HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN EFIKASI DIRI PADA ATLET BASKET UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan olahraga beregu yang terdiri atas satu tim yang beranggotakan lima

BAB I PENDAHULUAN. olahraga bola basket telah dipertandingkan pada PON I di kota Solo.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

DEWI KUSUMA WARDHANI F

BAB II LANDASAN TEORI

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia.

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN

BAB I PENDAHULUAN. teknik yang berkualitas. Tingkat pencapaian prestasi olahraga bola basket dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

Hubungan kematangan Emosi dan Kebahagiaan Pada Remaja yang Mengalami Putus Cinta. Dini Amalia Ulfah Dr. Intaglia Harsanti

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SHOOTING DALAM PERMAINAN BOLABASKET

BAB III METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN PENDEKATAN TAKNIS DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA BASKET

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan, untuk

KONTRIBUSI SELF CONCEPT MATEMATIS TERHADAP KEMAMPUAN AKADEMIK MAHASISWA PADA PEMBELAJARAN KALKULUS

HUBUNGAN ANTARA PERCAYA DIRI DENGAN INTENSI MENYONTEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self-Efficacy. berhubungan dengan keyakinan bahwa dirinya mampu atau tidak mampu

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. permainan bola basket three on three, dan slam dunk kontes.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PRAMUNIAGA MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE NASKAH PUBLIKASI

KEMAMPUAN DASAR BERMAIN SEPAKBOLA SISWA KELAS VIII SMP N 2 PANDAK. Oleh Fitri Hermawan N dan Soni Nopembri Universitas Negeri Yogyakarta

HUBUNGAN KECEPATAN DAN KELINCAHAN TERHADAP KEMAMPUAN DRIBBLING PADA PESERTA EKSTRAKURIKULER BOLABASKET DI SMP KARTIKA 1-7 PADANG

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Wawan Candy, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA ANGGOTA LANUD ADI SOEMARMO YANG MENJELANG PENSIUN.

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2)

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. SMU/SMA juga sampai tingkat Perguruan Tinggi. Serta turnamen bola basket

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kematangan Emosional. hati ke dalam suasana hati yang lain (Hurlock, 1999).

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era pasar bebas banyak tantangan dan persaingan harus dihadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. National Basket League (NBL) terjadi peningkatan jumlah penonton sebanyak 30% pada tahun

BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. James Naismith. Dalam pelaksanaannya setiap regu dituntut untuk melaksanakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puncak dari seluruh kegiatan akademik di bangku kuliah adalah menyelesaikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. matematis berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai. Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu:

SEMINAR NASIONAL PENINGKATAN KUALITAS PENULISAN KARYA ILMIAH STOK BINA GUNA, SABTU 16 SEPTEMBER 2017 PENGARUH MASSED PRACTICE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lufty Bella Dina Hakiky, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. (DBL) Indonesia, setelah berakhirnya babak Championship Series di Jogjakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Sugiyono (2009)

JURNAL HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN EFIKASI DIRI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA.

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. kesegaran jasmani dan berpengaruh pula pada peningkatan prestasi pada cabang

BAB III METODE PENELITIAN. korelasioanal berganda ( Multiple Corelation) yang menunjukkan arah dan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif seperti yang dijelaskan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dea Oktaviani,2014

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional, (Depdiknas, 2003: 30). Karanggambas sesuai silabus adalah: atletik, senam, renang, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH LATIHAN VARIASI DRILL PASSING DAN WALL PASSING TERHADAP KEMAMPUAN CHEST PASS PADA PEMAIN BOLA BASKET SMA NEGERI 7 KOTA JAMBI

2015 PROFIL KONDISI FISIK ATLET BOLA BASKET PUTRI TINGKAT SMA SE-JAWA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang. dengan menggunakan tenaga manusia kini sudah banyak diganti dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek Penelitian ini adalah sense of humor dan penyesuaian diri pada remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan tempat individu berada. Remaja menurut Monks (2002) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENGELOLAAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS X UPTD SMAN 1 MOJO KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

