adanya faktor internal juga dipengaruhi oleh adanya inflasi yang terjadi pada negara yang bersangkutan, yang dimana inflasi ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan dalam pola pembagian pendapatan dan kekayaan masyarakat atau biasa disebut sebagai equity effect. Akan tetapi dalam penelitian yang dilakukan oleh Demirguic-Kunt dan Huizinga (1998) menggunakan sampel bank umum, dijelaskan bahwa inflasi justru berpengaruh positif terhadap profitabilitas bank dengan syarat bank mampu menaikkan tingakat suku bunganya lebih cepat daripada biaya yang timbul akibat inflasi. Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian Hasan dan Basher (2002) yang melakukan penelitian pada Bank Islam di seluruh dunia. Hasan menjelaskan semua variabel makro ekonomi berpengaruh terhadap profitabilitas bank. Dengan asumsi bahwa Bank Islam melakukan usaha dengan model bagi hasil. Dengan begitu lesunya ekonomi karena inflasi serta pertumbuhan GDP suatu Negara akan berakibat pada semakin meningkatnya risiko dan juga profit bank dari investasi. Berdasarkan penjelasan yang telah di paparkan di atas serta kondisi non performing financing (NPF) yang terjadi di PT Bank Muamalat Indonesia yang dijadikan tempat penelitian, penulis tertarik untuk mengetahu lebih jauh, memahami, menganalisis dan menguji seberapa besar non performing financing (NPF) UKM dan inflasi mempengaruhi tingkat profitabilitas yang di ukur dengan tingkat return on asset (ROA). Oleh karena itu penulis menuangkannya dalam judul penelitian ini, yakni : Pengaruh Non Performing Financing (NPF) UMKM dan Inflasi terhadap Tingkat Profitabilitas PT. Bank Muamalat Indonesia Periode 2003-2011. 6

1.2 RumusanMasalah Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pekembangan tingkat profitabilitas pada PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk. periode 2003-2011? 2. Seberapa besar pengaruh non performing financing (NPF) UMKM terhadap tingkat profitabilitas pada PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk. periode 2003-2011? 3. Seberapa besar pengaruh inflasi terhadap tingkat profitabilitas pada PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk. periode 2003-2011? 4. Seberapa besar pengaruh non performing financing (NPF) UMKM dan Inflasi terhadap tingkat profitabilitas pada PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk. periode 2003-2011? 1.3 Maksud Penelitian Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperoleh data, mempelajari, menganalisis, dan kemudian menarik kesimpulan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh pembiayaa UMKM terhadap tingkat profitabilitas yang di ukur dengan return on asset (ROA). 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak di capai dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bagaimana pekembangan tingkat profitabilitas pada PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk. periode 2003-2011 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh non performing financing (NPF) UMKM terhadap tingkat profitabilitas pada PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk. periode 2003-2011 7

3. Untuk mengetahiu seberapa besar pengaruh inflasi terhadap tingkat profitabilitas pada PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk. periode 2003-2011 4. Untuk Menganalisis Seberapa besar pengaruh non performing financing (NPF) UMKM dan Inflasi terhadap tingkat profitabilitas PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk. periode 2003-2011 1.5 Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian dapat manambah wawasan dan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya tentang perbankan syariah serta dapat menjadi bahan kajian lebih lanjut mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan perbankan syariah terutama tentang pembrian kontribusi dari pembiayaan UKM terhadap profitabilitas. 1. Bagi Penulis Dapat menambah ilmu tentang perbankan syariah khususnya mengenai pengaruh pembiayaan UKM terhadap profitabilitas serta dapat mengetahui aplikasi yang sebenarnya dari pelaksanaan manajemen kaungan perbankan syariah. 2. Bagi Perusahaan Secara prakris diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan saran bagi manajemen perusahaan dalam upaya mengelola dan mengendalikan pembiayaan UMKM terhadap fropitabilitas agar bisa meningkatkan profit dan kinerja perusahaan secara keseluruhan. 8