I. PENDAHULUAN. warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sekolah merupakan salah satu wadah yang berfungsi untuk mengembangkan dan

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan,

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA BARU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2013

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) meliputi permainan

BAB III METODE PENELITIAN. independent (bebas) dan variabel dependet (terikat). Variabel bebas yaitu

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PENGEDALIAN PERILAKU AGRESIF PESERTA DIDIK KELAS X SMK PGRI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nuritia Septiantry, 2013

Hubungan Antara Self-efficacy Akademik Dengan Hasil Belajar Siswa

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEDISIPLINAN ANAK DI SEKOLAH KELOMPOK A TK ISLAM ORBIT 2 PRAON NUSUKAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah maupun luar lingkungan sekolah. mulai anak-anak (pemula) hingga dewasa (profesional/atlet).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beberapa tahun terakhir, beberapa sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rafdlal Saeful Bakhri, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. masing-masing akan dijelaskan dalam sub bab berikut.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai

PENGUKURAN SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MTs N 2 CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

PENGARUH KEYAKINAN DIRI (SELF BELIEF) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA. Ika Gita Nurliana Putri; Rustono, WS.; Edi Hendri Mulyana

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. mengetahui ada tidaknya hubungan Kontrol diri (variabel bebas) dan Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN EFIKASI DIRI PADA ATLET BASKET UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Memenuhi Sebagaian Prasyarat Mencapai Derajat S-1 Program Studi Psikologi Disusun Oleh : ANGIE LESTYANING PUTRI F. 100104030 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 i

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN EFIKASI DIRI PADA ATLET BASKET UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : ANGIE LESTYANING PUTRI F. 100 104 030 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 ii

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN EFIKASI DIRI PADA ATLET BASKET UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Angie Lestyaning Putri Dra. Partini, M.si Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta angielestyaning@gmail.com ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara kematangan emosi dengan efikasi diri. Hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan positif antara kematangan emosi dengan efikasi diri pada atlet basket Universitas Muhammadiyah Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah 90 atlet basket Universitas Muhammadiyah Surakarta. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling, yaitu dengan memilih atlet basket di Universitas Muhammadiyah Surakarta berdasarkan kriteria, subjek yang terpilih dalam penelitian ini adalah 50 atlet basket yang bergabung dalam unit bola basket dan telah mengikuti latihan dasar. Metode pengumpulan data menggunakan skala kematangan emosi dan skala efikasi diri. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi produt moment. Berdasarkan hasil analisis korelasi product moment diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,793; p = 0,000 (p < 0,05) artinya ada hubungan positif yang signifikan antara kematangan emosi dengan efikasi diri. Sumbangan efektif antara variabel kematangan emosi terhadap efikasi diri sebesar 63%. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah ada hubungan positif yang signifikan antara kematangan emosi dengan efikasi diri pada atlet basket di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Efikasi diri pada atlet tergolong tinggi dan kematangan emosi pada atlet tergolong tinggi. Kata kunci : Atlet Basket, Efikasi Diri, dan Kematangan Emosi, v

PENDAHULUAN Bola basket merupaka jenis olahraga yang digemari oleh banyak kalangan mulai dari yang muda sampai yang tua. Bola basket merupakan salah satu cabang olahraga beregu. Olahraga ini diciptakan oleh James A. Naismith salah seorang guru pendidikan jasmani Young Mens Cristian Association (YMCA) Springfiels, Massacusets, Amerika Serikat pada tahun 1891. Bola basket merupakan olahraga beregu yang terdiri atas satu tim yang beranggotakan lima orang untuk mencetak poin dengan memasukan bola kedalam keranjang lawan. Secara garis besar permainan bola basket dilakukan dengan mempergunakan empat teknik yang menjadi pokok permainan, yakni mengoper (passing), menangkap bola (catching) dan menggiring bola (dribbling) serta menembak (Shooting). Bola basket di Indonesia pertama kali dikenal di kota Yogyakarta dan Solo, tepatnya pada September 1984. Saat diselenggarakan Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama dikota solo (Anonim, 2009) Dibidang olahraga professional banyak faktor yang berpengaruh terhadap performa para atlet, tidak hanya faktor pelatih dan lingungan. Pelatih tidak hanya mengajarkan gerakan-gerakan tertentu, tetapi juga mendidik atlet untuk berespon tepat dalam bertingkah laku didalam maupun diluar gelanggang olahraga. Lingkungan juga tidak hanya sebatas lingkungan fisik tetapi juga lingkungan social masyarakat, termasuk dalam lingkungan tempat tinggal atlet tersebut. Disamping itu yang terpenting olahtaga dipandang sebagai prilaku gerak manusia yang universal, tidak hanya pada tujuan fisik semata namun juga terdpat faktor. Faktor psikis mencangkup motovasi, emosi, percaya diri, disiplin, kecemasan, ketegangan, pembinaan kelompok dan interaksi sosial (Satiadarma,2000). Barron dan Harackiewich (Santrock, 2008) menyatakan bahwa emosi juga dapat membantu atau merintangi pemecahan problem. Pada saat orang sangat termotivasi, pemecah masalah yang baik seringkali dapat mengontrol 1

emosinya dan berkonsentrasi pada solusi problem. Terlalu cemas dan takut bias membatasi kemampuan dalam memecahkan masalah biasanya tidak takut membuat kesalahan. Hal ini menunjukan bahwa ada kaitan antara kematangan emosi dengan efikasi diri, terlihat ketika pemecahan problem tentunya seseorang harus memiliki keyakinan diri untuk mengambvil keputusan. penelitian Hasan (2002) mendapatkan hasil bahwa kematangan emosi mempengaruhi strategi coping remaja, bahwa ada hubungan yang signifikan pada kematangan emosi dengan pemilihan strategi coping yang berorientasi pada pemecahan masalah dengan hasil 22,5%. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin matang emosi remaja maka akan semakin mudah untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan emosi yang matang remaja akan mampu memiliki strategi coping dengan mudah sehingga remaja tidak akan kesulitan dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dan tetap optimis, tenang dalam menghadapi permasalahan yang ada. Untuk menerapkan strategi coping tersebut remaja diharapkan memiliki efikasi diri dalam dirinya, dengan adanya efikasi diri akan memperkuat keyakinan remaja untuk tetap optimis dalam mencapai keberhasilan. Adzikriyah (2000) bahwa kematangan emosi berhubungan dengan kompetensi sosial remaja. Semakin tinggi kematangan emosi seseorang maka akan semakin tinggi pula kompetensi sosialnya dan sebaliknya semakin rendah kematangan emosi seseorang maka akan semakin rendah pula kompetensi sosialnya. Kompetensi sosial disini merupakan kemampuan atau kecakapan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain untuk terlibat dengan situasi sosial yang memuaskan. Dengan kematangan emosi remaja akan dapat bersikap toleran, merasa nyaman mempunyai kontrol diri sendiri, serta mampu menerima dirinya dan orang lain sehingga remaja dengan mudah mengadakan kompetensi sosial. Untuk bisa menerapkan kompetensi dengan baik, harus diimbangi dengan adanya efikasi diri, karena dengan 2

efikasi diri bisa menumbuhkan keyakinan atas kemampuan diri dalam menampilkan suatu bentuk perilaku yang berhubungan dengan situasi yang dihadapi, sehingga kompetensi sosial tersebut terwujud dan dapat diterima orang lain. Hasil observasi dan intervieu peneliti yang dilakukan ketika setiap kali ada pertandingan yang melibatkan para atlet basket di universitas muhammadiyah sesudah bertanding, saat bertanding dan setelat bertanding dimana dalam bertanding atlet memerlukan efikasi diri yang kuat agar dapat mengambil keputusan seperti mencetak poin, memakai pola permainan dalam bertanding dan mem-passing bola kepada teman satu timya. Permasalahan muncul ketika seorang atlet melakukan tugasnya dilapangan menggiring bola dan tidak dapat membaca situasi sehingga salah dalam mengoper bola, serta terlihat dari atlet yang memiliki peluang untuk mecetak poin tetapi lebih memilih mengoper bola kepada teman satu timnya dibanding untuk mencetak poin. Efikasi diri sangat berhubungan dengan kematangan emosi yang dimiliki oleh para atlet basket. Kekurangan para atlet yang meliputi rasa kurang percaya diri, mudah tepancing bila emosinya dipancing oleh lawan main serta mudah marah bila ditegur oleh pelatih. Berdasarkan fenomena yang digambarkan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam lagi kedalam judul penelitian Hubungan Antara Kematangan Emosi dengan Efikasi Diri Pada Atlet Basket Universitas Muhammadiyah Surakarta Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Hubungan antara kematangan emosi dengan efikasi diri pada atlet basket Universitas Muhammadiyah Surakarta 2. Sumbangan efektif kematangan emosi terhadap efikasi diri pada atlet basket Universitas Muhammadiyah Surakarta 3. Kematangan emosi dan efikasi diri pada atlet Universitas Muhammadiyah Surakarta 3

Sobur (2003) kematangan emosi adalah tingkat perkembangan pada individu atau organ-organnya sehingga sudah berfungsi sebagaimana mestinya. Proses pembentukan ini melewati setiap fase perkembangan. Piaget (Daryanto, 2007), mendefinisikan bahwa kematangan emosi adalah kemampuan seseorang dalam mengontrol dan mengendalikan emosinya secara baik, dalam hal ini individu yang emosinya sudah matang tidak cepat terpengaruhi olah rangsangan atau stimulus baik dari dalam atau luar dari dirinya sendiri. Kematangan emosi memiliki beberapa aspek menurut Walgito (2003) aspekaspek kematangan emosi adalah: a. Penerimaan diri sendiri dengan orang lain. Individu mampu menerima keadaan atau kenyataan yang objektif bagi diri sendiri dan orang lain. b. Tidak impulsive, individu akan merespon stimulus dengan cara mengatur pikirannya secara baik untuk memberikan tanggapan terhadap stimulus yang didapat. Orang yang bersifat impulsive ketika bertindak cenderung tidak dipikirkan terlebih dahulu. Yang artinya bahwa memiliki emosi yang kurang matang. c. kontrol emosi, individu akan mengontrol emosinya dengan baik walaupun dalam keadaan marah, tetapi kemarahan itu tidak ditampakan keluar melalui ekspresi. Karena dapat mengatur kemarahan dengan memanifestasikan kemarahan. d. Berpikir objektif, lebih bersifat sabar, pengertian dan berpikir secara realistis e. Tanggung jawab dan ketahanan menghadapi frustasi, individu akan mempunyai tanggung jawab yang baik, dapat mandiri, tidak mudah mengalami frustasi bila menghadapi masalah dapat dilakukan dengan penuh pertimbangan 4

Menurut Hurlock (2001) faktorfaktor yang mempengaruhi kematangan emosi adalah a. Adanya ketegangan emosi. Individu yang matang secara emosi tidak akan merespon dan menilai situasi yang genting atau krisis secara emosional dengan reaksi yang membabibuta seperti halnya anak-anak atau oaring yang tidak matang emosinya. b. Faktor keluarga yang meliputi perhatian, kasih saying, adanya rasa aman, adanya perhatian yang besar terhadap masalah yang dihadapi. Smith dan Vetter (Lestariningsih, 2007) menyatakan bahwa efikasi diri merupakan sejumlah perkiraan tentang kemampuan yang dirasakan seseorang. Secara bengangsur, efikasi diri akan berkembang seiring meningkatnya kemampuan dan bertambahnya pengalaman yang berkaitan. Keyakinan akan suatu kemampuan meliputi kepercayaan diri, kapasitas kognitif, dan kapasitas bertindak dalam situasi tertekan. Bandura (2001), yakin bahwa manusia adalah makluk yang sanggup mengatur dirinya, proaktif, reflektif, dan mengorganisasikan dirinya selain itu juga memiliki kekuatan untuk dapat mempengaruhi dirinya demi menghasilkan konsekuensi yang diinginkan. Bandura mendiskusikan empat buah inti keagenan manusia yaitu: intensionalisme, prediksi, reaksidiri, dan reflesi diri. Intensionalisme mengacu pada tindakan yang dilakukan dengan intensitas tertentu. Sebuah intense bukan hanya mencakup pada perencanaan tapi juga tindakan. Ini bukan sekedar ekspektasi tentang tindakan masa depan akan tetapi komitmen proaktif untuk mewujudkan tujuan yang diharap. Menurut Bandura (1997) aspek efikasi diri ada tiga yaitu Magnitude atau level, Generality, Strenght. a. Magnitude atau Level Magnitude atau level yaitu persepsi individu mengenai kemampuanya yang menghasilkan tingkah laku yang akan diukur melalui tingkat tugas yang menunjukkan variasi kesulitan tugas. Tingkatan kesulitan tugas tersebut 5

mengungkapkan dimensi kecerdikan, tenaga, akurasi, produktivitas, atau regulasi diri yang diperlukan untuk menyebutkan beberapa dimensi perilaku kinerja. Individu yang memilki tingkat yang tinggi memiliki keyakinan bahwa ia mampu mengerjakan tugas-tugas yang sukar juga memiliki efikasi diri yang tinggi sedangkan individu dengan tingkat yang rendah memiliki keyakinan bahwa dirinya hanya mampu mengerjakan tugas-tugas yang mudah serta memiliki efikasi diri yang rendah. b. Generality Efikasi diri juga berbeda pada generalisasi artinya individu menilai keyakinan mereka berfungsi di berbagai kegiatan tertentu. c. Strength Strength artinya kekuatan, keyakinan diri yang lemah disebabkan tidak terhubung oleh pengalaman, sedangkan orang-orang yang memiliki keyakinan yang kuat, mereka akan bertahan dengan usaha mereka meskipun ada banyak kesulitan dan hambatan. Individu tersebut tidak akan kalah oleh kesulitan, karena kekuatan pada efikasi diri tidak selalu berhubungan terhadap pilihan tingkah laku. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kematangan emosi seseorang (Astuti, 2000), Faktor-faktor yang mempengaruhi Kematangan Emos a. Pola asuh orang tua b. Pengalaman traumatik c. Temperamen d. Jenis kelamin e. Usia. Atlet menunjukan kepatuhan untuk melaksanakan program yang meningkatkan kesehatan mereka, seperti program untuk bangkit dan bisa menghadapi kekalahannya sebelumnya dan mencoba untuk memperbaiki kesalahan dangan keyakinan bahwa atlet mampu. Keyakinan efikasi diri datang dari empat sunber utama: 6

1. penampilan aktual yang atlet alami. 2. pengalaman tidak langsung atau yang dialami orang lain. 3. pengaruh verbal dan rangsang fisiologis serta emosional. Namun kita mempunyai kehendak untuk belajar maka kita butuh untuk meningkatkan rasa untuk pemenuhan secara berlahan. (Uli, 2009) Berdasarkan perumusan masalah dan landasan teoritis, maka penulis memunculkan hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada hubungan positif antara kematangan emosi dengan efikasi diri pada atlet basket Universitas Muhammadiyah Surakarta METODE PENELITIAN Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah atlet basket Universitas Muhammadiyah yang terdiri dari 90 orang atlet basket. Penelitian ini menggunakan seluruh atlet basket Universitas Muhammadiyah Surakarta terdiri dari 50 orang atlet basket yang memenuhi kriteria mengikuti latihan dasar Unit Bola Basket, berusia 18-24 tahun karena menurut Papalia (2008) menyatakan bahwa golongan dewasa awal berkisar antara 21-40 tahun karena pada usia tersebut kematangan emosi mulai stabil. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan pemilihan subjek berdasarakan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. yaitu: a. Mengikuti latihan dasar Unit Bola Basket. b. Usia 18-24 tahun. Skala kematangan emosi disusun oleh peneliti sebelumnya oleh Kuntari (2011) yang sudah dimodifikasi oleh peneliti. Penyusunan skala mengacu pada aspek-aspek kematangan emosi Walgito (2003) yang meliputi penerimaan diri dan orang lain, tidak impulsive, kontrol emosi, berpikir objektif, tanggung jawab dan ketahanan menghadapi frustasi. Skala kematangan emosi ini menggunakan sistem Skala Likert yang terdiri dari empat alternatif jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), 7

sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Penilaian jawaban mempunyai skor berupa interval dan berjarak sama, yaitu satu sampai dengan empat. Skala Efikasi diri dalam penelitian ini menggunakan Skala yang disusunun oleh Aditya (2013) yang dimodifikasi oleh peneliti pada skala ini menggunakan aspek-aspek Efikasi diri yang dikemukakan Bandura (1997), antara lain adalah magnitude, generality, dan strenght.. Skala Efikasi diri ini menggunakan sistem Skala Likert yang terdiri dari empat alternatif jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Penilaian jawaban mempunyai skor berupa interval dan berjarak sama, yaitu satu sampai dengan empat. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan teknik analisis korelasi product moment dari Pearson diperoleh nilai positif 0.793 besar korelasi menunjukan bahwa korelasi antara kematangan emosi dengan efikasi diri dalam kategori kuat sesuai dengan interprestasi angka korelasi menurut Sugiyono (2007) semakin mendekati satu maka korelasi semakin sempurna dimana nilai korelasi 0,793 masuk dalam kategori kuat diantara rentan angka 0.60 0.799. Sementara nilai positif mengindikasi pola hubungan antara kematangan emosi dengan efikasi diri adalah searah dimana semakin tinggi kematangan emosi maka semakin tinggi pula efikasi diri atau sebaliknya semakin rendah kematangan emosi maka semakin rendah pula efikasi diri. Perolehan p= 0.000 (p 0,01) menandakan bahwa hubungan yang terjadi adalah signifikan. Dari penjelasan diatas artinya ada hubungan positif yang signifikan antara kematangan emosi dengan efikasi diri. Hal ini berarti semakin tinggi (kuat) kematangan emosi maka semakin tinggi efikasi diri, sebaliknya semakin rendah kematangan emosi maka semakin rendah efikasi diri. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Barron dan Harackiewich (Santrock, 2008) menyatakan bahwa emosi juga dapat membantu atau merintangi 8

pemecahan problem. Pada saat orang sangat termotivasi, pemecah masalah yang baik seringkali dapat mengontrol emosinya dan berkonsentrasi pada solusi problem. Terlalu cemas dan takut bias membatasi kemampuan dalam memecahkan masalah biasanya tidak takut membuat kesalahan. Hal ini menunjukan bahwa ada kaitan antara kematangan emosi dengan efikasi diri, terlihat ketika pemecahan problem tentunya seseorang harus memiliki keyakinan diri untuk mengambil keputusan. Hasan (2002) mendapatkan hasil bahwa kematangan emosi mempengaruhi strategi coping remaja, bahwa ada hubungan yang signifikan pada kematangan emosi dengan pemilihan strategi coping yang berorientasi pada pemecahan masalah dengan hasil 22,5%. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin matang emosi remaja maka akan semakin mudah untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan emosi yang matang remaja akan mampu memiliki strategi coping dengan mudah sehingga remaja tidak akan kesulitan dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dan tetap optimis, tenang dalam menghadapi permasalahan yang ada. Untuk menerapkan strategi coping tersebut remaja diharapkan memiliki efikasi diri dalam dirinya, dengan adanya efikasi diri akan memperkuat keyakinan remaja untuk tetap optimis dalam mencapai keberhasilan. Sumbangan efektif kematangan emosi terhadap efikasi diri melalui perhitungan product moment diperoleh angka sebesar 63%. Hal ini menunjukkan masih terdapat 37% faktor lain yang mempengaruhi efikasi diri selain kematangan emosi. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Bandura (1997) bahwa masih terdapat faktor lain selain kematangan emosi, yaitu faktor pengalaman keberhasilan, pengalaman orang lain dan persuasi verbal. Astuti (2000) menyatakan faktor lain yang mempengaruhi efikasi diri yaitu pola asuh orang tua, pengalaman traumatic, tempramen, jenis kelamin dan usia Dimana faktor-faktor tersebut juga mempengaruhi efikasi diri. 9

KESIMPULAN DAN SARAN Bersadarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa: Ada hubungan positif yang signifikan antara Kematangan Emosi dengan Efikasi Diri. Artinya semakin tinggi (kuat) Kematangan Emosi maka akan tinggi pula Efikasi Diri. Sumbangan efektif atau peranan Kematangan Emosi terhadap Efikasi Diri sebesar 63% yang ditunjukan dengan koefisien determinan (r 2 ) sebesar 0,630 ini berarti masih terdapat 37% faktor lain yang mempengaruhi Efikasi Diri di luar variable Kematangan Emosi. Kematangan emosi pada subjek tergolong tinggi. Efikasi Diri pada subjek tergolong tinggi. Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, saran-saran yang diajukan dalm penelitian ini sebagai berikut: Subjek diharapkan kepada subjek agar mempertahankan efikasi dirinya dengan melihat faktor-faktor efikasi diri selain faktor keluarga. Selain itu untuk mempertahankan kematangan emosi bisa dengan aspek-aspek yang ada dalam kematangan emosi, seperti mengurangi ketegangan emosi. Unit Bola Basket pihak organisasi diharapkan dapat mempertahankan keadaan efikasi diri dan kematangan emosi dengan cara memperbanyak pelatihan pengembangan diri untuk para atlet. Peneliti lain disarankan dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai kajian dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang psikologi dan memberi kontribusi teoritis khususnya mengenai hubungan antara kematangan emosi dan efikasi diri. Bagi peneliti selanjutnya untuk meningkatkan kualitas penelitian lebih lanjut khususnya yang berkaitan dengan kematangan emosi dan efikasi diri, selain itu disarankan untuk melakukan penelitian pada subjek yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Aditya. (2013). Hubungan Antara Pola Asuh Demokratis dan Efikasi diri dengan Kemampuan Pembuatan Keputusan pada Mahasiswa 10

Program Study Psikologi UNS. Skripsi (tidak dipublikasi). Surakarta : Fakultas Kedokteran Program Study Psikologi Universitas Sebelas Maret Adzikriyah, E. A. (2000) Hubungan Antara Kematangan Emosi dengan Kompetensi Sosial.Psikodinamik, Vol 2, No. 1 : Fakultas Psikologi,UMM Astuti, H. (2000). Psikologi Perkembangan Masa Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional Bandura, A. (1997). Social Learning Theory. New Jersey: Prentince Hall. Inc. Bandura, A. (2001). Theory of Personality. Cetakan keenam. New York: Mc Graw hill Companies, Inc. Daryanto, (2007). Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta. Hurlock.E.B.(2001). Psikologi perkembangan (terjemah: istiwidayanti soedjarwo). Jakarta : erlangga. Hasan, H.G. (2002). Skripsi. Pengaruh kematangan Emosi Terhadap Pemilihan Strategi Coping Pada Remaja. Fakultas Psikologi- UniversitasMuhammadiyah Malang (UMM). Kuntari, R. (2011). Hubungan Antara Kematangan Emosi Dengan Agresivitas Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Lestariningsih, W.S. (2007), Hubungan Antara Dukungan Sosial Dan Efikasi Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Skripsi, Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Papalia, DE, Old WS, Feldman RD. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan). Edisi kesembilan. Jakarta: Kencana Prenada Media Satiadarma, M.P. (2000). Dasar- Dasar Psikologi Olahraga. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 11

Sobur, A. (2003). Psikologi umum. Bandung: pustaka setia Santrock, J.W. (2008) Psikologi Pendidikan, Edisi kedua. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sugiono. (2007). Metode Penelitian Administasi. Bandung : Alfabeta Uly. (2009). Efikasi Diri Dalam Olahraga Bola Voli. Tersedia pada (https://ulyy.wordpress.co m/2009/12/14/efikasi-diridalam-olahraga-bolavoli/). Diunduh pada tanngal 6 Februari 2015 Walgito. (2003). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi 12